Jurnal Sri Hartini Putri

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT LAMBUNG PADA PASIEN RAWATAN

INTENSIF DI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU


PERIODE JANUARI-DESEMBER 2015

Sri Hartini Putri


srihartiniputri@gmail.com

ABSTRACT
Intensive care patients have special conditions such as decreased consciousness,
getting nutrient with Naso Gastrict Tube (NGT), had physiological disorder that can increase
the production of stomach acid, and get Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs (OIANS)
that can damage the gastric mucous barrier. These conditions make patients susceptible to
had stress ulcer, so they need to given a prophylaxis gastric drug. The purpose of this study
was to overview of using gastric drug in intensive patients at Arifin Achmad General
Hospital Riau Province from January to December 2015. This study was a descriptive
retrospective study with secondary sample from medical record. There were 209 samples that
fulfilled the inclusion criteria. This study showed that (88%) ICU patients received gastric
drug, with most financing status through the National Health Insurance (JKN) (73.9%).
Gastric drug classes most often given is Histamin2 Receptor Antagonists (H2RA) type of
Ranitidine (42.6%). Gastric drugs mostly administered parenterally (91.3%). The most
frequent dose was the dose therapy (99.2%).

Keywords : Gastric drug, intensive care, stress ulcer, prophylaxis, ranitidin

PENDAHULUAN
Pasien yang mendapatkan bekerja dengan cara menetralisir asam
perawatan di ruang perawatan intensif lambung, mengurangi sekresi asam
khususnya di ruangan Intensive Care Unit lambung, serta meningkatkan ketahanan
(ICU) sebagian besar mengalami mukosa melalui aktifitas sitoprotektif.2
penurunan kesadaran. Pemberian nutrisi Pasien yang dirawat di rumah sakit
pada pasien yang mengalami penurunan sering kali juga diberikan terapi
kesadaran ini diberikan secara Naso farmakologi yang terdiri dari berbagai
Gastric Tube (NGT).1 macam obat seperti Obat Anti Inflamasi
Pasien yang dirawat di ICU juga Non Streroid (OAINS) misalnya
memiliki risiko untuk terkena stress ulcer indometasin, ibuprofen, naproksen,
akibat penggunaan NGT dan kondisinya sulfonamid, steroid, dan digitalis. Obat-
yang tidak sadar. Oleh karena itu obatan tersebut dapat mengganggu sawar
sebaiknya diberikan pengobatan untuk mukosa lambung yang dapat
mencegah terjadinya stress ulcer. Stress mengakibatkan munculnya peradangan,
ulcer juga dapat terjadi karena adanya dan apabila kondisi semakin memburuk
gangguan fisiologis pada tubuh pasien dapat terjadi perdarahan mukosa lambung
yang mengakibatkan peningkatan asam yang bersifat akut, kronis, difus, atau
lambung secara berlebihan.2 lokal.3
Obat lambung yang umumnya Pasien rawatan intensif di ICU juga
digunakan pada pasien rawatan intensif mendapatkan perawatan dengan intevensi
terdiri dari golongan Proton Pump FASTHUG yang terdiri dari Feeding,
Inhibitor (PPI), Histamin2 Reseptor Analgesia, Sedasi, Tromboembolic
Antagonis (H2RA), dan sukralfat. Obat profilaksis, Head evaluasi, Ulkus stresser,
lambung yang diberikan pada pasien dan Glukosa kontrol. Dengan

JOM FK Vol. 4 No.2 Oktober 2017 1


dilakukannya intervensi FASTHUG ini tingginya penggunaan obat lambung, yakni
diharapkan dapat memperbaiki kondisi sebesar 90%.6
klinis, termasuk disfungsi organ yang Berdasarkan latar belakang yang
terjadi pada pasien kritis selama perawatan telah diuraikan, menunjukkan tingginya
di ICU. Sesuai dengan intervensi tersebut, penggunaan obat lambung terutama pada
maka pemberian obat lambung untuk pasien kritis, selain itu penggunaan obat
mencegah terjadinya stress ulcer menjadi lambung juga diperlukan pada pasien di
hal yang sangat penting untuk dilakukan.4 ICU karena berhubungan dengan
Pada penelitian yang dilakukan penggunaan obat-obatan lain yang dapat
oleh Krag M, Perner A, Wetterslev J pada merusak mukosa lambung dan dapat
tahun 2015 di 11 negara Eropa dan mengakibatkan perdarahan.
Australia menunjukkan bahwa sebanyak Penatalaksanaan pasien di ICU juga
73% pasien yang dirawat di ICU mengikuti intervensi FASTHUG yang
mendapatkan terapi farmakologi berupa mengharuskan pemberian obat lambung
obat yang berfungsi untuk menurunkan sebagai pencegahan terjadinya stress ulcer.
asam lambung, dan kebanyakan obat yang Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan
diberikan adalah golongan PPI.5 Pada obat lambung sangat diperlukan. Oleh
penelitian lain yang dilakukan oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
Kerama SK, Okalebo FA, Nyamu DG, dkk melakukan penelitian mengenai gambaran
tahun 2014 di Critical Care Unit Kenyan penggunaan obat lambung pada pasien
Refferal Hospital juga menunjukkan rawatan intensif di RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau.

METODE
Penelitian ini memiliki desain ini yaitu data rekam medik pasien ICU
deskriptif retrospektif menggunakan data RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
rekam medik pasien yang mendapat obat periode Januari – Desember 2015,
lambung di ICU RSUD Arifin Achmad sedangkan kriteria ekslusinya adalah data
Provinsi Riau periode Januari – Desember rekam medik pasien ICU RSUD Arifin
2015. Penelitian ini dilakukan pada bulan Achmad Provinsi Riau yang tidak dapat di
Desember 2016 - Maret 2017 di Instalasi proses (tulisan tidak jelas, terpotong,
Rekam Medik RSUD Arifin Achmad terbakar, basah, dsb)
Provinsi Riau. Kriteria inklusi penelitian

HASIL PENELITIAN

Tabel Persentase Penggunaan Obat Lambung yang Diberikan pada Pasien ICU di
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau dalam Periode Januari – Desember 2015

Pemberian Obat Lambung Jumlah (%)


 Mendapatkan obat lambung 184 (88)
 Tidak mendapatkan obat 25 (12)
lambung
Total 209 (100)

Tabel di atas menunjukkan bahwa Desember 2015 sebanyak 209 pasien, dan
pasien yang mendapatkan perawatan didapatkan bahwa 184 pasien (88%)
intensif di ICU RSUD Arifin Achmad mendapatkan obat lambung.
Provinsi Riau pada bulan Januari hingga

JOM FK Vol. 4 No.2 Oktober 2017 2


Status Pembiayaan pasien yang Mendapat Obat Lambung di ICU RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau periode Januari - Desember 2015

Status Pembiayaan Jumlah (%)


 JKN 136 (73,9)
 Pribadi 29 (15,8)
 JKD 19 (10,3)
Total 184 (100)

Pada penelitian ini ditemukan sebanyak 136 orang (73,9%), diikuti


status pembiayaan terbanyak pada pasien dengan pribadi yaitu 29 orang (15,8%) dan
yang dirawat di ICU RSUD Arifin JKD sebanyak 19 orang (10,3%).
Achmad Provinsi Riau adalah JKN yaitu

Golongan Obat Lambung yang Diberikan pada Pasien ICU di RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau dalam Periode Januari – Desember 2015

Golongan Obat Jumlah (%)


H2RA 117 (46,2)
 Ranitidin 117 (46,2)
PPI 80 (31,6)
 Omeprazol 54 (21,3)
 Pantoprazol 24 (9,5)
 Lansoprazol 2 (0,8)
Anti Emetik 41 (16,2)
 Ondansentron 39 (15,4)
 Domperidon 1 (0,4)
 Metoclopramid 1 (0,4)
Lain-lain 15 (6)
 Antasida 9 (3,6)
 Sucralfat 5 (2)
 Misoprostol 1 (0,4)
Total 253 (100)

Golongan obat lambung yang obat lambung ketiga terbanyak yang


paling sering diberikan pada pasien ICU diberikan adalah golongan anti emetik
adalah golongan H2RA berupa ranitidin yang diberikan pada 41 pasien (16,2%),
yang diberikan pada 117 pasien (46,2%), yang terdiri dari ondansentron 39 pasien
lalu disusul dengan pemberian golongan (15,4%), domperidon 1 pasien (0,4%), dan
Proton Pump Inhibitor atau PPI yang metoklopramid 1 pasien (0,4%). Lalu
diberikan pada 80 pasien (31,6%). Obat disusul dengan pemberian obat golongan
golongan PPI yang diberikan terdiri dari 3 yang lainnya berupa antasida yang
jenis yaitu omeprazol 54 pasien (21,3%), diberikan pada 9 pasien (3,6%), sukralfat 5
pantoprazol 24 pasien (9,5%), dan pasien (2%), dan misoprostol 1 pasien
lansoprazol 2 pasien (0,8%). Golongan (0,4%).

JOM FK Vol. 4 No.2 Oktober 2017 3


Cara Pemberian Obat Lambung pada Pasien ICU di RSUD Arifin Achmad Provinsi
Riau dalam Periode Januari – Desember 2015

Cara Pemberian Jumlah (%)


 Parenteral 168 (91,3)
 Parenteral dan Enteral 10 (5,4)
 Enteral 6 (3,3)
Total 184 (100)

Cara pemberian obat lambung pada pada 168 pasien (91,3%), lalu secara
pasien ICU dari bulan Januari hingga kombinasi (parenteral dan enteral)
Desember tahun 2015 paling banyak sebanyak 10 pasien (5,4%), dan secara
diberikan secara parenteral yang diberikan enteral pada 6 pasien (3,3%).

Dosis Pemberikan Obat Lambung pada Pasien ICU di RSUD Arifin Achmad Provinsi
Riau dalam Periode Januari – Desember 2015

Jumlah (%)
Golongan Obat Dosis Dosis terapi Dosis
subterapi maksimal

PPI
 Pantoprazol 24 (9,4)
 Omeprazol 54 (21,2)
 Lansoprazol 2 (0,8)

H2RA
 Ranitidin 118(46,5)
Anti Emetik
 Domperidon 1(0,4)
 Ondansentron 39(15,4)
 Metoclopramid 1(0,4)
Lain-lain
 Antasida 9(3,5)
 Sucralfat 2(0,8) 3(1,2)
 Misoprostol 1(0,4)
Total 2(0,8) 252(99,2)

Pada penelitian ini ditemukan adalah sukralfat yang diberikan pada 2


bahwa obat lambung paling banyak orang pasien. Pada rekam medik pasien
diberikan dalam dosis terapi yakni didapatkan bahwa 2 orang pasien tersebut
sebanyak 252 obat (99,2%), dan mendapatkan sukralfat dengan dosis
pemberian dosis subterapi yang diberikan 0,5gr/8 jam. Seharusnya sukralfat
pada 2 obat (0,8%). Obat yang diberikan diberikan dengan dosis 1gr/ 6 jam.26
dalam dosis subterapi tersebut adalah

JOM FK Vol. 4 No.2 Oktober 2017 4


PEMBAHASAN

Persentase Penggunaan Obat Lambung mukosa lambung sehingga dapat


yang Diberikan pada Pasien ICU di mengakibatkan stress ulcer yang akhirnya
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau menimbulkan komplikasi berupa
dalam Periode Januari – Desember 2015 perdarahan hingga perforasi.25-26 Berbagai
jenis OAINS juga dapat menghambat
Tingginya persentase pemberian sintesis prostaglandin (PG). Hambatan
obat lambung ini terjadi karena pasien sintesis PG ini akan mengurangi ketahanan
yang mendapatkan perawatan intensif mukosa, dan dapat berefek munculnya lesi
memiliki kondisi khusus seperti akut mukosa lambung dari ringan sampai
mengalami penurunan kesadaran, berat.27
mendapatkan nutrisi secara Naso Gastrict Berdasarkan rekam medik pasien
Tube (NGT),1 dan mengalami gangguan ICU RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
fisiologis sehingga dapat meningkatkan didapatkan bahwa persentasi pemberian
produksi asam lambung.2 Kondisi-kondisi OAINS cukup tinggi yakni sebesar 75,5%.
tersebut dapat mengakibatkan pasien Hal ini juga merupakan salah satu faktor
rawatan intensif rentan terkena stress yang menyebabkan tingginya persentasi
ulcer, sehingga perlu diberikan obat pemberian obat lambung pada pasien ICU.
lambung sebagai profilaksis. Angka penggunaan obat lambung
Pasien rawatan intensif di ICU juga yang tinggi pada penelitian ini juga sesuai
mendapatkan perawatan dengan intevensi dengan penelitian yang dilakukan oleh
FASTHUG yang terdiri dari Feeding, Krag M, Perner A, dan Wetterslev J pada
Analgesia, Sedasi, Tromboembolic tahun 2015 di 11 negara Eropa dan
profilaksis, Head evaluasi, Ulkus stresser, Australia yang menunjukkan bahwa
dan Glukosa kontrol. Sesuai dengan sebanyak 73% pasien yang dirawat di ICU
intervensi tersebut, maka pemberian obat mendapatkan obat lambung.5 Pada
lambung untuk mencegah terjadinya stress penelitian lain yang dilakukan oleh
ulcer menjadi hal yang sangat penting Kerama SK, Okalebo FA, Nyamu DG, dkk
untuk dilakukan.4 tahun 2014 di Critical Care Unit Kenyan
Berdasarkan rekam medik pasien Refferal Hospital juga menunjukkan
ICU RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau tingginya penggunaan obat lambung, yakni
didapatkan bahwa pasien ICU paling sebesar 90%.6
banyak dirawat dengan diagnosis pasca
pembedahan (42,08%). Pasien pasca bedah Status Pembiayaan Pasien yang
ini mengalami penurunan kesadaran Mendapat Obat Lambung di ICU di
dengan GCS kurang dari 6. Karena RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
penurunan kesadaran ini maka pasien ICU dalam Periode Januari – Desember 2015
juga mendapatkan nutrisi secara NGT.
Hal-hal tersebut tentulah membuat pasien Dalam rangka mewujudkan
yang dirawat di ICU RSUD Arifin kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat
Achmad Provinsi Riau berisiko untuk Indonesia, maka pemerintah terus berusaha
terkena stress ulcer sehingga persentase agar seluruh rakyat sejahtera, tidak
pemberian obat lambung di ICU tinggi, terkecuali di bidang kesehatan. Dalam hal
hingga mencapai 88%. ini pemerintah telah membentuk badan
Angka pemberian obat lambung Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
yang tinggi di ICU juga dapat disebabkan bergerak di bidang asusransi kesehatan,
oleh tingginya pemberian Obat Anti berupa Badan Penyelenggara Asuransi
Inflamasi Non Steroid (OAINS) di ICU.3 Kesehatan (BPJS). Dengan menjadi
Pemberian OIANS dapat merusak sawar peserta BPJS maka masyarakat hanya

JOM FK Vol. 4 No.2 Oktober 2017 5


perlu membayar iyuran wajib bulanan dan Care Unit Kenyan Refferal Hospital.
tidak perlu membayar lagi jika hendak Dalam penelitian tersebut juga
berobat di puskesmas ataupun di rumah menunjukkan penggunaan obat lambung
sakit yang telah bekerjasama dengan terbanyak adalah ranitidin (57,4%) dan
pemerintah.28 omeprazol (38,8%).6 Namun, pada
RSUD Arifin Achmad Provinsi penelitian lain yang dilakukan oleh Krag
Riau adalah rumah sakit pemerintah yang M, Perner A, dan Wetterslev J pada tahun
tentunya telah memiliki kerjasama dengan 2015 di ICU pada 11 negara Eropa dan
pihak BPJS sehingga banyak pasien ICU Australia menunjukkan bahwa obat
yang biaya perawatannya dibiayai oleh lambung yang paling sering diberikan pada
JKN. Selain itu RSUD Arifin Achmad pasien di ICU adalah golongan Proton
Provinsi Riau juga merupakan rumah sakit Pamp Inhibitor (PPI).5
tipe B yang menjadi rumah sakit rujukan
bagi rumah sakit tipe C yang terdapat di Cara Pemberian Obat Lambung pada
daerah kabupaten dan kota di Riau, Pasien ICU di RSUD Arifin Achmad
sehingga pasien yang tidak dapat ditangani Provinsi Riau dalam Periode Januari –
di daerah baik karena keterbatasan alat Desember 2015
medis ataupun tenaga dokter spesialis akan
dirujuk ke RSUD Arifin Achmad Provinsi Pemberian obat secara parenteral
Riau. bertujuan agar memberikan efek sistemik
Tingginya angka penggunaan JKN pada pasien. Selain itu, pemberian obat
pada pasien di ICU juga disebutkan pada secara parenteral juga akan memberikan
penelitian Supardi Z di ICU RS. efek yang lebih cepat. Pasien yang dirawat
Universitas Hasanuddin didapatkan bahwa di ICU kebayakan juga dalam keadaan
status pembiayaan pasien rawat ICU yang kritis, mengalami penurunan kesadaran,
terbanyak adalah JKN yaitu sebanyak 214 dan tidak kooperatif, sehingga pemberian
orang (95.56%).29 obat secara parenteral lebih efektif dan
efisien.15
Golongan Obat Lambung yang Pada penelitian Subianto SK di
Diberikan pada Pasien ICU di RSUD ICU RSK St. Vincentius a Paulo Surabaya
Arifin Achmad Provinsi Riau dalam tahun 2002 ditemukan bahwa 60,02%
Periode Januari – Desember 2015 pasien mendapatkan obat secara
parenteral, dan enteral 39,98% (oral
Ranitidin menjadi obat yang paling 38,64%, dan topikal 1,34%).30 Hal ini juga
banyak diberikan pada pasien ICU. Hal ini sesuai dengan penelitian Yonata BN di
dapat terjadi karena pasien ICU di RSUD ICU Rumah Sakit DR. Hasan Sadikin
Arifin Achmad Provinsi Riau sebanyak Bandung pada tahun 2007 yaitu rute
73,9% menggunakan pembiayaan dengan parenteral (60,26%) dengan rincian yaitu
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pada secara intravena (45,12%) dan
pasien JKN ini pemberian obat harus intramuskuler (15,14%), diikuti dengan
disesuaikan dengan Formularium Obat rute oral 39,62% dan topikal 0,12%.31
Nasional (FORNAS). Sesuai dengan
FORNAS maka obat yng menjadi pilihan Dosis Pemberikan Obat Lambung pada
pertama untuk pencegahan stress ulcer Pasien ICU di RSUD Arifin Achmad
adalah ranitidin.28 Provinsi Riau dalam Periode Januari –
Penelitian pada pasien ICU di Desember 2015
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau ini
juga sesuai dengan penelitian yang Dalam meresepkan obat seorang
dilakukan oleh Kerama SK, Okalebo FA, dokter diharuskan untuk memberikan obat
Nyamu DG, dkk tahun 2014 di Critical secara rasional, yang salah satu

JOM FK Vol. 4 No.2 Oktober 2017 6


indikatornya adalah tepat dosis. Jika pasien mengalami stroke hemoragic, dan pada
diberikan obat dengan dosis yang tepat pasien kedua yang mengalami stroke,
diharapkan obat tersebut dapat hipertensi, peningkatan tekanan intra
memberikan efek terapi pada pasien. Jika kranial, dan mengalami gagal ginjal akut.
diberikan dalam dosis yang berlebih Dengan pertimbangan akan penyakit
dikhawatirkan akan mengakibatkan efek pasien dan obat-obatan lain yang
samping yang dapat memperburuk kondisi dikonsumsi pasien, hal inilah yang
pasien. Sedangkan, jika diberikan dalam mungkin mengakibatkan sukralfat
dosis subterapi atau kurang dari dosis yang diberikan dalam dosis subterapi.
seharusnya diberikan, dikhawatirkan obat Rendahnya penggunaan obat
tersebut nantinya tidak memberikan efek lambung dalam dosis subterapi (0,8%) di
apapun pada pasien. Hal ini menunjukkan RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau ini
bahwa pemberian obat yang tepat dosis sesuai dengan penelitian yang dilakukan
mutlak diperlukan. Pada kondisi khusus oleh Alya Nur H tahun 2007 di Rumah
seperti pada pasien yang mengalami Sakit Advent Bandung tentang evaluasi
gangguan fungsi hati dan ginjal, obat dapat penggunaan obat antipeptik ulser pada
diberikan dalam dosis yang lebih rendah pasien rawat inap. Pada penelitian tersebut
agar tidak memperburuk kondisi pasien.32 hanya 2,38% obat diberikan tidak tepat
dosis.33 Pada penelitian yang dilakukan
Pada penelitian ini ditemukan Melda Novika S tahun 2012 juga
bahwa 2 pasien mendapatkan obat menunjukkan hanya 5% obat lambung
lambung dalam dosis subterapi, hal ini bisa yang diberikan pada pasien tukak peptik di
terjadi kemungkinan karena kondisi pasien ruang rawat inap RSD dr. Soebandi
sendiri. Seperti pada pasien pertama yang Jember yang tidak tepat dosis.34

KESIMPULAN

1. Sebagian besar pasien yang dirawat 4. Cara pemberian obat lambung yang
ICU mendapatkan obat lambung yang paling sering diberikan kepada pasien
diberikan pada 184 pasien (88%). di ICU adalah secara parenteral
2. Pasien yang mendapatkan obat dengan jumlah 168 pemberian
lambung di ICU dari sisi pembayaran (91,3%).
paling banyak menggunakan JKN 5. Dosis pemberian obat lambung yang
yaitu sebanyak 136 orang (73,9%). paling sering diberikan kepada pasien
3. Golongan obat lambung yang paling ICU adalah dosis terapi yaitu
sering diberikan di ICU adalah sebanyak 252 obat (99,2%).
golongan H2RA jenis ranitidin yang
diberikan pada 117 pasien (46,2%).

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih terutama RSUD Arifin Achmad Provinsi


kepada pihak yang telah membantu Riau sebagai tempat dan sampel penelitian.

JOM FK Vol. 4 No.2 Oktober 2017 7


DAFTAR PUSTAKA

1. Zand F, Sabetian G, Ghodrati Z. Routine Chage of Nasogastric Tube in Intensive Care


Unit : Friend or Foe. May 2011
2. Quenot JP, Thiery N, Barbar S. When should stress ulcer prophylaxis be used in the
ICU?. 2009
3. Mary Mycek J, Harvey Richard A, Champe Pamela C. Obat-Obat Anti Inflamasi . In :
Hartanto Huriawati, editors. Farmakologi Ulasan Bergambar 2nd Ed. Jakarta : Widya
Medika ; 2001 . P . 404-6
4. Roheman. Intervensi FASTHUG dengan Skoring SOFA pada Pasien Kritis Di Intensive
Care Unit RSUD Gunung Jati Kota Cirebon [skripsi]. Universitas Padjajaran ; 2013
5. Krag M, Perner A, Wetterslev J, et all. Prevalence and outcome of gastrointestinal
bleeding and use of acid suppressants in acutely ill adult intensive care patients. 2015
6. Karema SK, Okale FA, Nyamu DG, et all.Risk Factors and Management Stress Ulcer in
the Critical Care Unit in Kenyan Refferal Hospital. Pharmacology ther. 2014. 3(2) ; 51-
61
7. Adkinson Mike. Melihat dengan Mikroskop Mencerna Bagaimana Kita Memberi Makan
pada Tubuh Kita. London : Glorier International ; 2008
8. Sherwood Lauralee, Sistem Pencernaan. In : Yesdelita Nella, editors. Fisiologi Manusia
dari Sel ke Sistem . 6th ed. Jakarta : EGC ; 2009 . P. 654-5
9. Waschke J and Paulsen F, Abdomen Organ-Organ Tersembunyi. Sobotta Atlas Anatomi
Manusis. 23rd ed. Jakarta : EGC ; 2010
10. Snell Richard S, Abdomen Bagian II Cavitas Abdominalis. Anatomi Klinik untuk
Mahasiswa Kedokteran. 6th ed. Jakarta : EGC ; 2006
11. Owyang Chung, Hasler William L. Pendekatan kepada Pasien dengan Penyakit
Gastrointestinal. In : Fauci Anthony, Longo Dan L, editors. Harrison Gastroenterologi
dan Hepatologi. Jakarta : EGC ; 2013. P. 76
12. Hoogerwerf Willemijntje A, Pasricha Pankaj J. Obat-Obat Pengendali Keasaman
Lambung serta Pengobatan Ulser Peptik dan Penyakit Refluks Gastroesofagus. In :
Limbird Lee E, Hardman Joel G, editors. Goodman and Gilman Dasar Farmakologi
Terapi. 10th ed. Jakarta : EGC ; 2015 . P. 975-86
13. Wells Barbara G, Dipiro Joseph T, Schwinghammer Terry L, et all. Peptic Ulcer Disease.
In : Weitz Michael, Davis Kim J, editors. Pharmacotherapy Handbook 7th ed. USA :
Mac Graw Hill Medical ; 2009
14. Syamsudin. Farmakoterapi Gangguan Saluran Pencernaan. Jakarta : EGC ; 2013
15. Tjai Tan Hoan, Rahardja Kirana, Obat-Obat Gangguan Saluran Cerna. Obat-obat Penting
Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya . 7th ed. Jakarta : Penerbit PT Elek
Media Komputindo Kompas Gramedia ; 2015. P. 266-78
16. Mary Mycek J, Harvey Richard A, Champe Pamela C. Obat-Obat Saluran Pencernaan
dan Antimuntah. In : Hartanto Huriawati, editors. Farmakologi Ulasan Bergambar 2nd
Ed. Jakarta : Widya Medika ; 2001 . P . 244
17. Altman David F. Obat yang Digunakan dalam Penyakit Gastrointestinal. In : Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, editors. Farmakologi Dasar dan
Klinik. Jakarta : Salemba Medika ; 2004 . P. 547
18. Berardy Rosemary R. Peptic Ulcer Disease. In: Dipiro Joseph T, Talbert Robert L, Yee
Gary C, et all, editors. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach. United States of
America: 2005. P. 629-31

JOM FK Vol. 4 No.2 Oktober 2017 8


19. Fauci Anthony S, Brauwald Eugene, Kasper Dennis L, et all. Peptic Ulcer and Related
Disorders. Harrison’s Manual of Medicine 17th ed. United States of America : Mac
Graw Hill Medical ; 2009 . P . 831
20. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Mentri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1778/Menkes/SK/XII/2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit. 2010. Jakarta
21. George Edward, and Bittner Edward. The Intensivist Outside the ICU. In : Bigatello
Luca M, Alam Hasan B, Allain Rae M, et all, editors. Critical Care Handbook of the
Massachusetts General Hospital. USA : Wolters Kluwer Health Lippincott Williams and
Wilkins ; 2010 . P. 624
22. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Mentri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 189/MENKES/SK/III/2006 Tentang Kebijakan Obat Nasional. 2006.
Jakarta
23. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Mentri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 312/MENKES/SK/IX/2013 Tentang Daftar Obat Esensial Nasional
2013. 2013. Jakarta
24. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Mentri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 328/MENKES/SK/VIII/2013 Tentang Formularium Nasional. 2013.
Jakarta
25. Carol Dame, Buku saku dokter. In : Nicholson Timothy RJ and Singer Donald RJ,
editors. Jakarta : EGC ; 2014
26. Marino Paul L, The ICU Book. 4th ed. In : Lippincott, Williams, and Wilkins, editors.
USA : Wolters Klower Health ; 2014
27. Morgan and Mikhail, Clinical Anesthesiology. 4th ed. In : Butterworth JF, Mackey DC,
Wasnick JD, editors. USA : Medical Mc Grow Hill Education ; 2013
28. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku pegangan sosialisasi jaminan
kesehatan nasional (JKN) dalam sistem jaminan sosial nasional. 2013.
29. Supardi Z. Karakteristik pasien rawat intensive care unit (icu) di RS Unhas Makassar
periode Januari-Desember 2014[skripsi]. Universitas Hasanudin; 2016.
30. Subianto SK. Pola Polifarmasi di ICU RSK St. Vincentius a Paulo Surabaya selama
bulan Januari-April 2002[tesis]. Universitas Surabaya; 2002.
31. Yonata BN. Studi penggunaan obat di unit perawatan intensif umum rumah sakit DR.
Hasan Sadikin Bandung [skripsi].Institut Teknologi Bandung;2007.
32. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Modul penggunaan obat rasional 2011.
Kurikulum pelatihan penggunaan obat rasional (POR). 2011 . Jakarta
33. Hasanah Alya Nur. Evaluasi Penggunaan Obat Antipeptik Ulcer pada Penderita Rawat
Tinggal di Rumah Sakit Advent Bandung [Karya Ilmiah]. Universitas Padjajaran ; 2007.
34. Sari Melda N. Evaluasi Rasionalitas Rasionalitas Penggunaan Kombinasi Obat Pada
Pasien Tukak Peptik di Ruang Rawat Inap RSD dr. Soebandi Jember. [Skripsi].
Universitas Jember ; 2012

JOM FK Vol. 4 No.2 Oktober 2017 9

You might also like