Professional Documents
Culture Documents
Osteomalasia Referat
Osteomalasia Referat
Osteomalasia Referat
PENDAHULUAN
Kesehatan tulang terkait erat dengan komposisi dan tulang. Siklus remodeling
tulang berperan penting, terutama pada gangguan tulang yang terkait dengan
metabolisme dan mineralisasi. Perubahan pada siklus remodeling tulang
menyebabkan tulang menjadi rapuh, meningkatkan kejadian fraktur, dan
menurunkan kualitas hidup.
Osteomalasia lebih sering terjadi pada negara dengan sedikit paparan sinar
matahari, suplemen makanan yang minim, malnutrisi atau pada orang yang sering
mengenakan pakaian yang menutupi seluruh tubuhnya. Terjadinya osteomalasia
merupakan rangkaian awal terjadinya osteoporosis dan penyakit degenerasi lain
yang saat ini angka kejadiannya meningkat tajam. Maka dari itu penting untuk
mengetahui diagnosa dan penatalaksanaan pada osteomalasia.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tulang dewasa terdiri dari 30 % bahan organik dan 70 % endapan garam. Bahan
organik disebut matriks, dan terdiri dari 90 % serat kolagen dan kurang dari 10 %
proteoglikan. Deposit garam terutama adalah kalsium, fosfat, dengan sedikit
natrium, kalium karbonat, dan ion magnesium. Garam-garam menutupi matriks
dan berikatan dengan serat kolagen melalui proteoglikan. Adanya bahan organik
menyebabkan tulang memiliki kekuatan tensil (resistensi terhadap tarikan yang
meregangkan). Sedangkan garam-garam menyebabkan tulang memiliki kekuatan
kompresi (kemampuan menahan tegangan). 4
Secara anatomi, terdapat 206 tulang dalam tubuh manusia yang terbagi dalam
kategori tulang panjang, tulang pendek, tulang pipih, dan tulang tak teratur.
Bentuk dan kontriksi tulang tertentu ditentukan oleh fungsi dan gaya yang bekerja
pada tulang tersebut.
Tulang tersusun oleh jaringan tulang kanselus atau kortikal. Tulang terdiri atas
batang tulang (diafisis) yang terdiri dari kortikal. Ujung tulang panjang yang
disebut epifisis dan terutama tersusun oleh tulang kanselus. Plat epifisis
memisahkan epifisis dari diafisis dan merupakan pusat pertumbuhan longitudinal
pada anak-anak. Ujung tulang panjang ditutup oleh kartilago artikular pada sendi-
sendinya. Tulang panjang disusun untuk menyangga berat badan dan gerakan.
Tulang pendek terdiri dari tulang kanselus ditutupi selapis tulang kompak. Tulang
pipih merupakan tempat penting untuk hematopoesis, dan sering memberikan
perlindungan bagi organ vital. Tulang pipih tersusun dari tulang kanselus di antara
2 tulang kompak. Tulang tak tetratur mempunyai bentuk yang unik, sesuai dengan
fungsinya. Secara umum struktur tulang tak teratur sama dengan tulang pipih.
Tulang tersusun atas sel, matriks tulang, protein dan deposit mineral. Sel-sel nya
terdiri atas 3 jenis dasar yaitu osteoblas, osteosit, dan osteosklas.
Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks
tulang. Matriks tulang tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar, serta
proteoglikan. Matriks merupakan kerangka dimana garam-garam mineral
anorganik ditimbun.
Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan
terletak dalam osteon. Osteoklas adalah sel multinuklear yang berperan dalam
penghancuran, reasorbsi, dan remodeling tulang. Osteon merupakan unit
fungsional mikroskopis tulang dewasa. Di tengah osteon terdapat kapiler yang
dikelilingi oleh lamella. Di dalam lamella terdapat osteosit yang memperoleh
nutrisi melaui proses yang berlanjut ke dalam kanalikuli yang halus.
Tulang sebagai salah satu dari sistem muskuloskeletal merupakan jaringan yang
dinamis yang mempunyai fungsi ganda yaitu fungsi mekanis dan fungsi
metabolik.
Fungsi metabolik tulang merupakan suatu organ dinamis yang berubah setiap saat
sehingga dapat berfungsi sebagai cadangan kalsium, magnesium, fosfor,
ataumineral yang lain, yang penting dalam keseimbangan homeostatis.
a. Vitamin D
c. Peredaran darah
Pasokan darah juga mempengaruhi pembentukan tulang. Dengan
menurunnya pasokan darah / hyperemia (kongesti) akan tejadi
penurunan osteogenesis dan tulang mengalami osteoporosis
(berkurang kepadatannya). Nekrosis tulang akan terjadi bila tulang
kehilangan aliran darah.
II. DEFINISI
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh
kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak
yang disebut rickets) pada orang dewasa. Osteomalasia berlangsung kronis dan
terjadi deformitas skeletal. Secara klinis tidak seberat pada anak karena pada
dewasa masa pertumbuhan tulang telah berhenti. 2,5,6
Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh gagalnya
pendepositan kalsium ke dalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain dari
osteomalasia adalah ”soft bone” atau tulang lunak. Penyakit ini mirip dengan
rickets, hanya saja pada penyakit ini tidak ditemukan kelainan pada lempeng
epifisis (tempat pertumbuhan tulang pada anak) karena pada orang dewasa sudah
tidak lagi dijumpai lempeng epifisis.6
III. ETIOLOGI
6. Gangguan malabsorbsi
Penyebab utama osteomalasia yang terjadi setelah masa anak-anak
ialah :
a. Menurunnya penyerapan vitamin D akibat penyakit bilier, penyakit
mukosa usus halus proksimal dan penyakit ileum.
b. Peningkatan katabolisme vitamin D akibat obat yang me-
nyebabkan peningkatan kerja enzim-enzim oksidase hati.
c. Gangguan tubulus renalis yang disertai terbuangnya fosfat
(acquired), renal tubular acidosis yang disertai disproteinemia
kronik.
IV. PATOFISIOLOGI
Vitamin D terutama didapatkan dari paparan radiasi UVB sinar matahari ke kulit.
Terdapat beberapa makanan yang dapat menjadi sumber nutrisi alami vitamin D.
Sebaiknya, asupan nutrisi yang mengandung vitamin D dikonsumsi 10-15% dari
kebutuhan sehari-hari
Gambar 1. Metabolisme vitamin D di dalam tubuh manusia8
Aksi utama calcitriol untuk meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat di sistem
pencernaan dan memfasilitasi mineralisasi tulang. Rendahnya vitamin D membuat
absorpsi fraksi kalsium berkurang di sisem pencernaan. Turunnya serum kalsium
dapat dideteksi dari reseptor yang sensitif terhadap kalsium, yaitu kelenjar
paratiroid, dengan meningkatnya hormon paratiroid (PTH). PT menimpan serum
kalsium melalui peningkatan resorpsi tulang, meningkatnya retensi kalsium di
ginjal, dan dengan meningkatkan aktivitas vitamin D. Serum kalsium dapat juga
dipertahankan dengan hiperparatioidisme sekunder, hingga defisiensi vitamin D
berat dan memanjang. Hiperparatiroidisme kronis merupakan faktor risiko untuk
osteoporosis dan juga merupakan konsekuensi meningkatkan resorpsi tulang
karena hilangnya tulang.
Defisiensi vitamin D dapat terjadi karena kurang adekuet trpapar matahari, pada
orang berkulit gelap, baju yang banyak tertutup, banyak di rumah, dan kebiasaan
menggunakan tabir surya (>SPF 8). Sindroma elainan absorpsi dan asupan yang
terbatas juga menyebabkan defisiensi vitamin D. Penyebab lain yang juga
menyebabkan defisiensi vitamin D adalah usia lanjut, gangguan ginjal dan hati,
dan obesitas. Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti enzim hati atau
antikonvulsan juga dapat menyebabkan vitamin D didegradasi lebih cepat. 8-10
V. DIAGNOSIS
Osteomalasia khas dengan nyeri tulang dan fraktur. Pada kasus yang lebih berat
beberapa gangguan elektrolit bisa terjadi, seperti hipokalsemia. Beberapa tanda
dan gejala khas pada osteomalasia penting untuk menegakkan diagnosa. Namun,
biasanya diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan penunjang. 7,9
Identitas pasien penting untuk diketahui terlebih dahulu. Tempat tinggal dan asal
daerah pasien perlu diketahui. Kebiasaan-kebiasaan, seperti berpakaian juga perlu
diperhatikan. Pakaian yang sangat tertutup sehingga menghambat paparan sinar
matahari dapat menyebabkan defisiensi vitamin D sehingga dapat terjadi
osteomalasia. Konsumsi makanan sehari-hari dapat ditanyakan, untuk mengetahui
bagaimana asupan nutrisi dan kecukupan berbagai mineral pada penderita.
Osteomalasia umumnya terjadi pada usia dewasa muda dan dewasa, di mana
pertumbuhan tulang biasanya telah berhenti. Apabila penderita yang datang
adalah usia lanjut dan menunjukkan tanda-tanda lain, seperti osteoporosis, penting
untuk ditanyakan mengenai kejadian jatuh atau patah tulang yang pernah dialami
penderita. Pada penderita osteomalasia, risiko jatuh dan fraktur penderita
meningkat. Namun, osteomalasia juga dapat terjadi pada usia anak, dengan
manifestasi klinis yang berbeda. Maka dari itu, usia penderita penting untuk
diperhatikan.
Selain gejala khas pada osteomalasia, penting juga untuk mengetahui keluhan
tambahan pada penderita osteomalasia. Beberapa manifestasi klinis yang umum
muncul pada penderita osteomalasia adalah : 7,9,10
Osteomalasia juga dapat terjadi pada usia anak dengan manifestasi klinis yang
berbeda. Pada penderita osteomalasia usia anak dapat ditemukan :
1. Munculnya tonjolan tulang pada sambungan antara tulang iga dan tulang
rawan di bagian dada.
2. Tulang terasa lunak dan jika disenduh akan merasakan nyeri mengigit
3. Sakit pada seluruh tulang tubuhnya
4. Mengalami gangguan motorik karena kurang beraktivitas dan menjadi
pasif.
5. Merasakan sakit saat duduk&mengalami kesulitan bangun dari posisi
duduk ke posisi berdiri.
6. Mudah Sekali mengalami patah tulang. Terutama di bagian tulang
panjang seperti tulang lengan atau tulang kaki.
Tanda dan gejala yang dialami oleh penderita osteomalasia dapat tumpang tindih
dengan osteoporosis. Osteomalasia dapat terjadi bersamaan dengan osteoporosis.
Manifestasi klinis yang terjadi pada penderita osteomalasia, baik usia dewasa
maupun anak, dapat ditanyakan pada saat anamnesa dan ditemukan pada
pemeriksaan fisik. Namun, diagnosa pasti osteomalasia dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan penunjang.
1.
Penatalaksanaan medik12,13
a. Jika penyebabnya kekurangan vitamin D, maka dapat disuntikkan
vitamin D 200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu, yang
kemudian dilanjutkan dengan 1.600 IU setiap hari atau 200.000 IU
setiap 4-6 bulan.
b. Bentuk vitamin D2 dan D3 dapat diberikan bersamaan dengan
makanan berlemak untuk absorpsi maksimal.
c. Vitamin D3 (cholecalciferol) dapat diberikan untuk penderita dengan
defisiensi vitamin D. Pemberian kapsul secara oral untuk dewasa 25-
50mcg (1000-2000IU) per oral satu hari, sampai 1250 mcg (50.000
IU) per oral setiap minggu selama 6 minggu. Pada sindroma
malabsorpsi dosisi lebih tinggi dibutuhkan.
Suplementasi vitamin D3 diberikan secara rutin. Pada penderita usia
lanjut diberikan 600 IU/hari *15mcg/hari)
d. Jika terjadi kekurangan fosfat (hipofosfatemia), maka dapat diobati
dengan mengonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin D.
e. Calcitriol diberikan pada penderita CKD atau gangguan hati. Solusi
calcitriol oral diberikan pada dewasa, pemberian inisial 0.25 mcg per
oral satu kali sehari; ditingkatkan 0.25 mcg per hari dengan interval
4 sampai 8 minggu jika dibutuhkan. Dosis biasanya mencapai 0.5
sampai 1 mcg satu kali sehari.
2. Penatalaksanan non-medik
a. Jika kekurangan kalsium maka yang harus dilakukan adalah
memperbanyak konsumsi unsur kalsium. Agar sel osteoblas
(pembentuk tulang) bisa bekerja lebih keras lagi. Selain
mengkonsumsi sayur-sayuran, buah, tahu, tempe, ikan teri, daging,
yogurt. Konsumsi suplemen kalsium sangatlah disarankan.
b. Jika kekurangan vitamin D, sangat dianjurkan untuk memperbanyak
konsumsi makanan seperti ikan salmon, kuning telur, minyak ikan,
dan susu. Untuk membantu pembentukan vitamin D dalam tubuh
cobalah sering berjemur di bawah sinar matahari pagi antara pukul 7
- 9 pagi dan sore pada pukul 16 - 17.
Tata laksana pada beberapa populasi khusus perlu diperhatikan. Dewasa obesitas
membutuhkan setidaknya 2 sampai 3 kali pemberian vitamin D (6.000-10.000
unit/hari) untuk mengatasi defisiensi vitamin D. Perhitungan untuk tambahan
dosis harian (setelah dosis harian rekomendasi) adalah (weight [kg] x perubahan
yang diinginkan dalam level 25[OH]D x 2.5 -10. 12
Pada penderita CKD dengan rutin hemodialisa perlu dilihat GFR. Apabila GFR
kurang dari 30 mL/menit, aktivitas 1α-hydroxylation menurun dan memiliki risiko
tinggi hipokalsemia dan hiperparatiroidisme sekunder. Vitamin D tambahan perlu
diberikan dengan 1,25-dihydroxyvitamin D (calcitriol) aktif. Penggunaan vitamin
D aktif dalam tata laksana penderita CKD dapat memperbaiki angka penyintas
dan mencegah progresifitas menjadi CKD tahap akhir.
Edukasi dan dukungan pada pasien dan keluarga, juga secara psikologi, perlu
untuk diberikan. Penderita osteomalasia yang masih berusia dewasa dan produktif
perlu diberikan edukasi mengenai pekerjaan. Maka dari itu, penanganan
osteomalasia perlu dilakukan secara holistik dan melibatkan ahli bidang lain.
Tata laksana yang telah diberikan perlu dipantau. Pada penderita yang sedang
ditatalaksana dengan pemberian vitamin D perlu dipantay level 25-
hydroxyvitamin D setiap 8 minggu sampai level serum 30 ng/ml tercapai. Apabila
sudah dimulai terapinya, pemeriksaan ulang 25-hydroxyviamin D dilakukan setiap
3-6 bulan setelahnya.
KESIMPULAN