Professional Documents
Culture Documents
Kualitas Fermentasi Silase
Kualitas Fermentasi Silase
14 (1)
ISSN 1907-1760
ABSTRACT
The study was conducted to evaluate fermentation quality of complete feed silage based on corn,
palm and cassava by products. Each complete feed was ensiled separately in 50 litres silo and were
opened 6 weeks after ensiling. The silage products were evaluated in terms of physical (colour, smell,
and presence of moulds), chemical (pH, N-amonia content, WSC loss and dry matter loss) and microbial
properties (number of lactic acid bacteria). The data was analyzed by using Completely Randomized
Design with three treatments and six replications, followed by LSD test. The result showed that all
complete feed silage treatments were having good quality. Fermentation quality of silage was affected
with kind of complete feed silage (P<0.05). In general, all of treatments had good fermentation quality
of silage, because it have lower pH, ammonia content, WSC loss and dry matter also. It is concluded
that quality fermentation of complete feed silage based on corn, palm and cassava by products had good
quality and can be recomended as ruminant feeding.
di atas, maka dilakukan penelitian untuk kelapa sawit, daun dan kulit ubi kayu) pada
mengkaji kualitas fermentasi dan nutrisi masing-masing perlakuan terlebih dahulu
silase ransum komplit berbasis hasil dipotong 3−5 cm dengan menggunakan
samping jagung, sawit dan ubi kayu. chopper. Kemudian dilayukan selama 12
jam (satu malam) pada ruang terbuka.
METODE Masing-masing hijauan tersebut selanjutnya
dicampur dan diaduk sampai merata dengan
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan sumber konsentrat (dedak padi, bungkil
Januari sampai Juni 2008 di Laboratorium kelapa, jagung, onggok, bungkil inti sawit,
Ilmu dan Teknologi Pakan, Laboratorium molases, urea dan premiks) sesuai dengan
Ilmu Nutrisi Ternak Perah Fakultas perlakuannya. Komposisi kimia ransum
Peternakan IPB. Bahan utama penelitian ini komplit masing-masing perlakuan disajikan
adalah hasil samping sawit (daun, lumpur, pada Tabel 1. Hasil campuran ransum
serat buah dan bungkil inti sawit), jagung tersebut dimasukkan ke dalam silo (tong
(jerami, kulit, tongkol dan jagung giling) plastik volume 50 liter), dipadatkan, ditutup
dan ubi kayu (daun, kulit dan onggok). rapat dan diinkubasi dalam kondisi anaerob
Bahan tambahan lain terdiri dari rumput selama enam minggu. Sampel silase dari
gajah, bungkil kelapa, dedak padi, molases, masing-masing perlakuan diambil untuk
urea dan premiks. Alat yang digunakan analisa kualitas fermentasi dan nutrisi di
dalam penelitian adalah chopper, timbangan, laboratorium.
silo, kandang metabolik dan peralatan Peubah yang diamati dalam penelitian
laboratorium lainnya. Ransum perlakuan ini adalah kualitas fermentasi ditentukan
disusun berdasarkan kebutuhan ternak berupa karakteristik fisik, kimia dan
domba masa pertumbuhan yaitu dengan mikrobial. Karakteristik fisik (melalui
kandungan protein kasar 12,81% dan TDN pengamatan) meliputi warna, bau dan
67% (NRC 1985). keberadaan jamur dengan cara memisahkan
Silase ransum komplit berbasis hasil dan menimbang produk silase yang
samping jagung (SRKJ), silase ransum terkontaminasi jamur pada permukaan silo.
komplit berbasis sawit (SRKS), dan silase Karakteristik kimia; pengukuran pH
ransum komplit berbasis ubi kayu (SRKU) menggunakan pH meter, bahan kering
dibuat sesuai formulasi dan terdiri atas melalui analisa proksimat (AOAC 1999), N-
enam ulangan pada setiap perlakuan. NH3 metode difusi Conway (1957), total
Sumber hijauan (rumput gajah, jerami gula dari Water Soluble Carbohydrate
jagung, kulit jagung, tongkol jagung, daun (WSC) berdasarkan Dubois et al. (1956).
Komposisi kimia ransum Basis Jagung Basis Sawit Basis Ubi Kayu
komplit (%BK) (SRKJ) (SRKS) (SRKU)
Protein kasar 12,81 12,81 12,82
Lemak kasar 6,38 10,53 6,96
Serat kasar 19,68 26,10 17,78
Abu 7,79 10,88 9,89
BETN 55,74 42,72 59,90
TDN 67,00 67,00 67,24
Kalsium 0,293 0,302 0,327
Pospor 0,549 0,602 0,553
Jumlah Koloni Bakteri Asam Laktat 8,0x104 cfu/g). Proses fermentasi menye-
babkan penurunan jumlah koloni bakteri
Data jumlah koloni bakteri asam laktat asam laktat. Hal ini berhubungan dengan
sebelum ensilase pada perlakuan SRKJ, sifat bakteri asam laktat dan pH yang
SRKS dan SRKU berturut-turut adalah dihasilkan pada ensilase. Menurut Mc
6,7x107, 2,7x106 dan 4,0x106 cfu/g. Hal ini Donald et al. (1991) bakteri asam laktat
menunjukkan bahwa populasi bakteri asam dapat bertahan hidup mulai dari pH 4,0
laktat yang terdapat pada semua perlakuan sampai 6,8. Bahkan Pediococcus damnasus
melebihi batasan minimal (>105 cfu/g) untuk (cerevisae) dapat bertahan pada pH 3,5.
mendukung terjadinya proses fermentasi Sementara Streptococcus umumnya bertahan
yang baik (McDonald et al., 1991; pada pH sekitar 4,5 sampai 5,0. Sedangkan
Buckmaster 1992). Sehingga tidak diper- spesies Lactobacillus akan tumbuh subur
lukan tambahan inokulan bakteri asam laktat pada pH 4,5 sampai 6,4. Tingginya populasi
dari luar. pada perlakuan SRKJ diperkirakan karena
Jumlah koloni bakteri asam laktat pada bakteri asam laktat pada SRKJ berbeda, dan
masing-masing perlakuan berbeda (P<0,05) lebih tahan terhadap pH rendah diban-
setelah 6 minggu ensilase. Perlakuan SRKJ dingkan bakteri asam laktat pada perlakuan
memperlihatkan jumlah koloni bakteri asam SRKS dan SRKU. Sementara itu perlakuan
laktat tertinggi (9,2x105 cfu/g), diikuti SRKS dan SRKU diduga mempunyai jenis
perlakuan SRKS dan SRKU ( 8,5x104 dan bakteri asam laktat yang sama.
Tabel 2. Karakteristik fisik silase ransum komplit berbasis hasil samping jagung, sawit dan ubi
kayu setelah 6 minggu ensilase.
Perlakuan
Peubah
SRKJ SRKS SRKU
campuran hijau, campuran hijau, campuran hijau,
Warna
kuning dan coklat kuning dan coklat kuning dan coklat
Bau khas fermentasi khas fermentasi khas fermentasi
asam laktat asam laktat asam laktat
Keberadaan jamur (%) 7,64 3,83 tidak ada
Keterangan: SRJK (silase ransum komplit berbasis hasil samping jagung), SRKS (silase ransum komplit berbasis
hasil samping sawit), SRKU (silase ransum komplit berbasis hasil samping ubi kayu)
Tabel 3. Karakteristik kimia ransum komplit berbasis hasil samping jagung, sawit dan ubi
kayu setelah 6 minggu ensilase.
Perlakuan
Peubah
SRKJ SRKS SRKU
pH silase 3,80c±0,01 3,90a±0,05 3,85b±0,01
Jumlah koloni bakteri asam
9,2x105a±0,46 8,5x104b±0,07 8,0x104bc±0,13
laktat (cfu/g)
Kehilangan WSC (%BK) 4,17b±0,24 2,92c±0,19 5,68a±0,46
Kadar N-amonia (%TN) 7,99±0,95 7,18±0,42 7,68±0,98
Kehilangan bahan kering (%) 7,20a±0,45 4,60bc±1,07 4,00c±0,61
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05)
SRJK (silase ransum komplit berbasis hasil samping jagung), SRKS (silase ransum komplit berbasis hasil
samping sawit), SRKU (silase ransum komplit berbasis hasil samping ubi kayu)
Kehilangan WSC (Water Soluble berhenti jika kondisi anaerob dalam silo
Carbohydrate) telah tercapai.
Hasil penelitian menunjukkan kadar
Kandungan WSC pada perlakuan N-amonia setelah 6 minggu ensilase tidak
SRKJ, SRKS dan SRKU sebelum ensilase dipengaruhi oleh jenis ransum komplit
adalah 8,71% BK, 6,17% BK dan 13,14% (P>0,05). Perlakuan SRKJ memperlihatkan
BK. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap kadar N-amonia tertinggi (7,99% TN) diikuti
perlakuan mempunyai kandungan WSC oleh perlakuan SRKU (7,68% TN) dan
melebihi kebutuhan minimal (3−5% BK) SRKS (7,18% TN). Namun kadar N-amonia
untuk mendapatkan fermentasi yang baik yang didapatkan pada penelitian ini masih
(McDonald et al., 1991). Data penelitian dalam batasan yang normal pada silase yaitu
menunjukkan adanya variasi pemanfaatan kurang 10% (Saun dan Heinrichs 2008;
WSC selama proses fermentasi pada semua Macaulay 2004; Kung dan Shaver 2001).
perlakuan (P<0,05). Perlakuan SRKU Lebih tingginya kadar amonia perlakuan
memperlihatkan kehilangan WSC tertinggi SRKJ dari pada perlakuan SRKS dan SRKU
yaitu 5,68% BK diikuti perlakuan SRKJ didukung oleh data penurunan kadar protein
(4,17% BK) dan SRKS (2,92% BK) seperti yang lebih tinggi pula (9,98% vs 4,43% dan
terlihat pada Tabel 3. Jones et al. (2004) 5,21%).
menyatakan bahwa proses fermentasi
merupakan aktivitas biologis bakteri asam Kehilangan Bahan Kering
laktat mengkonversi gula-gula sederhana
menjadi asam (terutama asam laktat). Data kehilangan bahan kering
Komponen gula dimanfaatkan mulai dari menunjukkan hasil yang berbeda (P<0,05)
fase awal ensilase sampai tercapainya fase pada masing-masing perlakuan silase
stabil yang ditandai dengan dominannya ransum komplit. Namun perlakuan SRKS
bakteri asam laktat dan tidak terjadi lagi dan SRKU mengalami kehilangan bahan
penurunan pH. Tingginya penurunan kering yang sama. Penurunan kandungan
kandungan WSC pada SRKU diduga karena bahan kering tertinggi terlihat pada
mengandung komponen monosakarida lebih perlakuan SRKJ (7,20%), diikuti oleh
tinggi dibandingkan dengan kedua perlakuan perlakuan SRKS (4,60%) dan SRKU
lainnya. Di samping itu penurunan pH pada (4,00%).
perlakuan SRKU juga lebih tinggi Penurunan bahan kering yang didapat
dibandingkan dengan perlakuan SRKJ dan pada penelitian ini masih dalam batasan
SRKS (2,05 vs 1,66 dan 1,22). Sehingga normal untuk suatu produk fermentasi.
bakteri asam laktat membutuhkan gula lebih McDonald et al. (1991) menyatakan bahwa
banyak untuk memproduksi asam laktat. persentase kehilangan bahan kering pada
silase yang dikelola dengan baik berkisar
Kandungan N-amonia antara 7–20%. Lebih lanjut dijelaskan
Davies (2007) bahwa kehilangan bahan
Kadar amonia ransum komplit
kering tersebut terjadi saat pengisian (5%),
berbasis hasil samping jagung, sawit dan ubi
menjadi cairan silase (3%), selama proses
kayu sebelum ensilase berturut-turut 3,88%
fermentasi (5%), kerusakan karena udara
TN, 1,99% TN dan 0,48% TN. Hal ini
(10%) dan kehilangan di lapangan (4%).
disebabkan terjadinya reaksi proteolisis oleh
Kehilangan ini menandakan bahwa bakteri
enzim tanaman pada saat pelayuan sebelum
asam laktat memanfaatkan sejumlah nutrien
ensilase. McDonald et al. (1991)
untuk memproduksi asam. Karbohidrat yang
menyatakan bahwa proteolisis berlangsung
mudah difermentasi yaitu komponen-
sesaat setelah hijauan dipanen, dipotong dan
komponen gula non struktural seperti;
terus berlangsung sampai beberapa jam
glukosa, fruktosa, galaktosa, mannosa, silosa
setelah dimasukkan ke dalam silo. Reaksi ini