Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

TUGAS KELOMPOK

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

TEORI AKUNTANSI

Yang dibina oleh Nanik Wahyuni,SE.,M.Si

Oleh

Kelompok 14

Achmad Fikri M (12520006)

Andri Yogi (125200

Akuntansi A

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI

2015
Teori Institusional

pengertian

Teori institusional atau biasa di sebut teori kelembagaan merupakan teori yang mendasari
terbentuknya organisasi karena tekanan lingkungan institusional yang menyebabkan terjadinya
institusionalisasi Menurut North (1991) dalam Arsyad (2010), institusi atau institusional adalah
aturan – aturan (constraints) yang diciptakan oleh manusia untuk mengatur dan membentuk
interaksi politik, sosial dan ekonomi. aturan tersebut terdiri dari aturan formal dan aturan informal
serta proses penegakan aturan tersebut (enforcement). Secara bersama – sama aturan tersebut
menentukan struktur insentif bagi masyarakat, khususnya perekonomian. Dan hal itu diciptakan
manusia untuk membuat tatanan (order) yang baik.

Prinsip dasar teori ini adalah bahwa kelangsungan hidup organisasi membutuhkan
organisasi tersebut untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma sosial dari perilaku yang dapat
diterima.

Sejarah Teori Institusional/Institusionalisme

Sejak ribuan tahun yang lalu para filosof yunani telah menyadari bahwa institusi yang satu
dengan yang lainnya saling berinteraksi. Abad 19-an Max weber mencoba mengkaji birokrasi dan
institusi secara sistematis.yang dalam hal ini adalah Negara. kemudian Madzab institusionalis AS
berkembang sejak tahun 1880an dipengaruhi oleh madzab institusionalis Jerman dan pemikiran–
pemikiran Thorten Zveblen (1899) tentang pemikiran ekonomi institutionalnya

Saat itu banyak penelitian Institusionalisme baru mengkaji pengaruh besar institusi
terhadap perilaku manusia melalui aturan dan norma yang dibangun oleh institusi. Berkaitan
dengan pengaruh individu terhadap perilaku manusia, ada dua anggapan yaitu:

1. menyebabkan individu berusaha memaksimalkan manfaat aturan dalam institusi,

2. perilaku sekedar menjalankan tugas sesuai aturan.

Institusionalisme memperkaya dengan menambahkan aspek kognitif , yaitu bahwa individu


dalam institusi berperilaku tertentu bukan karena takut pada hukuman atau karena sudah
menjadi kewajiban (duty), melainkan karena konsepsi individu tersebut mengenai norma-
norma soaial dan tatanan nilai yang ada.

David Easton memberi kerangka “makro” dominan tempat berlangsungnya proses pembuatan
keputusan, pada 1950-an dan 1960-an, sementara Phillip Selznick juga berperan penting dalam
menetapkan agenda analisis “mikro” dari segi perspektif fungsionalis tentang bagaimana institusi
“sesungguhnya bekerja di dalam, yang berbeda dengan struktur sebagai rationale “luar”
formalnya. Di sisi luar “outside”, kehidupan organisasional tampaknya merupakan alat seperti
mesin yang rasional. Kerangka analisis institusional dapat dispesifikasikan ke dalam 3
kerangka, yaitu:

1. Institusionalisme sosiologi

2. Institusionalisme ekonomi,

3. Institusionalisme politik

Pada dekade 1980-an, pembahasan tentang institusi atau kelembagaan mulai berkembang
dalam ilmu ekonomi, hal tersebut dikarenakan sudah semakin banyak ekonom yang menyadari
bahwa kegagalan pembangunan ekonomi pada umumnya disebabkan oleh kegagalan institusi.
Perkembangan tentang kajian peranan institusi di dalam pembangunan ekonomi tersebut
melahirkan suatu cabang baru ilmu ekonomi yang dikenal dengan ilmu ekonomi kelembagaan
(institutional economics

Bentuk-bentuk teori institusional

Secara umum organisasi terbentuk oleh lingkungan institusional yang ada di sekitar
mereka. Ide-ide yang berpengaruh kemudian di institusionalkan / dianggap sah dan diterima
sebagai cara berpikir ala organisasi tersebut... Dalam teori institutional ada 2 bentukan
institusional yang terjadi yakni :

a. isomorphis / Isomorfisma mengacu pada proses menghambat yang memaksa satu unit dalam
populasi menyerupai unit lain dalam menghadapi setiap kondisi lingkungan yang sama isomorphis
di bagi menjadi 3 macam yakni :

1) coersif isomorphis yang menunjukkan bahwa organisasi mengambil beberapa bentuk atau
melakukan adopsi terhadap organisasi lain karena tekanan-tekanan negara dan organisasi lain
atau masyarakat yang lebih luas/ proses penyesuaian menuju kesamaan dengan “pemaksaan.”
Tekanan datang dari pengaruh politik dan masalah legitimasi. Misalnya, tekanan resmi datang
dari peraturan pemerintah agar bisa diakui. Dalam coersif isomorphis Maggio dan Powell (1983)
dalam Donaldson (1995), mengidentifikasikan beberapa penyesuaian organisasi pada teori
institusional antara lain
1. Penyesuaian Kategorial terjadi ketika aturan-aturan institusional mengarahkan
organisasi membentuk struktur mereka. Konvensi-konvensi tersebut kemudian ia akan
menghasilkan struktur yang homogen.
2. Penyesuaian Struktural Disebabkan oleh peraturan pemerintah, ketidakpastian
lingkungan, atau mencari legitimasi. Perusahaan akan mengadopsi struktur organisasi
yang spesifik (biasanya dengan menyewa seseorang dari perusahaan yang sukses atau
menyewa konsultan).
3. Penyesuaian Prosedural Disamping struktur, organisasi biasanya terpengaruh untuk
melakukan sesuatu dalam beberapa cara pula. Kadangkala penyesuaian atau adopsi adalah
hasil dari ketidakpastian atau paksaan (coersive), dan pemaknaan normatif. Sehingga perlu
dalam perubahan prosedur sebagai prosedur standar pada program TQM (Total Quality
Management), PERT Chart (Program Evaluation Review Techniques) dalam mencapai
standar prosedur pengoperasian, dua kelompok utama yang membutuhkan prosedur
adalah pemerintah dan kelompok profesional (DiMaqqio dan Powell, 1983). Para
pengacara menjadi perantara bagi keduanya dan menguasai sebagian prosedur
keorganisasian.

4. Penyesuaian Personil Organisasi modern memiliki berbagai aturan spesialisasi disertai


dengan sertifikat profesional (khususnya pada organisasi di Barat). Penyesuaian terhadap
aturan-aturan institusi biasanya perlu untuk menyewa atau menggunakan personil yang
spesifik. Kebutuhan lisensi atau akreditasi biasanya harus memenuhi presentasi (%)
kualifikasi personil dalam posisi kunci. Sertifikat sangat penting sebagai sumber
legitimasi. Kebutuhan pendidikan selalu meningkat sesuai bagian dari posisi kerja
walaupun tidak jelas hubungan antara tujuan pendidikan dengan produktifitas. Hal ini
terlihat jelas pada benda institusional ketimbang ketrampilan tehnis yang berbasis pada
efektivitas. Memiliki secarik sertifikat atau pekerja berpendidikan merupakan signal bagi
lingkungan bahwa seseorang merupakan pekerja modern, perusahaan yang bertanggung
jawab menggunakan kriteria rasional dalam menyeleksi dan mempromosikan personilnya.

2) mimesis isomorphis, yaitu imitasi sebuah organisasi oleh organisasi yang lain/ Organisasi sering
menyalin praktek organisasi lain untuk keunggulan kompetitif dan untuk mengurangi
ketidakpastian. Ketidakpastian merupakan kekuatan yang mendorong imitasi. Ada empat isu
yang dibahas pada isomorphisme mimesis yaitu:
1. Peningkatan isomorphism Mengungkapkan definisi peningkatan isomorphisme
institusional adalah peningkatan homogenitas antara negara-negara di Amerika Serikat,
yang mengindikasikan peningkatan homogenisasi pada negara sebagai refleksi proses
institusionalisasi berupa penyesuaian dan rasionalisasi.
2. Late Adoption Tolbert dan Zuckler (1983) menggunakan sebuah kasus untuk
menjelaskan secara institusional analisis mereka mengenai pengadopsian secara historis
dari peraturan sipil sebagai bagian dari reformasi administrasi kependudukan di Amerika
Serikat. Mereka mengemukakan bahwa pengadopsian awal dari praktek-praktek tersebut
oleh beberapa kota merupakan suatu upaya rasional untuk mengatasi masalah.
Pengadopsian selanjutnya oleh kota lain merupakan suatu respons terhadap apa yang telah
menjadi norma institusional yang menentukan praktek-praktek legitimasi. Tolbert dan
Zuckler (1983) melihat perubahan struktur sebagai orientasi terhadap keefektifan internal
untuk pengadopsian awal, tetapi tidak terhadap penyesuaian institusional selanjutnya. Ia
hanya berupa adopsi nilai-nilai dan norma-norma.
3. Teori institusional sebagai sebuah tradisi Teori institusional sebagai sebuah tradisi
dijelaskan oleh Eisenhardt (1998) dari pengamatannya terhadap sistem pembayaran yang
berbeda-beda yang digunakan pada toko-toko retail. Alasan mengapa toko-toko retail atau
grosir membayar dengan cara yang berbeda adalah karena sejak awal toko-toko tesebut
sudah menerapkan cara-cara demikian atau sudah menjadi tradisi.
4. Mimicry Fleigstein (1985) menawarkan sebuah analisis secara sosiologis mengenai
penyebab pengadopsian struktur yang bersifat multidivisi oleh sebuah koorporasi.
Fleigstein (1985) kemudian menemukan bukti bahwa perusahaan lebih suka mengadopsi
struktur multidivisional sebagaimana telah mereka temukan dari perusahaan lain dalam
industri yang sama yang telah melakukannya. Hal ini diidentifikasikannya sebagai efek
mimesis. Fleigstein juga mencatat bahwa perusahaan akan mendivisionalisasikan
strukturnya apabila pesaing-pesaing merubah strukturnya pula. Bila pesaing mengadopsi
struktur yang layak, dan mereka mencapai performansi organisasi yang secara relatif
superior dibanding perusahaan yang sudah dan belum mendivisionalisasikan strukturnya
maka akan terjadi apa yang disebut sebagai efek mimesis

3) normatif isomorphis, karena adanya tuntutan profesional. Tekanan dari norma-norma


kelompok untuk mengadopsi praktek-praktek institusional tertentu. Kelompok-kelompok
tertentu tersebut dengan pelatihan tertentu akan cenderung mengadopsi praktik yang sama dan
ketidakpatuhan dapat mengakibatkan sanksi yang dikenakan oleh kelompok tersebut. normatif
muncul di bidang tertentu atau sesuatu yang tepat bagi organisasi berasal dari pendidikan
formal dan sosialisasi pengetahuan formal itu di bidang tertentu yang menyokong dan
menyebarkan kepercayaan normatif itu. Ketika profesionalisme meningkat maka meningkat
juga tekanan normatif itu.

b. loose-coupling

loose-coupling yaitu teori institusional mengambil tempatnya sebagai sistem terbuka. Loose-
coupling, menjelaskan organisasi sebagai sistem terbuka agak berbeda dengan pandangan
konvensional teori organisasi yang melihat pengoperasian organisasi sebagai inti pembahasan.
Pengoperasian lewat pengendalian terhadap hirarki manajemen atau tugas manajemen dalam
penjelasan teori institusional bukanlah variabel utama, tetapi lingkungan institusionallah yang
lebih menentukan lewat penjelasan idiologi, norma, dan nilai-nilai pada masyarakat sebagai
variabel utama penjelasan teori organisasi sebagai sebuah sistem terbuka. Hal ini dijelaskan oleh
argumen Meyer dan Scott (1983, dalam Donaldson, 1995), pada penilitian mereka terhadap
sekolah di Amerika Serikat yang membuktikan adanya loose-coupling pada organisasi karena
tekanan lingkungan institusional,
Ekonomi institusional

Ekonomi institusional secara umum adalah sebuah mazhab pemikiran dalam ilmu
ekonomi yang berisi pandangan bahwa perilaku ekonomi (economic behavior) seseorang atau
suatu pihak sangat dipengaruhi oleh institusi tertentu. Institusi sendiri dalam hal ini memiliki arti
yang cukup luas dan secara singkat dapat didefinisikan sebagai “aturan main” dalam suatu
kelompok masyarakat, baik yang sifatnya formal maupun informal, yang sengaja disusun untuk
membatasi atau mengatur hubungan antar manusia yang ada dalam kelompok masyarakat tersebut.
Institusi formal dapat berupa peraturan, regulasi, hukum perundangan dll; sementara institusi
informal dapat berupa konvensi, tren, budaya, dsb. Dengan demikian institusi di sini tidak sama
dengan organisasi. Mazhab Institusional pada awalnya muncul sebagai sanggahan terhadap
pandangan atau mazhab ekonomi neo-klassik yang menyatakan bahwa perilaku ekonomi
seseorang adalah semata-mata didasarkan pada keinginan setiap individu untuk memaksimalkan
keuntungan (maximizing profit behaviour).

Istilah “ekonomi institusional” (institutional economics) pertama kali diperkenalkan oleh


Walton Hamilton pada tahun 1919. Namun tokoh-tokoh awal yang secara konvensional dianggap
sebagai pendiri mazhab institusional dalam ekonomi diantaranya adalah Thorstein Veblen, Wesley
Mitchell, dan John R. Commons

Menurut Rodrik (2003) dalam Arsyad (2010), ada empat fungsi institusi dalam kaitannya dengan
mendukung kinerja perekonomian, yaitu:

1. Menciptakan pasar (market creating) yaitu institusi yang melindungi hak kepemilikan dan
menjamin pelaksanaan kontrak.

2. Mengatur pasar (market regulating) yaitu institusi yang bertugas mengatasi kegagalan pasar
yakni institusi yang mengatur masalah eksternalitas, skala ekonomi (economies of scale) dan
ketidaksempurnaan informasi untuk menurunkan biaya transaksi (misalnya: lembaga – lembaga
yang mengatur telekomunikasi, transportasi dan jasa – jasa keuangan).
3. Menjaga stabilitas (market stabilizing) yaitu institusi yang menjaga agar tingkat inflasi rendah,
meminimumkan ketidakstabilan makroekonomi dan mengendalikan krisis keuangan (misalnya:
bank sentral, sistem devisa, otoritas moneter dan fiskal).

4. Melegitimasi pasar (market legitimizing) yaitu institusi yang memberikan perlindungan sosial
dan asuransi, termasuk mengatur redistribusi dan mengelola konflik (misalnya: sistem pensiun,
asuransi untuk pengangguran dan dana – dana sosial lainnya).

Negara – negara dengan institusi yang baik lebih mampu mengalokasikan sumber daya secara
lebih efisien, sehingga perekonomiannya bisa bekerja lebih baik. Institusi yang kuat juga akan
melahirkan kebijakan ekonomi yang tepat dan kredibel, sehingga berbagai bentuk kegagalan pasar
bisa teratasi. Sebaliknya, institusi yang buruk hanya akan menjadi sebuah beban yang akan
senantiasa menghalangi perekonomian untuk bisa bekerja dengan baik. Kebijakan yang dilahirkan
oleh sebuah institusi yang buruk juga berpotensi besar mengalami kegagalan di tataran kebijakan
(policy failure). Hal tersebut tentu saja akan semakin memperburuk kerugian yang ditimbulkan
oleh adanya kegagalan pasar.

fase ekonomi institusional

Dalam perkembangannya institusional ekonomi terbagi menjadi 2 fase yakni

Teori institutional lama

Ekonomi Institusional Lama ini dibangun dan berkembang di kawasan Amerika Utara, para
tokohnya antara lain: Veblen, Commons, Mitchell dan Clarence Ayres. Ekonomi Institusional
Lama ini muncul sebagai kritik terhadap aliran neoklasik. Para tokoh Ekonomi Institusional Lama
mengkritik keras aliran neoklasik karena:

1. Neoklasik mengabaikan institusi dan oleh karena itu mengabaikan relevansi dan arti penting
dari kendala – kendala non anggaran (nonbudgetary constraints).

2. Penekanan yang berlebihan kepada rasionalitas pengambilan keputusan (rational-maximizing


self-seeking behaviour of individuals).
3. Konsentrasi yang berlebihan terhadap keseimbangan (equilibrium) serta bersifat statis.

4. Penolakan neoklasik terhadap preferensi yang dapat berubah atau perilaku adalah pengulangan
atau kebiasaan (Nabli&Nugent, 1989 dalam Arsyad, 2010).

Teori institutional baru

Ekonomi Institusional Baru mencoba untuk menawarkan ekonomi lengkap dengan teori dan
institusinya (Nabli&Nugent, 1989 dalam Arsyad, 2010). Ekonomi Institusional Baru menekankan
pentingnya institusi, tetapi masih menggunakan landasan analisis ekonomi neoklasik. Beberapa
asumsi ekonomi neoklasik masih digunakan, tetapi asumsi tentang rasionalitas dan adanya
informasi sempurna (sehingga tidak ada biaya transaksi) ditentang oleh Ekonomi Institusional
Baru. Menurut Ekonomi Institusional Baru, institusi digunakan sebagai pendorong bekerjanya
sistem pasar.

Arti penting dari Ekonomi Institusional Baru adalah:

1. Ekonomi Institusional Baru merupakan seperangkat teori yang dibangun di atas landasan
ekonomi neoklasik, tetapi Ekonomi Institusional Baru mampu menjawab bahkan mengungkapkan
permasalahan yang selama ini tidak mampu dijawab oleh ekonomi neoklasik. salah satu
permasalahan tersebut adalah eksistensi sebuah perusahaan sebagai sebuah organisasi
administratif dan keuangan. Ekonomi Institusional Baru merupakan sebuah paradigma baru di
dalam mempelajari, memahami, mengkaji atau bahkan menelaah ilmu ekonomi.

2. Ekonomi Institusional Baru begitu penting dan bermakna di dalam konteks kebijakan ekonomi
sejak dekade 1990-an, karena Ekonomi Institusional Baru berhasil mematahkan dominasi
superioritas mekanisme pasar. Ekonomi Institusional Baru telah memposisikan dirinya sebagai
pembangun teori institusional non-pasar (non-market institutions). Ekonomi Institusional Baru
telah mengeksplorasi faktor – faktor non-ekonomi, seperti hak kepemilikan, hukum kontrak dan
lain sebagainya sebagai satu jalan untuk mengatasi kegagalan pasar (market failure). Menurut
Ekonomi Institusional Baru, adanya informasi yang tidak sempurna, eksternalitas dan fenomena
free-riders di dalam barang barang publik dinilai sebagai sumber utama kegagalan pasar, sehingga
kehadiran institusi non-pasar mutlak diperlukan.
3. Ketika studi – studi pembangunan memerlukan satu landasan teoritis, Ekonomi Institusional
Baru mampu memberikan solusinya.

Ada beberapa macam aliran teori institusional baru

Institusionalism normative

Merupakan asal usul institusionalisme dibidang sosiologi, oleh karena itu sering disebut juga
sociological institusionalism. Istilah normatif berasal dari sudut pandang peneliti yang
menganggap ada norma atau standar perilaku (logic of appripriateness) yang menentukan
kewajaran bertindak para aktor dalam institusi. Para aktor tidak bisa seenaknya bertindak
memaksimalkan utility function dia, atau berperilaku kalkulatif seperti pandangan aliran pilihan
rasional(rattional choice theory) karena para aktor tersebut terikat tatanan nilai yang ada yang
menentukan apakah tindakan para aktor tersebut bisa diterima (acceptable)didalam lingkup
institusi tersebut. Institusionalisme normatif menekankan pada konteks budaya dimana organisasi
menjalankan fungsinya serta tata nilai yang memberi inspirasi para aktor.

Institusionalism normative menggambarkan organisasi sebagai sebagai system of belief. Para


aktor lebih berfungsi sebagai anggota asosiasi profesi atau corp daripada mahluk kalkulatif dan
selalu memaskimalkan kepuasan pribadinya. Para individu terikat pada oleh nilai-nilai umum dan
akan menentukan tingkat kecenderungan mereka untuk berubah tetapi juga kapasitas organisasi
untuk berproduksi.

Rational choice institusionalism

Dalam Rational choice institusionalism Ada dua sudut pandang yang lazim dianut dalam melihat
institusi. Yang pertama melihat institusi sebagai kendala yang bersifat eksogenus, yaitu institusi
merupakan kumpulan aturan yang mengatur perilaku individu didalam organisasi dan masing –
masing individu tidak memiliki daya untuk merubahnya.Sudut pandang kedua melihat aturan
dalam institusi diciptakan sendiri(bisa dirubah-rubah) oleh para pemain didalamnya.dalam sudut
pandang ini institusi merupakan cara ekuilibirium dalam melakukan sesuatu.
Untuk memahami institusi dengan baik kita harus memahami interaksi antar individu,
dimana individu bersifat kalkulatif dan berhadapan dengan game teory. Arti kalkulatif yaitu
pilihan tindakan yang dilakukan individu aktor adalah dalam rangka mengoptimalkan kepuasan
individu tersebut.Aliran Institusionalisme Keputusan Rasional berusaha menggabungkan metode
berpikir dalam paham individualisme dengan institusional.Fokus riset dalam aliran ini adalah
bagaimana merancang institusi sebagai instrumen untuk membatasi efek negatif perilaku individu
yang cenderung memaksimalkan kepuasan pribadinya.

Historical institusionalism
Aliran ini mengakui pentingnya sejarah perkembangan institusi.Jalur yang dipilih (path
dependencey) pada tahap awal perkembangan institusi memainkan peranan penting pada
kehidupan kemudian. Institusi dianggap memiliki agenda inhern berdasarkan pola perkembangan
yang baik yang bersifat formal.; Suatu jalur cenderung stabil walaupun bisa berubah jika terjadi
critical juncture.

Aliran historical dan rasional sebenarnya ada aspek yang overlap. Misalnya keduanya sama-sama
mengakui pentingnya institusi untuk politik karena institusi mengatur perilaku politik., yang agak
mengejutkan bahwa perbedaan keduanya apakah manusia itu rasional atau tidak.

Perbedaan pokok antara keduanya misalnya dalam ilmu politik adalah bahwa aliran historis lebih
tertarik mengamati dan menjelaskan dampak politik yang riil dan specifik.

Institusionalis economic

Institusionalis economic memusatkan kajiannya untuk memahami peranan institusi buatan


manusia dalam mempengaruhi perilaku ekonomi.. Aliran ini sekarang berkembang menjadi new
institutional economic yang memusatkan perhatiannya mempelajari peranan institusi untuk
mengurangi transaction cost.,tokoh –tokoh ini antara lain Thorstein Veblen, John R Commons,

John R Commons dalam artikelnya Institutional Economic (1931) menyatakan bahwa ekonomi
adalah jejaring hubungan antar manusia yang memiliki kepentingan , yang didalamnya ada
monopoli, perusahan besar, perselisihan buruh, dan fluktuasi siklus bisnis.
Kesimpulan

You might also like