Jurnal PEEP

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Immanuel

Jurnal Ilmu Kesehatan


Volume 9, Nomor 1, Juni 2015 ISSN 1410-234X

Perbedaan PEEP 5,10 dan 15 CMH2O Terhadap Hemodinamik Pada Pasien


Yang Terpasang Ventilasi Mekanik Mode Spontan di Ruang ICU Rumah
Sakit Immanuel Bandung

Hery Prayitno1*, Sari Fatimah1 & Etika Emaliyawati1


1
Universitas Padjadjaran

Abstrak
Gagal napas merupakan suatu ketidakmampuan paru menjaga keseimbangan atau homeostatis O2
dan CO2 di dalam tubuh. Kejadian gagal napas mencapai 20–75 kasus per 100.000 penduduk
setiap tahun dengan angka kematian mencapai 30–50% oleh itu membutuhkan pemasangan
ventilasi mekanik dalam mengendalikan ventilasi paru untuk meningkatkan oksigenasi dan
mencegah kerusakan paru. Pada akhir pernafasan umumnya terjadi kolaps ruang udara bagian
distal sehingga sering menyebabkan timbulnya ateletaksis yang dapat mengganggu proses difusi
dan memperberat gagal nafas. Untuk mengantisipasi kecenderungan timbulnya kolaps alveoli pada
akhir pernafasan, maka dibuat suatu tekanan positif pada akhir ekspirasi (PEEP). PEEP dapat
meningkatan tekanan intrathorakal yang dapat mengganggu kerja jantung sehingga dapat
mengakibatkan perubahan pada hemodinamika. Penggunaan PEEP harus disesuaikan dengan
kondisi hemodinamika pada pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan PEEP 5,
10 dan 15 cmH20 terhadap hemodinamika pada pasien yang terpasang ventilasi mekanik mode
spontan di ruang ICU Rumah Sakit Immanuel Bandung. Metode dalam penelitian ini
menggunakan quasi eksperiment dengan desain penelitian one grup pretest dan post test, teknik
sampling yang digunakan yaitu consecutive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 17
responden dan pengumpulan data dialkukan pada tanggal 1 Juni sampai 1 Juli 2015. Teknik
pengumpulan data dengan cara observasi, analisis yang digunakan dalam penelitian adalah dengan
uji repeat anova. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna
sebelum dan sesudah dilakukan perubahaan PEEP 5, 10 dan 15 cmH20 terhadap status
hemodinamik antara lain Tekanan darah sistolik dan diastolik, MAP serta heart rate, dengan nilai P
value > 0,05.

Kata kunci: Hemodinamik,ICU, PEEP, Ventilasi mekanik,

455
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015 ISSN 1410-234X

Pendahuluan timbulnya kolaps alveoli pada akhir


pernafasan, maka dibuat suatu
Kejadian gagal napas tekanan positif pada akhir ekspirasi
mencapai 20–75 kasus per 100.000 (PEEP).
penduduk setiap tahun dengan angka Penggunaan PEEP dilakukan
kematian mencapai 30–50% dengan cara menurunkan komplians
(Opdahl, 2010). Gagal napas paru dengan konsekuensi tekanan
merupakan alasan paling umum yang diberikan dapat didistribusikan
untuk dilakukan perawatan di unit ke daerah paru-paru yang normal
perawatan intensif atau intensive sehingga dapat menyebabkan
care unit (ICU) rumah sakit. Gagal distensi atau dapat menimbulkan
napas merupakan suatu terjadinya perubahan tekanan
ketidakmampuan paru menjaga intrathorakal (Hildy, M.Schell, A. &
keseimbangan atau homeostatis O2 Puntillo, 2006). Efek pemberian
dan CO2 di dalam tubuh serta PEEP oleh ventilasi mekanik sering
ketidakmampuan paru menyediakan tidak menjadi perhatian padahal bisa
O2 yang cukup atau mengurangi saja terjadi gangguan pada system
tumpukan CO2 di dalam tubuh. kardiovaskuler yang akan
Menurut Ignatavicius & Workman berpengaruh pada status
(2006). hemodinamika. Perubahan
Pemberian bantuan hemodinamika yang terjadi pada saat
pernapasan dengan pemasangan pemberian PEEP diantaranya
ventilasi mekanik dalam tekanan darah, MAP, heart rate, oleh
mengendalikan ventilasi paru untuk karena itu penggunaan PEEP
meningkatkan oksigenasi dan diseting sangat bervariasi,
mencegah kerusakan paru. Ventilasi disesuaikan dengan kondisi pasien
mekanik diberikan dengan indikasi dimulai dari 5 sampai dengan 15
ketidakmampuan fungsi pernapasan cmH20 atau lebih, sehingga
untuk melakukan ventilasi alveolar pemantauan hemodinamika perlu
secara optimal (Sellares, et al, 2009). diperhatikan (Oakley, 2003).
Menurut Smeltzer, et al (2008) Pemantauan tersebut
bantuan tersebut untuk memenuhi merupakan suatu teknik pengkajian
kebutuhan oksigen tubuh, pada pasien kritis, mengetahui
mengurangi kerja pasien dengan
kondisi perkembangan pasien, serta
ketergantungan pada ventilator. Pada untuk antisipasi kondisi pasien yang
akhir pernafasan umumnya terjadi memburuk (Burchell, L. & Powers,
kolaps ruang udara bagian distal A., 2011). Dasar dari pemantauan
sehingga sering menyebabkan hemodinamika adalah perfusi
timbulnya ateletaksis yang dapat jaringan yang adekuat, seperti
mengganggu pertukaran gas dan keseimbangan antara pasokan
memperberat gagal nafas. Untuk oksigen dengan yang dibutuhkan,
mengantisipasi kecenderungan mempertahankan nutrisi, suhu tubuh

456
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015 ISSN 1410-234X

dan keseimbangan elektrokimiawi hemodinamika. Penelitian ini


sehingga manifestasi klinis dari bertujuan perbedaan Positive End
gangguan hemodinamika berupa Expiratory Pressure (PEEP) 5, 10
gangguan fungsi organ tubuh yang dan 15 cmH20 terhadap status
bila tidak ditangani secara cepat dan hemodinamika pada pasien yang
tepat akan jatuh ke dalam gagal menggunakan ventilasi mekanik di
fungsi organ multipel. ruang ICU RS Immanuel Bandung
Perawat sebagai bagian dari
tim kesehatan dalam merawat Metode Penelitian
pasien-pasien kritis mempunyai
Penelitian ini merupakan
tanggung jawab yang besar dalam
memonitor keadaan hemodinamika. penelitian kuantitatif dengan
Monitoring hemodinamika racangan penelitian quasi experiment
one group pretest-postest. Populasi
merupakan suatu pengkajian
fisiologis yang penting dalam dalam penelitian ini adalah semua
perawatan pasien-pasien kritis. Data pasien yang menggunakan ventilasi
mekanik dan dirawat di
yang terkumpul dalam pemasangan
ventilasi mekanik serta pemberian RS.Immanuel Bandung. Teknik
PEEP dapat digunakan sebagai pengambilan sampel yang dilakukan
yaitu menggunakanconsecutive
petunjuk bagi perawat kritis dalam
membedakan dan mengevaluasi sampling dengan jumlah sampel 17
intervensi kepada masing-masing orang. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu
pasien yang terpasang ventilasi
mekanik, sehingga peran perawat menggunakan bed side monitor dan
kritis bisa mendeteksi secara cepat lembar observasi yang meliputi data
tekanan darah, heart rate, MAP, RR
dan akurat perubahan yang terjadi
ketika pemasangan ventilasi mekanik dan saturasu oksigen. kuesioner. Uji
validitas dilakukan dengan
dengan perubahan PEEP yang
disesuaikan dengan keadaan pasien, melakukan kalibrasi pada bed side
sehingga pemberian PEEP perlu monitor. Analisa data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu
diperhatikan. Berdasarkan latar
belakang diatas oleh karena itu analisis univariat dengan
peneliti tertarik untuk melakukan menggunakan frekuensi, mean,
standar deviasi sedangkan analisis
penelitian tentang perbedaan PEEP
5, 10 dan 15 cmH20 terhadap status bivariat menggunakan repeat anova.

457
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015 ISSN 1410-234X

Hasil Penelitian

Tabel 1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Berat
Badan
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Usia
18-30 tahun 3 17.6
31-40 tahun 8 47.1
41-50 tahun 3 17.6
51-60 tahun 0 0
>60 tahun 3 17.6
Jenis Kelamin
Laki-Laki 6 35.3
Perempuan 11 64.7
Berat Badan (IMT)
Kurang (<18,5) 3 17.6
Ideal (18.5-22.5) 12 70.6
Lebih (>23) 2 11.8

Dari Tabel 1 diperoleh dan berjenis kelamin perempuan


bahwa sebagian besar responden (64,7%). Sebagian besar responden
dalam penelitian ini berada pada (70.6%) memiliki berat badan yang
kelompok usia 31-40 tahun (47,1%) ideal sebanyak 12 orang (70,6%).

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Tanda-Tanda Vital
Tanda-Tanda Vital Frekuensi (f) Presentase (%)
Sistolik
- 110-120 5 29.4
- 121-130 6 35.3
- 131-140 6 35.3
Total 17 100
Diastolik
- < 70 6 35.3
- 71-90 9 52.9
- > 91 2 11.8
Total 17 100
MAP
- < 70 0 0
- 70-90 7 41.2
- > 90 10 58.8
Total 17 100
Heart rate
- 60-80 10 58.8
- 81-100 7 41.2
Total 17 100

458
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015 ISSN 1410-234X

Distribusi tekanan darah diastolik yaitu dari 71-90 mmHg


sistolik berdasarkan pada tabel 4.2 sebanyak 9 orang (52,9%). Distribusi
kurang dari setengah pasien tekanan darah rata-rata (MAP) lebih
mempunyai tekanan sisitolik yang dari setengah pasien mempunyai
sama yaitu dari 121-130 mmHg tekanan darah rata-rata yaitu lebih
sebanyak 6 orang (35,3%) dan dari 90 mmHg sebanyak 10 orang
tekanan darah sistolik 131-140 (58,8%) sedangkan distribusi heart
mmHg sebanyak 6 orang. Distribusi rate lebih dari setengah pasien
tekanan darah diastolik lebih dari mempunyai heart rate antara 60-80
setengah pasien mempunyai tekanan x/menit sebanyak 10 orang (58,8%) .

Tabel 3
Perbedaan Rata-rata pada Tekanan Darah Sistole dan Diastole, MAP dan Frekuensi Heart
rate, Sebelum dan Sesudah Perubahan PEEP.
Variabel Mean SD CI95%
TD Sistolik

- PEEP 5 128,94 12.01 122,76-135,12

- PEEP 10 128.88 10.36 123,55-134,20

- PEEP 15 128,29 10.30 122,99-133,59

TD Diastolik

- PEEP 5 78 10,33 72,68-83,12

- PEEP 10 77,76 10,5 72,36-83,16

- PEEP 15 77,7 9,95 72,58-82,82

Mean Arterial Pressure


(MAP)
- PEEP 5 94,98 10,74 89,45-100,50

- PEEP 10 94,8 10,3 89,49-100,11

- PEEP 15 94,56 9,8 89,52-96,61

Heart rate
- PEEP 5 78 9.04 74-83
- PEEP 10 79.47 8.91 74-84
- PEEP 15 79.64 6.89 76-83

Pada table 3 ini juga mekanik di ruang ICU Rumah Sakit


menunjukkan rerata dan standar Immanuel Bandung, rerata tekanan
deviasi tekanan darah sistolik pada darah sistolik paling kecil pada saat
pasien yang menggunakan ventilasi PEEP 15 cm20 dengan 128,29

459
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015 ISSN 1410-234X

mmHg (SD: 10,30 ; 95% CI: 122,99- pada saat PEEP ke 15 cmH20
133,59) sedangkan rerata dan standar dengan 94,56 mmHg (SD: 9,80 ;
deviasi tekanan darah diastolic 95% CI: 89,52-96,61) tetapi pada
paling kecil pada saat PEEP ke 15 heart rate menunjukkan rerata dan
cmH20 dengan 77,70 mmHg standar deviasi paling kecil pada saat
(SD:9,95 ; 95% CI: 72,58 - 82,82). PEEP 5 dengan 78 mmHg (SD: 9.04;
Pada rerata dan standar deviasi mean 95% CI:74-83 ).
arterial pressure (MAP) paling kecil

Tabel 4
Perbedaan Beda Rerata pada Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik, MAP dan Frekuensi
Heart rate, Sebelum dan Sesudah Perubahan PEEP.
Nilai Hemodinamika
PEEP
Beda rerata (mmHg) P Value

Sistolik
- PEEP 5 ke 10 0,059 1

- PEEP 10 ke 15 0,647 1

Diastolik
- PEEP 5 ke 10 0,235 1

- PEEP 10 ke 15 0,294 0,997

MAP
- PEEP 5 ke 10 0,176 1

- PEEP 10 ke 15 0,235 1

Heart rate
- PEEP 5 ke 10 0,529 1

- PEEP 10 ke 15 0,176 1
*Bermakna pada α = 0,05 dengan uji

Pada tabel 4 Hasil uji statistic dilakukan perubahan PEEP. tidak


dengan mengunakan repeat ada perbedaan yang bermakana nilai
ANOVA, didapatkan dari perubahan tekanan darah rata-rata sebelum dan
PEEP terhadap sistolik adalah 1,000 sesudah dilakukan perubahan PEEP,
(p<0,05). dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakana
tidak ada perbedaan yang bermakana nilai heart rate sebelum dan sesudah
nilai tekanan darah sistolik sebelum dilakukan perubahan PEEP.
dan sesudah dilakukan perubahan
PEEP, tidak ada perbedaan yang Pembahasan
bermakana nilai tekanan darah
diastolik sebelum dan sesudah Pada penelitian ini beda
rerata nilai hemodinamika tekanan

460
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015 ISSN 1410-234X

darah sistolik dari PEEP 5cmH20 ke cmH20 adalah 0,176, didapatkan p


10 cmH20 adalah 0,059 mmHg, dari value dari PEEP 5 ke 10 adalah
PEEP 10 cmH20 ke 15 cmH20 1,000 (p<0,05), dan dari PEEP 10 ke
adalah 0,647, didapatkan p value dari 15 adalah 1,000 (p<0,05) sehingga
PEEP 5 ke 10 adalah 1,000 (p<0,05), dapat disimpulkan bahwa tidak ada
dan dari PEEP 10 ke 15 adalah 1,000 perbedaan yang bermakana nilai
(p<0,05), sehingga dapat heart rate sebelum dan sesudah
disimpulkan bahwa tidak ada dilakukan perubahan PEEP I dan II.
perbedaan yang bermakana nilai Hasil penelitian ini sesuai
tekanan darah sistolik sebelum dan dengan hasil penelitian yang
sesudah dilakukan perubahan PEEP I dilakukan oleh Smith (2008) yang
dan II, sedangkan beda rerata nilai menemukan tidak ada perbedaan
hemodinamika tekanan darah yang signifikan pengaruh PEEP
diastolik dari PEEP 5cmH20 ke 10 terhadap tekanan darah mean arterial
cmH20 adalah 0,235 mmHg, dari pressure (MAP) dan heart rate yang
PEEP 10 cmH20 ke 15 cmH20 membedakan penelitian Smith
adalah 0,294, didapatkan p value dari dengan peneliti adalah pada
PEEP 5 ke 10 adalah 1,000 (p<0,05), peningkatan PEEP yaitu Smith hanya
dan dari PEEP 10 ke 15 adalah 0,997 sampai 10 cmH20, perubahan waktu
(p<0,05). Sehingga dapat lamanya hanya 5 menit, pada pasien
disimpulkan bahwa tidak ada yang tidak ada gangguan paru-paru
perbedaan yang bermakana nilai serta menggunakan mode ventilator
tekanan darah diastolik sebelum dan volume control dan pasien dalam
sesudah dilakukan perubahan PEEP I tersedasi. Hasil peneltian yang sama
dan II. dilakukan oleh Saner bahwa tidak
Beda rerata nilai ada perbedaan yang signifikan antara
hemodinamika tekanan darah rata- perubahaan PEEP dengan
rata (MAP) dari PEEP 5cmH20 ke hemodinamika, pada penelitian ini
10 cmH20 adalah 0,176 mmHg, dari dilakukan menggunakan mode
PEEP 10 cmH20 ke 15 cmH20 ventiasi pressure control pada pasien
adalah 0,235, didapatkan p value dari gangguan hepar dan hanya dinaikan
PEEP 5 ke 10 adalah 1,000 (p<0,05), PEEP dari 0 ke 5 dan sampai 10
dan dari PEEP 10 ke 15 adalah 1,000 cmH20.
(p<0,05), sehingga dapat Penelitian yang dilakukan
disimpulkan bahwa tidak ada oleh Ambrosino et al (1993) efek
perbedaan yang bermakana nilai Pressure Support ventilation dan
tekanan darah rata-rata sebelum dan PEEP ventilator terhadap
sesudah dilakukan perubahan PEEP I hemodinamik pada pasien stabil
dan II dan beda rerata nilai chronic obstructive pulmonary
hemodinamika heart rate dari PEEP disease didapatkan tidak ada
5cmH20 ke 10 cmH20 adalah 0,529 perbedaan yang signifikan terhadap
mmHg, dari PEEP 10 cmH20 ke 15 heart rate dan tekanan darah sistolik

461
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015 ISSN 1410-234X

dan diastolic. Penelitian ini Tekanan darah arteri


membandingkan PS 10 dan PEEP 0 digunakan sebagai perkiraan
dengan PS 10 dan PEEP 5 serta PS kecukupan perfusi jaringan, pada
20 dan PEEP 0 dengan PS 20 dan kenyataanya perubahan tekanan
PEEP 5 cmH20 dan waktu darah arteri merupakan penyebab
perubahan tiap PS dan PEEP yang paling umum terjadinya
dilakukan hanya 10 menit. ketidakstabilan hemodinamika pada
Hasil penelitian yang berbeda pasien sakit kritis. Tekanan darah
dilakukan oleh Michard et al (1999) sisitolik menggambarkan tekanan
bahwa PEEP terhadap hemodinamik maksimum pada arteri ketika terjadi
yaitu MAP ada perubahan yang kontraksi ventrikel kiri dan diatur
signifikan dimana terjadi penurunan oleh stroke volume (volume darah
MAP (P value =0,02, α=0,05) yang dipompa keluar pada setiap
dimana penelitian ini menggunakan heart rate. Dalam keadaan fungsi
mode ventilasi volume control dan sistolik dan diatolik yang normal,
waktu perubahan yang dilakukan ventrikel dapat menerima volume
hanya 15 menit, perubahan PEEP cairan yang besar. Gangguan pada
dilakukan hanya 0 sampai 10 pengisiian ventrikel selama fase
cmH20. diastolic karena penekanan jantung
Tekanan darah arteri berasal dari tekanan positif
digunakan sebagai perkiraan intratorakal juga terjadi pada saat
kecukupan perfusi jaringan, pada pengosongan ventrikel selama fase
kenyataannya perubahan tekanan sistolik, sehingga akhirnya akan
darah arteri merupakan penyebab mengurangi venrikular afterload
yang paling umum terjadinya (Lanken, 2007, Whitley 2006).
ketidakstabilan hemodinamika pada Pada penelitian ini
pasien sakit kritis. Tekanan darah didapatkan hasil tidak adanya
sistolik menggambarkan tekanan perbedaan yang signifikan terhadap
maksimum pada arteri ketika terjadi hemodinamika terutama tekanan
kontraksi ventrikel kiri dan diatur darah sistole, diastole dan MAP serta
oleh stroke volume ( volume darah heart rate setelah dan sesudah
yang dipompa keluar pada setiap perubahan PEEP hal ini bisa
heart rate). Dalam keadaan fungsi diakibatkan oleh perubahan tekanan
sistolik dan diastolic yang normal, intrathorakal yang dipengaruhi oleh
ventrikel dapat menerima volume modus ventilasi, volume tidal dan
aliran yang besar tanpa adanya PEEP. Pengaruh PEEP pada kinerja
peningkatan tekanan vena sentral, jantung cukup kompleks dan
tetapi apabila fungsinya menurun, mengakibatkan perubahan preload
pemberian cairan walaupun sedikit dan afterload pada kedua sisi
mengakibatkan tekanan vena sentral jantung. Untuk menggambarkan
meningkat secara signifikan (Levick, perubahan ini, penelaahan pengaruh
2000). tekanan intratorakal terhadap

462
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015 ISSN 1410-234X

tekanan transmural penting cairan dapat dipertimbangkan pada


dilakukan karena menentukan saat terjadi hipotensi. Pertimbangan
pengisian ventrikel (preload) dan untuk mengurangi tekanan positif
resistensi terhadap pengosongan yang diberikan saat ventilasi
ventrikel (afterload). mekanik atau merubah modus
Inflasi paru bertekanan positif ventilator apabila penyebab hipotensi
cenderung mengurangi pengisian adalah tekanan intratorakal (Helmi,
ventrikel selama fase diastolik, 2010).
namun hal ini juga menyebabkan Tekanan yang biasa
peningkatan pengosongan ventrikel digunakan antara 5-15 cmH20.
selama fase sistolik. Secara Tekanan lebih tinggi dari 15 cmH20
menyeluruh, pengaruh dari tekanan akan meningkatkan tekanan
positif terhadap curah jantung intratoraks, menyebabkan aliran
tergantung pada pengaruh yang lebih darah balik dan curah jantung
menonjol antara preload atau menurun yang akan menggangu
afterload. Ketika volume system sirkulasi serta drainase cairan
intravaskular normal dan tekanan likuor terhambat, oleh karena itu
intratorakal tidak terlalu besar, maka perlu dipertimbangkan pada kasus
pengaruh akibat penurunan afterload hipovolemik dan pada hipertensi
menjadi lebih menonjol dan ventilasi intracranial. Tekanan intratorak yang
bertekanan positif meningkatkan tinggi yang terjadi secara mendadak
curah jantung (cardiac output). Hal akibat aplikasi PEEP yang disertai
yang sebaliknya terjadi pada keadaan dengan usaha perlawanan penderita
hipovolemi. Ketika volume dapat menimbulkan barotrauma
intravaskular berkurang, efek yang (Mangku, 2002).
lebih menonjol akibat tekanan positif Adapun penelitian yang
intratorakal adalah penurunan menyatakan ada perbedaan yang
ventricular preload. signifikan terhadap hemodinamika
Pada keadaan ini, ventilasi oleh Michard (1999) diantaranya
bertekanan positif menurunkan diakibatkan oleh oleh peningkatan
cardiac output. Oleh karena itu, hal resistensi vaskuler pulmoner secara
ini menekankan betapa pentingnya progresif dan gangguan fungsi
usaha untuk menghindari timbulnya sistolik ventrikel kanan pada saat
hipovolemi pada penatalaksanaan pemberiaan PEEP. Mekanikme ini
pasien dengan ketergantungan pada berperan terhadap berkurangnya
ventilator (ventilator dependent) curah jantung saat ventilasi mekanik.
(Pilbeam,2004). Penting kiranya Sehingga penting untuk melakukan
untuk dapat membedakan antara titrasi PEEP untuk optimisasi
hipotensi yang terjadi akibat oksigenasi, curah jantung, transport
pemberian PEEP dan hipotensi yang 02 sistemik (Bronicki, 2000). Hal ini
disebabkan oleh sebab lain sesuai dengan penelitian yang
(hipovolemia, sepsis, dll). Pemberian dilakukan oleh Jardin, et all (1991)

463
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015 ISSN 1410-234X

menunjukkan mekanikme yang ICU Rumah Sakit Immanuel


bertanggung jawab terhadap Bandung pada pasien dengan
penurunan curah jantung akibat gangguan pernafasan terutama
ventilasi mekanik. Mereka dengan oedema paru maupun ARDS
membuktikan pada pasien gagal pada pasien yang terpasang mode
napas akut dengan fungsi ventrikel ventilasi PSV dengan PS 6 dan
kanan normal terjadi penurunan kondisi pasien yang sudah stabil dan
curah jantung secara progresif menjadi gambaran sehingga dapat
seiring dengan peningkatan PEEP. meningkatkan kadar oksigenasi tanpa
mempengaruhi hemodinamika pasien
Simpulan akibat dari perubahan PEEP.

Berdasarkan hasil penelitian DAFTAR PUSTAKA


yang dilakukan di RS.Immanuel
Bandung mengenai perbedaan Ambrosini, S Tava, A Torbbicki, G
Positive End Expiratory Pressure Riccardi, C Fracchia, C
(PEEP) 5, 10 dan 15 cmH2O Opasich, C Rampula. (1993).
terhadap status hemodinamika pada Haemodynamics Effects of
pasien yang menggunakan ventilasi Pressure Support and PEEP
mekanik di ruang ICU RS Immanuel Ventilation in Patient Stable
Bandung bahwa tidak ada perbedaan Chronic Obstructive
yang bermakna pada perubahan Pulmonary. Thorax; 48:523-
PEEP 5,10, dan 15 cmH2O terhadap 528.
status hemodinamik antara lain
tekanan darah sistole dan diastole, Brooker (2008). Pulse oximetry.
MAP, serta heart rate pada pasien Nurse stand. April 39-41.
terpasang ventilasi mekanik dengan Bronicki RA, Anas NG.
mode sontan presure suport 6, PEEP Cardiopulmonary interaction.
5 dan FiO2 40 %. Pediatric Critical care
Medicine. 2009; 10(3): 313-22.
Saran
Burchell, L. & Powers, A. (2011).
1. Saran Akademis Focus on central venous
Perlu diteliti lebih lanjut pressure in acute care setting.
berkaitan dengan pengaruh PEEP Journal of nuursing. 39-43.
terhadap mode ventilator yang lain
dan pada pasien yang lebih spesifik Cao F, Chen R.L, Liu X.F, Effect
dan tidak berbeda-beda . of positive end expiratory
pressure on the pressure
2. Saran Praktis gradient of venous return in
Dapat dijadikan bahan hypovolemic patient under
pertimbangan dalam pemberian mechanical ventilation. Wei
PEEP 5 sampai dengan 15 cmH20 di Zhong Bing Ji Yiu Yi Xue.

464
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015 ISSN 1410-234X

209; 21(10): 583-6. Saunders, Westline Industrial


Drive, St. Louis, Missouri.
Dahlan, M. S. (2010). Besar sampel
dan cara pengambilan sampel Jardin F, Brun-Ney D, Jardin F,
dalam penelitian kedokteran Brun-Ney D, Hardy A,
dan kesehatan. Jakarta: Aegerter P, Beauchet A,
Salemba Medika. Bourdarias JP. Combined
thermodi- lution and two-
Dharma, K.K. (2011). Metodologi dimensional echocardiographic
penelitian keperawatan. evaluation of right-ventricular
Jakarta: TIM function during respiratory
Fessler HE, Brower RG, Wise RA, support with PEEP. Chest.
Permutt S.(2002). Effects of 1991; 53(1): 57-62.
positive end- expiratory Jevon & Ewens. (2009). Pemantauan
pressure on the canine pasien kritis seri keterampilan
venous return curve. Am Rev klinis esensisal untuk perawat
Respir Dis; 146(1): 4-10. edisi ke 2. Jakarta: Erlangga.
Ganong,W.F. (2010). Review of Kozier, B., Erb, G., Berman, A., &
medical physiology: Ganong’s Snyder, S. J. (2010). Buku ajar
23 edition. New York: The fundamental keperawatan:
McGraw-Hill Companies inc. Konsep, proses & praktik
Guyton, A.C & Hall, J.E. (2008). (edisi 7) (Esty. W, Devi. Y,
Buku ajar fisiologi kedokteran. Yuyun. Y, dan Ana. L,
Edisi 11.Jakatra: EGC penerjemah). Jakarta: EGC.

Hamlin, S. K. (2010). Hemodynamic Lanken PN. (2007). Mechanical


changes associated with ventilation. In: Lanken PN,
manual and automated lateral ed. The Intensive Care Unit
rotation in mechanically Manual. 2nd Philadelphia:
ventilated intensive care unit Saunders Inc.; 13-30.
patients. Diakses dari www. Levick JR. (2000). Control of stroke
proquest pada tanggal 15 Volume and Cardiac Output.
April 2012. Thesis In An Introduction to
Hildy, M. Schell, A & Puntillo. Cardiovascular Physiology.
(2006). Critical care nursing. New York: Oxford University
Mosby: Elsevier. Ignatavicius, Press.95-8
D.D. & Workman, M.L. (2006) Maestroni A, Aliberti S, Amir O,
Medical surgical nursing ; Milani G, Bram. Billa AM,
critical thinking for
Piffer F, Tardini F, Cosentini.
collaborative care; fifth (2009). R: Acute effects of
edition, volume 2, Elsevier

465
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015 ISSN 1410-234X

positive end-expiratory Positive End Expiratory


pressure on left ventricle Pressure Terhadap CVP di
diastolic function in healthy Ruang GICU RS Hasan
subjects. Intern Emerg Med. Sadikin Bandung. Indonesian
4(3): 249-54. Journal Intensive Care
Medicine.Volume 2 :119-124
Manno MS.(2005). Managing
mechanical ventilation. Muhiman, M. (2001).
Journal Nursing, 35: 36-41. Penatalaksanaan pasien di
Mangku Gde, Senapathi intensive care unit. Jakarta:
TGA. Buku Ajar FK- UI
Anasthesia dan Reanimasi.
Jakarta, 2009. Pelosi, P., Luecke T. (2009).
Respiratory and haemodynamic
Marik & Baram. (2007). changes during decremental
Hymodynamics parameters to open lung positive end-
guide fluid therapy. Annals of expiratory pressure titration in
intensive care. 35: 40-45 patient with acute respiratory
distress syndrome.journal
Marino PL. Principles of Critical care.13(2)
mechanical ventilation. In:
Marino PL, ed. The Icu Pietropaoli AP.(2001). Approach to
Book. 3rd ed. New York: mechanical ventilation.
Lippincott Williams and In:Apostolakos MJ, Papadakos
Wilkins,Inc.; 2007, 457- 511. PJ, eds. The Intensive Care
Manual . Singapore: Mc Graw-
Michars, Chemla, Richard, Hill, 81-6.
Wysocki, Pinsky, Teboul.
(2009). Clinical Use of Pinsky MR. (2007). Heart-lung
respiratory changes in arterial interactions. Curr Opin 3. Crit
pulse pressure to monitor the Care, 13(5): 528-31.
hemodynamic effect of PEEP.
Respiratory care Pilbeam SP.(2004). History of
journal.159:935-939. resuscitation, intubation and
early mechanical ventilation.
Monge, Garcia (2012). Respiratory In: Pilbeam SP ed. Mechanical
and hemodynamics changes Ventilation; Physiological and
during lung recruitment Clinical Applications. 3rd ed.
maneuvering through St.Louis Missouri: Mosby Inc,
progressive increase and 4-17.
decreses PEEP level. Journal
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006).
Med Intenseva. 36(2):77-78
Buku ajar fundamental
Mulyatin, T (2012). Pengaruh keperawatan (edisi 4. Jakarta:

466
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015 ISSN 1410-234X

Salemba Medika. Sherwood, L. (2011). Fisiologis


manusia: dari sel – ke sistem
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2009). (edisi 6). Jakarta: EGC.
Fundamental keperawatan
(edisi 7). Jakarta: Salemba Sloane, E. (2004). Anatomi dan
Medika fisiologi untuk pemula. Jakarta:
EGC.
Polit, D. F., & Beck, C. T.
(2010). Essentials of Smith FJ, Geyser M,(2012). The
nursing research. (7th Effect of Positive end
Edition). Mosby: Elsevier. expiratory pressure on pulse
pressure variation. Anaesth
Rose, J.C, Kruger, Pressure Intensive care. 18(6):333-338
support ventilation: A new
triggered mode ventilation. Sylvia, A.P. & Lorraine, M.W.
France: 2010. (2006). Patofisiologi:
Konsep Klinis Proses-
Saner, Goran Pavlaković, Yanli Proses Penyakit. Terjemahan
Gu, Nils R. Fruhauf, Brahn, Huriawati dan Pita.
Andreas Paul, Arnold Jakarta: EGC
Radtke, Silvio Nadalin,
Massimo Malagó, Christoph Sugiyono. (2009). Metode
E. Broelsch. (2006). Does penelitian kualitatif
PEEP impair the hepatic kuantitatif research &
outflow in patients following
liver transplantation?. development. Cetakan ke-8.
Bandung: Alphabeta.
Intensive care medicine. 1584-
1590. Opdahl, H. (2010). Acute
Schumacer & Chernecky. (2010). respiratory failure
concomitant with serious
Saunder nursing survival
guide: Critical care and disease or injury. Unboun
Midline. Diakses dari www.
emergency nursing 2 edition.
proquest pada tanggal 15
Sellares, J., Acerbi, I., April 2012.
Loureiro, H., Dellaca,
Vines D. (2003). Non invasive
R.L., Ferrer, M., Torres,
A.,NavajasD. & Farre, R. positive pressure ventilation.
(2009). Respiratory In: Wilkins R, ed.
impedance during weaning Egan’s Fundamentals of
from mechanical ventilation Respiratory Care. 8th ed.
in a mixed population of St. Louis Missouri: Mosby
critically ill patients. Inc, 407-15.
Anaesthesia, 488-494.

467
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015 ISSN 1410-234X

Westerdahl, E., Linmark, B.,


Ericksson, T., Friberg, O.,
Hedenstierna, G. & Tenling,
A. (2005). Deep breathing
exercises reduce atelectasis
and improve pulmonary
function after coronary artery
bypass surgery. Diakses dari
www. proquest pada tanggal
15 April 2012.

Welch, J. (2005).Pulse oximetry.


Biomedical instrument and
technology. Mosby, 125-130.

Whiteley SM. Complications of


artificial ventilation. In:
Whiteley SM, ed. Intensive
Care. 2nded. Philadelphia:
Churchill Livingstone; 2006,
107-10.

468

You might also like