PR Ujian Bedah

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 4

TUGAS UJIAN AKHIR STASE BEDAH

Nama : Yonathan Adhitya Irawan


NIM : 42160079
Dosen Penguji : dr.Jaka Marjono Sp.B

I. Jenis-jenis incisi pada abdomen

Garis Insisi Abdomen

Insisi Midline
Insisi midline mengisyaratkan insisi vertikal melalui kulit, lemak subkutan, linea alba
dan peritoneum. Sebagian besar serat melintasi linea alba pada arah medio caudal dan medio
proksimal dipotong melintang. Sayatan ini mudah untuk dilakukan dan mengakibatkan
kehilangan darah yang minimal karena sifat linea alba yang avaskular. Sayatan dapat dibuat
secara cepat. Terlebih lagi, perut terpapar sangat baik. Jika diperlukan, ekstensi dapat dengan
mudah dibuat superior atau inferior, menyediakan akses ke seluruh rongga perut termasuk
retroperineum. Keunggulan ini membuat insisi midline sesuai untuk bedah eksplorasi dan
emergensi.
Insisi Paramedian
Alternatif dari insisi midline. Dengan teknik ini, linea alba yang relatif avaskular
dihindari, sehingga dapat mencegah gangguan penyembuhan luka. Ada 2 variasi yang
digunakan : insisi paramedian “medial” konvensional, dimana selubung dan otot rektus di
insisi didekat linea alba dan teknik paramedian lateral. Pada insisi paramedian lateral, insisi
dilakukan pada batas lateral selubung rektus. Muskulus rektus dibebaskan dari selubung
anterior dan ditarik kearah lateral. Retraksi lateral mencegah diseksi atap dalam epigastrium.
Akhirnya, selubung rektus posterior (diatas linea arkuata) dan peritoneum dibuka dalam
bidang yang sama dengan selubung rektus. Teknik ini lebih rumit dibandingkan insisi secara
midline sehingga membutuhkan waktu lebih lama dan banyak perdarahan. Pajanan abdomen
lebih baik dibagian sisi insisi dibandingkan sisi kontralateral. Kemungkinan memperpanjang
insisi ke superior dibatasi oleh kostae.

Insisi Transversal
Insisi transversal supraumbilikal memerikan pajanan terbaik terhadap abdomen
bagian atas. Namun, bila area operasi perlu diperluas, pemanjangan insisi lebih sulit dibanding
insisi midline dan ekstensi kadang tidak memberi hasil yang diharapkan. Ketika insisi
transversal dibuat secara penuh, serabut otot oblikus terpisah dan terpotong sebagian,
sedangkan otot transversal terpisah kearah serabutnya. Serat otot rektus terpotong tegak
lurus ke arah masing-masing. Atap dalam epigastrik terbagi, namun karena suplai berasal dari
bagian bawah dan atas, hal ini bukanlah masalah. Kerusakan arteri segmental dan saraf hanya
sedikit. Insisi ini menyebabkan perdarahan lebih banyak daripada insisi midline. Insisi
transversal yang kecil dapat dilakukan secara unilateral, membutuhkan waktu lebih sedikit
dan tidak merusak atap dalam epigastrium.
Insisi transversal infraumbilikal di perut bawah dikenal sebagai insisi Pfannenstiel,
sering digunakan pada prosedur ginekologi dan obstetri. Kulit diinsisi secara transversal,
sering dengan cembung kebawah untuk menghindari diseksi pembuluh darah dan saraf. Otot
dinding abdomen sering dipotong searah dengan insisi kulit, meski beberapa dokter bedah
membuka rongga perut secara vertikal, dengan kata lain mengkombinasikan teknik insisi
transversal dan vertikal.
Insisi Oblikus
Insisi Kocher atau subkostal adalah insisi oblik yang mengikuti batas kostae dan
mengarah ke medio-proksimal. Insisi ini memberikan pajanan baik untuk pembedahan bilier
dan bariatrik, serta dapat diperpanjang secara bilateral bila perlu. Banyak pembuluh darah
segmental dan saraf yang terpotong bersama serabut otot oblikus eksternal, transversal dan
rektus abdominis.
Arah dari insisi McBurney atau Gridiron adalah medio-caudal, insisi ini mengikuti arah
serabut otot oblikus eksterna, pembuluh segmental dan saraf sehingga kerusakan minimal.
Insisi ini juga membagi 3 lapis otot abdomen sejajar dengan arah seratnya. Waktu untuk
melakukan insisi dan hilangnya darah sebanding dengan insisi transversal.

II. Komplikasi Peritonitis

Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat
fibrinosa. Abses terbentuk di antara perlekatan fibrinosa, yang menempel menjadi satu
dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi. Perlekatan biasanya menghilang
bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap dan dapat mengakibatkan obstuksi usus.
Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan membran mengalami
kebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan agresif, maka dapat
menimbulkan kematian sel. Pelepasan berbagai mediator, seperti misalnya interleukin,
dapat memulai respon inflamasi, sehingga membawa ke perkembangan selanjutnya dari
kegagalan banyak organ. Karena tubuh mencoba untuk mengkompensasi dengan cara
retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal, produk buangan juga ikut menumpuk. Takikardi
awalnya meningkatkan curah jantung, tapi ini segera gagal begitu terjadi hipovolemia.
Organ-organ didalam cavum peritoneum termasuk dinding abdomen mengalami
oedem. Oedem disebabkan oleh permeabilitas pembuluh darah kapiler organ-organ tersebut
meningkat. Pengumpulan cairan didalam rongga peritoneum dan lumen-lumen usus serta
oedem seluruh organ intra peritoneal dan oedem dinding abdomen termasuk jaringan
retroperitoneal menyebabkan hipovolemia. Hipovolemia bertambah dengan adanya
kenaikan suhu, intake yang tidak ada, serta muntah. Terjebaknya cairan di cavum peritoneum
dan lumen usus, lebih lanjut meningkatkan tekanan intra abdomen, membuat
usaha pernapasan menjadi sulit dan menimbulkan penurunan perfusi.
Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum atau bila
infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis generalisata. Dengan perkembangan peritonitis
generalisata, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus
kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang kedalam lumen usus,
mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan oliguria. Perlekatan dapat terbentuk
antara lengkung-lengkung usus yang meregang dan dapat mengganggu pulihnya pergerakan
usus dan mengakibatkan obstruksi usus.

You might also like