Evidance Based

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ilmu kebidanan adalah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan,
persalinan, bayi baru lahir, dan kala nifas serta kembalinya alat reproduksi ke
keadaan normal. Tujuan ilmu kebidanan adalah untuk mengantarkan kehamilan,
persalianan, dan kala nifas sertapemerian ASI dengan selamat dengan kerusakan
akibat persalinan sekecil-kecilnya dan kembalinya alat reproduksi dalam
keadaan normal.
Dikemukakan bahwa angka kematian perinatal lebih mencerminkan
kesanggupan suatu Negara untuk memberikan pelayanan kesehatan. Indonesia,
merupakan Negara yang angka kematian ibu dan perinatal tertinggi, yang
berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan segera untuk
memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat
menyeluruh dan lebih bermutu.
EBM didirikan Oleh RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan
kuat professional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan berorietasi
akademis. EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk
penelitian murni bukti pada konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada
tahun 2003. Itu dirancang untuk membantu bidan dalam mendorong maju yang
terikat pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama meningkatkan perawatan
untuk ibu dan bayi.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari evidence based?
2. Apa manfaat dari evidence based practice?
3. Bagaimana etika pemanfaatan dari Evidence Based?
4. Apa saja Karakteristik evidence based?

1
5. Bagaimana pemanfaatan evidence based dalam asuhan kebidanan?
6. Bagaimana perkembangan Evidence Base Dalam Praktik Kebidanan
Postnatal Care?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian dari evidence based
2. Untuk mengetahui tentang manfaat dari evidence based practice
3. Untuk mengetahui tentang etika pemanfaatan dari Evidence Based
4. Untuk mengetahui tentang Karakteristik evidence based
5. Untuk mengetahui tentang pemanfaatan evidence based dalam asuhan
kebidanan
6. Untuk mengetahui tentang perkembangan Evidence Base Dalam Praktik
Kebidanan Postnatal Care

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Evidence Based


Pengertian evidence Base jika ditinjau dari pemenggalan kata (Inggris)
maka evidence based dapat diartikan sebagai
berikut Evidence adalah Bukti atau fakta dan Based adalah Dasar.
Jadi evidence base adalah: praktik berdasarkan bukti.
Evidence Based Midwifery (Practice) didirikan oleh RCM dalam
rangka untuk membantu mengembangkan kuat profesional dan ilmiah dasar
untuk pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis. EBM secara resmi
diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk penelitian murni bukti pada
konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada tahun 2003 (Hemming
set al, 2003). Itu dirancang 'untuk membantu bidan dalam mendorong maju
yang terikat pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama meningkatkan
perawatan untuk ibu dan bayi '(Silverton, 2003). EBM mengakui nilai yang
berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada praktek dan profesi
kebidanan. Jurnal kualitatif mencakup aktif serta sebagai penelitian
kuantitatif, analisis filosofis dan konsep serta tinjauan pustaka terstruktur,
tinjauan sistematis, kohort studi, terstruktur, logis dan transparan,
sehingga bidan benar dapat menilai arti dan implikasi untuk praktek,
pendidikan dan penelitian lebih lanjut.
Jadi pengertian Evidence Base-Midwifery dapat disimpulkan sebagai
asuhan kebidanan berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji menurut
metodologi ilmiah yang sistematis.

3
2.2 Manfaat Evidence Based
a. Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti
ilmiah.
b. Meningkatkan kompetensi (kognitif)
c. Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional dalam
memberikan asuhan yang bermutu
d. Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien
mengharapkan asuhan yang benar, seseuai dengan bukti dan teori serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.3 Etika Pemanfaatan Evidence Based Practice


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam segala bidang
berpengaruh terhadap meningkatnya kritis masyarakat terhadap mutu
pelayanan kesehatan terutama pelayanan kebidanan. Menjadi tantangan bagi
profesi bidan untuk mengembangkan kompetensi dan profesionalisme dalam
menjalankan praktik kebidanan serta dalam memberikan pelayanan
berkualitas.
Sikap etis professional bidan akan mewarnai dalam setiap langkahnya,
termasuk dalam mengambil kepustusan dalam merespon situasi yang muncul
dalam usaha. Pemahaman tentang etika dan moral menjadi bagian yang
fundamental dan sangat penting dalam memberikan asuhan kebidanan dengan
senantiasa menghormati nilai-nilai pasien.
Etika merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang perilaku
benar atau salah, kebijakan atau kejahatan yang berhubungan dengan perilaku.
Etika berfokus pada prinsip dan konsep yang membimbing manusia berfikir
dan bertindak dalam kehidupannya dilandasi nilai-nilai yang dianutnya.

4
2.4 Karakteristik Evidence Based Practice
Menurut Sackett et al. Evidence Based Medicine (EBM) adalah suatu
pendekatan medic yang di dasarkan pada bukti – bukti ilmiah terkini untuk
kepentingan pelayanan kesehatan penderita. Dengan demikian dalam
praktiknya, EBM memadukan antara kemampuan dan pengalaman klinik
dengan bukti bukti ilmiah terkini yang paling dapat dipercaya. Pengertian lain
dari EBM adalah proses yang digunakan secara sistemik untuk menentukan,
menelaah/ me-review dan memanfaatkan hasil-hasil studi sebagai dasar dari
pengambilan keputusan klinik.
Jadi secara lebih rincinya lagi, EBM merupakan keterpaduan antara
(1) bukti-bukti ilmiah., yang berasal dari studi yang terpercaya (best research
evidence); dengan (2) keahlian klinis (clinical expertice) dan (3) dan nilai nilai
yang ada pada masyarakat (patient values). Publikasi ilmiah adalah
pempublikasian hasil penelitian atau hasil pemekiran yang telah di telaah dan
disetujui dengan beberapa pertimbangan baik dari accountable aspek
metodologi maupun accountable aspek ilmiah yang berupa jurnal, artikel, e-
book atau buku yang diakui.
Adapun accountable aspek ilmiah adalah mensurvey secara langsung
tentang suatu permasalahan dengan penelitian untuk mendapatkan dasar yang
valid dan dapat dipertanggung jawabkan. Maksudnya adalah : melalui
evidence based medicine kita mengadakan survey tentang keluhan sejumlah
penderita, kelainan fisik sejumlah penderita penyakit tertentu dan mensurvei
hasil terapinya. Sedangkan accountable aspek metodologis adalah ilmu yang
digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan tata cara tertentu
dalam pengumpulan data hasil penelitian yang telah ditelaah dan diakui
kebenarannya.

5
2.5 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan Memanfaatkan Evidence Based
Practice
a. Pengertian Asuhan Postnatal Care
Posnatal artinya suatu periode yang tidak kurang dari 10 atau lebih
dari 28 setelah persalinan. Dimana selama waktu itu kehadiran yang
continue dari bidan kepada ibu dan bayi sedang di perlukan bertujuan
untuk mendeteksi dini adanya kompiliasi dan penyulit pada masa postnatal.
b. Konsep dasar masa nifas
Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang
berlangsung selama 6 minggu atau ± 40 hari (Prawirohardjo, 2002).
Masa nifas (puerperium) adalah pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat – alat kandung kembali seperti pra hamil. Lamanya
masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu (Mochtar, 1998).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung
kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary
cunningham,Mac Donald,1995:281).
c. Peran dan Tanggung Jawab Bidan
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post
partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas
sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama masa nifas.
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

6
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.
4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu
dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6. Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya
mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya,
menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
7. Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan
data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta
melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah
komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode
nifas.
8. Memberikan asuhan kebidanan secara professional.
9. Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam
peranannya sebagai orang tua.
d. Tahapan Masa Nifas
Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan – jalan.
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat
genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali
dan sehat sempurnah baik selama hamil atau sempurna berminggu –
minggu, berbulan – bulan atau tahunan.
e. Perubahan Fisik Masa Nifas
1. Rasa Kram dan mules dibagian bawah perut akibat penciutan rahim
(involusi)
2. Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (Lochia)

7
3. Kelelahan karena proses melahirkan.
4. Pembentukan ASI sehingga payudara membesar.
5. Kesulitan buang air besar (BAB) dan BAK.
6. Gangguan otot (betis, dada, perut, panggul dan bokong)
7. Perlukaan jalan lahir (lecet atau jahitan)
Perubahan psikis masa nifas
1. Perasaan ibu berfokus pada dirinya, berlangsung setelah melahirkan
sampai hari ke 2 (Fase Taking In)
2. Ibu merasa merasa kwatir akan ketidak mampuan merawat bayi,
muncul perasaan sedih (Baby Blues disebut Fase Taking Hold (hari ke
3 – 10)
3. Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya disebut Fase
Letting Go. (hari ke 10-akhir masa nifas)
f. Pengeluaran Locea
1. Lochea rubra : hari ke 1 – 2.Terdiri dari darah segar bercampur sisa-
sisa ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix kaseosa, lanugo, dan
mekonium
2. Lochea sanguinolenta : hari ke 3 – 7. Terdiri dari : darah bercampur
lendir, warna kecoklatan.
3. Lochea serosa : hari ke 7 – 14. Berwarna kekuningan.
4. Lochea alba : hari ke 14 – selesai nifas. Hanya merupakan cairan putih
lochea yang berbau busuk dan terinfeksi disebut lochea purulent.
g. Tujuan Kunjungan Masa Nifas
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa
nifas.

8
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
h. Kunjungan Masa Nifas
1. Kunjungan I : 6 – 8 jam setelah persalinan, tujuannya :
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila
perdarahan berlanjut.
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d) Pemberian ASI awal.
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
2. Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan, tujuannya :
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak
ada bau.
b) Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan
abnormal.
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan
istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda –
tanda penyakit
e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari–
hari
3. Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan.
Tujuannya : sama dengan di atas ( 6 hari setelah persalinan )

9
4. Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan.
Tujuannya :
a) Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami.
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar, 1998).

2.6 Perkembangan Evidence Base Dalam Praktik Kebidanan Postnatal Care


Pada proses asuhan masa nifas ada beberapa hal yang dahulunya bahkan
sampai sekarang kita lakukan dan ternyata setelah dilakukan penelitian ternyata
tidak bermanfaat dan bahkan merugikan pasien.
NO Tindakan yang dilakukan Sebelum EBM Setelah EBM

1. Pemakaian Tampon Tampon menyerap Tampon dapat


Vagina pendarahan tapi tidak menyebabkan
mengehentikan infeksi.
pendarahan.

2. Perawatan Terpisah (ibu Bayi benar-benar siaga Untuk mempererat


dan bayi) selama 2 jam pertama. bounding
attachment.

3. Pemakaian Gurita atau Gurita untuk Gurita mempersulit


sejenisnya memperbaiki bentuk pemantauan
tubuh ibu involusio rahim dan
dapat menyebabkan
infeksi.

Dari tindakan diatas telah dilakukan penelitian sehingga dapat


dikategorikan aman untuk asuhan pada ibu nifas dan bayi baru lahir hasil
penelitiannya:

10
A. Penggunaan Tampon Vagina

Tampon vagina menyerap darah tetapi tidak menhentikan pendarahan,


bahkan pendarahan tetap terjadi dan dapat menyebabkan infeksi.

B. Bounding Attachment

Bounding Attachment adalah sentuhan awal atau kontak kulit antara


ibu dan bayi pada menit-menit pertama sampai beberapa jam setelah kelahiran
bayi. Dalam hal ini kontak ibu dan ayah akan menentukan tumbuh kembang
anak menjadi optimal. Pada proses ini penggabungan berdasarkan cinta dan
penerimaan yang tulus dari orangtua terhadap anaknya dan memberikan
dukungan asuhan dalam perawatannya. Kebutuhan untuk menyentuh dan
disentuh adalah kunci dari insting primata. Bayi memepelajari lingkungan
dengan membedakan sentuhan dan pengalaman dan benda yang lembut dan
keras, sama halnya dengan membedakan suhu panas dan dingin.

Menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis


yang dapat diperoleh dari kontak dini:
a. Kadar oksitosin meningkat
b. Refleks menghisap dilakukan dini
c. Pembentukkan kekekbalan aktif dimulai.
d. Mempercepat proses ikatan antara orangtua dan anak

Prinsip-prinsip dan upaya meningkatkan Bounding Attachment


a. Dilakukan segera
b. Sentuhan orangtua pertama kali
c. Kesehatan emosional orangtua
d. Terlibat pemberian dukungan pada proses persalinan
e. Adaptasi
f. Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak

11
g. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi
kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu dan memberi trasa
nyaman.
h. Penekanan pada hal-hal positif.
i. Libatkan anggota keluarga
j. Informasi bertahap tentang bounding attachment

C. Pemakaian Gurita dan Sejenisnya

Wanita yang setelah melahirkan pasti ingin tubuhnya kembali seperti


semula/ langsing. Maka darti itu kebanyakan orang inigin memakai
gurita/stagen.

Pada dasarnya, dunia kesehatan tidak menganjurkan setiap pasien


bersalin untuk memakai stagen atau gurita. Stagen atau gurita tidak
memberikan efek positif dalam mengecilkan atau mengencangkan perut
karena sifatnya yang pasif. Pada saat memakai stagen atau gurita perut
memang terasa kencang, namun setelah dilepas perut akan kendur seperti
semula.

Ibu yang melahirkan melalui proses operasi, dan jahitan berada di


tengah perut paling tidak memakai gurita setelah satu minggu setelah
persalinan. Ini untuk memberi waktu agar jahitan bekas operasi kering. Karna
jika memakai gurita pada jahitan masih basah akan membuat jahitan akan
parah, jahitan bisa terbuka kembali, atau bahkan bernana dan akan berakibat
infeksi.

Saat hamil otot-otot menjadi kendur, khususnya otot dinding perut dan
dasar panggul. Untuk mengatasinya, jalan paling baik dan sehat adalah
dengan senam atau berolahraga yang dapat kembali mengencangkan otot
dinding perut.

12
Pengencangan otot panggul bisa juga melakukan senam kegel. Senam
kegel berfungsi untuk menguatkan otot-otot dasar panggul dan saluran kemih
yang mampu mencegah mengompol ketika persalinan berlangsung. Dan juga
bisa melakukan dengan senam nifas yang dilakukan seusai melahirkan.
Senam ini lebih bermanfaat untuk mengembalikan kekencangan perut usai
melahitkan, dengan cara yang tidak menyiksa dan jauh lebih sehat

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan tingginya AKI dan perinatal yang dialami sebagian besar
negara berkembang . maka WHO menetapkan salah satu usaha yang dapat
mencapai peningkatan pelayanan kebidanan yang menyeluruh dan bermutu
yaitu dilaksanakannya praktek berdasarpada evidenc based.

3.2 Saran
Diharapkan akan adanya peningkatan jumlah bidan terlibat dalam
penelitian, akan pengetahuan berdasar bukti mengenai asuhan kebidanan
khususnya dalam memberikan pelayanan kesehatan pada ibu dan anak dalam
upaya penurunan AKIdan AKB.

14
DAFTAR PUSTAKA

Asih, Yusari, SST., M.Kes, dkk. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui. Jakarta : TIM,2016

Depkes RI. 2001. Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan. EGC :


Jakarta..

Depkes RI. 2004. Asuhan Persalinan Normal : Edisi Baru Dengan Resusitasi.
Jakarta.

Pusdiknakes – WHO – JHPIEGO. 2003. Asuhan Intrapartum. Diperoleh dari


http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/makalah-evidence-based-
kebidanan-dalam.html#ixzz3Gx1S0jtk pada 26 September 2016.

15

You might also like