PROPOSAL

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 61

EVALUASI HASIL TINDAKAN TOPIKAL APLIKASI

FLUOR TERHADAP INDEKS KARIES SISWA SISWI SDN


HARAPAN KELAS 5A DAN 5B

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan


Program Diploma Tiga (III) Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Bandung

DISUSUN OLEH : FARIDA

LATIFAH AZARI NIM.

P17325113004

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG JURUSAN


KEPERAWATAN GIGI

2016
LEMBAR PENGUJIAN Karya

Tulis Ilmiah Dengan Judul

EVALUASI HASIL TINDAKAN TOPIKAL APLIKASI FLUOR


TERHADAP INDEKS KARIES SISWA SISWI SDN HARAPAN
KELAS 5A DAN 5B TAHUN AJAR 2015-2016

Diujikan Pada Hari……….Tanggal…….Bulan………….Tahun 2016

Penguji I Penguji II

drg. Yenni Hendriani Praptiwi, MKM Dedeh Ruhibah, S.Si.T.,S.Pd., M.MPd


NIP. 197211222005012002 NIP. 195203201975012001

Penguji III

drg. Dewi Sodja Laela, M.Kes


NIP. 196507091993122001
LEMBAR PENGESAHAN Karya

Tulis Ilmiah Dengan Judul

EVALUASI HASIL TINDAKAN TOPIKAL APLIKASI FLUOR


TERHADAP INDEKS KARIES SISWA SISWI SDN HARAPAN
KELAS 5A DAN 5B TAHUN AJAR 2015-2016

Telah disetujui dan disahkan pada

Hari……………….Tanggal…………….Bulan……..……….Tahun 2016

Pembimbing

drg. Dewi Sodja Laela, M.Kes


NIP. 196507091993122001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan Gigi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

drg. Hetty Anggrawati K, M.Kes., AIFO


NIP. 197401131993031001
EVALUASI HASIL TINDAKAN TOPIKAL APLIKASI FLUOR
TERHADAP INDEKS KARIES SISWA SISWI SDN HARAPAN
KELAS 5A DAN 5B TAHUN AJAR 2015-2016

Farida Latifah Azari1), Dewi Sodja Laela.2) Jurusan


Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Bandung

ABSTRAK

Prevalensi karies gigi di Indonesia sekitar 90% dari 238 juta penduduk Indonesia
dan jumlah anak-anak usia 15 tahun ke bawah menderita karies gigi mencapai
76,5%. Salah satu upaya pencegahan yang dilakukan adalah dengan memperkuat
enamel gigi agar tidak mudah larut oleh asam hasil fermentasi substrat oleh
bakteri kariogenik Streptococcus Mutans yaitu dengan pemberian fluor. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hasil tindakan topikal aplikasi fluor terhadap nilai
indeks karies siswa di SDN Harapan kelas 5A dan 5B Tahun ajar 2015-2016.
Jenis penelitian adalah deskriptif dengan menggambarkan hasil tindakan topikal
aplikasi fluor terhadap indeks karies dan frekuensi tindakan topikal aplikasi fluor
selama kurun waktu lima tahun. Pengambilan Sampel dilakukan secara purposive
sampling. Jenis data yang dikumpulkan, yaitu data primer dan data sekunder yang
kemudian diolah dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian
yang telah dilaksanakan pada siswa dan siswi SDN Harapan kelas 5A dan 5B
yang berjumlah 36 responden. Frekuensi tindakan topikal aplikasi fluor yang telah
dilakukan pada siswa dan siswi dalam kurun waktu lima tahun rata-rata
mendapatkan 4 sampai 5 kali perawatan topikal aplikasi fluor. Nilai DMF-T akhir
yang didapat pada kelas 5A adalah 24 dan tidak ada kenaikan nilai DMF-T
maupun nilai lubang gigi (Decay). Pada kelas 5B nilai DMF-T akhir yang
didapatkan adalah 22 dengan peresentase kenaikan nilai DMF-T 17,64% dan
terdapat 3 karies baru pada 2 orang yang sama. Dengan demikian maka dapat
disimpulkan tidak teraturnya perawatan tindakan topikal aplikasi fluor di UKGS
SDN Harapan dapat menyebabkan keberhasilan program TAF tidak optimal.

Kata kunci: Indeks Karies, Upaya Pencegahan Karies, Tindakan Topikal Aplikasi
Fluor
1)
Peneliti 1 Mahasiswa Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Bandung
2)
Peneliti 2 Pembimbing Karya Tulis Ilmiah Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes
Kemenkes Bandung
EVALUATION OF ACTION TOPICAL APPLICATION OF FLUOR
AGAINST CARIES INDEX STUDENTS SDN HARAPAN CLASS 5A
AND 5B 2015-2016

Farida Latifah Azari1), Dewi Sodja Laela.2)


Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Bandung

ABSTRACT

Prevalence of dental caries in indonesia around 90 % of 238 million indonesia


population and the number of children under the age 15 years old suffer dental
caries reached 76,5 %. One efforts to prevent measures is by strengthening tooth
enamel order not to be easily soluble by acid result of fermentation the substrate
by bacteria cariogenic streptococcus mutans by giving of fluoride. This research
aims to known the result of action topical application fluoride on the index caries
students in SDN Harapan class 5A and 5B years teaching 2015-2016.
The type of this research is descriptive and the purpose of this study to describe
the result of the action of topical application fluoride to caries index and
frequency of topical application fluoride action for a period of five years.
Sampling was done by purposive sampling technique. The type of data collected,
primary data and secondary data were then processed using a frequency
distribution table. The sample amounted to 36 students of SDN Harapan class 5A
and 5B. The frequency of topical application fluoride actions that have been done
on students in the five-year average gain of 4 to 5 times the application of topical
fluoride treatments. Value DMF-T is obtained in the 5A class is 24, no an increase
of DMF-T and the cavities (Decay). On class 5b value DMF-T is obtained 22 with
peresentage an increase of DMF-T 17,64 % and there are still in 3 caries 2 the
same person. Therefore can be concluded that lacking of topical Application
fluoride treatments in UKGS SDN Harapan can cause program success TAF not
optimal.

Key Word: Caries Index, Caries Prevention, Action Topical Application Fluor.
1)
Researcher 1 as Student of Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Bandung
2)
Researcher 2 as Mentor Scientific Writing Project of Jurusan Keperawatan Gigi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“Evaluasi Hasil Tindakan Topikal Aplikasi Fluor Terhadap Indeks Karies
Siswa Siswi SDN Harapan Kelas 5A dan 5B Tahun Ajar 2015-2016”.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III (D3) di Politeknik Kesehatan
Bandung Jurusan Keperawatan Gigi.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Namun
berkat bantuan, bimbingan, dukungan serta doa dari berbagai pihak, penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta Nabi
Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah.
2. Alm. Bapak Aswan Dianto, Ibu Kasminah, Fadhilah dan M.Ilham yang tak
pernah lelah memberikan Dukungan, Nasihat serta Doa kepada penulis.
3. Dr. Ir. Osman Syarif, SKM selaku Direktur Politeknik Kesehatan Bandung
4. drg. Hj. Hetty Anggrawati K, M.Kes AIFO selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Gigi.
5. drg. Dewi Sodja Laela., M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan saran, masukan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini.
6. drg. Yenni Hendriani P., MKM dan Dedeh Ruhibah, S.Si.T.,S.Pd., M.MPd
selaku penguji Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan saran kepada
penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Tiurmina Sirait. S.Pd. selaku dosen pembimbing akademik yang
senantiasa memberi arahan dan bimbingan selama perkuliahan.
8. Seluruh dosen pengajar dan staf tata usaha Jurusan Keperawatan Gigi yang
telah memeberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.
9. Tedy, Hera, Najla, Allena, Ajeng, Luciana, Andiny, Irma dan seluruh
rekan-rekan mahasiswa jurusan keperawatan gigi angkatan 2013 yang
sangat membantu baik dalam proses penulisan maupun penelitian.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu penulisan dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
Semoga Allah senantiasa membalas kebaikan semua pihak yang
telah membantu penulis, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
terselesaikan.
Akhir kata penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat dan berguna bagi pembaca

Bandung,………….2016

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGUJIAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR………………………………………….………... i
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. iii
DAFTAR TABEL……………………………………………………….. v
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………. vi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….. vii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah.……………………………………..……… 5
C. Tujuan Penelitian…………………………………………..….. 5
D. Manfaat Penelitian………………………………………..…… 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. Indeks Karies……………………………..……………………. 7
1. Pengertian karies……………………………..……………... 7
2. Penyebab karies……………………………..………………. 7
3. Proses terjadinya karies……………………………..………. 9
4. Pencegahan Karies………………………..…………..……... 10
5. Penilaian Indeks Karies……………………………………... 13
B. Topikal Aplikasi Fluor……………………...………………….. 13
1. Definisi Fluor………………………..…………………...... 13
2. Cara Penggunaan Fluor…………………...…..…………….. 14
3. Pengertian Topikal Aplikasi Fluor………………..…....…... 15
4. Sediaan fluor untuk topikal aplikasi Fluor…..……………… 15
5. Mekanisme Topikal Aplikasi Fluor…………………………. 19
C. Program Tindakan Topikal Aplikasi Fluor di UKGS…….…… 20
D. Kerangka Teori…..…………………...…..…………………….. 22
E. Definisi Operasional....…………………..…………………....... 23
F. Pertanyaan Penelitian………….…………..………………......... 24
BAB 3 METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian…………………………………………………. 25
B. Tempat dan Waktu Penelitian………………………..……...….. 25
C. Populasi dan Sampel……………………………………………. 25
D. Alat dan Bahan Penelitian………………………………………. 27
E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data……………………………... 29
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian……………………………….………………... 30
B. Pembahasan……………………………………….………..…… 33

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 34


A. Kesimpulan…………………………………………………….. 38
B. Saran……………………………….………………………......... 39

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Tingkat Keparahan Karies Gigi Menurut 13
WHO
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tindakan Topikal Aplikasi Fluor 30
Siswa Siswi Kelas 5A dan 5B Dalam Kurun Waktu
Lima Tahun

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai DMF-T Siswa Siswi Kelas A 31


Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai DMF-T Siswa Siswi Kelas B 31
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Perbandingan Nilai DMF-T Siswa 32
Siswi Kelas A Dan B Pada Tahun Ajar 2014-2015 Dan
2015-2016
Tabel 4.5 Tingkat Keparahan Karies Gigi Menurut WHO Siswa 33
Dan Siswi Kelas A dan B
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Tabel 2.1 Faktor Penyebab Karies 9
DAFTAR LAMPIRAN

No

1 Surat Izin Penelitian


2 Lembar Pemeriksaan DMF-T
3 Rekapan Hasil DMF-T
4 Rekapan frekuensi tindakan TAF
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit gigi dan mulut terutama karies dan penyakit periodontal

di Indonesia, masih banyak diderita baik oleh anak-anak maupun usia

dewasa. Penyakit gigi dan mulut ini dapat mengganggu kesehatan dan

kesejahteraan tubuh secara umum dan sangat mempengaruhi kualitas

kehidupan, termasuk fungsi bicara, pengunyahan, dan rasa percaya diri

(Putri dkk, 2013).

Pada kelompok anak usia Sekolah Dasar (SD) kesehatan gigi dan

mulut merupakan masalah yang sering terjadi. Kurangnya pengetahuan

untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dalam kehidupan sehari-hari

yang menyebabkan anak usia Sekolah Dasar (SD) rentan mengalami

Lubang gigi atau istilah kedokterannya karies gigi (Rahmawati dkk, 2011).

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang

meliputi email, dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas jasad

renik dalam karbohidrat yang dapat diragikan (Kidd dan Bechal, 2012).

Karies dapat terjadi karena produksi asam laktat oleh bakteri sebagai hasil

fermentasi karbohidrat, glukosa dan sukrosa (Mumpuni dan Pratiwi,

2013). Permasalahan karies gigi pada anak usia SD menjadi penting

karena karies terdapat pada gigi merupakan indikator keberhasilan upaya

pemeliharaan kesehatan gigi anak (Rahmawati dkk, 2011).


Menurut McDonald pada tahun 2000 Penyakit karies gigi sampai

sekarang masih menjadi masalah utama di bidang kedokteran gigi. Oleh

karena itu harus mendapat perhatian sepenuhnya, tidak hanya dari segi

cara menanganinya yang sudah terkena karies saja, tetapi juga bagaimana

cara mencegah karies. Menurut laporan Pengurus Besar Persatuan Dokter

Gigi Indonesia (PDGI) pada tahun 2000 prevalensi karies gigi pada anak-

anak di Indonesia masih sangat tinggi dibadingkan dengan negara

berkembang lainnya (Tedjosasongko dkk, 2008).

Prevalensi karies gigi di Indonesia sekitar 90% dari 238 juta

penduduk Indonesia dan jumlah anak-anak usia 15 tahun ke bawah

menderita karies gigi mencapai 76,5%. Dari hasil penelitian Siagian

ditemukan 95% anak SD mempunyai kesehatan gigi dan mulut yang

buruk, sehingga menderita karies gigi (Rahmawati dkk, 2011).

Salah satu upaya pencegahan yang dilakukan adalah dengan

memperkuat enamel gigi agar tidak mudah larut oleh asam hasil

fermentasi substrat oleh bakteri kariogenik Streptococcus Mutans yaitu

dengan pemberian fluoride (Tedjosasongko dkk, 2008). Pemberian fluor

ini dapat dilakukan secara sistemik yaitu Fluoride yang diperoleh tubuh

melalui pencernaan dan ikut membentuk struktur gigi dan Pemberian

secara Topikal Aplikasi yang dilakukan dengan menggunakan bahan-

bahan tertentu yang dilakukan oleh dokter gigi atau tenaga kesehatan gigi

lainnya (Agtini dkk, 2005).


Fluoride dapat mencegah karies dengan cara memasuki struktur

gigi dan mengganti mineral-mineral gigi yang hilang akibat pengaruh

asam. Proses ini disebut remineralisasi (Rahmadhan, 2010). Fluoride telah

digunakan sebagai bahan yang sangat efektif dalam mencegah karies gigi.

Selama sepuluh tahun terakhir telah banyak dilakukan penelitian klinis

terhadap efek pencegahan karies gigi dari aplikasi fluoride. Aplikasi

fluoride secara topikal pada gigi diantaranya dengan fluoride solutions,

fluoride gels, fluoride varnishes serta fluoride dalam pasta gigi

(Tedjosasongko dkk, 2008).

Pemerintah Indonesia telah melaksanakan upaya untuk

pencegahan gigi berlubang salah satunya dengan program fluoridasi

seperti program kumur-kumur fluor pada murid sekolah dasar di UKGS.

Program Topikal Aplikasi Fluor (TAF) secara individual yang dapat

dilakukan di puskesmas atau klinik, program pemberian tablet fluor pada

beberapa sekolah dasar di daerah yang resiko kariesnya tinggi. Program-

program tersebut telah tertuang dalam Rencana Strategi Kementerian

Kesehatan (Kemenkes RI,2012).

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia pada anak

sekolah selain dilaksanakan melalui kegiatan pokok kesehatan gigi dan

mulut di Puskesmas juga diselenggarakan secara terpadu dengan kegiatan

pokok UKS dalam bentuk program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah

(UKGS) yang juga dilaksanakan oleh swasta. Penanganan dini pada

program UKGS merupakan upaya untuk memenuhi pelayanan kesehatan


gigi pada anak sekolah terutama pada aspek menyelamatkan apa yang

masih bisa diselamatkan pada gigi anak bangsa disamping upaya edukatif

untuk mempertahankan gigi yang sehat (Sardjono dkk, 2012)

SDN Harapan merupakan salah satu SD binaan Politeknik

Kesehatan Bandung Jurusan Keperawatan Gigi Bandung dalam program

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Dalam Program UKGS ini para

siswa dan siswi SDN Harapan dilakukan telah tindakan preventif atau

upaya pencegahan penyakit gigi, salah satu upaya tersebut yaitu tindakan

Topikal Aplikasi Fluor. Kegiatan preventif ini dilakukan oleh mahasiswa

Politeknik Kesehatan Bandung Jurusan Keperawatan Gigi Bandung.

Tindakan topikal aplikasi fluor ini dilakukan sejak siswa dan

siswi SDN Harapan duduk dikelas 1 hingga kelas 6. Murid kelas 5

merupakan tingkatan kelas yang dapat dijadikan prioritas di UKGS karena

rata-rata gigi tetap pada kelas 5 sudah banyak yang bererupsi dan semua

gigi susu sudah tanggal, rata-rata usianya 11-12 tahun. Selain itu murid

kelas 5 sudah mempunyai pengetahuan tentang kesehatan gigi yang cukup

untuk memelihara kesehatan gigi dan mulutnya serta pemeriksaan dan

perawatan kesehatan gigi yang cukup yang dilakukan di UKGS. Sehingga

diharapkan dengan dilakukannya Tindakan Topikal Aplikasi Flour (TAF)

dapat mencegah terjadinya karies baru dan pemeliharaan kesehatan gigi

yang baik.

Pada tahun ajaran 2015-2016 kegiatan tersebut belum dilakukan

evaluasi, oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas “Evaluasi Hasil
Tindakan Topikal Aplikasi Fluor Terhadap Indeks Karies Siswa SDN

Harapan Kelas 5A dan 5B Tahun 2016”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut, “Apakah hasil tindakan topikal

aplikasi fluor yang dilakukan di SDN Harapan pada siswa siswi kelas 5A

dan 5B dapat mencegah pertambahan nilai indeks karies pada tahun ajar

2015-2016?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hasil tindakan topikal aplikasi fluor terhadap nilai

indeks karies siswa siswi di SDN Harapan kelas 5A dan 5B Tahun

ajar 2015-2016

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui nilai DMF-T pada siswa siswi kelas 5A dan 5B

Tahun ajar 2015-2016

b. Untuk mengetahui frekuensi tindakan topikal aplikasi fluor yang

telah dilakukan pada siswa siswi kelas 5A dan 5B dalam kurun

waktu lima tahun

c. Untuk mengetahui hasil tindakan topikal aplikasi fluor terhadap

indeks karies siswa siswi SDN Harapan kelas 5A dan 5B pada

Tahun ajar 2015-2016


D. Manfaat Penelitian

Sebagai bahan perencanaan peningkatan derajat kesehatan gigi dan

mulut di SDN Harapan dalam program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah

yang dilakukan oleh Mahasiswa Politeknik Kesehatan Bandung Jurusan

Keperawatan Gigi Bandung


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Indeks Karies

1. Pengertian Karies

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang meliputi

email, dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik

dalam karbohidrat yang dapat diragikan. Terjadinya karies ditandai

dengan adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian

diikuti oleh kerusakan bahan organiknya, akibatnya terjadi invasi

bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan

periapeks yang dapat menyebabkan nyeri (Kidd dan Bechal, 2012).

2. Penyebab Karies

Penyebab terjadinya karies terdiri dari 4 faktor yaitu karbohidrat

makanan, mikroorganisme, kerentanan permukaan gigi, waktu dan

factor pendukung yaitu saliva menurut Kidd dan Bechal (2012)

a. Karbohidrat makanan

Beberapa jenis Karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan

glukosa dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk

asam sehingga Ph plak akan menurun sampai dibawah 5 dalam

tempo

1-3 menit. Sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik,

walaupun gula lainnya tetap berbahaya. Sukrosa merupakan


gula yang paling banyak dikonsumsi, maka sukrosa merupakan

penyebab karies utama.Untuk kembali ke pH normal sekitar 7,

dibutuhkan waktu 30-60 menit. Oleh karena itu, konsumsi gula

yang sering dan berulang-ulang akan tetap menahan Ph plak

dibawah normal dan menyebabkan demineralisasi (Kidd dan

Bechal, 2012).

b. Mikroorganisme

Streptococcus mutans dan laktobasilus merupakan kuman

yang kariogenik karena mampu segera membuat asam dari

karbohidrat yang dapat diragikan.Kuman-kuman tersebut dapat

tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada

pemukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakarida

ekstra sel yang sangat lengket dari karbohidrat

makanan.Polisakarida ini yang terutama terdiri dari polimer

glukosa, menyebabkan matriks plak gigi mempunyai

konsistensi seperti gelatin. Akibatnya bakteri-bakteri terbantu

untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain dan

karena plak makin tebal maka dapat menghambat fungsi saliva

dalam menetralkan plak tersebut (Kidd dan Bechal, 2012).

c. Kerentanan Permukaan Gigi

Plak yang mengandung bakteri merupakan awal bagi

terbentuknya karies.Oleh karena itu kawasan gigi yang

memudahkan pelekatan plak sangat mungkin diserang karies.


Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies tersebut adalah

pit, fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar, pit bukal

molar dan pit palatal insisif (Kidd dan Bechal, 2012)

d. Waktu

Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali

mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan

bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode perusakan dan

perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu bila saliva ada

dalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi

dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau

tahun (Kidd dan Bechal, 2012)

Dari keempat faktor penyebab karies tersebut digambarkan

sebagai empat lingkaran yang berkesinambungan.

Gambar 2.1 Faktor Penyebab Karies

Sumber : Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras dan jaringan

pendukung gigi (2010)

3. Proses Terjadinya Karies

Karies gigi dapat terjadi karena interaksi dari bakteri di permukaan

gigi, plak atau biofilm dan diet (khususnya dari komponen


karbohidrat) yang dapat difermentasi oleh bakteri plak menjadi asam,

terutama asam laktat dan asetat. Asam tersebut yang akan menurunkan

pH plak dan pada permukaan email sampai Ph kritis 5,2-5,5 dalam

waktu 1-3 menit(Putri dkk, 2013). Penurunan pH yang berulang dalam

waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi

yang rentan dan proses karies pun dimulai(Kidd dan Bechal, 2012).

Proses hilangnya mineral dari struktur gigi ini dinamakan

demineralisasi, sedangkan bertambahnya mineral-mineral dari struktur

gigi dinamakan remineralisasi. Kerusakan gigi bisa terjadi apabila

proses demineralisasi lebih besar daripada proses remineralisasi

(Rahmadhan, 2010).

4. Pencegahan Karies

Pencegahan dapat didefinisikan sebagai mencegah timbulnya

maupun berkembangnya suatu penyakit atau memulihkan fungsi tubuh

yang menjadi hilang atau berkurang akibat penyakit. Program

pencegahan karies merupakan proses yang kompleks dan melibatkan

beragam faktor-faktor yang tidak berkaitan. Tujuan utama program

pencegahan karies adalah untuk mengurangi jumlah bakteri kariogenik

(Putri dkk, 2013).

a. Pemajanan Fluoride

Fluoride dalam jumlah kecil dapat meningkatkan kesehatan

struktur gigi terhadap demineralisasi dan hal tersebut sangatlah

penting, terutama sekali dalam pencegahan karies.Ketika fluoride


tersedia pada siklus demineralisasi gigi, fluoride tersebut menjadi

factor utama yang dapat mengurangi aktivitas karies.Pada

perawatan yang mengandung fluoride topical dengan konsentrasi

tinggi (12.000 ppm), ion fluoride dapat menjadi racun bagi

sebagian mikroorganisme oral termasuk streptococcus

mutans.Supresi perkembangan streptococcus mutans setelah

dilakukan perawatan dengan fluoride topical dapat berlangsung

selama beberapa minggu. Sangatlah mungkin untuk

memperpanjang supresi ini dengan cara melakukan perubahan pola

makan (terutama sekali dengan menghilangkan sukrosa) dan

dengan menjalani program kebersihan gigi pada pasien. Pemberian

fluoride topical harus dilakukan setiap enam bulan sekali untuk

anak-anak, dan untuk orang dewasa yang beresiko tinggi

mengalami karies (Putri dkk, 2013).

b. Pola Makan

Makanan bersukrosa memiliki dua efek yang sangat

merugikan. Pertama, seringnya asupan makanan yang mengandung

sukrosa sangat berpotensi menimbulkan kolonisasi Streptococcus

mutans, meningkatkan potensi karies pada plak. Kedua, plak lama

yang sering terkena sukrosa dengan cepat metabolisme menjadi

asam organik, menimbulkan penurunan pH plak drastis.

Perubahan kecil pada pola makan, seperti mengganti konsumsi

makanan ringan dengan yang bebas gula lebih dapat diterima


pasien dari pada perubahan yang drastic (Putri dkk, 2013).

Penelitian menunjukan bahwa pengurangan aktivitas karies dapat

terjadi pada penggunaan gula alcohol seperti sorbitol, mannitol,

dan xylitol dengan kadar gula yang rendah. Hal ini menyebabkan

metabolisme menjadi lambat (Tarigan, 2014).

c. Kebersihan Mulut

Pembersihan harian plak dengan menggunakan benang gigi

(flossing), menyikat gigi, dan penggunaan obat kumur adalah

usaha terbaik untuk mencegah karies dan penyakit

periodontal.Pengangkatan plak secara mekanis dengan menyikat

dan flossing bermanfaat tanpa memusnahkan flora oral normal

(Putri dkk, 2013). Penyikatan gigi dilakukan 2x sehari pagi setelah

sarapan dan malam sebelum tidur (Angela, 2005)

d. Sealent pada lubang dan retakan

Sealent adalah upaya pencegahan yang efektif bagi

karies.Pertama, sealant secara mekanis menutup lubang dan

retakan dengan resin yang tahan asam.Kedua, karena lubang dan

retakan tertutup, sealant membasmi streptococcus mutans dan

organisme kariogenik yang berkembang disana. Ketiga, sealant

membuat lubang dan retakan lebih mudah dibersihkan dengan cara

menyikat gigi dan mengunyah permen karet (Putri dkk, 2013).


5. Penilaian Indeks Karies

Indeks adalah suatu angka yang menunjukan keadaan klinis

yang didapat pada waktu pemeriksaan (Putri dkk, 2013).Indeks karies

ini menunjukkan klinis penyakit karies gigi.Decayed, Missing, Filled

Teeth (DMF-T) yang pertama kali diperkenalkan oleh Klein, D =

Decay, jumlah gigi karies gigi tetap yang masih dapat ditambal; M =

Missing, jumlah gigi tetap yang telah atau harus dicabut karena karies;

F = Filling, jumlah gigi tetap yang telah ditambal dan tambalan masih

dalam keadaan baik. Nilai DMF-T merupakan penjumlahan dari

komponen DMF (Alhamda, 2011).

Tabel 2.1
Klasifikasi Tingkat Keparahan Karies Gigi Menurut WHO

Tingkat keparahan DMF-T


Sangat rendah 0,0 – 1,1
Rendah 1,2 – 2,6
Sedang 2,7 – 4,4
Tinggi 4,5 – 6,5
Sangat Tinggi > 6,6

Perhitungan DMF-T untuk populasi adalah :

DMF-T = Jumlah DMF-T Populasi

Jumlah populasi yang diperiksa

B. Topikal Aplikasi Fluor

1. Definisi Fluor

Fluor tidak memiliki bentuk bebas di alam karena zat ini selalu

bergabung dengan unsur lain dan membentuk senyawa yang disebut

fluoride. Fluoride (fluor) adalah zat yang memiliki kemampuan


mencegah kerusakan gigi atau karies gigi. Prosesnya (fluoridasi)

adalah dengan memadatkan email gigi sehingga tahan terhadap karies

gigi. Pemberian fluoride bisa dilakukan pada gigi berlubang, terutama

jika lubangnya masih sangat dangkal atau pada gigi buram. Serangan

asam dapat dihentikan dengan melakukan remineralisasi (pemberian

mineral) fluor dipermukaan lubang atau email (Djamil, 2011)

2. Cara Penggunaan Flour

Konsumsi fluor sesuai kebutuhan sangat menguntungkan, namun

bila dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan dapat merugikan.

Dalam upaya pencegahan karies melalui flour pemberiannya dapat

dilakukan dengan bermacam cara yaitu :

a. Sistemik

Fluoride yang diperoleh tubuh melalui pencernaan dan ikut

membentuk struktur gigi (Agtini dkk, 2005).Fluor diberikan pada

permukaan gigi melalui aliran darah dari dalam tubuh.Prosesnya

diberikan melalui makanan, air, atau makanan tambahan seperti

pil, tablet isap, obat tetes(Djamil, 2011).

b. Topikal Aplikasi

Pemberian fluor sangat efektif dilakukan sebelum gigi tumbuh

atau erupsi.Namun, fluor juga tetap berperan walaupun gigi telah

erupsi sempurna.Pada fluoridasi topical, fluor langsung diberikan

pada permukaan gigi. Pemberian ini untuk mencegah perlekatan

bakteri pada permukaan gigi sehingga proses kerusakan gigi


berikutnya dapat dihindari. Fluor untuk fluoridasi topical tersedia

dalam bentuk pasta gigi, gel dan obat kumur (Djamil, 2011).

Topikal Aplikasi dilakukan dengan menggunakan bahan-

bahan tertentu yang dilakukan oleh dokter gigi atau tenaga

kesehatan gigi lainnya.Adapula Topikal aplikasi yang dapat

dilakukan oleh masyarakat sendiri melalui pasta gigi dan kumur -

kumur larutan yang mengandung fluor (Agtini dkk, 2005).

3. Pengertian Topikal Aplikasi Fluor

Topikal aplikasi fluor merupakan Pemberian fluor melalui aplikasi

topikal dengan menggunakan bahan-bahan tertentu yang dilakukan

oleh dokter gigi atau tenaga kesehatan lainnya.Adapun topikal aplikasi

yang dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri yaitu melalui pasta gigi

dan obat kumur (Agtini, dkk 2005).Larutan atau obat-obatan fluor

yang dipakai di bidang kedokteran gigi untuk pencegahan karies

adalah Natrium Fluoride/NaF, Acidulated-phosphat-fluoride atau

FI3PO4(APF), dan Stannous Fluoride/SnF2(Putri dkk, 2013).

4. Sediaan flour untuk topical aplikasi fluor

a. Sediaan berkadar rendah untuk pemakaian berulang yaitu pasta

gigi dan obat kumur :

1) Pasta gigi

Kebanyakan pasta gigi yang kini dijual diseluruh dunia

berisi flour dalam bentuk natrium monoflourophosfat (NaMFP)

karena kompatibel dengan kebanyakan zat abrasive yang


digunakan. Juga diduga bahwaanion MFP (PO3 F2-) itu sendiri

mempunyai sifat anti karies dan akan bertukar tempat dengan

kelompok fosfat yang ada didalam Kristal apatit sehingga

nantinya akan mengeluarkan ion fluor (Kidd dan Bechal,

2012).

Hasil uji coba klinik dari pasta gigi yang mengandung flour

memperlihatkan adanya penurunan insidensi karies yang

bervariasi anata 17 persen pada penduduk yang tinggal

didaerah yang mengandung kadar flour kadar flour optimum

sampai 34 persen pada penduduk dari daerah yang kadar

flournya nol(Kidd dan Bechal, 2012).

2) Obat kumur

Pada daerah yang mengandung fluor rendah misalnya, 1

bagian/106 berkumur dengan larutan fluor tiap hari, seminggu

sekali, atau dua minggu sekali terbukti merupakan usaha

pencegahan karies yang bermanfaat. Kadar flour yang

dianjurkan bergantung kepada kekerapan berkumurnya.

Seseorang akan diharuskan berkumur selama satu menit

dengan 10 ml larutan natrium flourida yang mengandung 0,05

persen NaF jika dilakukan sekkali sehari atau mengandung 0,2

persen jika berkumur tiap minggu atau dua minggu sekali

(Kidd dan Bechal, 2012).


b. Sediaan berkadar fluor tinggi untuk pemakaian teratur yaitu NaF,

APF,SnF2,

1) Natrium Flouride (NaF)

Natrium Flouride ini digunakan dalam bentuk larutan yang

dicampur dengan air dengan konsentrasi 2% (2mg NaF dalam

100mg larutan).Aplikasi topical dengan NaF 2% ini terdiri atas

satu seri perawatan, 4 kali knjungan dengan interval atau

jangka waktu antara kunjungan 1,2,3 dan 4 adalah 2-7 hari

(Putri dkk, 2013).

Aplikasi topical dengan NaF ini mempunyai kekurangan

maupun kebaikannya masing-masing.Kebaikannya adalah

rasanya cukup enak, tidak pahit, meskipun ada rasa asin, tidak

menimbulkan pewarnaan ekstrinsik, tidak mengiritasi jaringan

gingiva dan mendidik penderita untuk melaksanakan disiplin

kunjungan ke balai pengobatan selama satu seri

kunjungan.Kekurangan pemakaian NaF adalah larutan ini tidak

tahan lama, kecualai jika disimpan dalam botol polietilen yang

berwarna gelap sehingga tidak tembus cahaya matahari, apabila

tembus cahaya dapat merangsang reaksi kimia dengan ion fluor

yang bebas (Putri dkk, 2013).

2) Acidulated Phosphat Flouride atau FI3PO4 (APF)

Larutan flour ini terdiri atas larutan flour 1,2% didalam

asam Fosfat 0,1 mg. Aplikasi topical dengan larutan flour yang
telah diasamkan ini terdiri atas satu seri perawatan, 2 kali

kunjungan dalam satu tahun. Semakin sering aplikasi topical

dilakukan, lebih efektif pula hasil timbulnya pencegahan karies

gigi.Topical aplikasi ini terutama diberikan pada kasus karies

rampan.Keuntungan pemakaian larutan ini adalah larutan stabil

jika disimpan dalam botol polietilen, sedangkan keburukannya,

yaitu dapat menimbulkan pewarnaan ekstrinsik pada gigi

geligi(Putri dkk, 2013).

Dalam mengevaluasi terapi topikal flour, bukan hanya

jumlah pengendapan flournya saja yang harus

dipertimbangkan, melainkan juga seberapa jauh lamanya efek

pengurangan kariesnya dapat dipertahankan. Penurunan daya

lindung selama periode pasca terapi topical flour, pada yang

menggunakan APF lebih kecil ketimbang yang menggunakan

sediaan flour lain. oleh karena itu sediaan topical APF

merupakan sediaan yang disukai selama decade terakhir ini.

Sediannya terapat dalam bentuk larutan dan gel dan keduanya -

duanya memunyai efektifitas yang sama(Kidd dan Bechal,

2012). Gel APF memberikan ambilan yang lebih tinggi sebagai

fluoride yang tersimpan, sehingga periode proteksi menjadi

lebih lama (Tarigan, 2014)

3) Stanous Flouride (SnF2)


Untuk aplikasi topical dengan larutan SnF2 dipakai

konsentrasi 8-10%. Jika digunakan dengan teknik topical, SnF2

diberikan sekali setiap 4-6 bulan dimulai pada usia 3 tahun.

Juga efektif untuk dewasa (Putri dkk, 2013).

Kelebihan pemakain SnF2 adalah larutan ini sangat aktif

sehingga akan cepat kehilangan kekuatannya. Oleh karena itu

harus dibuat larutan yang baru untuk setiap kali pemakaian.

Pemakaian pada orang dewasa lebih efektif daripada NaF,

Dapat memberi efek walaupun pada daerah tempat kadar

fluoride dalam air minum cukup besar dan penggunaan

stannous fluoride 8% sekali pertahun sudah dapat melindungi

gigi terhadap karies. Keburukannya adalah bau dan rasanya

tidak enak, dapat menimbulkan pigmentasi pada gigi , dapat

mengiritasi gingiva dan mudah teroksidasi sehingga tidak

efektif lagi (Putri dkk, 2013).

5. Mekanisme topical aplikasi flour menghambat perkembangan karies

gigi

Fluor bekerja dengan 3 cara. Pada lingkungan asam, ion fluoride

akan bereaksi dengan ion Ca-2 dan HPO4-2, , membentuk Kristal

fluorapatit (Ca10(PO4)6(OH)F2). Kristal ini lebih tahan asam dibanding

dengan Kristal hidroksiapatit, dimana Ph kritis untuk kristal fluorapatit

adalah 4,5 sedangkan Ph kritis untuk kristal hidroksiapatit 5,5

(Tarigan, 2014).
Fluoride dapat memperlambat perkembangan lesi karies dengan

menghambat proses demineralisasi (Tarigan, 2014). Demineralisasi

email dapat terjadi akibat terjadinya penarikan ion hidroksil (OH-) dari

email gigi karena asam organik hasil proses metabolisme karbohidrat

dan mikroorganisme menyebabkan penurunan pH lingkungan dan

peningkatan kadar ion hidrogen (H+). Hal ini ditandai dengan

kerusakan permukaan dan penurunan kekerasan mikro permukaan

email (Syafira, 2012).

Fluoride meningkatkan ketahanan email terhadap asam dan

meningkatkan proses remineralisasi, bereaksi dengan hidroksiapatit

membentuk fluorapatit. Akhirnya, kadar fluor yang tinggi dapat

menghambat metabolisme bakteri (Tarigan, 2014). Menghambat

proses yang terjadi ketika bakteri kariogenik memetabolisme

karbohidrat yang dapat difermentasi (Putri dkk, 2013).

C. Program Topikal Aplikasi Fluor di UKGS

Upaya kesehatan perorangan pada UKGS berupa intervensi

individu pada peserta didik yang membutuhkan perawatan kesehatan gigi

dan mulut salah satunya meliputi tindakan aplikasi fluor dengan larutan

yang mengandung fluor.(Sardjono, 2012).

Acidulated Phosphat Fluoride (APF) 1,23% merupakan sediaan fluor

yang digunakan di UKGS SDN Harapan. Aplikasi topical dengan larutan

flour yang telah diasamkan ini terdiri atas satu seri perawatan, 2 kali
kunjungan dalam satu tahun.Semakin sering aplikasi topical dilakukan,

lebih efektif pula hasil timbulnya pencegahan karies gigi. (Putri,2013)

Menurut aturan pabrik larutan fluor yang digunakan di UKGS,

perawatan topikal aplikasi fluor ini setidaknya sekali atau dua kali

setahun.untuk pasien dengan karies aktif, ulangi perawatan pengobatan

sekali atau dua kali setiap enam bulan sekali.

Prosedur pelaksanaan tindakan Topikal Aplikasi Fluor di UKGS

(Laela, 2007) :

a. Mahasiswa menyiapkan alat dan bahan untuk topikal aplikasi,

bahan yang digunakan larutan APF 1,23%

b. Pasien diminta untuk menggosok gigi dibawah bimbingan petugas

pelayanan.

c. Petugas melakukan desinfeksi yaitu mencuci tangan dengan

hibiscrub dan memakai sarung tangan steril

d. Melakukan pemolesan gigi dengan cara melakukan brushing

e. Mengisolasi dengan menggunakan cotton roll pada gigi perkuadran

yang akan diolesi fluor

f. Mengeringkan gigi yang sudah diisolasi dengan tiupan udara

kering

g. Mengoleskan larutan gel fluor dengan cotton pellet yang ditahan

dengan pinset. Lama pengolesan bahan fluor disesuaikan dengan

petunjuk pabrik
h. Selesai pengolesan cotton roll diambil dan gel yang tersisa diambil

dengan kapas basah namun untuk permukaan aproksimal tidak

perlu diambil

i. Instruksi pada pasien untuk meludahkan sisa gel/larutan namun

jangan kumur

j. Lanjutkan dengan mengisolasi gigi kuadran selanjutnya dan ulangi

perawatan yang sama.

D. Kerangka Teori
Penyebab Terjadinya Karies

Mikroorganisme substrat Kerentanan Waktu


Permukaan
Indeks Karies Gigi

Pencegahan Terjadinya Karies

Pemajanan Pola Makan Kebersihan mulut Sealent pada lubang


Fluoride dan retakan

Mekanisme Fluor :

1. Menghambat demineralisasi
2. Mendorong remineralisasi
3. Menghambat metabolisme bakteri
E. Definisi Operasional

1. Indeks Karies

Indeks karies adalah suatu angka yang menunjukan keadaan klinis

penyakit karies gigi yang didapat pada waktu pemeriksaan.

a. Alat ukur : Rekam medis, kaca mulut, sonde, excavator, pinset

b. Cara ukur :Menghitung DMF-T sebelum dilakukan TAF

direkam

Medis dan pemeriksaan langung DMF-T setelah

dilakukan TAF

c. Skala Ukur : Ordinal

d. Hasil ukur : Klasifikasi Tingkat Keparahan Karies Gigi

Menurut

WHO :

Sangat rendah (0,0-1,1)

Rendah (1,2-2,6)

Sedang (2,7-4,4)

Tinggi (4,5-6,5)

Sangat tinggi (>6,6)

2. Topikal Aplikasi Fluor

Topikal aplikasi fluor merupakan Pemberian fluor melalui aplikasi

topikal dengan menggunakan bahan-bahan tertentu yang dilakukan

oleh dokter gigi atau tenaga kesehatan lainnya.

a. Alat ukur : Rekam medis siswa dan siswi kelas 5A dan 5B


b. Cara Ukur : Melihat frekuensi tindakan Topikal Aplikasi Fluor

yang telah dilakukan.

c. Skala Ukur : Nominal

d. Hasil Ukur : 1) 10 kali

1) >10 kali

F. Pertanyaan Penelitian

1. Berapa nilai DMF-T pada kelas 5A dan 5B Tahun ajar 2015-2016 ?

2. Berapa frekuensi tindakan topikal aplikasi fluor yang telah dilakukan

pada kelas 5A dan 5Bdalam kurun waktu 5 tahun ?

3. Bagaimana hasil tindakan topikal aplikasi fluor terhadap indeks karies

siswa SDN Harapan kelas 5A dan 5B pada Tahun ajar 2015-2016 ?


BAB 3

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan jenis studi deskriptif, yaitu suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utamanya untuk membuat

gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Harapan Kompleks KPAD

Kecamatan Cidadap-Gegerkalong Kota Bandung.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni 2016

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas 5A yang

berjumlah 39 dan 5B yang berjumlah 40. Dengan jumlah populasi

kelas 5A dan 5B SDN Harapan sebanyak 79 orang.

2. Sampel

a. Pengambilan Sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu

pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan

tertentu yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat

populasi yang sudah diketahui sebelumnya.


Pada penelitian ini sampel yang diambil berdasarkan

kriteria berikut :

1) Kriteria Inklusi

a) Siswa dan siswi yang bersekolah di SDN Harapan sejak

kelas 1 Hingga kelas 5.

b) Rekam medis yang pengisiannya lengkap baik DMF-T

maupun tanggal pemberian topikal aplikasi fluor sejak

kelas 1 hingga kelas 5.

2) Kriteria Ekslusi

a) Bukan siswa dan siswi pindahan dari sekolah lain

b. Cara pengambilan besar sampel jika populasi (N) diketahui


2
N Z(1-ᵅ/2) P(1-P)
n=
Nd2 + Z(1-ᵅ/2)2 P(1-P)

79. (1,64)2 . 0,5(1-0,5)


n=
79. (0,1)2 + (1,64)2 . 0,5. (1-0,5)

79. 2,6896. 0,5. 0,5


n=
79. 0, 01+ 2,6896. 0,5. 0,5

53,1196
n=
1, 4624
n= 36,323
n= 36

Keterangan :

n = Besar sampel
N = Besar Populasi

Z(1-ᵅ/2) = Nilai sebaran normal baku, besarnya tergantng tingkat

kepercayaan (TK) , jika TK 90% = 1,64, TK 95%=1,96 dan TK

99%=2,57

P = Proporsi Kejadian, jika tidak diketahui dianjurkan=0,5

d = Besar penyimpangan ; 0,1 , 0,05 dan 0,01

Jadi, besar sampelnya adalah 36 Responden

D. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat Penelitian

a. Rekam Medis

b. Diagnostik Set (Kaca Mulut, Sonde, Excavator, Pinset)

c. Tray

d. Alat Tulis

2. Bahan Penelitian

a. APD ( Sarung Tangan dan Masker)

b. Kapas

c. Alkohol

E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis data

Data yang diperoleh berupa data primer dan data sekunder :

a. Data Primer

Data yang di peroleh langsung dari responden dengan cara

pemeriksaan langsung pada responden.


b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari rekam medis siswa dan siswi kelas 5A dan

5B

2. Cara pengumpulan data

Cara pengumpulan data terdiri dari tiga tahap yaitu tahap

persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian yang dapat digambarkan oleh

bagan diberikut ini :

a. Tahap Persiapan

Perizinan Diterima Pelaksanaan

Ditolak

Pemeriksaan Ulang
Berkas

Diterima

b. Pelaksanaan
Pengambilan data di DMF-T
Pelaksanaan rekam medis
Frekuensi
TindakanTAF
Observasi nilai akhir
DMF-T

c. Penyelesaian
Cleanning
Pengolahan Data Analisa Data
Editing
F. Pengolahan Data dan Analisa data

1. Pengolahan Data

a. Cleaning

Kegiatan pengecekan kembali hasil pengumpulan data yang masih

dalam bentuk keterangan-keterangan atau coretan pada lembar

pemeriksaan.

b. Editing

Lembar pemeriksaan nilai DMF-T sebelum dan sesudah dilakukan

tindakan TAF dimasukan kedalam kedalam master table.

2. Analisa Data

Setelah data terkumpul selanjutnya data diproses dan dibuat dalam

table distribusi frekuensi untuk mengetahui keadaan DMF-T sebelum

dan sesudah dilakukan Tindakan Aplikasi Fluor.


BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada penelitian ini responden adalah siswa dan siswi SDN Harapan

kelas 5A dan 5B dengan jumlah 36 responden yang memenuhi kriteria

sebagai sampel. Penelitian ini dilakukan dengan cara menghitung

frekuensi tindakan topikal aplikasi fluor dalam kurun waktu 5 tahun dan

membandingkan nilai DMF-T sejak siswa dan siswi duduk dikelas 1

hingga kelas 5.

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Tindakan Topikal Aplikasi Fluor Siswa dan
Siswi Kelas A dan B Dalam Kurun Waktu Lima Tahun

Total Tindakan TAF Dalam Kurun Waktu Lima Tahun


Kelas 4x 5x 6x 7x
5A 13 Orang 6 Orang - -
5B 7 Orang 7 Orang 2 Orang 1 Orang
Jumlah 20 Orang 13 Orang 2 Orang 1 Orang

Berdasarkan tabel 4.1 diatas terlihat bahwa rata-rata yang telah

mendapatkan perawatan tindakan Topikal Aplikasi Fluor 4 sampai 5 kali

tindakan Topikal Aplikasi Fluor dalam kurun waktu 5 tahun sebanyak

siswa 33 orang.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Nilai DMF-T Siswa Siswi Kelas A
D M F DMF- Jumlah (%) Jumlah Pertambahan Karies
Tahun Ajar/ T DMF-T Kenaikan Baru
Kelas L P Nilai D Jumlah Karies Karies
Karies Pada Orang Pada
Yang Sama Orang
Baru
2011-2012/ 1 4 0 0 4 1 3 0% 0 0 0
2012-2013/ 2 12 0 0 12 4 8 42,10% 8 4 2
2013-2014/ 3 13 0 2 15 6 9 15,78% 3 3 0
2014-2015/ 4 20 0 4 24 13 10 47,36% 9 3 2
2015-2016/ 5 7 0 17 24 14 10 0% 0 0 0
Jumlah 38 40 -
Rata-rata 7,6 8 -

Berdasarkan tabel 4.2 diatas terlihat bahwa terjadi peningkatan nilai

DMF-T sejak kelas 1-4. Pada kelas 5 nilai DMF-T tetap karena tindakan

penambalan lebih banyak dilakukan pada tahun ini yaitu sebanyak 17 gigi.

Rata-rata jumlah DMF-T selama kurun waktu 5 tahun pada murid

perempuan lebih tinggi daripada murid laki-laki yaitu 8. Kenaikan nilai

lubang gigi (Decay) tertinggi terjadi dikelas 4 sebesar 47,36% dengan

jumlah 9 karies baru, pada 3 orang yang sama dan 2 orang baru.

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Nilai DMF-T Siswa Siswi Kelas B

D M F DMF- Jumlah (%) Jumlah Pertambahan Karies


Tahun Ajar/ T DMF-T Kenaikan Baru
Kelas Nilai D
L P Jumlah Karies Karies
Karies Pada Orang Pada
Yang Sama Orang
Baru
2011-2012/ 1 2 0 0 2 1 1 0% 0 0 0
2012-2013/ 2 7 0 0 7 4 3 29,41 % 5 4 0
2013-2014/ 3 11 0 3 14 5 9 41,17 % 7 3 2
2014-2015/ 4 13 0 7 20 7 13 29,41 % 5 3 0
2015-2016/ 5 11 0 11 22 7 15 17,64 % 3 1 1
Jumlah 24 41 -
Rata-rata 4,8 8,2 -
Berdasarkan tabel 4.3 diatas terlihat bahwa terjadi peningkatan nilai

DMF-T sejak kelas 1-5. Rata-rata jumlah DMF-T selama kurun waktu 5

tahun pada murid perempuan lebih tinggi daripada murid laki-laki yaitu

8,2. Kenaikan nilai lubang gigi (Decay) tertinggi terjadi dikelas 3 sebesar

41,17% dengan jumlah 7 karies baru, pada 3 orang yang sama dan 2 orang

yang baru.

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Perbandingan Nilai DMF-T Siswa Siswi Kelas A Dan B
Pada Tahun Ajar 2014-2015 Dan 2015-2016
Nilai DMF-T

TahunAjar/Kelas Kelas A Kelas B


D M F DMF- Kenaikan D M F DMF- Kenaikan
T Nilai D T Nilai D
2014-2015/ 4 20 0 4 24 9 13 0 7 20 5
2015-2016/ 5 7 0 17 24 0 11 0 11 22 3

Berdasarkan tabel 4.4 diatas terlihat nilai DMF-T pada kelas A tahun

Ajar 2014-2015 sampai 2015-2016 yang jumlahnya tetap yaitu 24 dan

pada tahun ajar 2015-2016 atau dikelas 5 tidak ada kenaikan nilai lubang

gigi (Decay). Sedangkan nilai DMF-T pada kelas B tahun Ajar 2014-2015

sampai 2015-2016 mengalami kenaikan 2 gigi dari 20 menjadi 22 dan

pada tahun ajar 2015-2016 atau dikelas 5 terdapat kenaikan nilai lubang

gigi (Decay) sebanyak 3 gigi.


Tabel 4.5
Tingkat Keparahan Karies Gigi Menurut WHO Siswa Siswi
Kelas A dan B
TahunAjar Kelas A Kelas B
/Kelas Nilai DMF-T Kriteria Kenaikan Nilai DMF-T Kriteria Kenaikan
nilai nilai
DMFT% DMFT%
2011-2012/ 1 4/19= 0,21 Sangat 0% 2/17=0,11 Sangat 0%
rendah rendah
2012-2013/ 2 12/19=0,63 Sangat 42,10% 7/17=0,41 Sangat 29,41%
rendah rendah
2013-2014/ 3 15/19=0,78 Sangat 15,78% 14/17=0,82 Sangat 41,17%
rendah rendah
2014-2015/ 4 24/19=1,26 Rendah 47,36% 20/17=1,17 Rendah 35,29%
2015-2016/ 5 24/19=1,26 Rendah 0% 22/17=1,29 Rendah 11,76%

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui tingkat keparahan karies

gigi menurut WHO sejak kelas 1 hingga kelas 5 yang setiap tahunnya

mengalami peningkatan kecuali nilai DMF-T dikelas 5A. Pada kelas A

tingkat keparahan karies gigi menurut WHO yang tertinggi terjadi di kelas

4 dengan persentase tertinggi 47,36% dan kriteria sangat rendah menjadi

rendah dan pada kelas B tingkat keparahan karies gigi yang tertinggi

terjadi di kelas 3 dengan presentase tertinggi 41,17% dengan kriteria tetap

yaitu sangat rendah.

B. Pembahasan

Topikal aplikasi fluor merupakan Pemberian fluor yang langsung

diberikan pada permukaan gigi. Pemberian ini untuk mencegah perlekatan

bakteri pada permukaan gigi sehingga proses kerusakan gigi berikutnya

dapat dihindari (Djamil, 2011).

Pada tabel 4.1 terlihat bahwa rata-rata siswa dan siswi yang telah

mendapatkan perawatan tindakan Topikal Aplikasi Fluor 4 sampai 5 kali


dalam kurun waktu 5 tahun sebanyak siswa 33 orang. Untuk pencegahan

karies dengan Topikal Aplikasi Fluor ini efektifnya 2 kali dalam setahun,

jadi untuk siswa dan siswi ini efektifnya mendapatkan 10 kali perawatan

Topikal Aplikasi Fluor dalam lima tahun.

Larutan yang dipakai di UKGS ini merupakan larutan yang terdiri dari

1,23% larutan fluor, yang mempunyai keuntungan penurunan daya lindung

selama periode pasca terapi fluor lebih kecil dibandingkan yang

menggunakan sedian fluor lain dan periode proteksinya lebih lama. Oleh

kerana itu sediaan topical APF merupakan sediaan yang disukai selama

decade terakhir ini. Sediaanya terdapat dalam bentuk larutan dan gel,

kedua-duanya mempunyai efektifitas yang sama (Kidd dan Bechal, 2012).

Menurut penelitian Tedjosasongko pada tahun 2008, Fluoride telah

digunakan sebagai bahan yang sangat efektif dalam mencegah karies gigi.

Selama sepuluh tahun terakhir telah banyak dilakukan penelitian klinis

terhadap efek pencegahan karies gigi dari aplikasi fluoride.

Fluor bekerja dengan 3 cara untuk mencegah terjadinya karies.

Pertama perubahan dari hidroksil apatit menjadi fluor apatit yang lebih

resisten terhadap demineralisasi oleh asam dari hasil metabolisme bakteri,

kedua fluoride dapat memperlambat perkembangan lesi karies dan ketiga,

fluoride meningkatkan ketahanan email terhadap asam dan meningkatkan

proses remineralisasi (Tarigan, 2014).

Pemberian topikal aplikasi fluor sendiri harus dilakukan sesuai dengan

SOP agar hasilnya dapat optimal. Tujuan dari tindakan topikal aplikasi
fluor di UKGS ini merupakan salah satu tindakan untuk mencegah

terjadinya karies.

Namun berdasarkan tabel 4.2 dan tabel 4.3 hasil penelitian

menunjukan peningkatan nilai DMF-T hampir terjadi setiap tahunnya,

sejak tahun ajar 2011-2012 sampai 2015-2016 kecuali pada tahun ajar

2015-2016 dikelas A. Pada kelas A kenaikan nilai lubang gigi (Decay)

tertinggi terjadi dikelas 4 sebesar 47,36% dengan jumlah 9 karies baru,

pada 3 orang yang sama dan 2 orang baru. Sedangkan pada kelas B

Kenaikan nilai lubang gigi (Decay) tertinggi terjadi dikelas 3 sebesar

41,17% dengan jumlah 7 karies baru, pada 3 orang yang sama dan 2 orang

baru. Dan rata-rata jumlah DMF-T selama kurun waktu 5 tahun pada

murid perempuan lebih tinggi daripada murid laki-laki yaitu 8 pada kelas

A dan 8,2 pada kelas B.

Pada tabel 4.4 dan 4.5 apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya

nilai DMF-T pada kelas A tahun ajar 2015-2016 dalam keadaan sangat

baik karena jumlah DMF-T tetap yaitu 24 dan nilai lubang gigi (Decay)

tidak mengalami kenaikan berbeda dengan kelas B yang nilai DMF-T

mengalami kenaikan sebanyak 2 gigi dari 20 menjadi 22 dan nilai lubang

gigi (Decay) yang mengalami kenaikan sebanyak 3 gigi. Sedangkan

tingkat keparahan karies gigi akhir menurut WHO pada kelas A dan kelas

B mempunyai kriteria rendah. (Tabel 4.4, Tabel 4.5)

Lubang gigi (Decay) dapat terjadi karena interaksi dari bakteri di

permukaan gigi, plak atau biofilm dan diet (khususnya dari komponen
karbohidrat) yang dapat difermentasi oleh bakteri plak menjadi asam,

terutama asam laktat dan asetat. Asam tersebut yang akan menurunkan pH

plak dan pada permukaan email sampai Ph kritis 5,2-5,5 dalam waktu 1-3

menit (Putri dkk, 2013). Penurunan pH yang berulang dalam waktu

tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang rentan

dan proses karies pun dimulai (Kidd dan Bechal, 2012).

Upaya pencegahan karies selain dengan Fluoride harus diperhatikan

agar nilai DMF-T tidak meningkat setiap tahunnya. Upaya pencegahan

tersebut seperti mengontrol pola makan, dengan mengganti makanan yang

mengandung bersukrosa dengan makanan yang mengandung sorbitol,

mannitol dan xylitol. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut juga harus

diperhatikan seperti menyikat gigi dua kali sehari dengan waktu yang

benar yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur dengan teknik

yang cermat. Pencegahan karies dengan sealent juga merupakan upaya

efektif bagi karies karena sealent secara mekanis menutup lubang dan

retakan dan sealent membuat lubang dan retakan lebih mudah dibersihkan.

Menurut hasil Hasil penelitian Alhamda pada tahun 2011 semakin

baik kebersihan gigi dan mulut murid maka akan semakin baik juga status

karies giginya. Hal tersebut sesuai dengan penelitian ini yakni status

kebersihan gigi dan mulut pada murid yang termasuk kategori sedang

mempunyai prevalensi karies gigi tinggi sebesar 55,58% dengan rata-rata

DMF-T 1,35. Rata-rata DMF-T murid perempuan lebih tinggi dari pada

murid laki-laki.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemberian topikal

aplikasi fluor yang dilakukan di SDN Harapan pada tahun ajar 2015-2016

kurang berhasil karena nilai DMF-T dan nilai lubang gigi (Decay) pada

kelas 5B masih mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Kriteria

Akhir Tingkat Keparahan Karies Gigi Menurut WHO yang didapat pada

kelas 5A dan 5B adalah Rendah. Rata-rata jumlah DMF-T selama kurun

waktu 5 tahun pada murid perempuan lebih tinggi daripada murid laki-laki

yaitu 8 pada kelas A dan 8,2 pada kelas B

Seperti pembahasan diatas bahwa nilai lubang gigi (Decay) yang

mengalami peningkatan baik kelas 5A dan 5B belum diketahui apakah

lubang gigi (Decay) ini baru terjadi di kelas 5 atau terjadinya karies

sekunder. Penyebab kenaikan indeks karies ini adalah tidak rutinnya

pemberian tindakan Topikal Aplikasi fluor selama kurun waktu 5 tahun.

Selain itu adanya faktor perilaku yang mengabaikan kebersihan gigi dan

mulut, tidak efektifnya melakukan pembersihan plak secara mekanis dari

permukaan gigi, kurang mengatur pola makan seperti mengurangi

makanan yang manis dan lengket yang dapat mempercepat terjadinya

karies, memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan berserat dan berair

yang mempunyai sifat membersihkan permukaan gigi dan merangsang

sekresi saliva. Karies terjadi oleh serangkaian proses yang terjadi selama

beberapa kurun waktu. Ada faktor-faktor yang saling berkaitan yaitu

mikroorgnisme plak, diet sukrosa, gigi (host), waktu dan adanya saliva.
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

G. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Nilai DMF-T akhir pada tahun ajar 2015-2016 yang didapat pada kelas

5A adalah 24 tidak ada kenaikan nilai DMF-T dan nilai lubang gigi

(Decay) pada tahun ajar ini. Pada kelas 5B nilai DMF-T akhir yang

didapatkan adalah 22 dengan peresentase kenaikan nilai DMF-T

17,64% dan terdapat 3 karies baru pada 2 orang yang sama.

2. Frekuensi tindakan topikal aplikasi fluor yang telah dilakukan pada

kelas 5A dan 5B dalam kurun waktu lima tahun rata-rata mendapatkan

4 sampai 5 kali perawatan topikal aplikasi fluor.

3. Hasil penelitian mengenai tindakan topikal aplikasi fluor terhadap

indeks karies pada kelas 5A dan 5B kurang berhasil karena hampir

mengalami kenaikan setiap tahunnya, sejak tahun ajar 2011-2012

sampai 2015-2016 kecuali pada tahun ajar 2015-2016 dikelas A.

a. Kenaikan nilai DMF-T tertinggi pada kelas A terjadi di kelas 4

dengan persentase tertinggi 47,36% dan kriteria sangat rendah

menjadi rendah dan pada kelas B kenaikan nilai DMF-T

tertinggi terjadi di kelas 3 dengan presentase tertinggi 41,17%

dengan kriteria tetap yaitu sangat rendah.


b. Kenaikan nilai lubang gigi (Decay) tertinggi pada kelas A

terjadi dikelas 4 sebesar 47,36% dengan jumlah 9 karies baru, 6

gigi pada 3 orang yang sama dan 3 gigi pada 2 orang yang

baru.

c. Kenaikan nilai lubang gigi (Decay) tertinggi pada kelas B

terjadi dikelas 3 sebesar 41,17% dengan jumlah 7 karies baru, 3

gigi pada 2 orang yang sama dan 4 gigi pada 3 orang yang

baru.

H. Saran

1. Perawatan tindakan Topikal Aplikasi Fluor dengan sediaan APF yang

mempunyai kadar fluor tinggi untuk pemakaian teratur pada siswa dan

siswi di UKGS sebaiknya dilakukan minimal 2 kali kunjungan dalam

setahun atau 6 bulan sekali sesuai dengan aturan pabrik, terutama

diberikan pada anak yang mengalami rampan karies.

2. Tindakan Topikal Aplikasi Fluor di UKGS sebaiknya dilakukan sesuai

dengan SOP agar hasil yang didapatkannya dapat optimal dan proses

terjadinya karies dapat terhenti.

3. Siswa dan siswi di UKGS harus tetap melakukan kebiasaan yang baik

dalam memeliharan kebersihan gigi dan mulutnya seperti menyikat

gigi dengan waktu dan teknik yang tepat, mengatur pola makan dengan

mengurangi makanan yang mengandung sukrosa dan memperbanyak

makanan yang mengandung sorbitol, mannitol dan xylitol untuk

menunjang keberhasilan program TAF.


DAFTAR PUSTAKA

Agtini, Magdarina D., Sintawati., Indirawati T. 2005. “Fluor dan Kesehatan Gigi”,
Media Litbang Kesehatan, Vol. XV, No. 2 : 25-30.
Alhamda, Syukra. 2011. “Status Kebersihan Gigi dan Mulut dengan Status Karies
Gigi”, Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 27 No. 2 : 108-115.
Angela, Ami. 2005. “Pencegahan Primer Pada Anak Yang Berisiko Karies
Tinggi”, Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38, No. 3 : 130–134.
Djamil, Melanie S. 2011. A-Z Kesehatan Gigi Panduan Lengkap Kesehatan Gigi
Keluarga. Cetakan 1. Solo : Metagraf : 91-93
Kemenkes RI. 2012. Rencana Program pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI : 23-26.
Kidd, Edwina A.M., dan Sally Joyston B. 2012. Dasar-Dasar Karies Penyakit
dan Penanggulangan. Jakarta: EGC.
Laela, Dewi S. 2007. Petunjuk Praktikum Pelayanan Asuhan Di Klinik Dan
UKGS SD Binaan Jurusan Kesehatan Gigi Poltekes Bandung. Bandung :
Jurusan Keperawatan Gigi : 5-7.
Mumpuni, Yekti., dan Erlita Pratiwi. 2013. 45 Masalah dan Solusi penyakit gigi
dan mulut. Edisi 1. Yogyakarta.: Rapha Publishing : 9-10.
Putri, Megananda H., Eliza H., Neneng N. 2013. Ilmu Pencegahan Penyakit
Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta: EGC.
Rahmawati, Ida., Julita H., Agus P. 2011. “Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut
pada Anak Sekolah Dasar”, Berita Kedokteran Masyarakat, Vol.27,
No.4 : 180-186.
Rahmadhan, Ardyan G. 2010. Serba Serbi Kesehatan Gigi Dan Mulut. Cetakan 1.
Jakarta : Bukune : 56-61.
Sardjono, B. et al. 2012. Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS).
Jakarta : Kementrian Kesehatan RI : 1-7.
Syafira, Grace., Rina P., Nina W. 2012. “Theobromine Effects on Enamel Surface
Microhardness: In Vitro”, Journal of Dentistry Indonesia, Vol. 19 No. 2
: 32-36
Tarigan, Rasinta. 2014. Karies Gigi. Jakarta : EGC
Tedjosasongko, Udijanto., Seno P., Prawati N. 2008. “Perubahan Oral Flora Dan
Sensitifitas Karies Gigi Anak Setelah Pengulasan Fluoride Secara
Topical”. J.Penelit.Med.Eksakta,Vol.7 No. 1 : 9-15.
LAMPIRAN
DATA HASIL EVALUASI KESEHATAN GIGI DAN MULUT
SISWA KELAS 5A SDN HARAPAN 1 TAHUN 2015

KELAS 1

NO NAMA SISWA L/P


D M F DMF-T

1 Afriza Mu'ammar Laksana L 0 0 0 0


2 Dede Rendy Maulana L 0 0 0 0
3 Deeztra Tiralista P 0 0 0 0
4 Devan Elka Raihansyah L 0 0 0 0
5 Devika Yaqutah Zahran P 0 0 0 0
6 Dika Nugraha L 0 0 0 0
7 Helen Nurjanah P 0 0 0 0
8 Herman Setiawan L 1 0 0 1
9 Intan Rahmasari P 0 0 0 0
10 Khansa Nafilah N. A. P 0 0 0 0
11 Khoerunnisa Putri Nabila P 1 0 0 1
12 Meri Andini P 0 0 0 0
13 Khairi Abdul Hafidz L 0 0 0 0
14 Raden Ridki Saepulloh L 0 0 0 0
15 Rafira Khayla Dwi Putri P 0 0 0 0
16 Rayhan Ferdiansyah P L 0 0 0 0
17 Riska Fadillah Robiatul A P 2 0 0 2
18 Rizki Apriani P 0 0 0 0
19 Riska Safitri P 0 0 0 0
JUMLAH 4 0 0 4
DATA HASIL EVALUASI KESEHATAN GIGI DAN MULUT
SISWA KELAS 5A SDN HARAPAN 1 TAHUN 2015

KELAS 2 KELAS 3
NO
D M F DMF-T D M F DMF-T

1 0 0 0 0 1 0 0 1
2 1 0 0 1 0 0 1 1
3 0 0 0 0 1 0 0 1
4 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 1 0 0 1
7 0 0 0 0 0 0 0 0
8 2 0 0 2 2 0 0 2
9 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0 0 0 0 0 0 0 0
11 4 0 0 4 4 0 0 4
12 1 0 0 1 1 0 0 1
13 0 0 0 0 0 0 0 0
14 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0 0 0
16 1 0 0 1 0 0 1 1
17 2 0 0 2 2 0 0 2
18 1 0 0 1 1 0 0 1
19 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 12 0 0 12 13 0 2 15
DATA HASIL EVALUASI KESEHATAN GIGI DAN MULUT
SISWA KELAS 5A SDN HARAPAN 1 TAHUN 2015

KELAS 4 KELAS 5
NO
DMF-
D M F DMF-T D M F
T

1 0 0 1 1 0 0 1 1
2 0 0 1 0 0 1 1
3 0 0 1 1 0 0 1 1
4 2 0 0 2 2 0 0 2
5 0 0 0 0 0 0 0 0
6 2 0 0 2 0 0 2 2
7 0 0 0 0 0 0 0 0
8 4 0 0 4 2 0 2 4
9 0 0 0 0 0 0 0 0
10 1 0 0 1 1 0 0 1
11 4 0 0 4 0 0 4 4
12 1 0 0 1 1 0 0 1
13 0 0 0 0 0 0 0 0
14 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0 0 0
16 3 0 1 4 0 0 4 4
17 2 0 0 2 1 0 1 2
18 1 0 0 1 0 0 1 1
19 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 20 0 4 24 7 0 17 24
DATA HASIL EVALUASI KESEHATAN GIGI DAN MULUT
SISWA KELAS 5B SDN HARAPAN 1 TAHUN 2015

KELAS 1

NO NAMA SISWA L/P


D M F DMF-T

1 Aatrisa Devi A L 0 0 0 0
2 Aulia Yopie Yunanda L 0 0 0 0
3 Dinda Puspa L 0 0 0 0
4 Dzaki Aghna Putrawan P 0 0 0 0
5 Fadhil Muharram L 1 0 0 1
6 Fathin Fauziyah Haura L 0 0 0 0
7 Gina Ulumuddin P 0 0 0 0
8 Juyusi Maulid M P 0 0 0 0
9 Kyla Latifah Zahra P 0 0 0 0
10 Nadia Rika Rahmawati P 1 0 0 1
11 Noval Akbar Pratama L 0 0 0 0
12 Puteri Nurhidayanti P 0 0 0 0
13 Riska Nurhusni L 0 0 0 0
14 Santi Nurhannah P 0 0 0 0
15 Ari Triadi Nurohman P 0 0 0 0
16 Sandhi Muhammad Y L 0 0 0 0
17 Febyanti Azkiani P 0 0 0 0
2 0 0 2
JUMLAH
DATA HASIL EVALUASI KESEHATAN GIGI DAN MULUT
SISWA KELAS 5B SDN HARAPAN 1 TAHUN 2015

KELAS 2 KELAS 3
NO
D M F DMF-T D M F DMF-T

1 0 0 0 0 0 0 0 0
2 2 0 0 2 3 0 0 3
3 1 0 0 1 1 0 0 1
4 0 0 0 0 1 0 0 1
5 1 0 0 1 0 0 1 1
6 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0 0
8 0 0 0 0 1 0 0 1
9 1 0 0 1 0 0 1 1
10 1 0 0 1 3 0 0 3
11 0 0 0 0 0 0 0 0
12 0 0 0 0 2 0 0 2
13 0 0 0 0 0 0 0 0
14 0 0 0 0 0 0 0 0
15 1 0 0 1 0 0 1 1
16 0 0 0 0 0 0 0 0
17 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 7 0 0 7 11 0 3 14
DATA HASIL EVALUASI KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA
KELAS 5B SDN HARAPAN 1 TAHUN 2015

KELAS 4 KELAS 5

NO D M F DMF-T DMF-
D M F
T
1 0 0 0 0 0 0 0 0
2 3 0 0 3 2 0 1 3
3 1 0 1 2 0 0 2 2
4 0 0 1 1 2 0 0 2
5 0 0 1 1 0 0 1 1
6 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0 0
8 0 0 1 1 0 0 1 1
9 1 0 1 2 0 0 2 2
10 4 0 0 4 4 0 0 4
11 1 0 0 1 1 0 0 1
12 1 0 1 2 2 0 1 3
13 0 0 0 0 0 0 0 0
14 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 1 1 0 0 1 1
16 0 0 0 0 0 0 0 0
17 2 0 0 2 0 0 2 2
JUMLAH 13 0 7 20 11 0 11 22

You might also like