Professional Documents
Culture Documents
Bahan Khutbah Jumat
Bahan Khutbah Jumat
Pada kesempatan yang mulia ini tidak lupa saya berpesan kepada kita sekalian. Marilah kita
tetap dan selalu berusaha meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT, dengan cara
melaksanakan semua perintahNya dan menjauhi larangannya, terlebih lagi setelah kita usai
melaksanakan ibadah puasa selama bulan Ramadhan. Dimana inti tujuannya adalah
membentuk manusia yang bertaqwah.
Kini kita tengah berada di bulan syawal. Ramadhan meninggalkan kita. tidak ada kepastian
apakah ditahun mendatang kita masih bisa berjumpa denganya, menggapai keutamaan-
keutamaannya, memenuhi nuansa ibadah yang dibawanya, ataukah justru allah telah
memanggil kita. Kita juga tidak pernah tahu dan tidak pernah mendapat kepastian apakah
ibadah-ibadah kita selama bulan ramadhan diterimah oleh allah swt. atau tidak. Dua hal yang
belum pasti inilah yang membuat sebagian besar ulama terdahulu berdoa selama enam bulan
sejak syawal hingga rabiul awal agar ibadahnya selama bulan ramadhan diterimah, lalu dari
rabiul awal hingga sya’ban berdoa agar dipertemukan dengan bulan ramadhan berikutnya.
Jama’ah jum’at yang dirahmati allah
Secara etimologi, arti kata syawal adalah peningkatan. hal itu merupakan target ibadah puasa.
pasca ramadhan, diharapkan orang-orang yang beriman meraih derajat ketakwaan, seorang
muslim yang terlahir kembali seperti kertas yang masih bersih. Sehingga dibulan syawal ini
kwalitas keimannya mengalami peningkatan. Tidak hanya kwalitas ibadah tetapi juga kwalitas
pribadinya, yang selama di bulan ramadhan dilatih secara lahir batin. Tentunya kita tidak ingin
ibadah yang kita lakukan dengan susah payah di bulan suci tidak membuahkan apa-apa yang
bermanfaat untuk diri kita. kita semua mengharapkan adanya perubahan yang signifikan,
sekarang dan seterusnya. Menjadi orang-orang yang selalu taat dan patuh kepada allah swt.
dan meninggalkan semua laranganya. Bukankah kemuliaan seseorang itu tergantung pada
ketaqwaannya?
يرالحجرات
ٌ ِعلي ٌم خَب َ َّ ِهَّللا أََتْقَا ُك ْم إ َّن
َ ِهَّللا َّ ارُفُوا إ َّن أ َ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد ُ اس إنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم م ْن ذَك ٍَر َوأ ُ ْنثَى َو َج َع ْلنَا ُك ْم
َ شعُوبًا َوقَ َبائ َل لَت َ َع ُ ََّيا أَيُّ َها الن
Artinya:
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu ialah orang yang paling bertaqwa. Qs.
al-hujurat 13.
Akan tetapi, fenomena yang kita lihat dimasyarakat justru sebaliknya. Syawal, seakan-akan
bulan yang ditunggu-tunggu agar terlepas dari belenggu dan bebas melakukan kegiatan apa
saja seperti sediakala. Di antara indikatornya yang sangat jelas, adanya perayaan idul fitri
dengan pesta atau dengan kegiatan yang bertentangan dengan nilai-nilai keislaman, dibukanya
kembali tempat-tempat hiburan yang sebulan sebelumnya ditutup. Kemaksiatan seperti itu
justru langsung ramai sejak hari petama bulan syawal. Na’udzubillah! lalu setelah itu, masjid-
masjid akan kembali sepi dari jamaah shalat lima waktu. Lantunan ayat suci al-Qur’an juga tidak
lagi terdengar, yang ada justru umpatan, luapan emosional, dan kemarahan kembali
membudaya. Bukankah ini seperti mengotori kain putih yang tadinya telah dicuci dengan bersih
kembali penuh noda.
Apa yang terjadi sekarang ini juga menunjukkan kepada kita, bahwa ibadah puasa yang
dijalankan selama sebulan penuh jelas gagal. karena tidak mampu mengantarkan seseorang
meraih derajat ketakwaan dan mengubah menjadi muslim sejati yang menjadi tujuan utama
puasa. Padahal banyak sekali pelajaran berharga yang bisa kita jadikan ukuran seberapa tinggi
nilai prestasi ibadah kita. Kata para ulama keberhasilan seseorang dibulan ramadhan itu diukur
dengan amal perbuatannya setelah bulan ramadhan. Orang yang berhasil mendapat ampunan
dan mendapat pahala yang besar akan semakin rajin beribadah dan semakain baik akhlaqnya.
sebaliknya orang yang tidak mendapatkan ampunan akhlaq perbuatannya tidak akan berubah
bahkan mengalami kerugian di bulan ramadhan.
Banyak orang yang mengatakan, ketika kita masuk bulan syawal berarti kita menuju
kemenangan dalam melawan hawa nafsu. kita dikatakan kembali suci. Namun, benarkah kita
meraih kemenangan tersebut? Benarkah kita kembali suci setelah beribadah shaum sebulan
penuh? Tentu saja, pertanyaan-pertanyaan tersebut kembali kepada diri kita, apakah selama
bulan ramadhan kita betul-betul tulus dalam beribadah, apakah puasa yang kita jalankan betul-
betul atas dasar iman dan semata-mata hanya mencari ridha allah? Jika kita tidak demikian,
maka kita termasuk orang-orang yang gagal dalam meraih kemenangan bulan ramadhan.
Di bulan syawal ini, marilah kita intropeksi dan melakukan evaluasi terhadap nilai amal ibadah,
dengan tujuan agar setelah ramadhan berlalu kita menjadi lebih baik dari pada sebelum
ramadhan. Alangkah naifnya kita ini, sudah diberi kesempatan di bulan suci yang penuh
ampunan dan rahmat, masih saja tidak berubah atau mungkin lebih parah. Hari ini harus lebih
baik dari pada kemarin. Kegagalan masa lalu harus kita jadikan pelajaran berharga dan tidak
akan kita ulangi lagi. Kita harus ingat peringatan rasulullah daam sabdanya yang artinya:
Barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka celakalah ia.
Kemudian apa yang mesti kita lakukan untuk memulai lembaran baru di bulan sawal ini?
Berangkat dari kaidah umum dari hadits nabi tersebut, dan mengingat makna bulan syawal,
maka yang harus kita adalah istiqamah yaitu menetapi agama allah dan berjalan lurus di atas
ajarannya. Sebagaimana yang diperintahkan:
Artinya:
Maka istiqamahlah kamu, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah
bertaubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya dia maha
melihat apa yang kamu kerjakan. Qs. hud 112.
Bentuk istiqamah dalam amal ibadah adalah dengan mengerjakannya secara terus-menerus.
sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits nabi yang artinya: Sesungguhnya amal yang paling
dicintai allah adalah yang terus menerus (kontinu) meskipun sedikit Hr. bukhari dan muslim.
Istiqamah berarti berpendirian teguh atas jalan yang lurus. Berpegang pada akidah islam dan
melaksanakan syariat dengan teguh. Tidak mudah goyah dalam keadaan bagaimana pun. Sifat
yang mulia ini menjadi tuntutan islam seperti yang diperintahkan oleh allah taala dan rasul-nya.
Katakanlah (Wahai Muhammad), “Sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu,
diwahyukan kepada aku bahwa tuhan kamu hanyalah tuhan yang satu; maka hendaklah kamu
teguh di atas jalan yang betul lurus (yang membawa kepada mencapai keredhaan-nya). (Qs.
fushilat 6).
Istiqamah merupakan daya kekuatan yang diperlukaan sepanjang hayat manusia dalam
melaksanakan tuntutan islam, mulai dari amalan hati, amalan lisan dan anggota tubuh badan.
Jelasnya, segala amalan yang dapat dirumuskan dalam pengertian ibadah baik fardu ain atau
fardu kifayah keduanya memerlukan istiqomah. Istiqamah juga merupakan sikap jati diri yang
teguh dan tidak berubah oleh pengaruh apapun. Sikap ini akan memotifasi seseorang untuk
terus berusaha dalam mencapai kesuksesan disegala bidang. Bidang agama, politik, ekonomi,
pendidikan, penyelidikan, perusahaan dan perniagaan. dan lain-lain.
Istiqomah dalam meneguhkan iman dan melaksanakan kebajikan akan mendatangkana
kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Seperti yang dinyatakan di dalam Al-
Qur’an.
َ ِعلَيْه ُم ْال َم ََلئ َكةُ أ َ ََّل َتَخَاُفُوا َو ََل َتَحْ زَ نُوا َوأَبْش ُروا ب ْال َجنَّة الََّتي ُكنَت ُ ْم َتُو
َِعدُون َّ إ َّن الَّذينَ قَالُوا َربُّنَا
َ ِهَّللاُ ث ُ َّم ا ْسَتَقَا ُموا َتََتَن ََّز ُل
ُ ُنَحْ نُ أ َ ْوليَا ُؤ ُك ْم ُفي ْال َحيَاة ال ُّد ْنيَا َوُفي ْاْلخ َرة ۖ َولَ ُك ْم ُفي َها َما َت َ ْشَت َهي أَنف
َس ُك ْم َولَ ُك ْم ُفي َها َما َت َ َّدِعُون
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang menegaskan keyakinan dengan berkata, ” tuhan kami ialah
allah”, kemudia mereka tetap teguh di atas jalan yang betul, akan turunlah malaikat kepada
mereka dari semasa ke semasa (dengan memberi ilham), “janganlah kamu bimbang (dari
berlakunya kejadian yang tidak baik terhadap kamu) dan janganlah kamu berduka cita, dan
terimahlah berita gembira bahwa kamu akan beroleh surga yang telah dijanjikan kepada kamu.
“
Hadirin jama’ah jum’at rahimakumullah.
Jika demikian halnya maka amal-amal yang telah kita biasakan dibulan ramadhan, hendaknya
tetap dipertahankan selama bulan syawal dan bulan-bulan berikutnya. Membaca A-Qur’an
setiap hari, shalat malam yang sebelumnya kita lakukan dengan tarawih, di bulan syawal ini
hendaknya kita tidak meninggalkan shalat tahajud dan witirnya. Infaq dan shadaqah yang telah
kita lakukan juga kita pertahankan. Demikian pula nilai-nilai keimanan yang tumbuh kuat di
bulan ramadhan. Kita tak takut lapar dan sakit karena kita bergantung pada allah selama puasa
ramadhan. Kita tidak memerlukan pengawasan siapapun untuk memastikan puasa kita
berlangsung tanpa adanya hal yang membatalkan sebab kita yakin akan pengawasan allah
(ma’iyatullah). Kita juga dibiasakan berlaku ikhlas dalam puasa tanpa perlu mengumumkan
puasa kita pada siapapun. Nilai keimanan yang meliputi keyakinan, maiyatullah, keikhlasan,
dan lainnya ini hendaknya tetap ada dalam bulan syawal dan seterusnya. Bukan malah menipis
kemudian hilang seketika!
Bagaimana pelaksanaannya? Apakah puasa syawal harus dilakukan secara berurutan atau
boleh tidak? Sayyid sabiq di dalam fiqih sunnah menjelaskan bahwa menurut pendapat iman
ahmad, puasa syawal boleh dilakukan secara berurutan, boleh pula tidak berurutan. Dan tidak
ada keutamaan cara pertama atas cara kedua. Sedangkan menurut madzhab syafi’i dan hanafi,
puasa syawal lebih utama dilaksanakan secara berurutan sejak tanggal 2 syawal hingga 7
syawal. Lebih utama. Jadi, tidak ada madzhab yang tidak membolehkan puasa syawal di hari
selain tanggal 2 sampai 7, selama masih di bulan syawal. Ini artinya, bagi kita yang belum
melaksanakan puasa syawal, masih ada kesempatan untuk mengerjakannya. Akan tetapi,
hendaknya kita tidak berpuasa khusus di hari jum’at tanpa mengiringinya di hari kamis atau
sabtu karena adanya larangan rasulullah yang juga di riwayatkan oleh ibnu majah dan dinilai
shahih oleh al-albani.
Demikianlah khutbah yang biasa saya sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga menjadi
spirit bagi kita semua untuk lebih meningkatkan mutu ibadah, baik ibadah spiritual maupun
ibadah sosial. Kita memohon kepada allah, semoga keberkahan ramadhan terus menyertai kita,
meskipun kita telah meninggalkannya. Amin. [cp]
ُس ْولُه ُ َو َحب ْيبُه َ َو ا َ ْش َه ُد ا َ َّن ُم َح َّمدًا. ا َ ْش َه ُد ا َ ْن ََل الَهَ ا ََّل هللا َوحْ َدهُ ََل شَريْكَ لَه ُ ا ْرغَا ًما ل َم ْن َج َح َد َو َكف ََر.ا َ ْل َح ْم ُد هلل َح ْمدًا كَثي ًْرا َك َما ا َ َم َر
ُ ِع ْب ُدهُ َو َر
سلَّ َم َتَسْل ْي ًما كَثي ًْرا
َ ص َحابه َو ْ َ ِعلَى اَله َو ا َ سلِّ ْم َو بَار ْك
َ ِعلَى ُم َح َّم ٍد َو َ ص ِّل َو َ اَللَّ ُه َّم.سيِّ ُد ْاْل ْنس َو ْالبَشَر َ ُو خَل ْيلُه.َ
سفَاسفَ َها يُحبُّ م ْن ِعبَاده ا َ ْن يَّ ُك ْونُ ْوا ُفى َت َ ْكميْل اس ََْلمه َو ا ْي َمانه َو َ ُ َُفيَا ِعبَا َد هللا اَتَّقُ ْوا هللا َو ا ِْع َل ُم ْوا ا َ َّن هللا يُحبُّ َمكَار َم ْاْل ُ ُم ْور َو يَ ْك َره،ُا َ َّما بَ ْعد
ِعلَى اَل َ ِعلَى اب َْراهي َْم َو َ َار ْكت َ َسلَّمْتَ َو ب َ صلَّيْتَ َو َ ِعلَى اَل ُم َح َّم ٍد َك َما َ ِعلَى ُم َح َّم ٍد َو َ سلِّ ْم َو بَار ْك َ ص ِّل َو َ اَللَّ ُه َّم. َانَّهُ ََل يَ ْهدى ْالقَ ْو َم ْالفَاسقيْن
ٌسم ْي ٌع قَريْبَ َ اَللَّ ُه َّم ا ْغف ْر ل ْل ُمؤْ منيْنَ َو ْال ُمؤْ منَات َو ْال ُم ْسلميْنَ َو ْال ُمسْل َمات ا َ ْْلَحْ َياء م ْن ُه ْم َو ْاْل َ ْم َوات انَّك.ٌاب َْراهي َْم ُفى ْال َعالَميْنَ انَّكَ َحم ْي ٌد َمج ْيد
َر َّبنَا ََل َتَجْ عَ ْل ُفى قُلُ ْو َبنَا. ُغ قُلُ ْو َبنَا َب ْع َد ا ْذ َه َد ْيَتَنَا َو َه ْبلَنَا م ْن لَ ُد ْنكَ َرحْ َمةً انَّكَ ا َ ْنتَ ْال َو َّهاب
ْ اَللَّ ُه َّم َر َّبنَا ََل َتُز.ي ْال َحا َجات َ ُمجيْبُ ال َّدِع َْوات َو قَاض
سنَةً َو ُفى َ َربَّنَا اََتنَا ُفى ال ُّد ْنيَا َح. َربَّنَا َه ْبلَنَا م ْن ا َ ْز َواجنَا َو ذُ ِّريََّتنَا قُ َّرة َ ا َ ِْعي ٍُن َو اجْ عَ ْلنَا ل ْل ُمَتَّقيْنَ ا َما ًما.ف َّرح ْي ٌم ٌ غ َّل للَّذيْنَ ا َ َمنُ ْوا َربَّنَا انَّكَ َرؤ ُْو
اب ال َّنار َ سنَةً َو قنَا
َ ِع َذ َ اْلخ َرة َح.ْ
ُ ِعن ْالفَحْ شَاء َو ْال ُم ْنكَر َو ْالبَ ْغى يَع
ظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َتَذَّ َّك ُر ْونَ ُفَا ْذ ُك ُر ْوا هللا َ سان َو ا ْيَت َاء ذى ْالقُ ْربَى َو يَ ْن َهى َ ِْعبَا َد هللا! ا َّن هللا يَأ ْ ُم ُر ب ْال َعدْل َو ْاْلح
َ ُ ْال َعظي َْم َي ْذ ُك ْر ُك ْم َو ا ْش ُك ُر ْوه.
ْ َ ِع َلى ن َعمه َيز ْد ُك ْم َو َلذ ْك ُر هللا ا َ ْك َب ُر َو هللاُ َي ْع َل ُم َما َت
َصنَعُ ْون
Hal ketiga adalah peningkatan kecerdasan mengelola masalah. Aktifitas apapun yang dijalani,
tentu ada masalah didalamnya. Baik dari yang sederhana sampai yang sangat ruwet, perlu
disikapi dengan sebijaksana mungkin. Kebiasaan yang cupet, mudah menyerah, atau mudah
salah paham perlu dikikis habis dengan belajar lapang dada, nglenggono, dan
menyelesaikannya dari berbagai sudut pandang, pemikiran luas, dan jiwa dewasa. Sebab
semua masalah itu pasti ada penyelesaiannya. Berbanding lurus dengan usaha, pikiran luas,
dan tentunya hidayah Tuhan sebagai kuncinya.
Demikian pula ketika ditimpa masalah yang menyusahkan maupun yang menyenangkan.
Keduanya perlu disikapi dengan jiwa arif dan bijaksana. Sebab, keduanya adalah sama-sama
masalahnya. Ada efek kejut yang tak terduga dibalik kejadiannya. Yang tentunya akan
berpengaruh terhadap konsentrasi dan tingkat keimanan.
ُُ َواَ ْد َخلَنَـاُ َواهيَّـاك ُْمُفهىُز ْم َر هُة. َل ََ همنهيْن ْ َج َعلَنَاُللاُُُ َواهيَّـاك ُْمُ همنَُُ ْالفَاُئه هزيْنَُُا
. َاح هميْن َّ ُتُ َخيْرا
الر ه َُ بُا ْغ هف ُْرُ َواَ ْر َح ُْمُ َواَ ْن ُْ ُ َوق. َصـا هل هحـيْن
ُلُ َر ه َّ هعبَـا هد هُهُال
Khutbah II