Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 3

Kamis, 10 Apr 2008 12:52 WIB

Tiara Dewata Group Denpasar Diduga


Gelapkan Pajak
- detikFinance

Denpasar - Perusahaan kelas atas di Denpasar, Tiara Dewata Group diduga menggelapkan pajak
periode 2005 dan 2006. Perusahaan ini diduga membuat pembukuan ganda. Demikian disampaikan
Direktur Inteligen dan Penyidikan Dirjen Pajak Mochamad Tjiptardjo di Kanwil Direktorat Jenderal Pajak
Denpasar, jalan Mpu Tantular, Denpasar, Kamis (10/4/2008).
Tiara Dewata Group yang merupakan pasar swalayan terbesar di Bali ini terdiri dari lima
perusahaan, yaitu TD, TG, TKG, TGZ, TMM. "Modusnya perusahaan ini membuat pembukuan ganda
pada tahun 2005 dan 2006," kata Tjiptardjo. Namun Tjiptardo enggan menyebutkan jumlah pajak yang
digelapkan. Ia menambahkan, perusahaan tersebut tidak melaporkan omzet yang sebenarnya. "Omzet
yang dilaporkan sebesar 30 persen hingga 35 persen dari omzet sebenarnya," katanya. Jenis pajak yang
digelapkan adalah PPH dan PPN. "Terdapat indikasi kuat group ini melakukan tindak pidana," ujarnya.
Kasus ini telah ditangani oleh Dirjen Pajak. Proses penanganan kasus ini masih dalam tahap
penyelidikan atau pemeriksaan bukti permulaan.
"Jika bukti kuat dan dokumen ada, kasus akan ditingkatkan ke penyidikan," katanya. Bukti-bukti
penggelapan pajak telah disita, diantaranya kutipan, tulisan dan dokumen pembukuan.

Perusahaan ini dijerat Pasal 39 No 28 Tahun 2007 KUP (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)
dengan ancaman pidana penjara enam tahun.
PEMBAHASAN KASUS

Pertanyaan:
Jelaskan pelanggaran etika dalam praktik perpajakan yang terjadi dalam kasus “Perusahaan
Kelas Atas di Denpasar, Tiara Dewata Group Diduga Menggelapkan Pajak Periode 2005 dan
2006” !

Pembahasan:
PT. Tiara Dewata Group melanggar etika dalam perpajakan. Modus yang dilakukan perusahaan
ini adalah menyiutkan nilai omzet perusahaan, dan pembukuan ganda alias double accounting.
PT. TDG selama kurun waktu 2005-2006 hanya menyetorkan 30% hingga 35% dari omzet
sebenarnya. Sehingga pajak penghasilan (PPh) maupun pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi
kecil. Tiara Dewata mempunyai dua sistem pelaporan keuangan, yaitu Tipe A dan B.
Bila PT. TDG menggunakan konsultan pajak, prinsip-prinsip etika yang dilanggar adalah:
1) Prinsip Integritas / Kejujuran
Prinsip kejujuran dapat ditunjukkan dengan cara membayar pajak sesuai ketentuan yang
berlaku dan melaporkan pajak dengan benar tanpa adanya manipulasi. PT. TDG tidak
melaporkan pajaknya sesuai dengan yang sebenarnya, perusahaan tersebut hanya
menyetorkan 30% hingga 35% dari omzet yang sebenarnya. Hal ini mengakibatkan PPh
maupun PPN yang harus dibayarkan menjadi lebih kecil.
2) Prinsip Keadilan
Pada kasus PT. Tiara Dewata Grup sudah sangat jelas melanggar prinsip keadilan, ini dapat
kita lihat dari adanya double accounting yang dilakukan oleh perusahaan. Dimana penjualan
sesi kedua (sore-malam) tidak dilaporkan kedalam SPT padahal penjualan pada sesi kedua
inilah yang paling banyak mendapatkan keuantungan yang lebih dari sesi pertama (pagi-
sore).
3) Prinsip Independensi
Prinsip independensi berarti, seorang praktisi tidak mudah dipengaruhi dalam menjalankan
tugasnya dan tidak memihak kepentingan siapapun, yang bertentangan dengan prinsip
integritas. Apabila PT. Tiara Dewata ini menggunakan Konsultan Pajak dalam menjalankan
prakteknya,maka sudah dipastikan bahwa PT. TDG ini akan melakukan kerjasama untuk
menggelapkan pajaknya sehingga Konsultan Pajak tersebut sudah dapat dipastikan tidak
independen.
4) Prinsip Perilaku / Tanggungjawab Profesional
Setiap praktisi pajak, harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan citra profesinya. Dari sisi tanggung jawab
profesional sudah jelas Konsultan Pajak tersebut melanggar hukum yang sudah ditetapkan,
sehingga akan mengurangi kepercayaan masyarakat atas kinerja yang telah dilakukan oleh
Konsultan Pajak tersebut.

You might also like