Professional Documents
Culture Documents
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi
(S. Farm.) Program Studi Farmasi
Disusun oleh:
NIM : 108114188
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2014
i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi
(S. Farm.) Program Studi Farmasi
Disusun oleh:
NIM : 108114188
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2014
i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena
kasih setia dan kemurahanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
ini disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
telah mendapat banyak bantuan, dukungan, nasehat, bimbingan, saran dan kritik
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis pada kesempatan ini ingin
1. Tuhan Yesus Kristus yang telah setia menemani dan memampukan dalam
melalui segala proses yang sudah terjadi, juga menjadi penolong serta
penghibur yang setia baik dalam keadaan senang maupun keadaan susah.
3. Phebe Hendra, M. Si., Ph. D., Apt. selaku wakil Dekan Fakultas Farmasi
4. Yohanes Dwi Atmaka, M. Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
berlangsung.
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5. Aris Widayati, M. Si., Ph.D., Apt., selaku dosen pembimbing tugas akhir yang
6. Maria Wisnu Donowati, M. Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah banyak
7. Dr. Rita Suhadi, M. Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah banyak
para karyawan serta seluruh staff di Fakultas Farmasi yang telah membantu
9. Para apoteker dan asisten apoteker yang telah menerima penulis dan
10. Papa dan Mamaku tersayang yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan,
11. Kakak-kakak dan adikku yang kusayangi yaitu Vania, Axel dan Lisya yang
skripsi ini.
12. Teman-teman seperjuangan dalam proses pengerjaan skripsi ini, yaitu Leo,
Haris, Septi, Vera, Lenny, Lelo dan Mala atas semangat dan bantuannya.
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13. Sahabat-sahabatku Suryo, Kenny, Jonas, Anwar, Aji, terima kasih atas bantuan
14. Teman-teman yang telah banyak membantuku dalam mengurus mata kuliah,
Anas, Aji, Anwar, Ori, Jessie, Mirsha, Stien, Evan, Andika, Mega, Reri, terima
kasih atas bantuan dan partisipasi kalian yang sangat membantu penulis.
15. Semua pihak lain yang berkontribusi langsung sehingga membantu proses
Penulis menyadari bahwa tidak ada suatu karya buatan tangan manusia
yang benar-benar sempurna. Demikian juga dengan tugas akhir yang telah selesai
dikerjakan oleh penulis sehingga dalam hal ini, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak agar kedepannya hasil skripsi
ini menjadi lebih baik. Harapan penulis yaitu agar skripsi ini dapat bermanfaat
Penulis
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
PRAKATA .................................................................................................. v
INTISARI .................................................................................................... xv
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
c. Kontraindikasi ............................................................................. 48
A. Kesimpulan ......................................................................................... 61
B. Saran ................................................................................................... 62
LAMPIRAN ................................................................................................ 66
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
dampak) .................................................................................... 15
pengobatan) ............................................................................... 16
Tabel IV. Golongan Obat pada Resep Racikan yang diterima oleh
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
2014 ............................................................................................. 44
2014 ............................................................................................. 52
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
INTISARI
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Peresepan obat merupakan hal yang tidak asing lagi di dunia pengobatan,
dokter kepada apoteker / farmasi pengelola apotek untuk memberikan obat jadi
atau meracik obat dalam bentuk tertentu sesuai dengan keahliannya, takaran dan
jumlah obat sesuai dengan yang diminta, kemudian menyerahkannya kepada yang
berbagai bahan menjadi suatu bentuk sediaan obat. Resep racikan mengandung
nama dan kuantitas tiap bahan yang diperlukan (Siregar, 2004). Resep racikan
obat sehingga proses peresepan obat ini menjadi faktor yang sangat penting dalam
obat haruslah dilakukan dengan seteliti dan sedetail mungkin agar tidak terjadi
kedokteran dan kefarmasian, yang selama ini selalu luput dari perhatian,
2004). Kesalahan peresepan dapat memberikan risiko yang berarti bagi pasien.
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
uang dan kualitas hidup. Medication error dapat terjadi dalam proses penamaan,
respon pasien. Kesalahan (error) pada pengobatan dapat terjadi pada setiap tahap.
dicegah oleh apoteker, perawat, atau staf kesehatan lainnya (Anderson dan
Townsend, 2010).
berakhir fatal hingga kematian. Dampak dari kesalahan proses pengobatan ini
cukup beragam, mulai dari keluhan ringan hingga kejadian serius yang
oleh seorang farmasis adalah melakukan skrining resep yang dapat ditinjau dari
kelengkapan resep yang meliputi identitas dokter, identitas pasien, nama obat,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
medication error yang terjadi dalam peresepan obat racikan yang ada di apotek-
apotek di kabupaten Sleman ini dapat diketahui dan untuk kedepannya dapat
B. Perumusan Masalah
pada resep racikan yang ada di empat apotek di Kabupaten Sleman pada bulan
2. Apa saja jenis medication error yang terjadi dalam fase prescribing dan
3. Bagaimana cara mengatasi medication error yang terjadi pada peresepan obat
C. Keaslian Penelitian
Penelitian yang telah dilaksanakan yang terkait dengan penelitian ini antara
lain:
contoh resep, yang diambil secara acak (α = 5% dan d = 3), dari 12 apotek di
tersebut disebabkan antara lain karena tidak adanya paraf, nomor ijin praktek
dokter, tanggal resep. Tulisan tangan dokter yang kurang dapat dibaca sangat
terutama pada nama obat, dosis, aturan pakai, dan cara pemberian, yang
error, pharmaceutical error dan dispensing error dan kejadian jenis error
yang paling banyak terjadi. Penelitian ini memeriksa peresepan dari 229
pasien rawat jalan. Ditemukan 226 peresepan dengan medication errors. Dari
prescribing error yang paling sering terjadi adalah penulisan perintah dalam
Pharmaceutical errors yaitu termasuk over dose dan under dose obat.
Dispensing errors yaitu termasuk penyiapan obat yang tidak benar dan
informasi obat yang tidak lengkap. Medication Error masih menjadi masalah
Hospital: A Direct Observation Study (Vazin dan Delfani, 2012). Tujuan dari
dari semua jenis kesalahan di ICU sebuah rumah sakit pendidikan yang besar.
Studi observasional ini dilakukan dalam 11 kamar tidur ICU dari rumah sakit
dimasukan dalam sebuah formulir yang didesain untuk tujuan ini. Selama
periode evaluasi, total 442 errors dari 5785 peluang untuk terjadinya error
(7,6 %) terjadi. Dari hasil tersebut, ada 9,8 % administration errors, 6,8 %
Catatan pasien rawat inap dari enam unit departemen kedokteran ditinjau
antaranya 77,4% adalah laki-laki dan 22,6% adalah perempuan. 38,5% dari
termasuk pada obat kelas SSP (19,7%). Pada evaluasi kasus yang parah,
No harm, diikuti oleh 7,7% dalam category No Error dan sisa 2,3% dalam
Faghihi hospital (Fereidooni dan Vazin, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk
mengungkap frekuensi, tipe dan konsekuensi dari semua jenis error dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
sebuah ICU dari rumah sakit pendidikan yang besar. Kemunculan error
farmasi mengamati 307 dosis dalam 46 shift-6 jam. Dalam tiap shift
dari kesalahan pada semua tahap mengarah pada efek yang tidak
membahayakan pasien.
pada penelitian ini, peneliti akan mengkaji pada fase-fase yang terjadi dalam
medication error, khususnya pada fase prescribing dan transcribing resep racikan
D. Manfaat Penelitian
1. Dapat mengetahui jenis medication error yang terjadi dalam fase prescribing
dan transcribing obat racikan yang ada di empat apotek di kabupaten Sleman
taraf keamanan dalam peresepan obat racikan yang dilakukan di empat apotek
di kabupaten Sleman.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
obat dan meningkatkan mutu pelayanan pengobatan yang ada di empat apotek
di kabupaten Sleman.
2. Tujuan Khusus
b. Menghitung angka kejadian dan jenis medication error yang terjadi dalam
fase transcribing pada resep racikan yang ada di empat apotek di Kabupaten
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Peresepan Obat
gigi, dokter hewan kepada Apoteker, untuk menyediakan dan menyerahkan obat
Dr. Supriyadi
SIP. No. 228/K/84
Jl. Budi Kemulyaan No. 8A Telp. 736533
Jakarta
Jakarta, 22-09-2013
R/ Acetosal 500 mg
Codein HCl 20 mg
C.T.M 4 mg
S.L qs.
m.f. pulv. dtd. No. XV
da in caps.
S.t.d.d caps I
Paraf / tanda tangan dokter
9
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10
penderita dekompensasi jantung sering pula timbul udem yang dapat dihilangkan
dengan diuretin sebagai diuretikum. Jadi obat pokok untuk kausalnya adalah
Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap, jika resep tidak jelas atau
tidak lengkap, maka apoteker harus menanyakannya kepada dokter penulis resep
1. Nama, alamat, dan nomor izin praktik dokter, dokter gigi, atau dokter
hewan;
6. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan peraturan
7. Jenis hewan serta nama dan alamat pemiliknya untuk resep dokter
hewan
8. Tanda seru dan / atau paraf dokter untuk resep yang melebihi dosis
menganalisa adanya masalah terkait obat; bila ditemukan masalah terkait obat
g) Informasi lainnya
durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan dalam resep hendaknya
emergensi dan itupun harus dilakukan konfirmasi ulang untuk memastikan obat
yang diminta benar, dengan mengeja nama obat serta memastikan dosisnya.
menulis dengan jelas instruksi lisan setelah mendapat konfirmasi (Direktorat Bina
C. Resep Racikan
untuk pasien. Obat racikan yang "dibuat dari awal" – bahan-bahan individu
dicampur dalam kekuatan dan bentuk dosis yang tepat yang diperlukan oleh
pasien dan resep untuk menyesuaikan obat untuk memenuhi kebutuhan spesifik
yang kompatibel seperti saline, dekstrosa atau air steril pada sebuah produk, tidak
merekonstitusi serbuk pada saat penyiapan obat. Tindakan ini tidak menjadi keliru
dengan peracikan karena dilakukan sesuai dengan instruksi pabrik. Sekali lagi,
Seluruh produk racikan dapat dilihat kurang lebih sebagai obat yang
belum disetujui karena konten dan / atau formulasi menyimpang dari obat-obat
sejenis yang disetujui Food And Drug Administration (FDA). Hal ini
racikan juga membawa risiko yang melekat. Tanpa penelitian yang luas, pelatihan
profesional atau studi observasional yang tersedia dan laporan kasus. Namun,
potensi risiko tidak dapat diabaikan. Misalnya, banyak produk racikan digunakan
untuk populasi khusus seperti neonatus, pediatrik dan pasien geriatri dengan profil
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14
(Lam, 2011).
peresepan dan penyiapan obat. Agen sistemik seperti produk parenteral dan
inhalasi menimbulkan risiko kontaminasi mikroba yang lebih tinggi jika proses
D. Medication Error
mencatat definisi yang digunakan. Pada masa lampau, istilah medication error
mengacu pada kesalahan administrasi obat (administration errors); hari ini; istilah
error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama
dampak dan jenis-jenis medication error yang terjadi berdasarkan alur proses
pengobatan yang terjadi. Penggolongannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
Monitoring
Untuk mengobservasi atau melakukan pencatatan fisiologis yang relevan atau
tanda-tanda psikologis.
Intervensi
Dapat termasuk perubahan dalam terapi atau perawatan medis aktif. Hal ini juga
dapat berupa dukungan pada sistem kardiovaskuler dan respirasi (contoh : CPR,
intubasi, dll).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
informasi obat yang selalu tersedia, keberadaan apoteker dalam pelayanan, adanya
prosedur khusus obat dan alat yang memerlukan perhatian khusus karena dampak
E. Fase Prescribing
atau pengobatan untuk pasien dan memberikan instruksi tentang bagaimana dan
mengacu pada perintah untuk pengobatan, konsep yang sama dapat mencakup tes
diperlukan oleh dokter. Untuk setiap keputusan peresepan, potensi manfaat perlu
obat baru, dan pasien yang lebih tua dan sakit parah terobati (Anonim, 2012).
Peresepan obat dapat membantu orang tetap sehat atau mengelola kondisi
jangka panjang atau situasi darurat. Namun, seperti dengan komponen kesehatan
yang lain, resep juga memiliki kesalahan dan dapat menyebabkan hal-hal
berbahaya yang tidak diinginkan. Kesalahan pengobatan adalah salah satu isu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
keamanan pada pasien yang paling umum dan kesalahan peresepan (prescribing
errors) adalah salah satu jenis yang paling umum dari kesalahan pengobatan
(Anonim, 2012).
melibatkan dosis yang tidak tepat, detail yang tidak terbaca atau perintah
pengobatan yang tidak tepat atau obat-obatan yang dapat berinteraksi dengan
pengobatan yang sudah ada, dan faktor lainnya), dosis, bentuk sediaan, jumlah,
produk obat yang diperintahkan atau diwenangkan oleh dokter (atau prescriber
yang sah); penulisan resep obat yang tidak terbaca atau perintah pengobatan yang
F. Fase Transcribing
ditulis dari satu bentuk arah untuk diadmnistrasikan / diberikan pada yang lain.
Hal – hal ini termasuk surat perintah pengobatan, surat pengalihan, menyalin
grafik administrasi pengobatan pasien ke grafik baru, baik yang ditulis tangan atau
memastikan obat ditulis penjelasannya / diartikan dengan benar dan aman dan
untuk memastikan bahwa para profesional lain yang bekerja di wilayah klinis
mengartikan pengobatan secara aman dan akurat, dan harus merasa percaya diri
1. Tidak ada pengobatan baru yang dapat diresepkan dibawah kebijakan ini.
mengartikan pengobatan secara aman dan akurat, dan harus merasa percaya
3. Obat-obat terkontrol, insulin, warfarin, sitotoksik and dan obat-obat lain yang
hanya pada saat transcriber secara penuh yakin bahwa pengobatan ini tidak
a. Detail terkait dengan obat tidak terbaca, tidak jelas, rancuh dan tidak
lengkap.
Society, 2013).
obat baru atau ketika ada perubahan dosis obat yang telah diambil pasien. Hal ini
bisa terjadi karena beberapa nama obat mungkin sound-alike / terdengar mirip
(ketika penulis resep melakukan peresepan) atau look-alike / terlihat mirip (ketika
apoteker membaca tulisan tangan pada resep atau mengambil obat yang salah dari
1. Informasi pasien. Untuk memandu terapi obat yang tepat, penyedia layanan
(seperti usia, berat badan, alergi, diagnosis, dan status kehamilan) dan
penyakit pasien.
dikontrol dalam beberapa cara, dan informasi obat yang up-to-date harus siap
pengobatan pasien dan profil pasien, dan kegiatan klinis rutin oleh apoteker
semua obat disediakan dalam wadah dan diberi label dengan jelas, termasuk
yang rancuh, dan label obat yang membingungkan atau tidak ada.
dicegah dengan membatasi akses terhadap obat yang berisiko tinggi dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22
harus menggunakan produk obat yang tersedia secara komersial daripada obat
pasien yang tinggi, dan aktivitas nonstop dapat berkontribusi pada kesalahan
kesehatan untuk tetap fokus pada penggunaan obat. Kurangnya staff dan
8. Kompetensi dan edukasi staff. Meskipun pendidikan bagi staff sendiri adalah
pendidikan tentang obat baru, obat non formularium, obat dengan peringatan
memuaskan. Pasien yang mengetahui nama dan dosis obat mereka, alasan
tersebut bekerja, semua hal tersebut berada dalam posisi yang sangat baik
untuk obat peringatan tinggi dan proses yang rawan kesalahan dapat
4. Label dan kemasan obat yang tidak jelas, tidak ada, atau terlihat mirip (look-
alike) dan nama-nama obat yang terlihat mirip (look-alike) dan terdengar
6. Perangkat pengiriman obat-obatan yang tidak standar, cacat, atau tidak aman
9. Edukasi pada pasien yang tidak memadai tentang pengobatan dan kesalahan
10. Kurangnya budaya yang mendukung keamanan, kegagalan untuk belajar dari
(Cohen, 2007).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25
1. Edukasi Pasien
2010).
terletak pada para profesional bidang kesehatan dan sistem perawatan kesehatan,
tapi juga pada pasien itu sendiri. Dengan mendapat informasi tidak hanya tentang
nama-nama obat yang digunakan, tetapi juga alasan obat-obat tersebut digunakan,
waktu obat-obat tersebut harus diberikan dan dosis yang tepat, pasien dapat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26
daftar obat yang terus update dapat sangat berharga, salah satunya dalam keadaan
yang salah. Ketika pasien mengambil peran aktif dalam mendapat informasi
2. Teknologi Elektronik
Electronic prescription record (EPR) berisi semua data secara hukum yang
2010).
b. Electronic DUR
perintah peresepan pada saat resep tersebut diberikan untuk mengisi dan
keamanan obat yang umumnya dibahas dalam proses DUR secara online
1. Kontraindikasi obat-penyakit
2. Interaksi obat-obat
5. Interaksi obat-alergi
2010).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28
yang dipercaya dapat dirancang dengan lebih baik untuk mengurangi dan
I. Keterangan Empiris
medication error yang terjadi dalam peresepan obat racikan, khususnya pada fase
BAB III
METODE PENELITIAN
rancangan penelitian prospektif. Desain penelitian ini berupa studi kasus, dimana
studi kasus merupakan suatu kajian yang detil tentang suatu setting atau suatu
subjek tunggal, atau satu kumpulan dokumen tunggal, atau suatu kejadian tertentu
(Wahab, 2011).
2011).
Prescribing error adalah obat diresepkan secara keliru atau perintah yang
diberikan secara lisan atau diresepkan oleh dokter yang tidak berkompeten.
error. Prescribing error dapat berupa kesalahan pada dosis obat dan aturan
29
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30
3. Fase transcribing merupakan fase yang dimulai dengan penerimaan resep obat
oleh pihak apotek sampai skrining resep obat tersebut selesai dilaksanakan.
Kesalahan pada fase transcribing dapat berupa improper dose / quantity dan
quantity adalah dosis, strength atau jumlah obat yang tidak sesuai dengan yang
farmasis utuk mengubah satu atau lebih jenis obat menjadi bentuk sediaan yang
baru atau dosis yang baru. Rekonstitusi adalah prosedur pencampuran suatu
produk obat dengan pelarut yang sesuai berdasarkan instruksi dari pihak
manufaktur obat dan prosedur ini tidak tergolong sebagai prosedur peracikan.
C. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah apoteker dan asisten apoteker yang
berada di empat apotek yang telah ditentukan di wilayah Kabupaten Sleman yang
D. Bahan Penelitian
Bahan pada penelitian ini adalah resep racikan yang dilayani di empat
apotek yang telah ditentukan oleh peneliti sebelumnya yang tersebar di wilayah
1. Waktu Penelitian
2. Lokasi Penelitian
Sleman, yaitu di setiap cluster area yang akan dibagi oleh peneliti. Penelitian
pada bulan Februari dan Maret 2014 akan diambil dan selanjutnya diteliti error
yang terjadi pada fase prescribing terkait dengan jenis medication error yang
kepada apoteker dan asisten apoteker yang bertugas dalam membaca resep racikan
Metode accidental sampling dipilih karena peneliti dalam hal ini tidak
dapat mengamati seluruh proses pelayanan resep racikan yang ada di apotek-
apotek tersebut. Data yang akan dibahas merupakan data mengenai proses
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32
pelayanan resep racikan yang teramati pada kurun waktu bulan Februari dan
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian kali ini antara lain adalah
lembar observasi yang digunakan dalam mengamati kejadian yang terjadi pada
wawancara terstruktur pada apoteker dan asisten apoteker sebagai data pendukung
dalam mengetahui error yang terjadi pada fase transcribing dan lembar informed-
Studi kasus yang dilakukan pada penelitian ini difokuskan pada kejadian
ini terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu penelitian terhadap fase prescribing
dan fase transcribing. Pada fase prescribing akan dilakukan analisis terhadap data
resep racikan yang diterima di apotek-apotek yang telah ditentukan untuk menjadi
lokasi penelitian.
tersebut dan wawancara terstruktur pada apoteker dan asisten apoteker yang
transcribing dapat diketahui pada saat pembacaan dan skrining resep yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33
dilakukan oleh apoteker atau asisten apoteker, juga melalui wawancara terstruktur
penyebab terjadinya medication error pada fase transcribing dan cara-cara yang
Selama bulan Februari 2014, peneliti melakukan pengambilan data resep racikan
di 2 apotek yang telah dipilih, dan pengambilan data selanjutnya dilakukan selama
1. Observasi awal
Kesehatan Kabupaten Sleman untuk mengetahui populasi resep racikan yang ada
clearence. Permohonan ijin ini dilakukan untuk memenuhi etika penelitian dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34
ditentukan.
3. Pengambilan Data
Kabupaten Sleman.
kota Tempel, Turi, Pakem dan Cangkringan (ringbelt) sampai dengan puncak
gunung Merapi. Wilayah ini merupakan sumber daya air dan ekowisata yang
peninggalan purbakala (candi) yang merupakan pusat wisata budaya dan daerah
Kecamatan Mlati, Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Depok dan Gamping. Wilayah ini
Moyudan merupakan daerah pertanian lahan basah yang tersedia cukup air dan
sumber bahan baku kegiatan industri kerajinan mendong, bambu serta gerabah
membagi wilayah Kabupaten Sleman menjadi 4 cluster area dan dari satu cluster
area, nantinya akan dipilih satu apotek yang akan dijadikan lokasi penelitian yang
dianggap mewakili cluster area tersebut. Keempat cluster area yang dimaksud
yaitu:
Ngemplak, Gamping
kelompok individu dalam populasi yang terjadi secara alamiah, misalnya berdasar
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36
wilayah (kodya, kecamatan, kelurahan, dst.) Cara ini sangat efisien bila populasi
tersebar luas sehingga tidak mungkin untuk membuat seluruh daftar populasi
merupakan salah satu metode yang ekonomis, dapat menghemat biaya untuk
jumlah sampel yang besar. Kerugian metode ini antara lain yaitu tidak dapat
keberagaman yang terdapat dalam suatu komunitas (cluster) dan standar error
yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan desain sampling yang lain dengan
Data yang diambil berupa data resep racikan yang masuk pada bulan
Februari dan Maret 2014, selanjutnya data yang telah didapat akan diteliti dengan
obat dan untuk mengetahui jenis error yang terjadi pada fase prescribing.
wawancara terstruktur pada apoteker dan asisten apoteker yang bertugas dalam
apoteker dan asisten apoteker yang akan diwawancarai yaitu masing-masing satu
orang apoteker dan satu orang asisten apoteker untuk mewakili satu apotek.
Apoteker dan asisten apoteker terlebih dahulu diberikan penjelasan terkait dengan
penelitian ini.
lembar informed-consent tidak akan diwawancarai dan terdapat dua apoteker yang
fase transcribing serta cara-cara yang dapat digunakan untuk mengatasi kesalahan
tersebut.
4. Pengolahan data
dievaluasi satu per satu meliputi data kelengkapan persyaratan administratif yang
terdapat pada resep tersebut dan kejadian medication error yang terjadi selama
tabel dan detail mengenai pertanyaan dan jawaban yang didapatkan dari pihak
I. Analisis Hasil
Data yang diperoleh akan dibahas dalam bentuk uraian dan dalam bentuk
tabel atau gambar diagram secara deskriptif. Data akan dibagi dalam beberapa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38
kejadian medication error yang ada, baik pada fase prescribing maupun pada fase
transcribing.
Information Handbook (DIH) 20th edition oleh Lacy, Amstrong, Goldman, dan
Pengawas Obat dan Makanan (2008), MIMS Indonesia edisi 12 oleh Pramudianto
dan Ebaria (2012), Martindale the Complete Drug Reference 36th edition oleh
Sweetman (2009) dan Stockley Drug’s Interaction 9th edition oleh Baxter (2010).
yang telah didapatkan oleh peneliti pada proses pelayanan resep racikan yang
dan Maret 2014. Kemudian dibahas data wawancara terstruktur yang telah
dilakukan pada para apoteker maupun asisten apoteker untuk mengetahui faktor-
faktor penyebab terjadinya medication error pada fase transcribing dan cara yang
J. Keterbatasan Penelitian.
dan melakukan pemilihan secara langsung pada apotek yang akan dijadikan lokasi
melayani resep dalam jumlah yang sangat banyak dan apotek-apotek yang
apotek-apotek besar dengan jumlah pelayanan resep yang cukup banyak. Namun
sebagian besar pihak apotek yang awalnya menjadi target peneliti sebagai lokasi
tersebut. Pada akhirnya, apotek yang dijadikan lokasi penelitian hanyalah apotek
BAB IV
Sleman) dilakukan dengan mengambil data resep racikan yang ada selama kurun
pada resep racikan yang ada di empat apotek tersebut dan melakukan wawancara
didapat pada empat apotek yang ada di wilayah Sleman tersebut adalah 34 resep
racikan dengan rincian 17 resep racikan didapat pada bulan Februari dan
selebihnya didapat pada bulan Maret 2014. Dari jumlah 34 resep racikan, terdapat
17 pelayanan resep racikan yang teramati oleh peneliti dalam kurun waktu
tersebut.
Kabupaten Sleman bulan Februari dan Maret 2014, maka obat-obat yang diterima
masing resep dapat dilihat pada bagian lampiran. Hasilnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
40
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41
Tabel IV. Golongan Obat pada Resep Racikan yang Diterima oleh
Pasien di Empat Apotek di Kabupaten Sleman
No Golongan Obat Jumlah resep Persentase
1 Mukolitik 5 14,7 %
2 Vitamin dan Mineral 2 5,9 %
3 Anti Histamin 9 26,5 %
4 Anti Bakteri 6 17,6 %
5 Kortikosteroid 23 67,6 %
6 Anti Asma dan Bronkodilator 10 29,4 %
Kromoglikat dan antagonis 2,9 %
7 1
reseptor leukotrien
9 Anti Virus 1 2,9 %
10 Anti Jamur 8 23,5 %
11 Anti Skabies 2 5,9 %
Total Resep 34
kortikosteroid memiliki nilai tertinggi, yaitu sebesar 67,6 % dengan proposi resep
Sedangkan obat-obat lain yang juga masih sering diresepkan merupakan golongan
obat anti asma, anti histamin dan anti jamur dengan persentase masing-masing
sebesar 29,4 % dengan proporsi resep sebanyak 10 resep, 26,5 % dengan proporsi
resep sebanyak 9 resep, dan 23,5 % dengan proporsi resep sebanyak 8 resep
(lampiran). Dari hasil yang telah didapat diatas, maka diperlukan perhatian khusus
1. Fase Prescribing
dan Maret 2014 terdapat 17 kejadian medication error yang terdeteksi pada fase
prescribing, yaitu pada resep 1, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 28, 29, 30, 31,
32, 33, 34 sehingga angka kejadiannya sebesar 17 error dari 34 resep racikan.
30
25 50 % 50 %
Jumlah Resep
20
15
10
5
0
Error No Error
medication error pada fase prescribing yaitu sebesar 50 % dengan jumlah resep
yang mengalami error sebanyak 17 resep racikan dari total 34 resep racikan yang
diterima di empat apotek Kabupaten Sleman bulan Februari dan Maret 2014.
Detail kesalahan pada resep-resep tersebut akan dibahas lebih lanjut dan dapat
2. Fase Transcribing
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan selama bulan Februari dan
pelayanan resep racikan yang teramati oleh peneliti. Dari total 17 pengamatan
tersebut terdapat 10 kejadian medication error, yaitu pada resep 19, 21, 22, 23,
26, 28, 30, 31, 32, 33 sehingga angka kejadiannya sebesar 10 error dari 17
pengamatan.
16
59 %
14
Jumlah Pengamatan
12
41 %
10
8
6
4
2
0
Error No Error
Dari hasil di atas dapat dilihat nilai persentase angka kejadian medication
error pada fase transcribing sebesar 59 % dengan jumlah kejadian error yang
teramati yaitu sebesar 10 pelayanan resep racikan dari total 17 pelayanan resep
racikan yang teramati di empat apotek di Kabupaten Sleman bulan Februari dan
Maret 2014. Detail obat-obat dan jenis kesalahan yang terdapat pada resep-resep
dalam 307 dosis yang diamati, 245 medication errors (79.8 %) teridentifikasi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44
errors). Ini semua menunjukkan bahwa kasus medication error masih banyak
1. Fase Prescribing
bagian yaitu wrong dose, interaksi obat dan kontraindikasi. Berdasarkan hasil
yang telah didapat, ditemukan 17 kejadian prescribing error dari total 34 resep
racikan yang dianalisis dengan 4 kejadian wrong dose pada resep 17, 26, 28, 29
interaksi obat yaitu pada resep 1, 19, 23, 30, 32 dengan angka kejadian sebesar 5
dari 34 resep racikan dan 8 kejadian kontraindikasi yaitu pada resep 16, 20, 21,
22, 24, 31, 33, 34 dengan angka kejadian sebesar 8 dari 34 resep racikan. Detail
12%
15%
Wrong dose
Interaksi Obat
50%
Kontraindikasi
No error
23%
a. Wrong Dose
maupun aturan pakai dalam peresepan obat. Kejadian ini terdeteksi pada 4 resep,
yaitu resep 17, 26, 28 dan 29. Resep 17 terdiri obat Rhinofed yang berisi
terfenadin yang dianjurkan untuk anak usia 3-6 tahun adalah 15 mg 2 kali sehari
Pada resep 17, dosis mencapai 60 mg sehari. Selain itu dosis mucohexin
yang dianjurkan untuk anak usia 2-5 tahun yaitu ½ tablet 2 kali sehari. Dosis pada
resep ini yaitu 1 tablet 3 kali sehari. Ini menandakan terjadinya ketidaktepatan
sedangkan pada resep ini dosisnya hanya sebesar 37,5 mg sehari. Berdasarkan
Dosis pada resep ini hanya 3 mg sehari, jadi kejadian pada resep ini termasuk
Pada resep 28 dan 29 terjadi kasus yang serupa, yaitu aturan pemakaian
salep yang kurang daripada yang dianjurkan. Pada resep 28, aturan pemakaian
salep hanya 1 kali sehari. Komposisi salep racikan yang terdiri dari Desolex® dan
Kejadian pada resep 29 juga serupa, yaitu Bactoderm® yang dianjurkan untuk
digunakan 3 kali sehari menjadi hanya 2 kali sehari pada salep racikan. Kejadian
Analisis kejadian wrong dose pada resep racikan (khususnya pada resep
untuk anak-anak) masih memerlukan kelengkapan data umur dan berat badan agar
b. Interaksi Obat
diperhatikan pada peresepan obat karena faktor ini dapat menjadi hal yang
berpotensi dalam menimbulkan efek yang bermasalah pada pasien. Kejadian ini
dideteksi pada resep 1, 19, 23, 30, 32. Resep 1 dan resep 23 memiliki kesamaan
Pengawas Obat dan Makanan (2008) dan Baxter (2010) menunjukkan bahwa
diamine) yang merupakan obat anti asma dan bronkodilator, salbutamol yang juga
kortikosteroid sebagai anti inflamasi. Interaksi yang terjadi dalam resep ini serupa
dengan interaksi pada resep 1, dimana terjadi interaksi antara teofilin dan
salbutamol yang akan mempengaruhi kadar teofilin. Resiko lain yang perlu
diperhatikan yaitu resiko terjadinya hipokalemia, yang dapat disebabkan baik oleh
menunjukkan gejala, hanya saja risiko ini tetap perlu diwaspadai sehingga ada
Pada resep 30 yang berisi teofilin sebagai obat anti asma, ephedrin dan
CTM sebagai anti histamin juga terjadi interaksi antara teofilin dengan ephedrin.
menimbulkan peningkatan resiko terjadinya efek samping. Kasus ini pun dinilai
diamine) dan Toras® yang mengandung methyl prednisolon 8 mg. Interaksi pada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48
resep ini adalah interaksi antara teofilin dengan methyl prednisolon yang notabene
dengan kortikosteroid.
dilihat bahwa sebagian besar resep memiliki masalah interaksi pada obat teofilin.
Obat teofilin adalah salah satu obat yang umum digunakan sebagai anti asma,
c. Kontraindikasi
diperhatikan dalam peresepan obat karena terkait dengan peningkatan risiko yang
akan dialami oleh pasien dalam pengobatan yang dijalani. Kejadian ini terdeteksi
pada resep 16, 20, 21, 22, 24, 31, 33, 34. Resep 16 berisi obat Trilac®, dimana
keamanan dan efektifitas penggunaan obat ini untuk anak-anak masih belum
pada anak. Oleh karena itu penggunaannya, terutama untuk anak usia dibawah 1
Resep 20 terdiri atas Fuladic® (asam fusidat) yang digunakan sebagai anti
dikontraindikasikan pada pasien yang mengalami infeksi bakteri, virus dan jamur
pada kulit. Bila dilihat dari komposisi salep racikannya, maka penggunaan
Kortikosteroid topikal dengan potensi tinggi tidak boleh digunakan pada daerah
kulit tipis karena absorpsi akan meningkat dan tidak boleh digunakan pada kulit
untuk waktu yang lebih lama. Perhatian diperlukan jika obat ini digunakan di
bawah kondisi tertentu, pada anak-anak atau pada pasien usia lanjut (Australian
Prescriber, 2013).
Atrofi kulit adalah salah satu efek samping kulit yang paling umum pada
penggunaan kortikosteroid topikal. Bekas luka dan ulserasi dapat muncul karena
33, juga pada resep 21 dan 31. Komposisi resep racikan pada resep 22 dan 33
Sedangkan pada resep 21 dan 31, komposisi salep racikannya terdiri atas
miconazole dan Clonaderm®, dimana Clonaderm® juga berisikan zat aktif yang
dikontraindikasikan pada pasien yang mengalami infeksi jamur pada kulit. Bila
pasien mengalami infeksi jamur pada kulit sehingga memerlukan obat anti jamur
sebaiknya dihindari.
permukaan kulit mereka: rasio berat badan meningkatkan penyerapan efek secara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51
sistemik. Pengobatan topikal pada anak-anak harus digunakan dengan sangat hati-
infeksi bakteri dan jamur pada kulit, karena itu pemilihan kortikosteroid topikal
2. Fase Transcribing
resep racikan diterima oleh apotek dan dikerjakan oleh apoteker atau asisten
pengamatan proses pelayanan resep racikan yang dilakukan. Dari jumlah tersebut,
terjadi pada fase transcribing dibagi menjadi 2 bagian, yaitu improper dose /
prescribing error yang terdeteksi pada resep 19, 21, 22, 23, 26, 28, 31, 32, dan 33.
improper dose / quantity pada resep 30 dengan angka kejadian sebesar 1 dari total
prescribing error pada resep-resep yang telah disebutkan di atas dengan angka
41%
53%
ephedrin dan CTM. Dosis yang diminta untuk teofilin adalah 125 mg, ephedrin 15
mg dan CTM 2 mg. Namun pada saat penyiapan resep, apoteker yang bertugas
Soho® yang juga berisi teofilin dan ephedrin. Hanya saja apoteker yang bertugas
tidak menyadari bahwa Asthma-Soho® berisi teofilin 125 mg dan ephedrin dengan
dosis sebesar 12,5 mg, sedangkan permintaan dalam resep yaitu ephedrin dengan
dosis sebesar 15 mg. Karena itu kejadian ini tergolong sebuah transcribing error
dimana jenis kesalahannya merupakan kesalahan pada dosis ephedrin yang tidak
Dari 34 resep racikan yang diterima, ada beberapa resep yang teramati
proses pelayanannya dan ada pula yang tidak teramati oleh peneliti. Resep-resep
yang teramati dan terdeteksi mengalami prescribing error yaitu resep 19, 21, 22,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53
23, 26, 28, 31, 32, dan 33, namun error tersebut tidak terdeteksi oleh apoteker
menyerahkan obat pada pasien dan memberikan informasi dengan jelas, benar dan
itu, sudah merupakan tugas dan peran apoteker dalam usaha pencegahan
menganalisis dan mencegah prescribing error ini, maka hal ini pun dihitung
error. Pihak apoteker perlu melakukan analisis dan skrining resep yang lebih
mendalam supaya apabila terdapat keraguan terkait dengan resep obat yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54
demikian, error pada fase prescribing dapat dicegah sehingga keamanan pasien
persyaratan yang perlu diperhatikan dalam penulisan resep dikarenakan aspek ini
juga dapat berpotensi dalam menimbulkan medication error, khususnya pada fase
Sleman bulan Februari dan Maret 2014. Detail mengenai kelengkapan persyaratan
administratif yang terdapat pada masing-masing resep dapat dilihat pada bagian
yang diterima, baik persentase resep berdasarkan pada masing-masing aspek dan
racikan yang diterima di apotek tidak sepenuhnya lengkap. Dari jumlah total 34
resep racikan yang diterima, hanya 5,9 % resep yang mencantumkan 13 aspek dari
tersebut meliputi nama dokter penulis resep, tanggal penulisan resep, nama
pasien, nama obat, dosis obat, jumlah obat dan cara pemakaian obat.
Secara garis besar, masih banyak resep racikan yang tidak benar-benar
medication error pada fase transcribing. Salah satu data yang tidak tercantum
dalam semua resep racikan tersebut adalah data mengenai berat badan pasien.
resep racikan yang notabene merupakan anak-anak. Data berat badan umumnya
untuk anak-anak).
Aspek-aspek lain yang juga masih belum banyak dipenuhi meliputi SIP
dokter, alamat dokter, umur pasien dan alamat pasien. Data umur pasien perlu
diperhatikan mengingat data ini juga diperlukan dalam penyesuaian dosis yang
akan dilakukan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57
Data alamat pasien pun diperlukan mengingat data ini dapat diperlukan
mengecek perkembangan kondisi kesehatan pasien dan juga bilamana terjadi efek
Hasil studi yang telah dilakukan sebelumnya oleh Rahmawati dan Oetari
359 resep dari total keseluruhan resep berjumlah 870 resep dengan persentase
Dari hasil studi tersebut dan hasil yang didapat peneliti, ini menunjukkan
ditemukan dan berpotensi menimbulkan error seperti data alamat pasien yang
dapat digunakan untuk monitoring dan berat badan pasien untuk perhitungan dosis
diperlukan untuk mencegah error terjadi lebih lanjut pada fase-fase berikutnya.
error. Data hasil wawancara terstruktur pada pihak-pihak tersebut dapat dilihat
transcribing yang menjadi jawaban baik dari pihak apoteker maupun asisten
penyebab utama terjadinya transcribing error yaitu tulisan dokter yang tidak
jelas. Hal-hal lain yang juga menjadi kendala antara lain yaitu adanya kemiripan
nama obat yang satu dengan yang lainnya sehingga berpotensi terjadi kesalahan
farmakologis, dan tidak lengkapnya penulisan dosis serta aturan pakai obat.
terutama bagi apoteker dan asisten apoteker yang bertugas dalam menerima dan
dokter yang bersangkutan terkait dengan resep tersebut dan juga kondisi dimana
permintaan obat asma) sehingga secara tidak langsung memaksa apoteker untuk
berpikir dan bertindak dengan cepat dalam pembuatan resep tersebut tanpa banyak
hal yang dapat dilakukan dalam upaya mengatasi medication error. Hal-hal
resep pada dokter yang bersangkutan dan kepada pasien merupakan cara yang
paling banyak diharapkan, baik dari pihak apoteker maupun asisten apoteker.
Selain itu, cara lainnya adalah mengecek ulang kembali kerasionalan peresepan
obatnya dan segera mengganti dengan obat yang sesuai apabila sudah terjadi
peneliti mengambil satu hal penting yang memang perlu dilakukan dalam usaha
yaitu dengan menjalin komunikasi yang baik antara dokter, farmasis dan juga
BAB V
A. Kesimpulan
Sleman pada bulan Februari dan Maret 2014)” dapat disimpulkan bahwa :
59 %.
Sleman pada bulan Februari dan Maret 2014 adalah sebagai berikut:
sebesar 23 %.
3. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi medication error
yaitu dengan menjalin komunikasi yang baik antara dokter, farmasis dan
61
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62
B. Saran
lebih baik lagi antara dokter, farmasis dan pasien sebagai usaha
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, P., dan Townsend, T., 2010, Medication errors: Don’t let them happen
to you, American Nurse Today, America.
Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2008, IONI Informatorium Obat Nasional
Indonesia 2008, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia,
Jakarta, pp. 195, 213, 215, 224-226, 387-389, 424-426, 428-429, 512-514,
680, 785-789, 811-812, 815-817.
Baxter, K., 2010, Stockley’s Drug Interactions 9th edition, Pharmaceutical Press,
U.K., pp. 349, 1432, 1436-1437, 1439.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik, 2008, Tanggung Jawab Apoteker
Terhadap Keselamatan Pasien (Patient Safety), Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinis, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 12-14, 22.
Fereidooni, M., dan Vazin, A., 2012, Evaluation of medication error incidence
rate in medical ICU of Shahid Faghihi hospital, Departement of Clinical
Pharmacy, Faculty of Pharmacy, Shiraz University of Medical Sciences,
Shiraz, Iran
63
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
64
Institute for Safe Medication Practices, 2004, How To Prevent Medication Errors,
Institute for Safe Medication Practices, Horsham, Pennsylvania, pp. 7-8.
Karna, K., Sharma, S., Inamdar, S., dan Bhandari, A., 2012, Study and Evaluation
of Medication Errors in A Tertiary Care Teaching Hospital – A Baseline
Study, Faculty of Pharmaceutical Sciences, Jodhpur National University,
Jodhpur, Rajasthan-342003, India
Lacy, C., Amstrong, L., Goldman, N., dan Lance, L., 2011, Drug Information
Handbook with International Trade Names Index 20th edition, Lexicomp,
American Pharmacist Assosiation, pp. 40-42, 53-55, 332, 486-489, 1769.
Mashuda, A., 2011, Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian Yang Baik (CPFB),
Kerjasama Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Dengan Pengurus Pusat Ikatan
Apoteker Indonesia, pp. 20.
Perwitasari, D., Abror, J., dan Wahyuningsih, I., 2010, Medication Errors In
OutPatients Of A Government Hospital In Yogyakarta Indonesia, Fakultas
Farmasi, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta
Pramudianto, A., dan Ebaria, 2012, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 12
2012/2013, PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, pp. 77-78, 83, 87, 90,92, 158,
198, 312-313, 315, 318-319, 334, 336.
Rahmawati, F., dan Oetari, R.A., 2002, Kajian Penulisan Resep: Tinjauan Aspek
Legalitas dan Kelengkapan Resep di Apotek-Apotek Kota Madya Yogyakarta,
Bagian Farmasetika, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta
Siregar, C., 2004, Farmasi Rumah Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,
pp. 196.
Sweetman, S., 2009, Martindale The Complete Drug Reference 36th edition,
Pharmaceutical Press, U.K., pp. 1544-1545
Syamsuni, H., 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 9-13.
The Medication Errors Panel, 2007, Prescription for Improving Patient Safety:
Addressing Medication Errors, The Medication Errors Panel, California, pp.
5.
Vazin, A., dan Delfani, S., 2012, Medication Errors in an Internal Intensive Care
Unit of a Large Teaching Hospital: A Direct Observation Study, Department
of Clinical Pharmacy, Faculty of Pharmacy and Pharmaceutical Research
Center, Shiraz University of Medical Sciences, Shiraz, Iran
Wahab, R., 2011, Mengenal Studi Kasus, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN
66
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
67
Kelengkapan A B C D E F G H I J K L M N O
Resep
Resep 1 √ – – √ √ √ – – √ – √ √ √ √ –
Resep 2 √ √ √ √ √ √ – – – – √ √ √ √ –
Resep 3 √ – √ √ – – – – – √ √ √ √ –
Resep 4 √ – √ √ – √ – √ √ – √ √ √ √ –
Resep 5 √ – √ √ – √ – √ √ – √ √ √ √ –
Resep 6 √ – – – √ √ – – – √ √ √ √ –
Resep 7 √ √ √ √ – √ – √ √ – √ √ √ √ –
Resep 8 √ √ – √ √ √ – √ √ – √ √ √ √ –
Resep 9 √ – – √ √ √ – √ √ – √ √ √ √ –
Resep 10 √ – – √ √ √ – √ √ – √ √ √ √ –
Resep 11 √ – – √ √ √ – – √ – √ √ √ √ –
Resep 12 √ √ √ √ – √ √ √ – √ √ √ √ –
Resep 13 √ √ – √ – √ – √ √ – √ √ √ √ √
Resep 14 √ √ – √ – √ – – – √ √ √ √ √
Resep 15 √ √ √ √ √ √ – √ √ – √ √ √ √ √
Resep 16 √ √ √ √ √ √ – √ √ – √ √ √ √ √
Resep 17 √ √ – √ – √ – √ √ – √ √ √ √ –
Resep 18 √ – – √ √ √ – – √ – √ √ √ √ –
Resep 19 √ – – √ √ √ – – √ – √ √ √ √ –
Resep 20 √ – – √ √ √ √ – √ – √ √ √ √ –
Resep 21 √ – – √ √ √ – – – – √ √ √ – –
Resep 22 √ – – √ √ √ – – √ – √ √ √ √ –
Resep 23 √ – – √ √ √ √ – √ – √ √ √ √ –
Resep 24 √ – – √ – √ – – √ – √ √ √ √ √
Resep 25 √ – – √ – √ – – – – √ √ √ √ –
Resep 26 √ – – √ √ √ – – √ – √ √ √ √ –
Resep 27 √ – – √ √ √ – √ – √ √ √ √ –
Resep 28 √ √ – √ √ √ – √ √ – √ √ √ √ –
Resep 29 √ √ – √ √ √ – √ √ – √ √ √ √ –
Resep 30 √ – – √ √ √ – – √ – √ √ √ √ –
Resep 31 √ – – √ √ √ – – √ – √ √ √ √ –
Resep 32 √ – – √ √ √ – – – – √ √ √ √ –
Resep 33 √ – – √ √ √ – – √ – √ √ √ √ –
Resep 34 √ – – √ √ √ – – √ – √ √ √ √ √
Keterangan :
A : Resep yang mencantumkan nama dokter
B : Resep yang mencantumkan SIP dokter
C : Resep yang mencantumkan alamat dokter
D : Resep yang mencantumkan tanggal penulisan resep
E : Resep yang mencantumkan paraf dokter penulis resep
F : Resep yang mencantumkan nama pasien
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
88
Saya telah membaca dan mengerti informasi yang tercantum pada lembar
informasi dan telah diberi kesempatan untuk mendiskusikan dan menanyakan hal
tersebut. Dengan penuh kesadaran saya bersedia untuk ikut berpartisipasi dalam
penelitian ini. Saya tidak berkeberatan apabila hasil penelitian ini dipublikasikan
untuk kepentingan dokumentasi dan penelitian. Saya mengerti bahwa saya dapat
menolak untuk ikut dalam penelitian. Saya sadar bahwa saya dapat mengundurkan
diri dari penelitian ini kapan saja saya mau. Demikian pernyataan ini saya buat
sejujur-jujurnya tanpa paksaan dari pihak manapun.
Yogyakarta, __________________
Peneliti Yang Menyetujui
Tanda Tangan, ________________ Tanda Tangan, ___________
Jawab :
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
2. Menurut anda, apa saja contoh-contoh medication error yang dapat terjadi
Jawab :
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
3. Menurut anda, apa saja kendala yang dihadapi dalam membaca resep obat dan
Jawab :
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
93
4. Menurut anda, apa saja upaya yang telah dilakukan dalam pencegahan
Jawab :
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
Jawab :
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
6. Menurut anda, tindakan apa saja yang telah dilakukan oleh pihak apotek untuk
Jawab :
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
94
7. Menurut anda, perbaikan apa sajakah yang perlu dilakukan dalam usaha dan
Jawab :
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
95
Pertanyaan 1.
Apoteker Jawaban
Kesalahan-kesalahan yang terkait dengan penyiapan obat,
Apoteker 1 penulisan obat dan segala sesuatu yang berkaitan dengan
pengobatan
Apoteker 2 Suatu kesalahan yang terjadi dalam proses obat –
pengobatan
Apoteker 3 Kesalahan yang sering terjadi dalam pengobatan secara
keseluruhan baik oleh dokter maupun apoteker
Apoteker 4 Kesalahan yang terjadi selama proses pengobatan
berlangsung
Pertanyaan 2.
Menurut anda, apa saja contoh-contoh medication error yang dapat terjadi
Apoteker Jawaban
Apoteker 1 Salah nama obat, dosis, salah sediaan (contoh : INH 100 jadi
INH 400)
Apoteker 2 Kesalahan dalam membaca resep dan kesalahan nama obat
karena nama obat hampir sama
Nama obat tidak jelas, banyak nama obat yang mirip, tulisan
Apoteker 3 tangan dokter (cara penulsan yang lama) seperti disambung
rawan menjadi kesalahan, salah dosis, salah tulis aturan
pakai, double medication (obat yang tidak perlu diberikan)
Apoteker 4 Salah dosis, nama pasien dan umur tidak ada, jumlah obat
dan potensi tidak ada (bisa diambil dosis paling rendah)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
96
Pertanyaan 3.
Menurut anda, apa saja kendala yang dihadapi dalam membaca resep obat
Apoteker Jawaban
Tulisan dokter tidak jelas, salah nama obat, tidak bisa
Apoteker 1 menghubungi dokter saat ingin memastikan obat dalam
resep, kendala waktu (terlalu malam)
Tulisan dokter yang kurang jelas (obat, dosis, dll), nama
Apoteker 2 obat yang hampir sama, obatnya belum banyak beredar
(sediaan baru)
Kesulitan menterjemahkan istilah dalam bahasa Latin, tidak
lengkap menulis perintah, tulisan tangan kurang jelas, dosis
(umumnya anak-anak, dosisnya kurang), ideal pakai BB,
Apoteker 3 dosis biasa mengacu pada standar umum (melihat
kerasionalan dosis), masalah kondisi pasien sehingga
mendesak waktunya untuk membuat resep (contoh: asma)
Apoteker 4 Tulisan dokter tidak jelas, kemiripan nama obat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
97
Pertanyaan 4.
Menurut anda, apa saja upaya yang telah dilakukan dalam pencegahan
Apoteker Jawaban
Dipastikan peresepannya, menulis kembali resep dalam
suatu kertas dan memastikan kembali kerasionalan
Apoteker 1 pengobatannya, menanyakan lagi pada pasien terkait dengan
dosis, keluhan / penyakit yang dialami, konfirmasi dengan
dokter terkait dengan obat dan dosis
Memastikan keluhan pasien apa, dengan obat yang
Apoteker 2 diresepkan. Jika resep sulit atau sama sekali tidak terbaca,
sebaiknya konfirmasi ke dokter bersangkutan
Konsultasi kembali dengan pasien (dialog), tanyakan
keluhan / penyakit, umur dan dicek kerasionalan
Apoteker 3 peresepannya (karena tidak ditulis umur). Kalau dokternya
ada (praktek), langsung konfirmasi ke dokter. Misalnya
tulisan tidak jelas, jangan sampai menterjemahkan sendiri
Apoteker 4 Tanya pasien tentang penyakitnya, ditanyakan pada dokter
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
98
Pertanyaan 5.
Apoteker Jawaban
Punya nomor telepon pasien, dan dipastikan data dokter
Apoteker 1 benar (misalnya dokter di Rumah Sakit Jiwa, tapi selalu
mengeluarkan copy resep), mengecek data pasien,
mengerjakan suatu resep dengan keyakinan penuh
Obat harus diganti sesuai dengan resep, tetapi jika hanya
Apoteker 2 berbeda paten / generik, dosisnya sama, maka tidak masalah
diserahkan kepada pasien, asalkan sudah ada persetujuan
pasien tersebut
Kapsul / sediaan dibongkar ulang, diracik kembali (walau
biaya bertambah, tapi yang paling penting adalah safety
Apoteker 3 untuk pasien). Membuat sediaan yang baru yang sesuai
dengan resep (harus dilakukan, jangan main-main dan
berani bayar harga)
Apoteker 4 Double checking dengan apoteker yang lain, jika sudah
terlanjur maka obat diganti
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
99
Pertanyaan 6.
Menurut anda, tindakan apa saja yang telah dilakukan oleh pihak apotek
Apoteker Jawaban
Konfirmasi ulang ke pasien dan dokter, jika ada keraguan
Apoteker 1 dan pasien tidak mengerti seluk beluk tentang resepnya,
lebih baik resep ditolak
Apoteker 2 Yang menerima resep wajib apoteker, obat wajib diracik
dan diserahkan langsung oleh apoteker
Ditangani oleh ahlinya (apoteker) karena masyarakat
semakin cerdas dalam mengkritisi pengobatan (ditangani
Apoteker 3 sesuai dengan SOP), segala sesuatu yang berkaitan dengan
obat di apotek harus dikonsultasikan pada APA. Kesalahan
boleh ada, tapi yang penting niat untuk memperbaikinya.
Kita bisa belajar dari kesalahan
Apoteker 4 Penanganan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
100
Pertanyaan 7.
Menurut anda, perbaikan apa sajakah yang perlu dilakukan dalam usaha
Apoteker Jawaban
Apoteker 1 Nomor telepon pasien, pelaksanaan SOP dengan baik, data
lengkap pasien jelas, skrining resep dengan lebih teliti
Apoteker 2 Kelengkapan obat dan tata letak (penyimpanan) sesuai
farmakoterapi / alfabet agar lebih mudah dalam pencarian.
Kelengkapan peralatan racik dan tempat racik lebih nyaman
dan memadai
Apoteker 3 Update informasi, pengetahuan (diskusi dengan sejawat),
perlu buku-buku penunjang, perlu alat-alat untuk
memudahkan peracikan (pengadaan alat-alat racik yang
modern) membantu mengurangi ME (misal : timbangan
digital), komunikasi dengan dokter penulis resep dan sering
membaca buku
Apoteker 4 Penambahan alat untuk memudahkan melakukan pembuatan
resep racikan, penambahan rak karena obat sudah terlalu
banyak, penambahan AC agar memenuhi standar suhu
penyimpanan obat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
101
Pertanyaan 1.
AA Jawaban
Suatu kesalahan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
AA 1 dalam memberikan informasi kepada pasien, melakukan
upaya kesehatan maupun wewenangnya dalam bidangnya
AA 2 Kesalahan dalam memenuhi aturan pakai obat oleh pasien
AA 3 Kesalahan yang terjadi dalam pengobatan
Kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam pengobatan, mulai
AA 4 dari diagnosis, pemilihan obat, pemberian informasi dan
follow-up pada pasien
Pertanyaan 2.
Menurut anda, apa saja contoh-contoh medication error yang dapat terjadi
Apoteker Jawaban
AA 1 Kesalahan membaca/mendeskripsikan nama obat, kesalahan
pemberian signa resep, kesalahan dalam jumlah yang harus
diberikan, kesalahan dalam penyerahan obat khusus/resep
khusus narkotika
AA 2 Salah dosis
AA 3 Salah nama obat, salah dosis, salah cara pemakaian
AA 4 Nama obat tidak jelas, dan memakan waktu untuk
mengkonfirmasi ulang obat pada pasien
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
102
Pertanyaan 3.
Menurut anda, apa saja kendala yang dihadapi dalam membaca resep obat
AA Jawaban
Kurangnya pengetahuan dalam skrining farmakologis, tidak
AA 1 adanya komunikasi antara apoteker dan dokter, tidak adanya
dukungan dari tenaga lainnya
AA 2 Banyak menggunakan singkatan, tulisan dokter tidak jelas
AA 3 Tulisan dokter tidak jelas, tidak bisa menterjemahkan
bahasa Latin dalam resep
Mengecek ulang peresepan dan idealnya dilakukan lebih
AA 4 dari 1 orang. Pada keadaannya, hanya 1 orang saja yang
mengurus, tulisan tidak jelas
Pertanyaan 4.
Menurut anda, apa saja upaya yang telah dilakukan dalam pencegahan
Apoteker Jawaban
AA 1 Menjalin komunikasi yang baik dokter dan farmasis, saling
memberikan pengalaman dalam proses transcribing resep
AA 2 Konfirmasi ke dokter yang bersangkutan (telepon),
konfirmasi ulang ke pasien, teliti ulang resepnya baik-baik
AA 3 Telepon dokter yang bersangkutan, menanyakan pada
pasien
AA 4 Menanyakan keluhan pada pasien, konfirmasi ke dokter
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
103
Pertanyaan 5.
AA Jawaban
Komunikasi dengan farmasis lain yang berpengalaman,
AA 1 hubungi dokter penulis resep yang bersangkutan. Jika kedua
cara tadi tidak mungkin dilakukan, maka tanyakan pasien,
didiagnosa sakit apa?
Menelepon pasien (lihat dari alamatnya), dan menghubungi
AA 2 pasien bilamana sudah dikonsumsi atau belum. Bila belum,
maka segera diganti dengan yang baru. Bila sudah, maka
diberikan penjelasan terkait dengan obat yang salah
AA 3 Langsung menghubungi pasien dan mengganti obat itu
Langsung diganti bila disadari pada saat peracikan, juga
AA 4 menghubungi pasien dan memberikan informasi terkait
kesalahan yang terjadi
Pertanyaan 6.
Menurut anda, tindakan apa saja yang telah dilakukan oleh pihak apotek
Apoteker Jawaban
AA 1 Menyediakan fasilitas peracikan obat/resep, komunikasi
yang baik antara farmasis di apotek
AA 2 Nama obat sudah disusun sesuai dengan indikasinya
AA 3 Belum banyak dilakukan
Memberi informasi ke pasien bahwa proses peracikan obat
AA 4 membutuhkan waktu sehingga pasien diharap bersabar.
Tempat peracikan tidak jauh dengan tempat penyediaan obat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
104
Pertanyaan 7.
Menurut anda, perbaikan apa sajakah yang perlu dilakukan dalam usaha
AA Jawaban
Komunikasi untuk hubungan yang baik dengan dokter dan
AA 1 apoteker, fasilitas peracikan yang memadai, penyediaan
obat-obatan yang sering digunakan oleh dokter dalam
prakteknya di wilyah sekitar apotek
Disediakan tempat menunggu untuk pasien yang cukup
AA 2 nyaman (misal : disediakan TV dan dispenser), disediakan
etalase yang tertutup agar obat lebih bersih dan lebih aman
dalam penyimpanan
Melayani dengan ramah, sapa, senyum, dan dengan sebaik
AA 3 mungkin, menata obat dengan lebih rapi, menambah alat-
alat yang mempermudah proses peracikan
SOP dari penerimaan resep harus dilaksanakan dengan baik,
AA 4 pengetahuan tentang obat-obat yang selalu up-to-date dan
penambahan buku-buku referensi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
105
BIOGRAFI PENULIS
Manado (2006-2009).
Dharma Yogyakarta. Selama 2 tahun masa awal studi, penulis aktif dalam Unit