Professional Documents
Culture Documents
Evidance Based
Evidance Based
Evidance Based
PENDAHULUAN
1
5. Bagaimana pemanfaatan evidence based dalam asuhan kebidanan?
6. Bagaimana perkembangan Evidence Base Dalam Praktik Kebidanan
Postnatal Care?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian dari evidence based
2. Untuk mengetahui tentang manfaat dari evidence based practice
3. Untuk mengetahui tentang etika pemanfaatan dari Evidence Based
4. Untuk mengetahui tentang Karakteristik evidence based
5. Untuk mengetahui tentang pemanfaatan evidence based dalam asuhan
kebidanan
6. Untuk mengetahui tentang perkembangan Evidence Base Dalam Praktik
Kebidanan Postnatal Care
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Manfaat Evidence Based
a. Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti
ilmiah.
b. Meningkatkan kompetensi (kognitif)
c. Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional dalam
memberikan asuhan yang bermutu
d. Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien
mengharapkan asuhan yang benar, seseuai dengan bukti dan teori serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4
2.4 Karakteristik Evidence Based Practice
Menurut Sackett et al. Evidence Based Medicine (EBM) adalah suatu
pendekatan medic yang di dasarkan pada bukti – bukti ilmiah terkini untuk
kepentingan pelayanan kesehatan penderita. Dengan demikian dalam
praktiknya, EBM memadukan antara kemampuan dan pengalaman klinik
dengan bukti bukti ilmiah terkini yang paling dapat dipercaya. Pengertian lain
dari EBM adalah proses yang digunakan secara sistemik untuk menentukan,
menelaah/ me-review dan memanfaatkan hasil-hasil studi sebagai dasar dari
pengambilan keputusan klinik.
Jadi secara lebih rincinya lagi, EBM merupakan keterpaduan antara
(1) bukti-bukti ilmiah., yang berasal dari studi yang terpercaya (best research
evidence); dengan (2) keahlian klinis (clinical expertice) dan (3) dan nilai nilai
yang ada pada masyarakat (patient values). Publikasi ilmiah adalah
pempublikasian hasil penelitian atau hasil pemekiran yang telah di telaah dan
disetujui dengan beberapa pertimbangan baik dari accountable aspek
metodologi maupun accountable aspek ilmiah yang berupa jurnal, artikel, e-
book atau buku yang diakui.
Adapun accountable aspek ilmiah adalah mensurvey secara langsung
tentang suatu permasalahan dengan penelitian untuk mendapatkan dasar yang
valid dan dapat dipertanggung jawabkan. Maksudnya adalah : melalui
evidence based medicine kita mengadakan survey tentang keluhan sejumlah
penderita, kelainan fisik sejumlah penderita penyakit tertentu dan mensurvei
hasil terapinya. Sedangkan accountable aspek metodologis adalah ilmu yang
digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan tata cara tertentu
dalam pengumpulan data hasil penelitian yang telah ditelaah dan diakui
kebenarannya.
5
2.5 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan Memanfaatkan Evidence Based
Practice
a. Pengertian Asuhan Postnatal Care
Posnatal artinya suatu periode yang tidak kurang dari 10 atau lebih
dari 28 setelah persalinan. Dimana selama waktu itu kehadiran yang
continue dari bidan kepada ibu dan bayi sedang di perlukan bertujuan
untuk mendeteksi dini adanya kompiliasi dan penyulit pada masa postnatal.
b. Konsep dasar masa nifas
Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang
berlangsung selama 6 minggu atau ± 40 hari (Prawirohardjo, 2002).
Masa nifas (puerperium) adalah pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat – alat kandung kembali seperti pra hamil. Lamanya
masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu (Mochtar, 1998).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung
kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary
cunningham,Mac Donald,1995:281).
c. Peran dan Tanggung Jawab Bidan
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post
partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas
sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama masa nifas.
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
6
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.
4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu
dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6. Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya
mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya,
menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
7. Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan
data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta
melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah
komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode
nifas.
8. Memberikan asuhan kebidanan secara professional.
9. Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam
peranannya sebagai orang tua.
d. Tahapan Masa Nifas
Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan – jalan.
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat
genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali
dan sehat sempurnah baik selama hamil atau sempurna berminggu –
minggu, berbulan – bulan atau tahunan.
e. Perubahan Fisik Masa Nifas
1. Rasa Kram dan mules dibagian bawah perut akibat penciutan rahim
(involusi)
2. Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (Lochia)
7
3. Kelelahan karena proses melahirkan.
4. Pembentukan ASI sehingga payudara membesar.
5. Kesulitan buang air besar (BAB) dan BAK.
6. Gangguan otot (betis, dada, perut, panggul dan bokong)
7. Perlukaan jalan lahir (lecet atau jahitan)
Perubahan psikis masa nifas
1. Perasaan ibu berfokus pada dirinya, berlangsung setelah melahirkan
sampai hari ke 2 (Fase Taking In)
2. Ibu merasa merasa kwatir akan ketidak mampuan merawat bayi,
muncul perasaan sedih (Baby Blues disebut Fase Taking Hold (hari ke
3 – 10)
3. Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya disebut Fase
Letting Go. (hari ke 10-akhir masa nifas)
f. Pengeluaran Locea
1. Lochea rubra : hari ke 1 – 2.Terdiri dari darah segar bercampur sisa-
sisa ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix kaseosa, lanugo, dan
mekonium
2. Lochea sanguinolenta : hari ke 3 – 7. Terdiri dari : darah bercampur
lendir, warna kecoklatan.
3. Lochea serosa : hari ke 7 – 14. Berwarna kekuningan.
4. Lochea alba : hari ke 14 – selesai nifas. Hanya merupakan cairan putih
lochea yang berbau busuk dan terinfeksi disebut lochea purulent.
g. Tujuan Kunjungan Masa Nifas
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa
nifas.
8
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
h. Kunjungan Masa Nifas
1. Kunjungan I : 6 – 8 jam setelah persalinan, tujuannya :
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila
perdarahan berlanjut.
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d) Pemberian ASI awal.
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
2. Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan, tujuannya :
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak
ada bau.
b) Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan
abnormal.
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan
istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda –
tanda penyakit
e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari–
hari
3. Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan.
Tujuannya : sama dengan di atas ( 6 hari setelah persalinan )
9
4. Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan.
Tujuannya :
a) Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami.
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar, 1998).
10
A. Penggunaan Tampon Vagina
B. Bounding Attachment
11
g. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi
kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu dan memberi trasa
nyaman.
h. Penekanan pada hal-hal positif.
i. Libatkan anggota keluarga
j. Informasi bertahap tentang bounding attachment
Saat hamil otot-otot menjadi kendur, khususnya otot dinding perut dan
dasar panggul. Untuk mengatasinya, jalan paling baik dan sehat adalah
dengan senam atau berolahraga yang dapat kembali mengencangkan otot
dinding perut.
12
Pengencangan otot panggul bisa juga melakukan senam kegel. Senam
kegel berfungsi untuk menguatkan otot-otot dasar panggul dan saluran kemih
yang mampu mencegah mengompol ketika persalinan berlangsung. Dan juga
bisa melakukan dengan senam nifas yang dilakukan seusai melahirkan.
Senam ini lebih bermanfaat untuk mengembalikan kekencangan perut usai
melahitkan, dengan cara yang tidak menyiksa dan jauh lebih sehat
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan tingginya AKI dan perinatal yang dialami sebagian besar
negara berkembang . maka WHO menetapkan salah satu usaha yang dapat
mencapai peningkatan pelayanan kebidanan yang menyeluruh dan bermutu
yaitu dilaksanakannya praktek berdasarpada evidenc based.
3.2 Saran
Diharapkan akan adanya peningkatan jumlah bidan terlibat dalam
penelitian, akan pengetahuan berdasar bukti mengenai asuhan kebidanan
khususnya dalam memberikan pelayanan kesehatan pada ibu dan anak dalam
upaya penurunan AKIdan AKB.
14
DAFTAR PUSTAKA
Asih, Yusari, SST., M.Kes, dkk. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui. Jakarta : TIM,2016
Depkes RI. 2004. Asuhan Persalinan Normal : Edisi Baru Dengan Resusitasi.
Jakarta.
15