Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

277

Jurnal Care Vol .5, No2,Tahun 2017

STUDI KASUS SARANA TERAPI OKUPASI DENGAN TAMAN EDUKASI


PADA PENDERITA AUTIS DI SLB SUMBER DHARMA KOTA MALANG

Wahidyanti Rahayu Hastutiningtyas 1, Irawan Setyabudi 2


Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
e-mail: abc_1yanti@yahoo.com

ABSTRACT

Occupational therapy is a type of therapy that is specifically used to help children to live independently with
a variety of existing health conditions. This therapy is used as part of a treatment program for children with
an illness, such as delayed developmental birth, psychological problems, or long-term injury. The research
was conducted by qualitative method by deductive and inductive description. Nasution (2004) mentions that
descriptive research is a method of researching the setatus of a group of people, an object, a set of conditions,
a thought system, or a class of events in the present. The purpose of this descriptive research is to make
deskipsi, picture or painting in a systematic, factual and accurate about the facts, properties and
relationships between the phenomena investigated. The results of this study see the occupational facilities by
using an educational park in one of the SLB Kota Malang. Educational parks in schools include several
zones of therapy and education. Parks used for children with autism include the concept of shape,
circulation, and vegetation. Educational park can be used as a means of occupational therapy where there
are objects of therapy that include physical and mental. The form of activities performed in the SLB is a
form of game using therapy in the form of play to provide fun and good socialization. The stages of
occupational therapy, among others: (1) Evaluation Stage, (2) Intervention Stage and (3) Final Results
Stage. The phase of occupational therapy of the group can be done by (1) Orientation, (2) Introduction
stage, (3) Warm-up activities, (4) Selected activity stage and (5) Termination Phase.

Keywords: Occupational Therapy, Education Park and Autism

ABSTRAK
Terapi okupasi adalah jenis terapi yang secara khusus digunakan untuk membantu anak
untuk hidup mandiri dengan berbagai kondisi kesehatan yang telah ada. Terapi ini
digunakan sebagai bagian dari program pengobatan untuk anak yang mengidap suatu
penyakit, seperti keterlambatan perkembangan sejak lahir, masalah psikologis, atau cedera
jangka panjang. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dengan cara deskripsi
deduktif dan induktif. Nasution (2004) menyebutkan bahwa penelitian deskriptif adalah
suatu metode dalam meneliti setatus sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi,
suatu sistem pikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskipsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar
fenomena yang diselidiki. Hasil penelitian ini melihat sarana okupasi dengan menggunakan
taman edukasi di salah satu SLB Kota malang. Taman edukasi yang ada disekolah meliputi
beberapa zona terapi dan pembelajaran. Taman yang digunakan untuk anak autis meliputi
konsep bentuk, sirkulasi, dan vegetasi. Taman edukasi dapat digunakan sebagai sarana
278

Jurnal Care Vol .5, No2,Tahun 2017

terapi okupasi dimana terdapat objek terapi yang meliputi fisik dan mental. Bentuk kegiatan
yang dilakukan di SLB adalah berupa permainan dengan menggunakan terapi yang
berbentuk bermain untuk memberikan kesenangan dan sosialisasi yang baik. Adapun
tahapan terapi okupasi, antara lain: (1) Tahap Evaluasi, (2) Tahap Intervensi dan (3) Tahap
Hasil Akhir. Tahap terapi okupasi kelompok dapat dilakukan dengan (1) Orientasi, (2)
Tahap Pendahuluan (Introduction), (3) Tahap pemanasan (Warm-up activities), (4) Tahap
aktivitas terpilih (selected activities) dan (5) Tahap Terminasi.

Kata Kunci : Terapi Okupasi, Taman Edukasi dan Autis

lingkungan sekitar, seperti menolak


PENDAHULUAN berinteraksi karena fokus teralihkan pada
Terapi okupasi adalah jenis terapi yang suatu hal sehingga terkesan hidup dalam
secara khusus digunakan untuk dunianya sendiri. Bagi anak autis,
membantu anak untuk hidup mandiri terkadang sulit untuk berkomunikasi
dengan berbagai kondisi kesehatan yang secara verbal dan ada kecenderungan
telah ada dengan cara memberikan kelainan persepsi sensorisnya. Sebagai
kesibukan atau aktivitas sehingga anak upaya untuk merubah keadaan agar lebih
akan fokus untuk mengerjakan sesuatu. baik, diperlukan terapi yang melibatkan
Terapi ini digunakan sebagai bagian dari ruang sekitar. Terapi aktivitas adalah
program pengobatan untuk anak yang upaya untuk mengalihkan kesibukan bagi
mengidap suatu penyakit, seperti anak autis dengan mengerjakan sesuatu
keterlambatan perkembangan sejak lahir, yang lain agar mengembalikan fokus,
masalah psikologis, atau cedera jangka seringkali disebut dengan terapi okupasi.
panjang. Tujuan utama terapi okupasi Di sekolah, terdapat ragam aktivitas yang
adalah untuk membantu meningkatkan bisa dikerjakan anak autis seperti
kualitas hidup anak dalam pembelajaran luar ruang dan bermain.
memaksimalkan kemandirian. (Haliimah, et al, 2014). Potensi ini secara
arsitektural dapat diambil untuk
Anak Berkebutuhan Khusus atau ABK, perencanaan organisasi ruang agar anak
merupakan istilah untuk seseorang yang bisa belajar dan bermain secara optimal,
memiliki kekurangan fisik ataupun seperti ada area taman untuk terapi
mental. Salah satu wujud kekurangan menanam, merawat dan memetik
mental adalah autis. Adapun gejala yang tanaman hortikultura atau terapi untuk
tampak adalah ketidakpedulian terhadap mendengarkan kicauan dan suara air
279

Jurnal Care Vol .5, No2,Tahun 2017

mancur. Terapi didasarkan untuk saat dewasa. Penyediaan fasilitas tentu


kepekaan panca indera. Peran ruang harus dipertimbangkan pada sisi
terbuka sebagai taman sebagai sarana keamanan dan keselamatannya, seperti
belajar, bermain dan sarana terapi yang penggunaan material yang tidak
diperlukan untuk siswa autis. berbahaya atau vegetasi yang tidak
beracun.
Pengaruh ruang luar sebagai taman
edukasi terhadap perkembangan anak
disampaikan oleh beberapa ahli, seperti Sebagai sarana terapi untuk siswa autis,
disebutkan oleh Ramadhani (2016), taman harus memberikan suatu manfaat
bahwa salah satu bentuk pembelajaran perubahan. Taman dikembangkan dengan
adalah memberikan pengalaman konsep sensori atau berhubungan dengan
langsung, sehingga siswa lebih mudah panca indera. Adapun Haliimah (2014),
memahami. Contohnya adalah saat mata menyebutkan bahwa sistem sensori dalam
pelajaran IPA, siswa secara langsung tubuh ada vestibular (gerakan
dapat memahami karakter tanaman yang keseimbangan), proprioceptive (otot-
tumbuh di taman. Siswa dengan motorik), visual (penglihatan), auditory
inderanya dapat melihat, meraba, (pendengaran), tactile (peraba), gustatory
merasakan tanaman. Aspek ini, taman (pengecap), dan olfactory (penciuman).
berfungsi sebagai edukasi. Lauren (2012), Berdasarkan konsep ini, taman dibedakan
menyebutkan bahwa ruang terbuka menjadi area bermain (ayunan dan
seringkali digunakan sebagai taman perosotan), area taman yang merangsang
bermain anak dengan fasilitas visual seperti warna cat yang kontras atau
pendukungnya. Aktivitas tersebut pemilihan jenis tanaman dengan bunga
termasuk edukatif, yang mana usia anak warna-warni, area taman yang
yang masih muda dapat peka terhadap merangsang pendengaran seperti kicauan
rangsangan dari lingkungannya. Baskara burung dan air mancur, area taman yang
(2011) dalam penelitiannya juga merangsang indera pengecap yaitu ada
membahas tentang taman untuk edukasi buah siap petik seperti jeruk dan tomat,
anak-anak, mampu untuk dan area taman yang merangsang
membangkitkan sisi kognitif, sosial, fisik, penciuman dengan aroma bunga, seperti
serta kemampuan emosi yang diperlukan lavender atau melati.
280

Jurnal Care Vol .5, No2,Tahun 2017

METODE PENELITIAN dan lunak serta adanya ruang untuk


Penelitian dilakukan dengan metode bermain. Taman dengan konsep sensory
kualitatif dengan cara deskripsi deduktif garden sebagai terapi anak autis meliputi
dan induktif. Nasution (2004) terapi panca indera pengecap, penglihat,
menyebutkan bahwa penelitian deskriptif penciuman, peraba dan pendengaran
adalah suatu metode dalam meneliti (Prabowo, 2015).
sekelompok manusia, suatu obyek, suatu
set kondisi, suatu sistem pikiran, ataupun
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Data primer yang diperoleh pada
Tujuan dari penelitian deskriptif ini penelitian ini digunakan dengan
adalah untuk membuat deskipsi, wawancara dan rekaman. Proses
gambaran atau lukisan secara sistematis, wawancara melibatkan beberapa guru dan
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, wali murid yang berkaitan dengan
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena penggunaan taman, khususnya Ibu Pur
yang diselidiki. Penelitian ini diawali dari dan Ibu Nifta selaku guru SMPLB. Studi
studi inventarisasi atau pendataan unsur kasus dilakukan di Sekolah Luar Biasa
hardscape dan softscape sebagai data (SLB) Sumber Dharma Malang, alasannya
primernya, berupa wawancara dan adalah lokasi berada dalam kota jauh dari
rekaman. Berikutnya akan dilakukan pusat keramaian dengan suasana tenang,
analisis-sintesis potensi dan kendala berpotensi untuk dikembangkan taman
dalam penerapan terapi okupasi. Hasil dengan konsep baru karena taman
penelitian ini lebih pada manfaat sarana sebelumnya hanya terdapat penataan pot
terapi okupasi sebagai taman ekukasi dan area bermain anak.
pada SLB Sumber Dharma Malang.
Menurut Haliimah, et al (2014), penderita
autis adalah penderita gangguan HASIL
pengolahan informasi sensoris akibat
Studi kasus SLB Sumber Dharma berada
kelainan pada sistem sarafnya sehingga
di Jalan Jago Malang, yang tidak jauh dari
dapat diberikan taman edukasi yang
Pasar Blimbing. Sekolah dikelilingi oleh
berfokus pada konsep sensory garden.
permukiman warga dan aksesnya masuk
Karakteristik terapi edukasi adalah adanya
pada gang dengan lebar jalan 4 meter.
ruang edukasi, penggunaan elemen kerasa
281

Jurnal Care Vol .5, No2,Tahun 2017

Bangunan sekolah terdiri atas 2 lantai dengan total 47 anak yang terbagi atas 5
yang memiliki ruang terbuka yang anak TKLB, 25 anak SDLB, 8 anak
terbatas. Luas total tanah adalah 576m2 SMPLB, dan 9 anak SMALB. Ruangan
yang terbagi atas luas bangunan dan yang tersedia ada 7 ruang kelas dan
taman. Taman pada sekolah ada pada terdapat fasilitas laboratorium dan
taman depan dan tengah. Taman depan perpustakaan. Menurut ibu Nifta, selaku
dengan panjang 17 meter dan lebar kepala sekolah SMPLB jumlah anak autis
4 meter, atau 62 m2 setelah dikurangi luas tidak sebanyak anak tuna grahita, namun
teras, sedangkan taman tengah memiliki kecenderungan perilaku mereka hampir
dimensi panjang 14 meter dan lebar sama seperti anak-anak usia kelas 5 SD
4 meter atau luasannya 56 m2. Pengajar dan kurang fokus.
terdiri atas guru 15 orang dan siswa

Gambar 1. (kiri)Ffoto tampak depan SLB Sumber Dharma, (kanan) foto


lokasi taman depan

Gambar 2. (kiri) Taman dengan bentuk pot bertingkat, (kanan) foto lokasi
taman tengah
282

Jurnal Care Vol .5, No2,Tahun 2017

Taman pada SLB ini dibagi menjadi dua Pengguna taman terbatas pada guru,
yaitu taman depan dan taman tengah. siswa, orang tua siswa, dan tamu. Taman
Taman depan untuk area parkir sepeda, depan merupakan area yang masih bisa
area bermain, berkebun dan tempat diakses oleh orang tua siswa sedangkan
duduk orang tua yang akan menjemput. taman tengah bersifat privat karena hanya
Tanaman yang ada sudah banyak terbatas pada guru dan siswa. Umumnya
ragamnya seperti tanaman hias, tanaman area taman digunakan pada pagi sampai
rak, taman vertikultur, dan pohon siang hari pada jam tertentu seperti
peneduh. Adapun tanamannya adalah sebelum masuk, saat istirahat ataupun
puring, kamboja, drasena, lidah buaya, pulang sekolah. Namun secara umum
kopi, manisa, sawo, buah naga, pucuk taman masih kurang difungsikan.
merah, kuping gajah, palem, lamtoro, Berdasarkan hasil wawancara dengan
temulawak, kol banda, jeruk, cabe, jambu, narasumber salah satu guru yaitu ibu
dan sebagainya. Menurut ibu Nifta, Christina Sri Purwatiningsih (Ibu Pur)
pengembangan taman depan untuk area selaku guru SMPLB, taman yang
buah-buahan. Berikutnya adalah taman diharapkan adalah bersifat teduh,
tengah, yang memiliki fungsi sedikit melibatkan siswa dalam proses
berbeda. Taman tengah digunakan untuk penanaman ataupun mata pelajaran yang
upacara sehingga dibutuhkan ruang bertema, dan prioritas taman depan
bebas. Area taman dimampatkan ke dekat karena penyinaran maksimal diperoleh
dinding dengan pengembangan secara pada depan bangunan. Beberapa wali
vertikal. Adapun tanaman yang ada murid sebagai pengguna taman; yang
adalah puring, kamboja, adam hawa, kol sedang duduk dan menunggu untuk
banda, terong, temu lawak, sansivera, menjemput anaknya; mengatakan bahwa
beras kutah, suruh dan drasena. Penataan kondisi awal taman sebenarnya sudah
taman masih belum teratur sehingga nyaman dengan banyak teduhan namun
dalam pengembangannya lebih sesuai kurang dimanfaatkan untuk kegiatan
dengan tanaman sayur-sayuran dan bermain siswa. Kondisi ini diperlukan
hortikultura. adanya perubahan sehingga taman bisa
menampung kegiatan yang aktif.
Pengguna utamanya adalah siswa dari
berbagai tingkatan kelas dan terbagi atas
283

Jurnal Care Vol .5, No2,Tahun 2017

beberapa tuna, yaitu tuna grahita, tuna taman bermain dengan segala fasilitas
rungu dan autis. Tema taman memang pendukungnya. Dalam taman, selain
ditujukan pada anak autis tetapi juga bisa dikembangkan aspek rekreatifnya juga
untuk tuna yang lain karena taman edukatifnya karena usia anak masih muda
sensorik mampu merangsang panca dan peka terhadap rangsangan yang
indera untuk terapi dan edukasi. berasal dari lingkungan, khususnya bagi
anak autis dan tuna grahita.

Menurut Wahyuni (2015) konsep taman


sensorik dibagi menjadi dua bagian yaitu
PEMBAHASAN
hiposensitif dan hipersensitif. Taman
Penelitian ini melihat potensi
terapi hiposensitif ditujukan untuk anak-
pengembangan terapi okupasi pada studi
anak agar lebih aktif, berbentuk tegas, ada
kasus terpilih pada SLB Sumber Dharma
area bermain yang cukup luas. Taman
Malang. Taman yang dikembangkan
terapi hipersensitif ditujukan untuk-anak
dengan tema taman edukasi bagi anak
yang terlalu aktif bergerak agar lebih
difabel dengan wujud taman sensorik.
tenang. Area taman yang dikembangkan
Berdasarkan informasi dari guru bahwa
dengan pola lunak dan melingkar, fitur air
anak-anak autis dapat distimulus untuk
berirama rendah untuk efek
kondisi yang lebih baik dengan
menenangkan.
membentuk taman tematik. Taman
sensorik yang dimaksudkan adalah terapi
Taman edukasi menurut Ramadhani
yang dibagi menjadi zona tertentu untuk
(2016) merupakan pemanfaatan taman
merangsang panca indera. Berikut adalah
sebagai media untuk pembelajaran
kriterianya yang dijelaskan oleh Prabowo
dengan menggunakan pengalaman secara
(2015) : (a) indera penglihatan,
langsung, sehingga siswa lebih mudah
penggunaan warna pada tanaman seperti
untuk mempelajari. Adapun contohnya
bunga dan buah yang mencolok,
adalah pengenalan tumbuhan pada
(b) indera pengecap, tanaman yang
pelajaran IPA dengan melihat objeknya
disediakan bisa langsung dipetik dan
langsung berada di taman. Lauren (2012)
dimakan seperti jeruk, tomat dan
juga menyebutkan bahwa ruang terbuka
belimbing, (c) indera penciuman, adanya
atau taman sering digunakan sebagai
tanaman beraroma wangi seperti lavender
284

Jurnal Care Vol .5, No2,Tahun 2017

dan rose, (d) indera peraba, penggunaan b. Taman terapi sensorik, area taman
bahan bangunan pada alur jalan yang dibagi menjadi taman untuk
berbeda teksturnya, (e) indera merangsang visual, pengecap,
pendengaran, menyediakan area burung penciuman, peraba dan pendengaran.
berkicau dan suara air mancur. Dengan Adapun penerapan konsep taman
adanya area sensorik ini dapat melatih sensorik dapat berpengaruh terhadap
tingkat kefokusan dari anak-anak autis. perilaku anak siswa yang sebelumnya
memiliki dunia sendiri menjadi lebih
fokus terhadap sesuatu, seperti
Lebih spesifik tentang konsep taman warna, rasa, bau, tekstur dan suara.
edukasi dan terapi untuk anak autis pada c. Sebagai taman edukasi, taman
SLB Sumber Dharma sebagai berikut, sebagai aplikasi mata pelajaran
dengan pengenalan jenis tanaman
a. Konsep ruang dibagi menjadi 2 jenis
(outdoor learning process) dan disediakan
yaitu untuk autis hiposensitif dan
area bercocok tanam untuk belajar
hipersensif. Perbedaannya,
merawat, menyiram dan memanen.
hiposensitif disediakan ruang untuk
melatih keaktifan seperti area
Taman edukasi dapat digunakan sebagai
bermain aktif (perosotan, ayunan,
sarana terapi okupasi dimana terdapat
dan sebagainya) yang dinilai aman.
objek terapi yang meliputi fisik dan
Hipersensitif perlu disediakan taman
mental. Fisik dapat memberikan terapi
yang menenangkan seperti adanya
yang membantu melatih gerakan kaki dan
area teduhan berupa pohon atau
atau tangan. Misalnya saja dengan lempar
gazebo. Alur ruang secara linear atau
bola, menendang bola, dan sebagainya.
mengarahkan siswa untuk merasakan
Mental dapat memberikan terapi yang
ruangan secara urut. Taman
dapat melatih dan mengembangkan
hiposensitif berada di taman depan
bakat, kreativitas dan rasa percaya diri.
dengan eksisting tempat bermain dan
Bentuk kegiatan yang dilakukan di SLB
penataan tanaman, taman
adalah berupa permainan dengan
hipersensitif berada di ruang tengah
menggunakan terapi yang berbentuk
karena suasana lebih tenang.
bermain untuk memberikan kesenangan
dan sosialisasi yang baik. Misalnya dengan
285

Jurnal Care Vol .5, No2,Tahun 2017

bermain lempar bola, bermain tebak kata, luang, dan partisipasi sosial. Hal yang juga
dan sebagainya. diperhatikan pada tahap awal atau
kognitif ini adalah membangkitkan ide
Terapi okupasi secara individu dapat saat waktu luang, mempelajari berapa
dilaksanakan pada taman atau area banyak kemungkinan atau waktu yang
outdoor dengan beberapa tahapan dihabiskan, membandingkan beberapa
berikut. Menurut Tirta & Putra (2008) kegiatan yang menyenangkan dibanding
dan Untari (2006). Adapun tahapan terapi bekerja, mengatur waktu untuk hal yang
okupasi, antara lain: menyenangkan (kebutuhan, pilihan,
a. Tahap Evaluasi hambatan, dan minat), dan mengatur
Tahap evaluasi sangat menentukan bagi waktu diri sendiri. Keterampilan dasar
tahap-tahap berikutnya. Pada tahap awal yang diharapkan mendapatkan
ini mulai dibentuk hubungan kerjasama keterampilan, memproses keterampilan,
antara guru dan anak, yang kemudian menyalurkan keterampilan, dan
akan dilanjutkan selama tahap terapi ketegasan. Guru menanyakan kebiasaan
okupasi. Tahap ini juga disebut tahapan sehari-hari dan memberikan pengetahuan
kognitif yang memfokuskan kemampuan tentang tanaman pada siswa, khususnya
pekerjaan yang berorientasi pada pada mata pelajaran IPA.
keterampilan kognitif. Tahap evaluasi b. Tahap Intervensi
dibagi menjadi 2 langkah. Langkah Tahap intervensi yang terbagi dalam 3
pertama adalah profil pekerjaan langkah, yaitu rencana intervensi,
(occupational profile) dimana guru implementasi intervensi, dan peninjauan
mengumpulkan informasi mengenai (review) intervensi. Rencana intervensi
riwayat pola hidup sehari-hari, minat, dan adalah sebuah rencana yang dibangun
kebutuhannya. Langkah kedua adalah berdasar pada hasil tahap evaluasi dan
analisa tampilan pekerjaan (analysis of menggambarkan pendekatan terapi
occupational performance). Tampilan okupasi serta jenis intervensi yang
pekerjaan yang dimaksud adalah terpilih, guna mencapai target hasil akhir
kemampuan untuk melaksanakan yang ditentukan. Rencana intervensi ini
aktivitas dalam kehidupan keseharian, dibangun secara bersama-sama dengan
yang meliputi aktivitas dasar hidup sehari- anak (termasuk pada beberapa kasus bisa
hari, pendidikan, bermain, mengisi waktu bersama keluarga atau orang lain yang
286

Jurnal Care Vol .5, No2,Tahun 2017

berpengaruh), dan berdasarkan tujuan secara individual maupun kelompok


serta prioritas anak. Rencana intervensi maka guru harus mempersiapkan terlebih
yang telah tersusun kemudian dahulu segala sesuatunya yang
dilaksanakan sebagai implementasi menyangkut pelaksanaan kegiatan
intervensi yang mana diartikan sebagai tersebut. Anak juga perlu dipersiapkan
tahap keterampilan dalam mempengaruhi dengan cara memperkenalkan kegiatan
perubahan tampilan pekerjaan anak, dan menjelaskan tujuan pelaksanaan
membimbing mengerjakan pekerjaan atau kegiatan tersebut sehingga anak lebih
aktivitas untuk mendukung partisipasi. mengerti dan berusaha untuk ikut aktif.
Langkah ini adalah tahap bersama antara Jumlah anggota dalam suatu kelompok
anak, ahli, dan asisten terapi okupasi. disesuaikan dengan jenis aktivitas yang
Implementasi intervensi terapi okupasi akan dilakukan dan kemampuan guru
dapat dilakukan baik secara individual mengawasi. Sedangkan peninjauan
maupun berkelompok, tergantung dari intervensi diartikan sebagai suatu tahap
keadaan siswa, tujuan terapi, dan lain-lain. berkelanjutan untuk mengevaluasi dan
Metode individual bertujuan untuk meninjau kembali rencana intervensi
mendapatkan lebih banyak informasi dan sebelumnya, efektivitas pelaksanaannya,
sekaligus untuk evaluasi anak, pada anak sejauh mana perkembangan yang telah
yang belum dapat atau mampu untuk dicapai untuk menuju target hasil akhir.
berinteraksi dengan cukup baik didalam Bilamana dibutuhkan, pada langkah ini
suatu kelompok sehingga dianggap akan dapat dilakukan perubahan terhadap
mengganggu kelancaran suatu kelompok, rencana intervensi.
dan siswa yang sedang menjalani latihan c. Tahap Hasil Akhir
kerja dengan tujuan agar guru dapat Tahap terakhir pada terapi okupasi adalah
mengevaluasi anak lebih efektif. hasil akhir (outcome). Hasil akhir disini
diartikan sebagai dimensi penting dari
Metode kelompok dilakukan untuk siswa kesehatan yang berhubungan dengan
lama atas dasar seleksi dengan masalah intervensi, termasuk kemampuan untuk
atau hampir bersamaan, atau dalam berfungsi, persepsi kesehatan, dan
melakukan suatu aktivitas untuk tujuan kepuasaan dengan penuh perhatian. Pada
tertentu bagi beberapa siswa sekaligus. tahap ini ditentukan apakah sudah
Sebelum memulai suatu kegiatan baik berhasil mencapai target hasil akhir yang
287

Jurnal Care Vol .5, No2,Tahun 2017

diinginkan atau tidak. Jadi hasil akhir orang, tempat, dan waktu. Orientasi
dalam bentuk tampilan okupasi, memerlukan waktu kurang lebih 5 menit.
kepuasaan anak, kompetensi aturan, Aktivitas yang dilakukan selama tahapan
adaptasi, pencegahan, dan kualitas hidup. orientasi adalah guru melakukan orientasi
kegiatan.
Setiap siswa akan melakukan terapi b. Tahap Pendahuluan (Introduction)
okupasi kelompok harus direncanakan Tahap pendahuluan adalah tahap
dahulu. Guru melakukan kontrak kepada perkenalan baik dari guru maupun anak.
kelompok. Guru dan kelompok Guru memperkenalkan diri baru
mempertimbangkan tempat, lokasi yang kemudian masing-masing anak
kondusif, alat, dan bahan yang harus menyebutkan nama dan alamatnya. Cara
disiapkan. Menurut Untari (2006) adapun yang biasa digunakan adalah dengan
tahapan aktivitas terapi okupasi melemparkan balon yaitu anak harus
kelompok, yaitu: menyebutkan nama apabila mendapatkan
a. Orientasi bola yang telah dilempar. Setiap kali
Orientasi sangat membantu anak untuk seorang anak selesai memperkenalkan
mengikuti kelompok terapi. Tujuan diri, guru mengajak semua anak untuk
orientasi adalah meyakinkan bahwa anak bertepuk tangan. Tahap pendahuluan
mempunyai orientasi yang baik tentang memerlukan waktu 5-10 menit.

Gambar 3. Contoh buku pegangan guru yang membuktikan pemanfaatan


taman untuk kegiatan belajar mengajar
288

Jurnal Care Vol .5, No2,Tahun 2017

c. Tahap pemanasan (Warm-up activities) kognitif, motorik, dan interaksi yang akan
Setelah melakukan proses dikembangkan. Biasanya aktivitas yang
memperkenalkan diri, guru mengajak dipilih adalah aktivitas dengan aturan
anak untuk aktivitas pemanasan (warm- sederhana dan aktivitas yang dilakukan
up activities). Tahap ini memerlukan sebaiknya disesuaikan dengan tujuan yang
waktu 5-10 menit. Aktivitas yang ingin dicapai. Guru memberikan pujian
digunakan adalah latihan fisik sederhana setiap kali siswa selesai melakukan terapi
(simple physical exercise). Tujuannya okupasi dengan baik dan mengajak
adalah meningkatkan perhatian dan minat anggota kelompok bertepuk tangan.
siswa melalui gerakan dasar tubuh dan e. Tahap Terminasi
agar siswa mampu mengikuti aturan atau Tahap ini menandakan bahwa terapi
instruksi sederhana seperti berputar, okupasi akan berakhir. Guru dan anak
turunkan tangan, dan lain-lain. mengumpulkan material (alat-bahan)
d. Tahap aktivitas terpilih (selected activities) bersama-sama dan mengadakan diskusi
Tahap ini memerlukan waktu 10-20 kecil tentang jalannya proses terapi
menit. Mempertimbangkan kebutuhan okupasi.

Gambar 4. Hasil karya siswa SLB berupa taman vertikal sayuran hasil dari
kegiatan terapi okupasi

umumnya. Di sekolah banyak aktivitas


KESIMPULAN yang dapat dilakukan anak baik di dalam
Anak autis ataupun tuna grahita memiliki ruang maupun aktivitas yang di luar
kecenderungan kurang fokus dan pola ruang. Salah satu aktivitas yang dilakukan
pemikiran yang berbeda dengan orang di luar ruang adalah bermain di taman
normal, sehingga diperlukan stimulus agar sekolah. Fungsi dari taman sekolah adalah
memiliki kepekaan seperti pada untuk taman edukasi dimana dapat
289

Jurnal Care Vol .5, No2,Tahun 2017

diberikan terapi okupasi pada siswa (Introduction), (3) Tahap pemanasan


sekolah. Pihak yang ada di sekolah juga (Warm-up activities), (4) Tahap aktivitas
dapat mengarahkan minat dan hobi siswa terpilih (selected activities) dan (5) Tahap
sehingga tertuang pada hal-hal atau Terminasi.
aktivitas yang positif. Terapi okupasi
sebagai sarana terapi sensorik, siswa dapat REFERENSI
meningkatkan ketajaman inderanya Baskara, M. (2011). Prinsip Pengendalian
melalui visual, pendengaran, peraba, Perancangan Taman Bermain
pengecap dan penciuman, sehingga Anak di Ruang Publik. Jurnal
tercapai titik fokus tertentu yang tidak Lanskap Indonesia, 3 (1), pp. 27-34.
menyebar. Sebagai sarana edukasi, siswa Haliimah, M., Asikin, D., dan Razziati
juga dilatih untuk mengenal lebih dekat H. (2014). Taman Sensori pada
tentang tanaman, merawat dan Ruang Luar Autism Center di Kota
memanennya sehingga mendapatkan Batu. (Online).
pengalaman langsung. Terapi okupasi (http://download.portalgaruda.or
juga berfungsi dengan menggunakan g/article.php?article. Diakses 13
konsep taman edukasi yang bisa April 2017
diterapkan di sekolah luar biasa di Kota Lauren, G.M. (2012). Desain Taman
Malang. Taman edukasi dapat digunakan Lingkungan untuk Anak Usia
sebagai sarana terapi okupasi dimana Sekolah Dasar Di Cluster Callysta
terdapat objek terapi yang meliputi fisik Permata, Perumahan Permata Bintaro,
dan mental. Bentuk kegiatan yang Tangerang Selatan. (online)
dilakukan adalah pengenalan jenis http://repository.ipb.ac.id/handle
tanaman dan berocok tanam yang /123456789/61159. Diakses 21
menggunakan terapi bermain dan April 2017.
memberikan dampak bersosialisasi Nasution. (2004). Metode Research
semakin berkembang. Adapun tahapan (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi
terapi okupasi, antara lain: (1) Tahap Aksara.
Evaluasi, (2) Tahap Intervensi dan (3) Prabowo, B. A. (2015). Sensory Garden
Tahap Hasil Akhir. Tahap terapi okupasi Sebagai Konsep Arsitektur Untuk
kelompok dapat dilakukan dengan (1) Terapi Autisme. (Online).
Orientasi, (2) Tahap Pendahuluan (http://archadipa.com/index.php
290

Jurnal Care Vol .5, No2,Tahun 2017

/2015/07/27/sensory-garden- Tirta & Putra (2008). Terapi okupasi.


sebagai-konsep-arsitektur-untuk- http://klinikotcponorogo.co.id/2
autisme/). Diakses 13 April 2017 012/01/terapi-okupasi.html
Ramadhani, W.S. (2016). Penerapan Untari (2006). Terapi okupasi.
Pembelajaran Outdoor Learning http://klinikotcponorogo.co.id/2
Process (OLP) Melalui 012/01/terapi-okupasi.html
Pemanfaatan Taman Sekolah Wahyuni, E. (2015). Sekolah Luar Biasa
Sebagai Sumber Belajar Materi Autis Boyolali Berbasis Alam dengan
Klasifikasi Tumbuhan Untuk Penekanan Taman Terapi. (Online).
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (http://eprints.ums.ac.id/38805/1
SMP. Jurnal Pendidikan Sains, 4 (3), /PUBLIKASI.pdf
pp. 1-7.

You might also like