Professional Documents
Culture Documents
Cover Laporan Pemberdayaan Masyarakat
Cover Laporan Pemberdayaan Masyarakat
Cover Laporan Pemberdayaan Masyarakat
Kelompok:
M. GENADI A. 021613143015
WIDJAJA OLIVIA V. 021613143016
FEVY SYENDRA L. 021613143017
PUTRI MELINDA I. 021613143018
RR. DWI LISTYORINI 021613143019
NURNYA AINI D. 021613143020
RAHMAD RIFQI F. 021613143021
FRIDA FARDANILA 021613143022
MELLISSA SOLIMAN 021613143023
PRAMADITA S. 021613143024
YOSUA VINCENT 021613143002
Dosen Pembimbing:
Dr. Titiek Berniyanti, drg. M. Kes
NIP: 1958102011989022001
Disusun oleh:
M. GENADI A. 021613143015
WIDJAJA OLIVIA V. 021613143016
FEVY SYENDRA L. 021613143017
PUTRI MELINDA I. 021613143018
RR. DWI LISTYORINI 021613143019
NURNYA AINI D. 021613143020
RAHMAD RIFQI F. 021613143021
FRIDA FARDANILA 021613143022
MELLISSA SOLIMAN 021613143023
PRAMADITA S. 021613143024
YOSUA VINCENT 021613143002
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Lembar Pengesahan ......................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................. iii
Daftar Isi........................................................................................................... iv
Program 1 : Pemberdayaan Agent................................................................ 5
BAB 1 Pendahuluan ......................................................................................... 8
BAB 2 Landasan Teori..................................................................................... 13
BAB 3 Metode Promosi Kesehatan ................................................................. 20
Program 2: EGGSPERIMEN ....................................................................... 23
BAB 1 Pendahuluan ......................................................................................... 26
BAB 2 Landasan Teori..................................................................................... 29
BAB 3 Metode Promosi Kesehatan ................................................................. 42
Program 3: GESIT (Gerakan Sehat Gigi dan Mulut) ................................ 43
BAB 1 Pendahuluan ......................................................................................... 48
BAB 2 Landasan Teori..................................................................................... 52
BAB 3 Metode Promosi Kesehatan ................................................................. 61
Program 4: Sikat Gigi Bersama ................................................................... 64
BAB 1 Pendahuluan ......................................................................................... 57
BAB 2 Landasan Teori..................................................................................... 70
BAB 3 Metode Promosi Kesehatan ................................................................. 82
Program 5: Forum Komunikasi Online ....................................................... 84
BAB 1 Pendahuluan ......................................................................................... 84
BAB 2 Landasan Teori..................................................................................... 92
BAB 3 Metode Promosi Kesehatan ................................................................. 104
PENUTUP .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
iii
LAPORAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Kelompok:
M. GENADI A. 021613143015
WIDJAJA OLIVIA V. 021613143016
FEVY SYENDRA L. 021613143017
PUTRI MELINDA I. 021613143018
RR. DWI LISTYORINI 021613143019
NURNYA AINI D. 021613143020
RAHMAD RIFQI F. 021613143021
FRIDA FARDANILA 021613143022
MELLISSA SOLIMAN 021613143023
PRAMADITA S. 021613143024
YOSUA VINCENT 021613143002
Dosen Pembimbing:
Dr. Titiek Berniyanti, drg. M. Kes
NIP: 1958102011989022001
Disusun oleh:
M. GENADI A. 021613143015
WIDJAJA OLIVIA V. 021613143016
FEVY SYENDRA L. 021613143017
PUTRI MELINDA I. 021613143018
RR. DWI LISTYORINI 021613143019
NURNYA AINI D. 021613143020
RAHMAD RIFQI F. 021613143021
FRIDA FARDANILA 021613143022
MELLISSA SOLIMAN 021613143023
PRAMADITA S. 021613143024
YOSUA VINCENT 021613143002
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karuniaNya, kami bisa menyelesaikan laporan pemberdayaan masyarakat
permasalahan kesehatan gigi dan mulut PKL Puskesmas Balongsari berjudul
“PEMBERDAYAAN AGENT KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP
SISWA-SISWI SD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BALONGSARI KOTA
SURABAYA” ini tepat waktu.
Laporan ini disusun untuk menyelesaikan Studi Profesi Praktik Kerja
Lapangan Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat. Kami juga ingin
menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
1.) Dr. Titiek Berniyanti, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing kami
2.) dr. Sri Hawati selaku Kepala Puskesma Balongsari
3.) Dokter, Dokter Gigi, Bidan, beserta stas puskesmas Balongsari
4.) Para Dosen besertaa staf Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangn dalam laporan ini, baik
dalam penulisan maupun isi materi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat dibutuhkan dari semua pihak. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat intuk semua pihak.
Tim penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang dapat
sehingga penting untuk menjaga kesehatan gigi sedini mungkin agar dapat bertahan
lama dalam rongga mulut (Pitts, 2007). Masalah terbesar yang dihadapi penduduk
Indonesia seperti juga di negara berkembang lainnya di bidang kesehatan gigi dan
mulut yaitu karies gigi. Di Indonesia, karies gigi masuk dalam 10 besar penyakit
prevalensi karies di Indonesia mencapai 76,2% dengan skor DMF-T mencapai 4,5.
Hal ini juga didukung oleh Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2009
yang menunjukkan bahwa penduduk Indonesia yang menderita karies gigi sebesar
(Kemenkes RI) tahun 2009 yang menunjukan sebanyak 89% anak Indonesia di
bawah 12 tahun menderita karies gigi. Hal ini masih jauh dengan target nasional
pelayanan kesehatan gigi dan mulut Indonesia Sehat Bebas Karies 2030 (PDGI,
2016).
Karies gigi adalah suatu proses kerusakan struktur gigi akibat hilangnya mineral
permukaan gigi. Secara klinis kerusakan struktur gigi ini dapat terlihat mulai dari
gambaran opasitas yang berwarna putih pada enamel sampai keadaan yang lebih
lanjut berupa karies yang luas dan mengenai jaringan pulpa. Apabila karies tidak
7
8
ditangani atau dibiarkan saja, maka hal ini dapat menimbulkan keluhan dan
seperti gigi dan saliva, mikroorganisme, makanan, serta waktu yang saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Selain itu, faktor resiko yang mempengaruhi
keparahan karies antara lain usia, jenis kelamin, pendidikan, dan perilaku terhadap
Anak usia sekolah dasar merupakan kelompok yang rentan terhadap karies gigi
dan memerlukan perhatian khusus karena usia tersebut terjadi pergantian gigi
antara gigi sulung dan gigi permanen dimana gigi sulung tersebut memiliki resiko
karies yang lebih tinggi dibandingkan gigi permanen. Hal tersebut disebabkan pada
gigi sulung lapisan enamelnya mengandung lebih banyak bahan organik dan air,
sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi tetap (Meishi, 2011). Pada
gigi permanen yang belum erupsi dengan sempurna juga memiliki kerentanan
terhadap karies. Hal ini disebabkan karena gigi yang baru erupsi masih tidak dapat
karies mencapai 97%, dengan indeks DMFT terbesar pada kelompok siswa SD
kelas 2 dan 3.
8
Salah satu program promotif dan preventif yang telah dijalankan oleh
puskesmas yaitu Usaha Kesehatan Gigi sekolah (UKGS) sesuai dengan peraturan
kesehatan gigi dan mulut pada siswa/i sekolah dasar. Upaya promotif dan preventif
paling efektif dilakukan dengan sasaran anak sekolah dasar, karena perawatan
kesehatan gigi harus dilakukan sejak dini dan dilakukan secara kontinyu agar
Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) telah dilaksanakan sejak tahun 1951, tetapi
dampak program UKGS terhadap status kesehatan gigi siswa SD hingga saat ini
masih belum memuaskan. Keterbatasan dokter gigi dan perawat gigi di puskesmas
Tujuan UKGS tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut siswa yang optimal.
Indikator derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal adalah 100% murid SD/MI
telah mendapat pemeriksaan gigi dan mulut . Indikator lain sesuai dengan ketentuan
WHO adalah anak umur 12 tahun mempunyai tingkat keparahan kerusakan gigi
karies mencapai 97%, dengan indeks DMFT terbesar pada kelompok siswa SD
kelas 2 dan 3.
Dari data tersebut, disimpulkan bahwa siswa-siswi SD kelas 2 dan 3 di wilayah
gigi dan mulut. Hal tersebut bertujuan agar kesehatan gigi dan mulut SD/ MI di
derajat kesehatan gigi dan mulut optimal sesuai dengan program yang dicanangkan
mencegah karies selama masa anak-anak dapat diperoleh melalui bebagai cara,
gigi dan mulut merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya karies gigi.
Balongsari terutama kelas 2 dan 3 SD. Karena alasan tersebut, perlu dilakukan
intervensi sebagai langkah awal untuk mengatasi kesehatan gigi dan mulut SD/ MI
agent sangat penting karena agent bertanggung jawab dalam pelaksanaan program
puskesmas, bila agent tidak aktif maka pelaksanaan kegiatan puskesmas juga akan
menjadi tidak lancar dan akibatnya masalah-masalah gigi yang ada di siswa-siswa
SD tidak dapat dideteksi kariesnya secara dini dengan jelas. Hal ini secara langsung
dalam proses transfer informasi antara puskesmas dan siswa SD, sebab melalui
Selain itu deteksi karies secara dini sangat penting dalam mencegah terjadinya
keparahan karies yang lebih lanjut. Oleh karena itu, Agent selain dilatih tentang
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut. Agent juga dilatih tentang cara mendeteksi
kunjungan ke pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada urutan ketiga. Intensistas
pengalaman anak dalam mengalami sakit gigi dalam 6 bulan terakhir terhadap
karies berada pada urutan ke empat. Oleh karena itu diperlukan adanya
keparahan karies.
1.2 Tujuan
Balongsari
Balongsari tentang kondisi gigi dan mulut yang sehat dan tidak sehat
2. Melatih agent agar dapat mengedukasi siswa-siswi SD di wilayah kerja
cara menyikat gigi yang benar dan pola makanan sehat untuk gigi
3. Melatih agent agar dapat melakukan deteksi dini karies pada siswa-
Balongsari
1.3 Manfaat
ilmu pemerintahan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu
menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude)
dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek
practice). Oleh sebab itu, sesuai dengan sasarannya dapat dibedakan adanya (a)
merupakan bagian yang sangat penting dan dapat dikatakan sebagai ujung tombak
(beneficiaries) yang tergantung pada pemberian dari pihak luar seperti pemerintah,
melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau partisipan yang bertindak) yang
13
14
secara mandiri, dan ikut menentukan proses politik di ranah negara. Masyarakat
2002).
2.1.2 Tujuan
agar dapat berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari
tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau menjadi mampu melaksanakan
perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Upaya yang dilakukan agar sasaran
menjadi tahu dan sadar kuncinya terletak pada keberhasilan membuat sasaran
masalah baginya dan bagi masyarakat sekitar. Jika sasaran belum mengetahui dan
menyadari sesuatu tersebut merupakan masalah maka sasaran tidak akan bersedia
menerima informasi lebih lanjut. Perubahan dari tahu menjadi mau pada umumnya
itu juga dengan mengajukan harapan bahwa masalah tersebut bisa dicegah atau
diatasi. Sedangkan jika seorang individu atau suatu kelompok sudah akan berpindah
dari mau menjadi mampu melaksanakan, dapat terkendala oleh dimensi ekonomi.
Dalam hal ini sasaran dapat diberikan bantuan langsung dengan mengajaknya ke
14
masyarakat (community organization) atau pembangunan masyarakat (community
2.1.3 Strategi
perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, pers, partai politik, lembaga donor,
mempunyai dana, aparat yang banyak, kewenangan untuk membuat kerangka legal,
kebijakan untuk pemberian layanan publik, dan lain-lain. Proses pemberdayaan bisa
tersebut membangun kemitraan dan jaringan yang didasarkan pada prinsip saling
Dalam hal pada setiap desa telah terbentuk KPM, maka kemitraan KPM dan
tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Semua metode akan baik bila
digunakan secara tepat yaitu sesuai dengan kebutuhan (Notoatmodjo, 2007). Pada
garis besarnya hanya ada dua jenis metode dalam penyuluhan, yaitu:
Menitik beratkan pendidik yang aktif, sedangkan pihak sasaran tidak diberi
kesempatan untuk aktif. Yang termasuk metode ini adalah: metode ceramah,
Pada metode ini terjadi komunikasi dua arah antara pendidik dan
sandiwara, simulasi, curah pendapat, permainan peran (role playing) dan tanya
jawab. Berdasarkan jumlah sasaran, metode yang dapat digunakan antara lain:
a. Kelompok Besar (lebih dari 15 orang), metode yang baik untuk kelompok
b. Kelompok Kecil (kurang dari 15 orang), metode yang baik untuk kelompok
Ceramah
Ceramah merupakan suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan
suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran
sebelumnya, ada ide, pengertian dan pesan tentang kesehatan yang akan
penyuluh, dapat diterima oleh sasaran yang tidak dapat membaca dan
kepada sasaran untuk berpartisipasi secara pro aktif (sasaran bersifat pasif),
memperhatikan.
Demonstrasi
prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk
Kerugian demonstrasi: tidak dapat dilihat oleh sasaran apabila alat yang
Praktik
ketrampilan murid dalam menyikat gigi yang baik dan benar dilakukan
2.3 Agent
proses pengelolaan dalam suatu organisasi. Dalam pendapat lain kader suatu
organisasi adalah orang yang telah dilatih dan dipersiapkan dengan berbagai
keterampilan dan disiplin ilmu sehingga dia memiliki kemampuan yang diatas rata-
manusia sebagai calon angota dalam organisasi yang melakukan proses seleksi
yang dilatih dan dipersiapkan untuk memiliki keterampilan dan disiplin ilmu.
Agent kesehatan adalah tenaga yang berasal dari masyarakat yang dipilih
oleh masyarakat dan bekerja bersama untuk masyarakat secara sukarela. Peranan
kader sangat penting karena kader bertanggung jawab dalam pelaksanaan program
puskesmas, bila kader tidak aktif maka pelaksanaan kegiatan puskesmas juga akan
menjadi tidak lancar dan akibatnya masalah-masalah yang ada di masyarakat tidak
dapat dideteksi secara dini dengan jelas. Hal ini secara langsung akan
dalam proses transfer informasi antara puskesmas dan masyarakat, sebab melalui
bertanggung jawab terhadap kesehatan gigi dan mulut dengan cara memberikan
3.1.2 Tujuan
Kelompok yang dimaksud adalah agent yang berjumlah 2 orang tiap sekolah yang
merupakan perwakilan guru. Agent diberi pelatihan mengenai beberapa materi yang
berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut terutama tentang karies gigi
menggunakan media pendukung seperti phantom, sikat gigi, flipchart dan modul
probe.
20
21
1. Pengetahuan tentang kondisi gigi dan mulut yang sehat dan tidak sehat
menyikat gigi yang benar dan pola makanan sehat untuk gigi
4. Informasi tentang cara pengisian buku pintar kesehatan gigi dan mulut
Alat dan bahan yang diperlukan dalam pemberdayaan ini adalah materi
pelatihan berupa modul kesehatan gigi, phantom, sikat gigi, flipchart, buku pintar
Agent yang dibentuk berasal dari 2 perwakilan tiap 6 sekolah yang berjumlah 12
EGGSPERIMENT
Kelompok:
M. GENADI A. 021613143015
WIDJAJA OLIVIA V. 021613143016
FEVY SYENDRA L. 021613143017
PUTRI MELINDA I. 021613143018
RR. DWI LISTYORINI 021613143019
NURNYA AINI D. 021613143020
RAHMAD RIFQI F. 021613143021
FRIDA FARDANILA 021613143022
MELLISSA SOLIMAN 021613143023
PRAMADITA S. 021613143024
YOSUA VINCENT A. 021613143002
Dosen Pembimbing:
Dr. Titiek Berniyanti, drg. M. Kes
NIP: 1958102011989022001
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
LAPORAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
EGGSPERIMENT
Disusun oleh:
M. GENADI A. 021613143015
WIDJAJA OLIVIA V. 021613143016
FEVY SYENDRA L. 021613143017
PUTRI MELINDA I. 021613143018
RR. DWI LISTYORINI 021613143019
NURNYA AINI D. 021613143020
RAHMAD RIFQI F. 021613143021
FRIDA FARDANILA 021613143022
MELLISSA SOLIMAN 021613143023
PRAMADITA S. 021613143024
YOSUA VINCENT A. 021613143002
Disetujui oleh:
1.) Dr. Titiek Berniyanti, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing kami
2.) dr. Sri Hawati selaku Kepala Puskesma Balongsari
3.) Dokter, Dokter Gigi, Bidan, beserta staf puskesmas Balongsari
4.) Para Dosen besertaa staf Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan ini, baik
dalam penulisan maupun isi materi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat dibutuhkan dari semua pihak. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat intuk semua pihak.
Tim penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang dapat
sehingga penting untuk menjaga kesehatan gigi sedini mungkin agar dapat bertahan
lama dalam rongga mulut (Pitts, 2007). Masalah terbesar yang dihadapi penduduk
Indonesia seperti juga di negara berkembang lainnya di bidang kesehatan gigi dan
mulut yaitu karies gigi. Di Indonesia, karies gigi masuk dalam 10 besar penyakit
prevalensi karies di Indonesia mencapai 76,2% dengan skor DMF-T mencapai 4,5.
Hal ini juga didukung oleh Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2009
yang menunjukkan bahwa penduduk Indonesia yang menderita karies gigi sebesar
(Kemenkes RI) tahun 2009 yang menunjukan sebanyak 89% anak Indonesia di
bawah 12 tahun menderita karies gigi. Hal ini masih jauh dengan target nasional
pelayanan kesehatan gigi dan mulut Indonesia Sehat Bebas Karies 2030 (PDGI,
2016).
Karies gigi adalah suatu proses kerusakan struktur gigi akibat hilangnya mineral
permukaan gigi. Secara klinis kerusakan struktur gigi ini dapat terlihat mulai dari
gambaran opasitas yang berwarna putih pada enamel sampai keadaan yang lebih
lanjut berupa karies yang luas dan mengenai jaringan pulpa. Apabila karies tidak
26
27
ditangani atau dibiarkan saja, maka hal ini dapat menimbulkan keluhan dan
Anak usia sekolah dasar yaitu usia 6-12 tahun merupakan kelompok yang
rentan terhadap karies gigi dan memerlukan perhatian khusus karena usia tersebut
terjadi pergantian gigi antara gigi sulung dan gigi permanen dimana gigi sulung
tersebut memiliki resiko karies yang lebih tinggi dibandingkan gigi permanen. Hal
tersebut disebabkan pada gigi sulung lapisan enamelnya mengandung lebih banyak
bahan organik dan air, sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi
tetap (Meishi, 2011). Pada gigi permanen yang belum erupsi dengan sempurna juga
memiliki kerentanan terhadap karies. Hal ini disebabkan karena gigi yang baru
biofilm dan tidak dalam jangkauan saat menyikat gigi (Yaslis, 2001; Honkana et
al, 2011).
wilayah kerja Puskesmas Balongsari tertinggi ada pada kelas 2 dan 3. Menurut hasil
karies siswa tergolong tinggi dengan skor DMF-T 5,9 dan prevalensi karies sebesar
97,3%.
Data diatas menunjukan masih tingginya angka karies gigi pada siswa
sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Balongsari. Salah satu faktor risiko yang
28
pengetahuan siswa mengenai kesehatan gigi dan mulut. Oleh karena itu perlu
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
LANDASAN TEORI
sikap seseorang.
perilaku dan lingkungan yang baik bagi kesehatan. Pada dasarnya tujuan utama
29
30
1) Tujuan Program
Merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode waktu
2) Tujuan Pendidikan
3) Tujuan Perilaku
1) Advokasi (advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain
30
31
kesehatan untuk diri mereka sendiri. Bentuk kegiatan ini antara lain
31
32
kesehatannya.
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini selain pada orang yang sehat
juga bagi kelompok yang beresiko. Misalnya, ibu hamil, para perokok, para
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini adalah para penderita penyakit,
pada tingkat ini agar kelompok ini mampu mencegah penyakit tersebut tidak
Sasaran pokok pada promosi kesehatan tingkat ini adalah pada kelompok
penderita atau pasien yang baru sembuh dari suatu penyakit. Tujuan utama
mungkin. Dengan kata lain, promosi kesehatan pada tahap ini adalah
32
33
internal (dari dalam diri manusia) maupun faktor eksternal (di luar diri manusia).
Faktor dari dalam ini terdiri dari faktor fisik dan psikis. Faktor eksternal terjadi pada
berbagai faktor, antara lain sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik,
4 bagian:
1. Lingkungan yang terdapat sosial, fisik, politik, dan ekonomi serta berbagai
2. Perilaku
4. Hereditas (keturunan).
mencakup 4 faktor hal utama di atas. Oleh karena itu dibutuhkan berbagai faktor
faktor lain di luar jangkauan medis untuk menghasilkan kesehatan secara baik,
33
34
2. Metode pendidikan kelompok, dalam metode ini harus diingat bahwa jumlah
populasi yang akan ditujukan haruslah dipertimbangkan. Untuk itu dapat dibagi
menjadi kelompok besar dan kelompok kecil serta kelompok massa. Apabila
peserta lebih dari 15 orang maka dapat dimaksudkan kelompok besar, dimana dapat
apabila jumlah kurang dari 15 orang dapat menggunakan metode diskusi kelompok,
curah pendapat, bola salju, kelompok kecil, serta memainkan peran. Apabila
khalayak yang luas dapat berupa ceramah umum, pesawat televisi, radio,
1). Media bantu lihat (visual) yang berguna dalam menstimulasi indra mata pada
waktu terjadinya proses pendidikan. Dimana media bantu lihat ini dibagi menjadi
2 yaitu media yang diproyeksikan misalnya slide, film, film strip dan sebagainya,
sedangkan media yang tidak diproyeksikan misalnya peta, buku, leaflet, bagan dan
lain sebagainya.
34
35
2). Media bantu dengar (audio) dimana merangsang indra pendengaran sewaktu
3). Media lihat-dengar seperti televisi, video cassete dan lain sebagainya
(Notoatmodjo, 2007).
Menurut Levie & Lentz (1982) menjelaskan bahwa terdapat empat fungsi yang
didapatkan dari media visual, diantaranya fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi
menarik dan mengarahkan siswa untuk berkonsentrasi terhadap isi pelajaran yang
berhubungan dengan makna visual yang ditampilkan atau dapat berupa teks
membaca atau melihat gambar yang sedang dibaca dimana dari teks dan gambar
tersebut dapat menggugah rasa emosi dan sifat siswa misalnya informasi yang
menyangkut sosial dan ras. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-
pesan yang terkandung dalam gambar. Sedangkan pada fungsi audio menurut
Hamdani (2011) merupakan suatu proses penyampaian pesan yang hanya didapat
dan kemampuan dari para siswa untuk memperoleh bahan ajar (Hamdani, 2011).
Semakin banyak panca-indra yang digunakan, semakin banyak dan semakin jelas
pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa
35
36
(kurang lebih 75% - 87%), sedangkan 13% - 25% pengetahuan manusia diperoleh
atau disalurkan melalui indra lainnya (Heri, 2009). Perpaduan saluran informasi
melalui mata 75% dan telinga 13% akan memberikan rangsangan yang cukup baik
2.4. Pengetahuan
manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan dari manusia untuk memahami
suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang baik lewat indra
maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal
1. Tahu (know)
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu bahan yang telah dipelajari
kembali (recall) sesuatu yang bersifat khusus dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
2. Memahami (comprehension)
36
37
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menjelaskan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
3. Aplikasi (application)
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain yang masih berhubungan
dengan materi.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
dan masih ada kaitannya dengan satu sama lain. Kemampuan analisa sudah
5. Sintesis (synthesis)
bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis adalah suatu
37
38
(Notoatmodjo, 2007).
6. Evaluasi (evaluation)
suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu dilandaskan pada suatu kriteria
(Notoatmodjo, 2007).
nilai-nilai dan lain sebagainya yang terdapat dalam diri individu maupun
seperti umur, status sosial ekonomi, pendidikan, sumber daya atau potensi
masyarakat. Faktor pendorong (reinforcing factor) meliputi sikap dan sikap dari
orang sekitar individu. Misalnya: sikap orang tua, suami, tokoh masyarakat
bahwa belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
38
39
Trianto (2010) belajar dapat dimaksudkan sebagai dari yang belum tahu
menjadi tahu, dari yang belum paham menjadi paham, dari mengubah kebiasaan
lama menjadi kebiasaan baru serta dapat bermanfaat bagi lingkungan maupun
belajarnya.
garis besarnya meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
keluarga dapat melalui dari cara orang tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, waktu sekolah,
Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004) yaitu faktor internal dan faktor
39
40
struktur tubuh dan sebagainya, sedangkan faktor psikologi dapat melalui faktor
intelelektif yaitu faktor potensial dan kecakapan nyata. Pada faktor eksternal
yang berperan yaitu faktor sosial, budaya, lingkungan fisik dan lingkungan
spiritual.
pada manusia. Ada beberapa model yang digunakan untuk menjelaskan proses
Parke, 1986).
perubahan yang terjadi pada tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara
Budiningsih, 2005) menjelaskan bahwa stimulus yaitu apa saja yang dapat
lain yang dapat ditangkap melalui indra. Sedangkan respons yaitu reaksi yang
dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran,
tujuan tersebut dapat mengubah sikap peserta didik yang dapat diukur.
40
41
Teori belajar kognitif sifatnya lebih mementingkan proses belajar dari pada
bukanlah sekedar stimulus dan respon yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari
itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam diri
individu yang sedang belajar. Oleh karena itu, menurut aliran kognitif belajar
adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan
Dalam teori ini menjelaskan belajar bukanlah sekedar menghafal akan tetapi,
41
BAB 3
3.1 Definisi
kesehatan gigi dan mulut yang dikemas menarik bagi anak-anak dalam
bentuk eksperimen atau percobaan. Selain itu juga sebagai sarana belajar
3.1.1 Tujuan
bentukeksperimen.
bantu flip chart, hal ini bertujuan untuk memberikan siswa pengetahuan
dasar tentang gigi sehat dan gigi tidak sehat serta pentingnya menyikat gigi.
nya, salah satu telur disikat menggunakan sikat gigi dan pasta gigi. Hal ini
42
43
yang terjadi antara telur yang disikat dan telur yang tidak disikat.
khususnya tentang gigi sehat dan gigi tidak sehat serta pentingnya
suatu teori yang telah dipelajari. Selain itu dalam program Eggsperiment
‘es teh’. Pemilihan media ini berdasarkan penelitian yang telah ada
cangkang telur mirip dengan kalsium yang ada pada tulang dan gigi,
1. Flip chart,
2. Meja
3. Telur
4. Air
5. Gelas
6. Pewarna makanan
8. Alat tulis
latihan atau demonstrasi cara memelihara kebersihan gigi dan mulut serta
sebagai media untuk menanamkan kebiasaan hidup sehat dan bersih pada anak
pengetahuan serta perilaku anak mengenai kesehatan gigi dan mulut akan
meningkat.
dan kelas 3 oleh Tim PKL FKG, yang dilaksanakan mulai tanggal 31 Agustus
Kelompok:
M. GENADI A. 021613143015
WIDJAJA OLIVIA V. 021613143016
FEVY SYENDRA L. 021613143017
PUTRI MELINDA I. 021613143018
RR. DWI LISTYORINI 021613143019
NURNYA AINI D. 021613143020
RAHMAD RIFQI F. 021613143021
FRIDA FARDANILA 021613143022
MELLISSA SOLIMAN 021613143023
PRAMADITA S. 021613143024
YOSUA VINCENT 021613143025
Dosen Pembimbing:
Dr. Titiek Berniyanti, drg. M. Kes
NIP: 1958102011989022001
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
LAPORAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KEBERSIHAN GIGI & MULUT MASYARAKAT
PUSKESMAS BALONGSARI
Disusun oleh:
M. GENADI A. 021613143015
WIDJAJA OLIVIA V. 021613143016
FEVY SYENDRA L. 021613143017
PUTRI MELINDA I. 021613143018
RR. DWI LISTYORINI 021613143019
NURNYA AINI D. 021613143020
RAHMAD RIFQI F. 021613143021
FRIDA FARDANILA 021613143022
MELLISSA SOLIMAN 021613143023
PRAMADITA S. 021613143024
YOSUA VINCENT 021613143025
Disetujui oleh:
1.) Dr. Titiek Berniyanti, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing kami
2.) dr. Sri Hawati selaku Kepala Puskesma Balongsari
3.) Dokter, Dokter Gigi, Bidan, beserta stas puskesmas Balongsari
4.) Para Dosen besertaa staf Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangn dalam laporan ini, baik
dalam penulisan maupun isi materi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat dibutuhkan dari semua pihak. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat intuk semua pihak.
Tim penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang dapat
sehingga penting untuk menjaga kesehatan gigi sedini mungkin agar dapat bertahan
lama dalam rongga mulut (Pitts, 2007). Masalah terbesar yang dihadapi penduduk
Indonesia seperti juga di negara berkembang lainnya di bidang kesehatan gigi dan
mulut yaitu karies gigi. Di Indonesia, karies gigi masuk dalam 10 besar penyakit
prevalensi karies di Indonesia mencapai 76,2% dengan skor DMF-T mencapai 4,5.
Hal ini juga didukung oleh Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2009
yang menunjukkan bahwa penduduk Indonesia yang menderita karies gigi sebesar
(Kemenkes RI) tahun 2009 yang menunjukan sebanyak 89% anak Indonesia di
bawah 12 tahun menderita karies gigi. Hal ini masih jauh dengan target nasional
pelayanan kesehatan gigi dan mulut Indonesia Sehat Bebas Karies 2030 (PDGI,
2016).
Karies gigi adalah suatu proses kerusakan struktur gigi akibat hilangnya mineral
permukaan gigi. Secara klinis kerusakan struktur gigi ini dapat terlihat mulai dari
gambaran opasitas yang berwarna putih pada enamel sampai keadaan yang lebih
48
49
lanjut berupa karies yang luas dan mengenai jaringan pulpa. Apabila karies tidak
ditangani atau dibiarkan saja, maka hal ini dapat menimbulkan keluhan dan
seperti gigi dan saliva, mikroorganisme, makanan, serta waktu yang saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Selain itu, faktor resiko yang mempengaruhi
keparahan karies antara lain usia, jenis kelamin, pendidikan, dan perilaku terhadap
melaksanakan rutinitas menyikat gigi setiap hari sebesar 93,8%. Namun prevalensi
masalah gigi dan mulut di Jawa Timur masih diatas rata rata yaitu 28,6% (Trihono,
2013). Secara teoritik kebiasaan menyikat gigi meliputi banyak hal, antaranya harus
penggunaan alat yang tepat untuk menyikat gigi, cara yang tepat untuk menyikat
gigi, durasi menyikat gigi serta cara menyimpan dan menjaga sikat gigi. Hal hal
tersebut perlu diperhatikan agar kegiatan menyikat gigi lebih efektif dalam
sisa sisa makanan yang menempel setelah makan, oleh karena itu disarankan
menyikat gigi setelah makan pagi. Serta frekuensi menyikat gigi yang paling
penting adalah saat malam hari sebelum tidur, hal ini dikarenakan saat tidur
produksi air liur menurun, sehingga aliran saliva berkurang yang menyebabkan efek
self cleansing berkurang. Apabila self cleansing menurun, plak mampu mengalami
maturasi sehingga jumlah bakterinya semakin banyak. Pada sebab itulah gigi lebih
50
rentan terhadap penyakit gigi dan mulut. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk
dan NGT yang telah dilakukan, Buku Kesehatan Gigi menjadi alternative solusi
1.2 Tujuan
menyikat gigi yang salah, dan agar dapat meningkatkan perilaku kunjungan
mengenai
1.3 Manfaat
1. Sebagai alat pencatatan data karies gigi siswa SD yang dapat dikontrol
2. Sebagai alat pencatatan rutinitas sikat gigi siswa SD yang dapat dikontrol
3. Sebagai alat edukasi oleh dokter gigi kecil dan agent untuk siswa SD
LANDASAN TEORI
2.1.1 Definisi
serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu
menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude)
dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek
practice). Oleh sebab itu, sesuai dengan sasarannya dapat dibedakan adanya (a)
kebersihan merupakan bagian yang sangat penting dan dapat dikatakan sebagai
(beneficiaries) yang tergantung pada pemberian dari pihak luar seperti pemerintah,
melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau partisipan yang bertindak) yang
berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri bukan berarti lepas dari
52
53
dan ikut menentukan proses politik di ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi
2.1.2 Tujuan
membantu masyarakat (sasaran), agar dapat berubah dari tidak tahu menjadi tahu
atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau
Upaya yang dilakukan agar sasaran menjadi tahu dan sadar kuncinya terletak pada
gingivitis) yang merupakan masalah baginya dan bagi masyarakat sekitar. Jika
maka sasaran tidak akan bersedia menerima informasi lebih lanjut. Perubahan dari
tahu menjadi mau pada umumnya dicapai dengan menyajikan fakta-fakta dan
mendramatisasi masalah. Tetapi selain itu juga dengan mengajukan harapan bahwa
masalah tersebut bisa dicegah atau diatasi. Sedangkan jika seorang individu atau
suatu kelompok sudah akan berpindah dari mau menjadi mampu melaksanakan,
dapat terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini sasaran dapat diberikan
RI, 2012)
perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, pers, partai politik, lembaga donor,
mempunyai dana, aparat yang banyak, kewenangan untuk membuat kerangka legal,
kebijakan untuk pemberian layanan publik, dan lain-lain. Proses pemberdayaan bisa
tersebut membangun kemitraan dan jaringan yang didasarkan pada prinsip saling
Dalam hal pada setiap desa telah terbentuk KPM, maka kemitraan KPM dan
tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Semua metode akan baik bila
55
digunakan secara tepat yaitu sesuai dengan kebutuhan (Notoatmodjo, 2007). Pada
garis besarnya hanya ada dua jenis metode dalam penyuluhan, yaitu :
1. Metode One Way Methode Menitik beratkan pendidik yang aktif, sedangkan
pihak sasaran tidak diberi kesempatan untuk aktif. Yang termasuk metode ini
selebaran, pameran.
2. Metode Two Way Methode Pada metode ini terjadi komunikasi dua arah antara
1. Kelompok Besar (lebih dari 15 orang), metode yang baik untuk kelompok besar
2. Kelompok Kecil (kurang dari 15 orang), metode yang baik untuk kelompok ini
antara lain : diskusi kelompok, curah pendapat (brain storming), memainkan peran
(roleplay). Salah satu program Usaha Kebersihan Gigi Sekolah (UKGS) adalah
1. Ceramah
yang telah dipersiapkan sebelumnya, ada ide, pengertian dan pesan tentang
56
sasaran, bila ada jumlahnya sangat dibatasi dan menggunakan alat peraga
penyuluh, dapat diterima oleh sasaran yang tidak dapat membaca dan
kepada sasaran untuk berpartisipasi secara pro aktif (sasaran bersifat pasif),
2. Demonstrasi
dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk
Kerugian demonstrasi : tidak dapat dilihat oleh sasaran apabila alat yang
3. Praktik
mengetahui ketrampilan murid dalam menyikat gigi yang baik dan benar
yang menjadi kebiasaan dalam menjaga dan memelihara rongga mulut. Salah satu
Menyikat gigi merupakan prosedur rutin yang dilakukan oleh setiap orang.
Menyikat gigi adalah tindakan menyikat gigi yang bertujuan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan mulut terutama gigi dan mampu menimbulkan rasa segar
dalam mulut dengan penambahan pasta gigi, mencegah terjadinya karies dan
penyakit periodontal, mencegah tertumpuknya sisa makanan pada sela-sela gigi dan
Plak merupakan lapisan lengket pada gigi yang mengandung bakteri dan
sisa makanan yang terbentuk pada gigi. Biasanya plak menempel pada celah celah
dan fissure gigi yang menghasilkan zat asam dan apabila tidak dibersihkan akan
merusak gigi (Potter, 2005). Plak tidak dapat dibersihkan dengan hanya kumur
58
kumur, semprotan air atau udara, tetapi plak hanya dapat dibersihkan dengan cara
mekanis. Sampai saat ini cara mekanis yang paling efektif untuk membersihkan
plak adalah menyikat gigi. Oleh karena itu, tindakan tersebut termasuk tindakan
kebiasaan.
melaksanakan rutinitas menyikat gigi setiap hari sebesar 93,8%. Namun prevalensi
masalah gigi dan mulut di Jawa Timur masih diatas rata rata yaitu 28,6% (Trihono,
2013). Secara teoritik kebiasaan menyikat gigi meliputi banyak hal, antaranya harus
penggunaan alat yang tepat untuk menyikat gigi, cara yang tepat untuk menyikat
gigi, durasi menyikat gigi serta cara menyimpan dan menjaga sikat gigi. Hal hal
tersebut perlu diperhatikan agar kegiatan menyikat gigi lebih efektif dalam
sesudah makan yaitu makan pagi dan serta sebelum tidur. Namun, dalam praktiknya
hal tersebut tidak selalu dapat dilakukan, terutama pada siang hari ketika seseorang
Association (ADA) menyatakan bahwa penyikatan gigi sebaiknya dua kali sehari,
yaitu setiap kali setelah makan pagi dan sebelum tidur (Hayasaki et al., 2014).
sisa sisa makanan yang menempel setelah makan, oleh karena itu disarankan
menyikat gigi setelah makan pagi. Serta frekuensi menyikat gigi yang paling
penting adalah saat malam hari sebelum tidur, hal ini dikarenakan saat tidur
59
produksi air liur menurun, sehingga aliran saliva berkurang yang menyebabkan efek
self cleansing berkurang. Apabila self cleansing menurun, plak mampu mengalami
maturasi sehingga jumlah bakterinya semakin banyak. Pada sebab itulah gigi lebih
rentan terhadap penyakit gigi dan mulut. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk
gigi untuk menjaga kebersihan rongga mulutnya. Apabila tidak teratur menyikat
gigi pada waktu yang telah disebut di atas, plak dan sisa makanan akan tetap
menyikat gigi lebih biasa dilakukan saat mandi pagi dan mandi sore dibandingkan
sebelum tidur malam. Hal ini berdasarkan prevalensi menyikat gigi saat mandi pagi
adalah 94,2 % serta saat mandi sore adalah 79,7 %, sedangkan prevalensi untuk
kebersihan gigi dan mulut, seperti ciri oral hygiene yang baik dan buruk, efek yang
ditimbulkan bila memiliki oral hygiene yang buruk, serta memiliki kebiasaan
menjaga kesehatan gigi yang buruk juga, berakibat memiliki tingkat keparahan
penyakit gigi dan mulut yang parah. Hal tersebut disebabkan ketidaktahuan subyek
terhadap hal-hal yang dapat membahayakan kesehatan gigi dan mulutnya, sehingga
subyek merasa tidak memiliki tanggung jawab untuk menjaganya. Pada usia
Sekolah Dasar, tingkat pengetahuan anak tentang kebersihan gigi dan mulut
60
dipengaruhi oleh peran orang tua dan guru di sekolah sebagai role model anak dan
kebersihan gigi dan mulut orang tua dan guru mempengaruhi cara berpikir anak
Cara menyikat gigi yang tepat menurut American Dental Association (2012) yaitu
dengan:
3. Sikat permukaan luar, permukaan bagian dalam, dan permukaan gigi yang
mengunyah.
4. Untuk membersihkan bagian dalam gigi depan, miringkan sikat secara vertikal
5. Sikat lidah untuk membersihkan bakteri dan menjaga agar nafas tetap sega
BAB 3
3.1.1 Definisi
(edukasi) bagi siswa SD dan keluarganya, juga pencatatan data karies gigi siswa
SD yang dapat dikontrol oleh orang tua siswa, guru, dan dokter gigi puskesmas.
Disebut alat edukasi karena buku pintar berisikan informasi mengenai pengetahuan
dasar tentang kebersihan gigi dan mulut terhadap siswa SD, cara menyikat gigi yang
baik dan benar, mengetahui makanan yang baik dan buruk bagi kesehatan gigi dan
mulut. Disebut alat kontrol antar orang tua, guru, dan dokter gigi puskesmas karena
berisikan data sikat gigi dan karies gigi siswa yang selalu diawasi oleh orang tua,
3.1.2 Tujuan
kondisi rongga mulut siswa SD serta memberikan media kontrol bagi orang tua,
guru, dan dokter gigi puskesmas mengenai data sikat gigi dan karies gigi siswa SD.
Metode untuk Buku Kesehatan Gigi dan Mulut dengan cara Buku
Kesehatan Gigi dan Mulut diberikan kepada siswa kelas 2 dan 3 SDN Balongsari,
MI Wachid Hasyim, SDN Tandes Kidul I, SDN Tandes Kidul II, SDN Gadel, MI
61
62
Mifahatul Huda. Buku diberikan dan dibawa setiap hari ke sekolah untuk dicek
oleh guru dan dicek oleh orang tua di rumah setiap hari.
Untuk siswa SD, diajarkan untuk rutin mengisi kalender sikat gigi yang
selalu diawasi oleh orang tua dan guru. Untuk agent diajarkan cara mengisi data
karies gigi siswa yang kemudian dapat memberikan rujukan untuk dilakukan
Kesehatan Gigi dan Mulut sebagai alat untuk mengontrol data karies gigi siswa SD.
Media Buku Kesehatan Gigi dan Mulut berisi mengenai pengetahuan umum
kebersihan gigi dan mulut dan media kontrol perawatan gigi siswa SD. Pengetahuan
umum tersebut berisikan mengenai makanan yang baik dan buruk bagi kesehatan
gigi dan mulut, waktu yang tepat untuk menyikat gigi, dan cara menyikat gigi yang
baik dan benar. Media kontrol berisikan kalender yang selalu diisi setiap kali sikat
1. Laptop
2. Layanan Internet
3. Kertas
4. Print
5. Alat Perekam
yang salah, meningkatkan pengetahuan anak mengenai tanda klinis kesehatan gigi
kesehatan gigi dan mulut. Target program ini adalah siswa kelas 2 dan 3 SDN
Balongsari, MI Wachid Hasyim, SDN Tandes Kidul I, SDN Tandes Kidul II, SDN
Kelompok:
M. GENADI A. 021613143015
WIDJAJA OLIVIA V. 021613143016
FEVY SYENDRA L. 021613143017
PUTRI MELINDA I. 021613143018
RR. DWI LISTYORINI 021613143019
NURNYA AINI D. 021613143020
RAHMAD RIFQI F. 021613143021
FRIDA FARDANILA 021613143022
MELLISSA SOLIMAN 021613143023
PRAMADITA S. 021613143024
YOSUA VINCENT 021613143025
Dosen Pembimbing:
Dr. Titiek Berniyanti, drg. M. Kes
NIP: 1958102011989022001
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
LAPORAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KEBERSIHAN GIGI & MULUT MASYARAKAT
PUSKESMAS BALONGSARI
Disusun oleh:
M. GENADI A. 021613143015
WIDJAJA OLIVIA V. 021613143016
FEVY SYENDRA L. 021613143017
PUTRI MELINDA I. 021613143018
RR. DWI LISTYORINI 021613143019
NURNYA AINI D. 021613143020
RAHMAD RIFQI F. 021613143021
FRIDA FARDANILA 021613143022
MELLISSA SOLIMAN 021613143023
PRAMADITA S. 021613143024
YOSUA VINCENT 021613143025
Disetujui oleh:
1.) Dr. Titiek Berniyanti, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing kami
2.) dr. Sri Hawati selaku Kepala Puskesma Balongsari
3.) Dokter, Dokter Gigi, Bidan, beserta stas puskesmas Balongsari
4.) Para Dosen besertaa staf Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangn dalam laporan ini, baik
dalam penulisan maupun isi materi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat dibutuhkan dari semua pihak. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat intuk semua pihak.
Tim penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang dapat
sehingga penting untuk menjaga kesehatan gigi sedini mungkin agar dapat bertahan
lama dalam rongga mulut (Pitts, 2007). Masalah terbesar yang dihadapi penduduk
Indonesia seperti juga di negara berkembang lainnya di bidang kesehatan gigi dan
mulut yaitu karies gigi. Di Indonesia, karies gigi masuk dalam 10 besar penyakit
prevalensi karies di Indonesia mencapai 76,2% dengan skor DMF-T mencapai 4,5.
Hal ini juga didukung oleh Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2009
yang menunjukkan bahwa penduduk Indonesia yang menderita karies gigi sebesar
(Kemenkes RI) tahun 2009 yang menunjukan sebanyak 89% anak Indonesia di
bawah 12 tahun menderita karies gigi. Hal ini masih jauh dengan target nasional
pelayanan kesehatan gigi dan mulut Indonesia Sehat Bebas Karies 2030 (PDGI,
2016).
Karies gigi adalah suatu proses kerusakan struktur gigi akibat hilangnya mineral
permukaan gigi. Secara klinis kerusakan struktur gigi ini dapat terlihat mulai dari
gambaran opasitas yang berwarna putih pada enamel sampai keadaan yang lebih
lanjut berupa karies yang luas dan mengenai jaringan pulpa. Apabila karies tidak
67
68
ditangani atau dibiarkan saja, maka hal ini dapat menimbulkan keluhan dan
seperti gigi dan saliva, mikroorganisme, makanan, serta waktu yang saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Selain itu, faktor resiko yang mempengaruhi
keparahan karies antara lain usia, jenis kelamin, pendidikan, dan perilaku terhadap
melaksanakan rutinitas menyikat gigi setiap hari sebesar 93,8%. Namun prevalensi
masalah gigi dan mulut di Jawa Timur masih diatas rata rata yaitu 28,6% (Trihono,
2013). Secara teoritik kebiasaan menyikat gigi meliputi banyak hal, antaranya harus
penggunaan alat yang tepat untuk menyikat gigi, cara yang tepat untuk menyikat
gigi, durasi menyikat gigi serta cara menyimpan dan menjaga sikat gigi. Hal hal
tersebut perlu diperhatikan agar kegiatan menyikat gigi lebih efektif dalam
sisa sisa makanan yang menempel setelah makan, oleh karena itu disarankan
menyikat gigi setelah makan pagi. Serta frekuensi menyikat gigi yang paling
penting adalah saat malam hari sebelum tidur, hal ini dikarenakan saat tidur
produksi air liur menurun, sehingga aliran saliva berkurang yang menyebabkan efek
self cleansing berkurang. Apabila self cleansing menurun, plak mampu mengalami
maturasi sehingga jumlah bakterinya semakin banyak. Pada sebab itulah gigi lebih
69
rentan terhadap penyakit gigi dan mulut. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk
dan NGT yang telah dilakukan, Gerakan sikat gigi bersama menjadi alternative
solusi untuk permasalahan frekuensi menyikat gigi anak yang salah dan kejadian
karies gigi pada anak tingkat kelas bawah lebih tinggi daripada tingkat kelas atas.
1.5 Tujuan
1.6 Manfaat
LANDASAN TEORI
2.1.1 Definisi
serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu
menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude)
dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek
practice). Oleh sebab itu, sesuai dengan sasarannya dapat dibedakan adanya (a)
kebersihan merupakan bagian yang sangat penting dan dapat dikatakan sebagai
(beneficiaries) yang tergantung pada pemberian dari pihak luar seperti pemerintah,
melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau partisipan yang bertindak) yang
berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri bukan berarti lepas dari
70
71
dan ikut menentukan proses politik di ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi
2.1.2 Tujuan
membantu masyarakat (sasaran), agar dapat berubah dari tidak tahu menjadi tahu
atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau
Upaya yang dilakukan agar sasaran menjadi tahu dan sadar kuncinya terletak pada
gingivitis) yang merupakan masalah baginya dan bagi masyarakat sekitar. Jika
maka sasaran tidak akan bersedia menerima informasi lebih lanjut. Perubahan dari
tahu menjadi mau pada umumnya dicapai dengan menyajikan fakta-fakta dan
mendramatisasi masalah. Tetapi selain itu juga dengan mengajukan harapan bahwa
masalah tersebut bisa dicegah atau diatasi. Sedangkan jika seorang individu atau
suatu kelompok sudah akan berpindah dari mau menjadi mampu melaksanakan,
dapat terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini sasaran dapat diberikan
RI, 2011).
perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, pers, partai politik, lembaga donor,
mempunyai dana, aparat yang banyak, kewenangan untuk membuat kerangka legal,
kebijakan untuk pemberian layanan publik, dan lain-lain. Proses pemberdayaan bisa
tersebut membangun kemitraan dan jaringan yang didasarkan pada prinsip saling
Dalam hal pada setiap desa telah terbentuk KPM, maka kemitraan KPM dan
tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Semua metode akan baik bila
digunakan secara tepat yaitu sesuai dengan kebutuhan (Notoatmodjo, 2007). Pada
garis besarnya hanya ada dua jenis metode dalam penyuluhan, yaitu :
1. Metode One Way Methode Menitik beratkan pendidik yang aktif, sedangkan
pihak sasaran tidak diberi kesempatan untuk aktif. Yang termasuk metode ini
selebaran, pameran.
2. Metode Two Way Methode Pada metode ini terjadi komunikasi dua arah antara
1. Kelompok Besar (lebih dari 15 orang), metode yang baik untuk kelompok besar
2. Kelompok Kecil (kurang dari 15 orang), metode yang baik untuk kelompok ini
antara lain : diskusi kelompok, curah pendapat (brain storming), memainkan peran
(roleplay). Salah satu program Usaha Kebersihan Gigi Sekolah (UKGS) adalah
1. Ceramah
yang telah dipersiapkan sebelumnya, ada ide, pengertian dan pesan tentang
sasaran, bila ada jumlahnya sangat dibatasi dan menggunakan alat peraga
penyuluh, dapat diterima oleh sasaran yang tidak dapat membaca dan
kepada sasaran untuk berpartisipasi secara pro aktif (sasaran bersifat pasif),
2. Demonstrasi
dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk
Kerugian demonstrasi : tidak dapat dilihat oleh sasaran apabila alat yang
3. Praktik
mengetahui ketrampilan murid dalam menyikat gigi yang baik dan benar
gigi dari sisa-sisa makanan, bakteri, dan plak. Dalam membersihkan gigi, harus
penggunaan alat yang tepat untuk membersihkan gigi, dan cara yang tepat untuk
membersihkan gigi. Oleh karena itu, kebiasaan menggosok gigi merupakan tingkah
laku manusia dalam membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan yang dilakukan
Kebiasaan merawat gigi dengan menyikat gigi minimal dua kali sehari pada
waktu yang tepat pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur serta
melaksanakan rutinitas menyikat gigi setiap hari sebesar 93,8%. Namun prevalensi
masalah gigi dan mulut di Jawa Timur masih diatas rata rata yaitu 28,6% (Trihono,
2013).
sesudah makan yaitu makan pagi dan serta sebelum tidur. Namun, dalam praktiknya
hal tersebut tidak selalu dapat dilakukan, terutama pada siang hari ketika seseorang
Association (ADA) menyatakan bahwa penyikatan gigi sebaiknya dua kali sehari,
yaitu setiap kali setelah makan pagi dan sebelum tidur (Hayasaki et al., 2014).
sisa sisa makanan yang menempel setelah makan, oleh karena itu disarankan
menyikat gigi setelah makan pagi. Serta frekuensi menyikat gigi yang paling
penting adalah saat malam hari sebelum tidur, hal ini dikarenakan saat tidur
produksi air liur menurun, sehingga aliran saliva berkurang yang menyebabkan efek
self cleansing berkurang. Apabila self cleansing menurun, plak mampu mengalami
maturasi sehingga jumlah bakterinya semakin banyak. Pada sebab itulah gigi lebih
rentan terhadap penyakit gigi dan mulut. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk
gigi untuk menjaga kebersihan rongga mulutnya. Apabila tidak teratur menyikat
gigi pada waktu yang telah disebut di atas, plak dan sisa makanan akan tetap
menyikat gigi lebih biasa dilakukan saat mandi pagi dan mandi sore dibandingkan
sebelum tidur malam. Hal ini berdasarkan prevalensi menyikat gigi saat mandi pagi
adalah 94,2 % serta saat mandi sore adalah 79,7 %, sedangkan prevalensi untuk
pernyataan ini dengan menyatakan bahwa pasien harus menyikat gigi secara teratur,
minimal 2 dua kali sehari yaitu pagi hari setelah sarapan dan sebelum tidur malam.
Waktu menyikat gigi pada setiap orang tidak sama, bergantung pada beberapa
debris. Menyikat gigi dua kali sehari cukup baik pada jaringan periodonsium yang
sehat, tetapi pada jaringan periodonsium yang tidak sehat dianjurkan menyikat gigi
menyikat gigi maksimum selama 2-3 menit. Penentuan waktu ini tidak sama pada
setiap orang terutama pada orang yang sangat memerlukan program kontrol plak.
Bila menyikat gigi dilakukan dalam waktu yang singkat, maka hasilnya tidak begitu
baik daripada bila menyikat gigi dilakukan dalam waktu yang lebih lama,
Terdapat berbagai variasi mengenai sikat gigi. Ada bentuk sikat gigi yang
permukaan bulu sikatnya berbentuk lurus, cembung, dan cekung sehingga dapat
mencapai daerah tertentu dalam lengkung rahang. Oleh sebab itu, dianjurkan
pemakaian sikat gigi yang serabutnya lurus dan sama panjang(Ariningrum, 2000).
Sikat gigi manual yang baik harus memenuhi persyaratan, antara lain ukuran
permukaan bulu sikatnya adalah (panjang: 1-11/4 inci (2,5-3,0 cm) dan lebar: 5/16-
3/8 inci (8,0-9,5 mm) ); bulu sikatnya tersusun (baris: 2-4 baris rumpun dan
rumpun: 5-12 rumpun perbaris); serta permukaan bulu sikatnya terpotong rata.22
Setiap kali sesudah dipakai, sikat gigi harus dibersihkan dibawah air mengalir
supaya tidak ada sisa-sisa makanan atau pasta gigi yang tertinggal. Setelah bersih,
sikat gigi diletakkan dalam posisi berdiri supaya lekas kering dengan tujuan agar
sikat gigi tidak lembab dan basah. Sikat gigi perlu diganti 2-3 bulan setelah
pemakaian, oleh karena bulu sikat gigi sudah tidak dapat bekerja dengan baik dan
Fungsi utama pasta gigi adalah membantu sikat gigi dalam membersihkan
permukaan gigi dari pewarnaan gigi dan sisa-sisa makanan dan fungsi sekundernya
bau mulut. Umumnya pasta gigi mengandung bahan abrasive 20-40%, pelembab
(humectant) 20-40%, air 20-40%, bahan penyegar ±2%, bahan pemanis ± 2%,
bahan pengikat (binding agent) 2%, detergen 1-2%, bahan terapeutik ± 5%, dan
diperhatikan cara menyikat gigi tersebut jangan sampai merusak struktur gigi. Ada
horizontal, metode Roll, metode Bass, metode Charter, metode Fones atau teknik
gigi ini tergantung pada beberapa hal, yaitu besar dan bentuk rahang, susunan dan
inklinasi gigi geligi, derajat retraksi gusi, hilangnya gigi geligi dan keterampilan
1. Metode Vertikal: dilakukan untuk menyikat bagian depan gigi, kedua rahang
tertutup lalu gigi disikat dengan gerakan ke atas dan ke bawah. Untuk permukaan
gigi belakang, gerakan yang dilakukan sama tetapi mulut dalam keadaan terbuka.
Sedangkan pada metode horizontal semua permukaan gigi disikat dengan gerakan
ke kiri dan ke kanan. Kedua metode tersebut cukup sederhana, tetapi tidak begitu
baik untuk dipergunakan karena dapat mengakibatkan resesi gingiva dan abrasi
gigi.
2. Metode Roll: ujung bulu sikat diletakkan dengan posisi mengarah ke akar gigi
dan arah bulu sikat pada margin gingiva, sehingga sebagian bulu sikat menekan
gusi. Ujung bulu sikat digerakkan perlahan-lahan sehingga kepala sikat gigi
mahkota juga disikat. Gerakan ini diulangi 8-12 kali pada setiap daerah dengan
sistematis. Cara pemijatan ini terutama bertujuan untuk pemijatan gusi dan untuk
3. Metode Charter: ujung bulu sikat diletakkan pada permukaan gigi (oklusal),
membentuk sudut 45 derajat terhadap sumbu panjang gigi dan ke atas. Sikat gigi
digetarkan membentuk lingkaran kecil, tetapi ujung bulu sikat harus berkontak
denga tepi gusi. Setiap bagian dapat dibersihkan 2-3 gigi. Metode ini merupakan
cara yang baik untuk pemeliharaan jaringan pendukung gigi, walaupun agak sukar
untuk dilakukan.
4. Metode Bass: bulu sikat pada permukaan gigi membentuk sudut 45 derajat
dengan panjang gigi dan diarahkan ke akar gigi sehingga menyentuh tepi gusi.
Dengan cara demikian saku gusi dapat dibersihkan dan tepi gusinya dapat dipijat.
Sikat gigi digerakkan dengan getaran kecil-kecil ke depan dan ke belakang selama
kurang lebih 15 detik. Teknik ini hampir sama dengan teknik Roll, hanya berbeda
pada cara pergerakan sikat giginya dan cara penyikatan permukaan belakang gigi
depan. Untuk permukaan belakang gigi depan, sikat gigi dipegang secara vertikal.
5. Metode Fones atau teknik sirkuler: bulu sikat ditempelkan tegak lurus pada
permukaan gigi. Kedua rahang dalam keadaan mengatup. Sikat gigi digerakkan
membentuk lingkaran-lingkaran besar, sehingga gigi dan gusi rahang atas dan
bawah dapat disikat sekaligus. Daerah diantara 2 gigi tidak mendapat perhatian
khusus. Untuk permukaan belakang gigi, gerakan yang dilakukan sama tetapi
dengan resesi gingiva yang parah disertai tersingkapnya akar gigi, guna
menghindari dekstruksi yang lebih parah pada jaringan akibat abrasi sikat gigi.
Jenis sikat gigi yang dianjurkan adalah sikat gigi dengan kekerasan bulu sikat
sedang sampai keras, yang terdiri dari dua atau tiga baris rumpun bulu sikat.
81
Teknik penyikatan gigi yang dilakukan pada usia sekolah adalah teknik roll.
Metode penyikatan gigi pada anak lebih ditekankan agar mampu membersihkan
3.1.1 Definisi
langsung.
3.1.2 Tujuan
Program sikat gigi bersama dilakukan kepada siswa kelas 2 dan 3 SDN
dan SDN Gadel. Siswa diinstruksikan untuk membawa sikat gigi dan pasta gigi dari
memberikan demo tentang cara menyikat gigi. Setelah itu dilakukan praktek sikat
gigi bersama yang akan dievaluasi oleh agent mengisi buku nilai siswa yang sudah
diberikan.
1. Sikat gigi
2. Pasta gigi
3. Gelas kumur
83
4. Air kumur
5. Ember
tingkat bawah mengenai cara menyikat gigi yang benar. Target program ini adalah
siswa kelas 2 dan 3 SDN Balongsari, SDN Tandes 1, SDN Tandes 2, MI Miftahul
Huda, MI Wachid Hasyim dan SDN Gadel. Diharapkan dengan adanya program
sikat gigi bersama, perilaku siswa SD yang meliputi sikap dan pengetahuan
Sikat gigi bersama diberikan kepada siswa kelas 2 dan 3 SDN Balongsari,
SDN Tandes 1, SDN Tandes 2, MI Miftahul Huda, MI Wachid Hasyim dan SDN
Kelompok:
M. GENADI A. 021613143015
WIDJAJA OLIVIA V. 021613143016
FEVY SYENDRA L. 021613143017
PUTRI MELINDA I. 021613143018
RR. DWI LISTYORINI 021613143019
NURNYA AINI D. 021613143020
RAHMAD RIFQI F. 021613143021
FRIDA FARDANILA 021613143022
MELLISSA SOLIMAN 021613143023
PRAMADITA S. 021613143024
YOSUA VINCENT A. 021613143002
Dosen Pembimbing:
Dr. Titiek Berniyanti, drg. M. Kes
NIP: 1958102011989022001
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
85
Disetujui oleh:
KATA PENGANTAR
86
5.) Dr. Titiek Berniyanti, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing kami
6.) dr. Sri Hawati selaku Kepala Puskesma Balongsari
7.) Dokter, Dokter Gigi, Bidan, beserta staf puskesmas Balongsari
8.) Para Dosen besertaa staf Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan ini, baik
dalam penulisan maupun isi materi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat dibutuhkan dari semua pihak. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat intuk semua pihak.
Tim penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang dapat
sehingga penting untuk menjaga kesehatan gigi sedini mungkin agar dapat bertahan
lama dalam rongga mulut (Pitts, 2007). Masalah terbesar yang dihadapi penduduk
Indonesia seperti juga di negara berkembang lainnya di bidang kesehatan gigi dan
mulut yaitu karies gigi. Di Indonesia, karies gigi masuk dalam 10 besar penyakit
prevalensi karies di Indonesia mencapai 76,2% dengan skor DMF-T mencapai 4,5.
Hal ini juga didukung oleh Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2009
yang menunjukkan bahwa penduduk Indonesia yang menderita karies gigi sebesar
(Kemenkes RI) tahun 2009 yang menunjukan sebanyak 89% anak Indonesia di
bawah 12 tahun menderita karies gigi. Hal ini masih jauh dengan target nasional
pelayanan kesehatan gigi dan mulut Indonesia Sehat Bebas Karies 2030 (PDGI,
2016).
Karies gigi adalah suatu proses kerusakan struktur gigi akibat hilangnya mineral
permukaan gigi. Secara klinis kerusakan struktur gigi ini dapat terlihat mulai dari
gambaran opasitas yang berwarna putih pada enamel sampai keadaan yang lebih
lanjut berupa karies yang luas dan mengenai jaringan pulpa. Apabila karies tidak
87
108
ditangani atau dibiarkan saja, maka hal ini dapat menimbulkan keluhan dan
Balongsari dilihat melalui berbagai faktor resiko, didapatkan data mengenai faktor
70,4% anak tidak rutin berkunjung ke dokter gigi dengan skor DMFT diatas rata-
rata lebih tinggi persentasenya dibandingkan anak dengan skor DMFT dibawah
rata-rata, dan berdasarkan nilai odds ratio menunjukkan bahwa kunjungan anak ke
dokter gigi yang kurang baik berpeluang meningkatkan skor DMFT 1,544 kali.
frekuensi pengaksesan pelayanan kesehatan gigi dan mulut anak. Namun fasilitas
pelayanan kesehatan gigi dan mulut belum dimanfaatkan secara optimal oleh
masyarakat terutama oleh orang tua yang tidak mempunyai kesadaran untuk
(Pratiwi, 2007).
pada anak usia sekolah dasar, anak mulai belajar banyak dari lingkungan sekitar
Perilaku mengakses layanan kesehatan gigi dan mulut pada anak minimal 6 bulan
kebersihan gigi dan mulut. Bila anak terbiasa mengontrol kesehatan giginya ke
pelayanan kesehatan gigi dan mulut setiap 6 bulan sekali sejak dini, maka
108
2005). Dengan pola upaya pemanfaatan pelayanan kesehatan seperti itu, maka anak
yang rajin mengakses layanan kesehatan setiap 6 bulan sekali lebih bisa memelihara
kebersihan gigi dan mulutnya, melalui informasi tenaga medis atau dokter gigi yang
Kesehatan Nasional (SKN) yang dipergunakan sebagai dasar dan acuan dalam
kesehatan daerah dan sistem informasi lain yang terkait. Sistem informasi kesehatan
sistem informasi yang menyediakan mekanisme saling hubung antar sub sistem
informasi dengan berbagai cara yang sesuai dengan yang dibutuhkan, sehingga data
dari satu sistem secara rutin dapat melintas, menuju atau diambil oleh satu atau
lebih sistem yang lain. SIK Terintegrasi yang berbasis elektronik adalah strategi
data dan informasi mudah diperoleh tanpa mengenal batas, ruang, dan waktu.
dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa memperdulikan jarak. Bahkan
pemanfaatan media komunikasi dengan internet sudah bisa diakses oleh semua
108
kalangan, baik orang tua, remaja, maupun anak-anak. Media internet manusia
whatsaap sendiri adalah sebagai media sosial chat dimana bisa untuk saling bertukar
informasi antar pribadi maupun dalam grup. Kepopuleran whatsapp karna tidak ada
biaya untuk mengirim pesan kepada teman dan keluarga selain jaringan data
dan NGT yang telah dilakukan, forum komunikasi online melalui media sosial
antara pihak puskesmas dan sekolah dalam pengolahan data dan bisa saling
memantau data rujukan siswa untuk yang memerlukan perawatan lebih lanjut untuk
pelayanan kesehatan.
1.2 Tujuan
pencarian data yang lebih efisien dari hasil pemeriksaan gigi berkala di sekolah
a. Melatih dokter gigi dan perawat gigi untuk dapat mengoperasikan dan
menginput data hasil pemeriksaan gigi berkala dengan benar di sistem forum
b. Melatih guru UKS untuk dapat mengoperasikan dan menginput data identitas
gigi berkala melalui data rujukan dan kunjungan yang tersedia di forum
komunikasi online.
1.3 Manfaat
lebih lanjut.
kerjasama dan komunikasi antara pihak poli gigi puskesmas dan sekolah
dalam memantau kesehatan gigi dan mulut pada anak sejak dini.
108
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1.1 Definisi
serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu
menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude)
dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek
practice). Oleh sebab itu, sesuai dengan sasarannya dapat dibedakan adanya (a)
kebersihan merupakan bagian yang sangat penting dan dapat dikatakan sebagai
(beneficiaries) yang tergantung pada pemberian dari pihak luar seperti pemerintah,
melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau partisipan yang bertindak) yang
berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri bukan berarti lepas dari
dan ikut menentukan proses politik di ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi
2.1.2 Tujuan
membantu masyarakat (sasaran), agar dapat berubah dari tidak tahu menjadi tahu
atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau
Upaya yang dilakukan agar sasaran menjadi tahu dan sadar kuncinya terletak pada
gingivitis) yang merupakan masalah baginya dan bagi masyarakat sekitar. Jika
maka sasaran tidak akan bersedia menerima informasi lebih lanjut. Perubahan dari
tahu menjadi mau pada umumnya dicapai dengan menyajikan fakta-fakta dan
mendramatisasi masalah. Tetapi selain itu juga dengan mengajukan harapan bahwa
masalah tersebut bisa dicegah atau diatasi. Sedangkan jika seorang individu atau
suatu kelompok sudah akan berpindah dari mau menjadi mampu melaksanakan,
dapat terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini sasaran dapat diberikan
RI, 2011).
perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, pers, partai politik, lembaga donor,
mempunyai dana, aparat yang banyak, kewenangan untuk membuat kerangka legal,
kebijakan untuk pemberian layanan publik, dan lain-lain. Proses pemberdayaan bisa
tersebut membangun kemitraan dan jaringan yang didasarkan pada prinsip saling
Dalam hal pada setiap desa telah terbentuk KPM, maka kemitraan KPM dan
tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Semua metode akan baik bila
108
digunakan secara tepat yaitu sesuai dengan kebutuhan (Notoatmodjo, 2007). Pada
garis besarnya hanya ada dua jenis metode dalam penyuluhan, yaitu :
1. Metode One Way Methode Menitik beratkan pendidik yang aktif, sedangkan
pihak sasaran tidak diberi kesempatan untuk aktif. Yang termasuk metode ini
selebaran, pameran.
2. Metode Two Way Methode Pada metode ini terjadi komunikasi dua arah antara
1. Kelompok Besar (lebih dari 15 orang), metode yang baik untuk kelompok besar
2. Kelompok Kecil (kurang dari 15 orang), metode yang baik untuk kelompok ini
antara lain : diskusi kelompok, curah pendapat (brain storming), memainkan peran
(roleplay). Salah satu program Usaha Kebersihan Gigi Sekolah (UKGS) adalah
1. Ceramah
yang telah dipersiapkan sebelumnya, ada ide, pengertian dan pesan tentang
108
sasaran, bila ada jumlahnya sangat dibatasi dan menggunakan alat peraga
penyuluh, dapat diterima oleh sasaran yang tidak dapat membaca dan
kepada sasaran untuk berpartisipasi secara pro aktif (sasaran bersifat pasif),
2. Demonstrasi
dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk
Kerugian demonstrasi : tidak dapat dilihat oleh sasaran apabila alat yang
3. Praktik
mengetahui ketrampilan murid dalam menyikat gigi yang baik dan benar
perangkat dan manusia untuk menghasilkan data atau informasi untuk manajemen.
2011).
(Kemenkes, 2011):
108
1. Keamanan dan kerahasiaan data – SIK harus dapat menjamin keamanan dan
kerahasiaan data.
5. Kemudahan akses – Data dan informasi yang tersedia oleh SIK harus mudah
informasi yang dikembangkan akan berbasis data disaggregate atau individu dari
dibutuhkan.
SIK disebut sebagai salah satu dari 7 komponen yang mendukung suatu
sistem kesehatan, dimana sistem kesehatan tidak bisa berfungsi tanpa satu dari
komponen tersebut. SIK bukan saja berperan dalam memastikan data mengenai
kasus kesehatan dilaporkan tetapi juga mempunyai potensi untuk membantu dalam
108
1. Upaya kesehatan
3. Pembiayaan kesehatan
7. Pemberdayaan masyarakat.
Dalam Sistem Kesehatan Nasional, SIK merupakan bagian dari sub sistem
dan mampu menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan secara berhasil guna dan
yang berhasil guna dan berdaya guna dapat mendukung penyelenggaraan keenam
subsistem lain dalam sistem kesehatan nasional sebagai satu kesatuan yang terpadu
(Kemenkes, 2011)
(Kemenkes, 2011):
108
kesehatan dilakukan secara manual atau paper based melalui proses pencatatan
pada buku register, kartu, formulir-formulir khusus, mulai dari proses pendaftaran
sampai dengan pembuatan laporan. Hal ini terjadi oleh karena adanya keterbatasan
infrastruktur, dana, dan lokasi tempat pelayanan kesehatan itu berada. Pengelolaan
secara manual selain tidak efisien juga menghambat dalam proses pengambilan
namun masih belum didukung oleh jaringan internet online ke dinas kesehatan
Informasi Manajemen dan sudah terhubung secara online melalui jaringan internet
informasi yang menyediakan mekanisme saling hubung antar sub sistem informasi
dengan berbagai cara yang sesuai dengan yang dibutuhkan, sehingga data dari satu
108
sistem secara rutin dapat melintas, menuju atau diambil oleh satu atau lebih sistem
yang lain. Bentuk fisik dari SIK Terintegrasi adalah sebuah aplikasi sistem
puskesmas, sistem informasi rumah sakit, dan aplikasi lainnya) sehingga secara
interoperable terjadi pertukaran data antar aplikasi. Dengan SIK Terintegrasi, data
entri hanya perlu dilakukan satu kali sehingga data yang sama akan disimpan secara
elektronik dan bisa dikirim dan diolah. SIK Terintegrasi yang berbasis elektronik
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tetapi tetap dapat menampung SIK
(seperti pasokan listrik dan peralatan komputer serta jaringan internet) (Kemenkes,
2011).
maupun menjalin kerja sama (Rohmadi, 2016). Media sosial dalam hal ini dapat
berinteraksi sesuai dengan mereka inginkan, dan kebebasan berbagi atau bertukar
dan mendiskusikan informasi, ide, pesan pribadi dan konten lainnya tentang satu
sama lain dan tentang kehidupan mereka menggunakan sebuah alat multimedia
yang beragam baik itu kalimat pribadi, gambar, video atau audio yang
2014). Beberapa media chat mobile yang cukup banyak penggunanya adalah BBM,
108
yaitu grup whatsapp untuk reuni, grup whatsapp untuk diskusi, mengirim undangan
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah setiap bentuk pelayanan atau
program kesehatan gigi dan mulut yang ditujukan pada perorangan atau bersama
kesehatan gigi dan mulut dilakukan oleh Rumah Sakit, Puskesmas dengan Balai
frekuensi pengaksesan pelayanan kesehatan gigi dan mulut anak. Namun fasilitas
pelayanan kesehatan gigi dan mulut belum dimanfaatkan secara optimal oleh
masyarakat terutama oleh orang tua yang tidak mempunyai kesadaran untuk 27
(Pratiwi, 2007).
pada anak usia sekolah dasar, anak mulai belajar banyak dari lingkungan sekitar
Perilaku mengakses layanan kesehatan gigi dan mulut pada anak minimal 6 bulan
kebersihan gigi dan mulut. Bila anak terbiasa mengontrol kesehatan giginya ke
pelayanan kesehatan gigi dan mulut setiap 6 bulan sekali sejak dini, maka
108
2005). Dengan pola upaya pemanfaatan pelayanan kesehatan seperti itu, maka anak
yang rajin mengakses layanan kesehatan setiap 6 bulan sekali lebih bisa memelihara
kebersihan gigi dan mulutnya, melalui informasi tenaga medis atau dokter gigi yang
melakukan pemeriksaan
108
BAB 3
3.1.1 Definisi
Forum komunikasi online merupakan suatu sistem yang efektif dalam membangun
komunikasi yang baik antara pihak puskesmas dan sekolah. Program forum
komunikasi online melalui media sosial whatsapp ini dapat dijadikan metode baru
dalam pendataan pasca UKGS, dan sebagai monitoring pihak puskesmas dalam
3.1.2 Tujuan
whatsapp untuk memberdayakan dokter gigi, perawat gigi, dan guru UKS dalam
puskesmas dalam proses pengolahan data dan pencarian data yang lebih efisien dari
hasil pemeriksaan gigi berkala di sekolah dalam program UKGS, selain itu dapat
puskesmas.
kelompok karena sasaran dari program ini adalah kelompok kecil yang terdiri dari
108
dokter gigi dan perawat gigi puskesmas, serta guru UKS dari 6 SD di wilayah kerja
Puskesmas Balongsari.
Media elektronika yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan
Alat dan bahan yang diperlukan dalam pemberdayaan ini antara lain:
a. Komputer
b. Laptop
c. LCD
d. Internet
e. Alat tulis
f. Kamera
Penentuan sasaran adanya program forum komunikasi online melalui media sosial
pelayanan kesehatan gigi di puskesmas. Target yang ingin dicapai adalah dokter
gigi, perawat gigi puskesmas, dan guru UKS mampu mengoperasikan forum
komunikasi online dengan benar yang dinilai dengan indikator melalui kinerja
antara lain: dokter gigi dan perawat gigi puskesmas dapat mamasukkan data hasil
pemeriksaan gigi anak SD dan perawatan anak yang akan dirujuk untuk diberikan
perawatan di puskesmas, guru UKS memasukkan data berupa identitas siswa dari
108
semua kelas dan mampu memahami semua informasi dan data yang disampaikan
pihak puskesmas..
Puskesmas dan guru UKS dilakukan pada hari Rabu, 30 Agustus 2017 dan
3.7 Workflow
PENUTUP
Kesimpulan
faktor resiko penyebab gigi karies sesuai dengan hasil penelitian epidemologis yaitu
frekuensi menyikat gigi yang salah, pengetahuan tentang tanda klinis karies,
pelayanan kesehatan gigi dan mulut, kejadian karies gigi anak pada tingkat kelas
bawah lebih tinggi daripada kelas atas, sehingga dapat menurunkan tingkat
keparahan karies
Saran
dalam jangka panjang program ini dapat dikembangkan menjadi lebih menarik.
108
DAFTAR PUSTAKA
Andira, R. A., Z. Abdullah, dan D. Sidik, 2012. Faktor – faktor Yang Berhubungan
RI. Jakarta.
Ketut Suwondo, 2005. Civil society di Aras Lokal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kidd, EAM. dan Bechal, SJ. Dasar - Dasar Karies : Penyakit dan
Cipta. 2005.
Notoatmodjo, soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU Press,
Suwondo Kutut. 2005. Civil Society di Aras Lokal. Yogyakarta : Pustaka Pelajar..
Yeboah,Johnson dan George Dominic Ewur. 2014. The Impact of Messenger Usage
on Studies Performance in Tertiary Institutions in Ghana. Journal of
Education and Practice. Vol.5. No.6.