Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.

1 Tahun 2017

PENGETAHUAN DAN PERILAKU SEKSUAL


PRANIKAH REMAJA

Alfiah Rahmawati1) Friska Realita2)


1)
Prodi D3 Kebidanan Fakultas Kedokteran Unissula Semarang
2)
Prodi D3 Kebidanan Fakultas Kedokteran Unissula Semarang
E-mail: alfiahrahmawati@unissula.ac.id, friskarealita@unissula.ac.id

ABSTRACT
The issue of sexuality has always been a hot topic among teenagers
associated with the development of sexual behavior. Adolescents often have an
insatiable curiosity about sexual matters and forced the teen to seek access to
information through magazines, books, and movies that present the pornography and
porno-action that would eventually lead to things undesirable. The purpose of this
study to determine the effect of knowledge on premarital sexual behavior in
adolescents.
This study is a kind of descriptive analytical study using cross sectional
approach. Collecting data using questionnaires, the respondents were 70 people with
a probability sampling technique. The data obtained were processed statistically
using the chi square.
Based on the analysis obtained from 70 respondents in this study showed that
(x ) = 3,702 while the calculation table (x2) with a significant level of 0.05 should be
2

obtained (x2) = 5,9915 and the value of sig p = 0.157, which means p> 0.05. Ha then
rejected and that means there is no correlation between knowledge of the behavior.
There is no the relationship of knowledge between premarital sexual behavior
in adolescents (pvalue> 0.05)
Keyword: premarital sex behavior, young high school

PENDAHULUAN remaja melakukan seks bebas di luar

Negara Indonesia merupakan salah nikah. Pada tahun 1990, naik menjadi

satu Negara yang masih mentabukan 18-20%, tahun 2000 naik lagi menjadi

pendidikan seks dan memiliki angka 20-25%, dan tahun 2010 nyaris 50%

aborsi yang tinggi. Sekitar 2,3 juta (Alya, 2010).

hingga 2,6 juta jiwa per tahunnya dan Menurut data PKBI (Perkumpulan

30% dilakukan oleh remaja. Keluarga Berencana Indonesia) Jawa

Berdasarkan data yang dikumpulkan Tengah tahun 2010 remaja yang

pada tahun 1970-1980 sekitar 5% berhubungan seksual sebelum menikah

45
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017

sebanyak 863 orang, hamil sebelum bersifat revolusioner melihat

menikah 452 orang, Infeksi menular perkembangan perilaku seksual remaja

seksual 283 orang, masturbasi 337 saat ini mulai dari tradisional ke nilai

orang, aborsi 244 orang. Kasus ini yang oleh sebagian masyarakat disebut

meningkat dari tahun 2009 dimana “modern”. Hubungan antar bangsa

kasus remaja yang berhubungan yang menjadi lebih mudah,

seksual sebelum menikah 765 orang, menyebabkan terbawanya budaya dan

hamil sebelum menikah 367 orang, kebiasaan-kebiasaan mereka (asing) ke

infeksi menular seksual 275 orang, dalam masyarakat kita. Demikian juga

masturbasi 322 orang, aborsi 166 orang pengaruh dari komunikasi dan

(PILAR PKBI, 2010). Perilaku seksual informasi yang begitu cepat dan tanpa

remaja juga tergambar dari survei yang hambatan semakin mempercepat

dilakukan oleh Youth Center Pilar perubahan ini (Soetjiningsih, 2004).

PKBI Jawa Tengah tahun 2010 dengan Remaja memiliki keingintahuan

99 responden siswa SMA di Semarang. yang tidak pernah terpuaskan mengenai

Didapatkan data berpegangan tangan seksualitas (Santrock, 2003). Dan

82,8%, berpelukan 68,7%, mencium pengetahuan seks yang hanya setengah

pipi 64,6%, berciuman bibir 62,6%, - setengah memaksa remaja mencari

saling meraba badan dan kelamin akses dan melakukan eksplorasi

32,3%, melakukan petting 20,2%, sendiri, majalah, buku, dan film

melakukan oral seks 8,1%, melakukan pornografi serta pornoaksi yang

hubungan seks vagina 14,1%. memaparkan kenikmatan hubungan

Masalah seksualitas selalu menjadi seks tanpa mengajarkan tanggung

topik menarik dikalangan remaja.Hal jawab resiko yang harus dihadapi,

ini terkait dari adanya perubahan yang menjadi acuan remaja melakukan

46
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017

hubungan seks usia dini, yang akhirnya seks tanpa perlindungan. Resiko dari

akan mengakibatkan hal-hal yang perilaku tersebut sangat luas, tidak

tidak diinginkan seperti kehamilan hanya mengancam mereka secara fisik

diluar nikah, aborsi, berbagai penyakit tetapi juga psikologis dan sosial.

kelamin, atau kelainan seksual ( Ajeng, Resiko fisik seperti penularan berbagai

2003). PMS (Penyakit Menular Seksual)

Menurut Sarwono (2006), terdapat sampai HIV/ AIDS (Human

beberapa alasan lain yang Immunodeficiency Virus/Acqiured

menyebabkan remaja pada akhirnya Immuno Deficiency Syndrom),

melakukan seks pranikah. Diantaranya kehamilan pada usia dini, melahirkan

adalah sebagai bukti cinta dan sangat usia dini, aborsi tak aman; resiko

mencintai pacar, dijanjikan akan psikologis dan sosial,

menikah, rasa ingin tahu yang sangat trauma,kehilangan berbagai hak, dan

tinggi tentang seksualitas, ingin sebagainya. Resiko dari perilaku

mencoba, takut mengecewakan pacar, remaja ini tidak hanya berakibat jangka

takut diputuskan pacar, serta kurangnya pendek tetapi bisa berakibat jangka

pengetahuan tentang seksualitas yang panjang, bahkan mempengaruhi

didapat dari keluarga dan sekolah. kelanjutan hidup remaja itu seterusnya

Remaja tanpa pengetahuan yang (Hindayana, dkk, 2004).

memadai mengenai risiko-risiko Bentuk-bentuk berperilaku seksual

seksual pra nikah mudah terjebak umumnya bertahap di mulai dari

dalam penggunaan narkoba atau tingkat yang kurang intim sampai

melakukan hubungan seks yang berhubungan seksual, tahap-tahap

beresiko seperti hubungan seks dengan perilaku seksual dapat dirinci sebagai

pasangan berganti-ganti, atau hubungan berikut: berfantasi, masturbasi, meraba

47
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017

atau di raba daerah erogen (payudara, perubahan perilaku seksual remaja

alat kelamin), mencium atau bersentuh secara keseluruhan.

pipi dan pipi, pipi dengan bibir, bibir SMA (Sekolah Menengah Atas)

dengan bibir, mencium leher, saling Nasional merupakan salah satu sekolah

menempelkan alat kelamin dalam dimana kurikulum pendidikan seks

keadaan berpakain, saling tidak berdiri sendiri, tetapi diberikan

menempelkan alat kelamin dalam melalui pelajaran biologi, beberapa

keadaan tanpa pakaian, hubungan materi yang diberikan yaitu reproduksi

seksual (Soetjiningsih, 2004). sehat, proses kehamilan dan organ-

Menurut Mirza (2008), dorongan organ reproduksi dimana materi

seksual sering kali diekspresikan dalam tersebut tidak dijelaskan secara luas

berbagai perilaku, namun tidak semua dan lebih mendalam oleh pengajar.

perilaku merupakan ekspresi dorongan Masa yang paling tepat dilakukan

seksual seseorang. Ekspresi dorongan untuk penelitian adalah di kelas XI,

seksual atau perilaku seksual ada yang karena lebih efektif untuk dilakukan

aman dan ada yang tidak aman, baik suatu penelitian. Hal tersebut

secara fisik, psikis, maupun dipertimbangkan dengan data yang

sosial.Setiap perilaku seksual memiliki sudah penulis lakukan di sekolah SMA

konsekuensi yang berbeda. Nasional Semarang.

Soetjiningsih (2004) menambahkan Berdasarkan data yang di dapatkan

bahwa perkembangan fisik termasuk dari SMA Nasional Semarang dalam 2

organ seksual serta peningkatan tahun terakhir yang mengalami

hormon reproduksi atau hormon seks kehamilan diluar nikah sebanyak 2

baik pada anak laki-laki maupun anak orang siswi dan semuanya dikeluarkan

perempuan akan menyebabkan dari sekolah. Saat dilakukan razia oleh

48
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017

pihak sekolah pada tanggal 9 menikah dapat menyebabkan

September 2011 ditiap kelas juga HIV/AIDS dan PMS. Sedangkan dari

ditemukan video porno yang berada perilaku seksual yang telah mereka

pada telepon seluler siswa dan siswi lakukan, didapatkan bahwa dari 6

SMA Nasional Semarang. orang siswa dan siswi menyatakan

Sedangkan dari hasil studi pernah berpacaran, berciuman,

pendahuluan tanggal 23 November berpelukan dan masturbasi.

2011 dengan wawancara langsung pada Dari fenomena diatas penulis

6 siswa (3 orang remaja putra dan 3 tertarik untuk mengambil judul

orang remaja putri) didapatkan hasil penelitian “Hubungan Tingkat

bahwa Informasi tentang seks mereka Pengetahuan Remaja Tentang

dapatkan melalui internet dan VCD Hubungan Seksual Pra Nikah dengan

(Video Compact Disc) porno (66,67%), Perilaku Seksual Pranikah pada Kelas

televisi dan radio (16,7%), teman, XI SMA Nasional Semarang “.

pacar, saudara, orang tua (16,67%).

Berdasarkan 3 pertanyaan METODE PENELITIAN

mengenai pengetahuan seksual pra Dalam penelitian ini peneliti

nikah kepada 6 orang siswa tersebut, menggunakan jenis penelitian survey

didapat bahwa 1 orang setuju mengenai analitik. Metode penelitian yang

hubungan seksual yang dilakukan diguanakan adalah penelitian cross

hanya sekali tidak dapat menyebabkan sectional. Populasi dalam penelitian ini

kehamilan, 2 orang setuju kehamilan adalah siswa-siswi kelas XI SMA

yang tidak diinginkan dapat Nasional Semarang sebanyak 84

menyebabkan aborsi, 3 orang setuju responden.

bahwa hubungan seksual sebelum

49
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017

Teknik pengambilan sampel yang antara tingkat pengetahuan tentang

dilakukan peneliti adalah random hubungan seksual pranikah dengan

sampling. Data yang didapat dianalisa perilaku seksual pada kelas XI SMA

dengan menggunakan uji statistik Chi- Nasional Semarang.

square ( ). Untuk melihat hubungan

HASIL DAN PEMBAHASAN b. Jenis Kelamin

Karakteristik Responden Tabel Karakteristik Responden

a. Umur Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel Karakteristik Responden Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


Berdasarkan Umur Perempuan 37 52,9
Umur Frekuensi Persentase Laki-laki 33 37,1
(%) Jumlah 70 100,0
16 tahun 32 45,7
17 tahun 14 20,0
18 tahun 24 34,3 Berdasarkan tabel menunjukkan
Jumlah 70 100,0
bahwa karakteristik responden

Berdasarkan table menunjukkan berdasarkan jenis kelamin didapatkan

hasil penelitian bahwa mayoritas hasil bahwa responden terbanyak

siswa- siswi kelas XI SMA Nasional berjenis kelamin perempuan berjumlah

berumur 16 tahun berjumlah 32 37 siswa (52,9%), serta responden yang

siswa (45,7%). berjenis kelamin laki-laki berjumlah 33

siswa (37,1%).

Pengetahuan Seksual Pranikah

Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan tabel menunjukkan


Berdasarkan Pengetahuan Tentang
Perilaku Seksual Pranikah hasil penelitian bahwa dari 70
Pengetahuan Frekuensi Persentase
Kurang 7 10,0 responden sebagian besar memiliki
Cukup 22 31,4
Baik 41 58,6 tingkat pengetahuan yang baik yaitu
Total 70 100,0
sebanyak 41 siswa (58,6%), sedangkan

50
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017

yang mempunyai tingkat pengetahuan responden dapat dinyatakan sebagian

kurang sebanyak 7 siswa (10,0%). besar responden memiliki perilaku

Perilaku Seksual Pranikah seksual yang kurang baik sebanyak 42

Tabel Distribusi Frekuensi Responden siswa (60,0%), sedangkan responden


Berdasarkan Perilaku Seksual Pranikah
Perilaku Frekuensi Persentase yang berperilaku cukup baik memiliki
Baik 18 25,7
Cukup 10 14,3 persentase terendah sebanyak 10 siswa
Kurang 42 60,0
Jumlah 70 100,0 (14,3%).
Berdasarkan tabel menunjukkan

hasil penelitian bahwa dari 70

Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Seksual Pranikah

Tabel Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Seksual Pranikah

Pengetahuan Kurang Cukup Baik Total


Perilaku n % n % n % N %
Kurang-Cukup 20 69,0 5 17,2 4 13,8 29 100
Baik 22 53,7 5 12,2 14 34,1 41 100
Total 42 60,0 10 14,3 18 25,7 70 100

Tabel menunjukkan bahwa yang ( ) dapat disimpulkan bahwa ( ) =

paling dominan adalah responden yang 3,702, sedangkan hasil perhitungan

berperilaku kurang baik tetapi tabel ( ) dengan taraf signifikan 0,05

mempunyai pengetahuan baik seharusnya didapatkan ( )=5,9915. Ini


sebanyak 22 siswa (53,7%), sedangkan menunjukkan bahwa tidak ada korelasi
yang berperilaku baik tetapi antara kedua variabel. Hal ini diperkuat
pengetahuan kurang serta cukup dengan taraf kesalahan pada uji
memiliki konstribusi yang rendah statistik sebesar 0,157>0,05. Maka Ha
sebanyak 4 siswa (13,8%). ditolak, dan tidak ada hubungan antara
Dari hasil analisa data pengetahuan dengan perilaku.
menggunakan uji statistik Chi square
51
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017

keinginan untuk berkencan dan cinta

PEMBAHASAN yang mendalam terhadap lawan jenis.

Umur Hal ini didukung oleh Notoatmodjo

Berdasarkan hasil penelitian (2003) bahwa usia seseorang dapat

mayoritas siswa- siswi di SMA mempengaruhi cara berfikir sehingga

Nasional Semarang yaitu usia 16 tahun akan lebih berpengalaman atau sesuai

sebanyak 32 siswa (45,7%), usia 18 cara memperoleh kebenaran

tahun sebanyak 24 siswa (34,3%), serta pengetahuan.

usia 17 tahun sebanyak 14 siswa Jenis Kelamin

(20,0%). SMA merupakan salah satu Berdasarkan hasil penelitian

jenjang pendidikan yang ditempuh karakteristik responden sebagian besar

pelajar setelah lulus dari sekolah berjenis kelamin perempuan sebanyak

menengah pertama (SMP). 37 siswa (52,9%), dan laki-laki

Depkes RI (2002) membagi sebanyak 33 siswa (37,1%). Menurut

tahap perkembangan remaja menjadi Sarwono (2007) peran gender adalah

tiga periode.Masa remaja awal 12-15 bagian dari peran sosial dan tidak

tahun, masa remaja tengah 16-18 hanya ditentukan oleh jenis kelamin

tahun, masa remaja akhir 19-21 tahun. orang yang bersangkutan tetapi oleh

Remaja SMA Nasional umumnya lingkungan dan faktor-faktor lainnya.

termasuk dalam kategori remaja Soetjiningsih (2004) menambahkan

tengah, dimana pada usia ini remaja bahwa biasanya perempuan mengalami

telah mengembangkan kemampuan kematangan lebih cepat daripada

berfikir secara abstrak, masa pencarian seorang laki-laki yang lebih lambat

identitas diri serta mempunyai mengalami kematangan seksual

menambahkan bahwa perkembangan

52
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017

fisik termasuk organ seksual serta ia akan mudah menerima hal-hal yang

peningkatan hormon reproduksi baik baru dan mudah menyesuaikan dengan

laki-laki maupun perempuan akan hal yang baru tersebut.

menyebabkan perubahan perilaku Akan tetapi, meskipun

seksual remaja secara keseluruhan. penyuluhan pernah diberikan kepada

Tingkat Pengetahuan siswa-siswi, tidak berarti mereka

Dari hasil penelitian didapatkan semua dapat memahami apa yang telah

bahwa tingkat pengetahuan remaja diberikan. Soetjiningsih (2007)

siswa SMA Nasional Semarang tentang mengungkapkan bahwa sebagian

perilaku seksual pranikah sebagian remaja mengalami kebingungan untuk

besar mempunyai pengetahuan yang memahami apa yang boleh dilakukan

baik, hal ini terbukti dari 70 responden, dan apa yang tidak boleh dilakukan,

41 siswa (58,6%) memiliki karena kenyataan-kenyataan yang

pengetahuan yang baik. Serta hanya cukup membingungkan bagi remaja.

sedikit dari 70 responden yang ada Hal ini yang menyebabkan sebagian

berpengetahuan kurang yaitu sebesar 7 siswa- siswi tersebut berpengetahuan

siswa (10.0%), dan yang cukup.

berpengetahuan cukup sebanyak 22 Maka ketika sebagian siswa-

siswa (31,4%). siswi yang kurang bisa memahami

Siswa-siswi yang berpengetahuan tentang isi penyuluhan, mudahnya

baik dikarenakan oleh adanya akses internet, serta teman sebaya yang

penyuluhan dan mudahnya akses mendorong mereka memperoleh

internet yang ada disekitar sekolah. pengetahuan yang salah dan akhirnya

Notoatmodjo (2007) menyatakan membuat pengetahuan mereka kurang.

bahwa semakin tinggi pendidikan maka Sesuai dengan Damayanti (2006) yang

53
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017

menyatakan bahwa teman sebaya yang Ditemukannya video porno

negatif sangat manentukan remaja pada telepon genggam milik siswa-

terhadap keterpajanan pornografi. siswi saat razia oleh pihak sekolah,

Syarifudin (2008) juga menambahkan serta mudahnya akses internet disekitar

jika pengetahuan yang hanya setengah- sekolah, berperan terhadap kurangnya

setengah tidak hanya mendorong perilaku remaja di sekolah tersebut.

remaja untuk mencoba-coba tetapi juga Sesuai dengan Sarwono (2010) yang

bisa menimbulkan salah persepsi. menyatakan bahwa kecenderungan

Perilaku Seksual Pranikah Remaja pelanggaran semakin meningkat oleh

Perilaku seksual siswa kelas XI karena adanya penyebaran informasi

SMA Nasional Semarang diketahui dan rangsangan seksual melaui media

bahwa sebagian besar mempunyai massa dengan adanya teknologi

perilaku yang kurang baik yaitu canggih seperti video, telepon

sebanyak 42 siswa (60,0%). genggam, internet dan lain-lain yang

Berdasarkan penelitian ini sebagian menjadi tidak terbendung lagi.

besar respoden sudah pernah Analisa Bivariat

melakukan masturbasi/ onani untuk Hubungan Pengetahuan Dengan

mendapat kepuasan seksual, serta Perilaku Seksual Pranikah Remaja.

berpacaran, berpegangan tangan, Meskipun telah mendapatkan

berangkulan dan melakukan oral seks. gambaran tentang pengetahuan dan

Sedangkan berciuman pipi dengan perilaku seksual pranikah pada remaja

lawan jenis berkontribusi paling sedikit SMA Nasional Semarang, penelitian

terhadap perilaku seksual remaja SMA ini tidak ada hubungannya antara kedua

Nasional Semarang. variabel, baik pengetahuan ataupun

dari segi perilaku seksual. Karena

54
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017

didalam penelitian ini membuktikan atau faktor-faktor lain dari orang yang

bahwa data siswa yang berperilaku bersangkutan.

kurang serta cukup baik tetapi Seperti apa yang diungkapkan

berpengetahuan baik menunjukkan Green (2000) perilaku ditentukan oleh

hasil yang paling dominan 22 siswa tiga faktor yaitu:

sebanyak 53.7%. Predisposing factors (faktor yang

Pengetahuan yang mereka dapat mendahului perilaku yang memberikan

dari penyuluhan yang pernah diadakan dasar rasional atau motivasi) seperti

disekolah dan akses internet yang pengetahuan dan keyakinan. Dillihat

mudah serta penyalahgunaan media dari segi pengetahuan, meskipun

yang semakin canggih seperti video, remaja tahu akan perilaku seksual

telepon genggam, internet, serta pranikah dari penyuluhan atau internet,

pengaruh dari teman sebaya yang salah tetapi sesuai dengan tahap

membuat pengetahuan remaja menjadi perkembangan remaja yang

baik tetapi sekaligus memperburuk diungkapkan Depkes RI (2002) bahwa

perilaku mereka pada saat ini. remaja tengah ini mulai mempunyai

Menurut Notoatmodjo (2003) keinginan untuk berkencan dan rasa

meskipun secara umum pengetahuan cinta yang mendalam terhadap lawan

seseorang secara langsung akan jenis. Ali (2010) menambahkan bahwa

berpengaruh terhadap perilaku pada umumnya remaja memiliki rasa

seseorang tetapi perilaku juga ingin tahu yang tinggi dan cenderung

merupakan respon atau reaksi terhadap ingin mencoba sesuatu yang belum

stimulus atau rangsangan dari luar, pernah dialaminya.

dimana dalam memberikan respon Pelajaran agama yang diajarkan

sangat tergantung pada karakteristik pada siswa-siswi tanpa adanya siraman

55
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017

rohani juga berkontribusi pada b. Reinforcing factors yaitu peran

keyakinan remaja. Idayanti (2002) keluarga yang menjadi faktor

menyatakan bahwa semakin tinggi penguat terhadap perilaku seks

religiusitas maka perilaku seksual remaja. Adanya remaja yang

semakin rendah, dan semakin rendah menyimpan video porno pada

religiusitas maka perilaku seksual telepon genggam mereka

semakin tinggi. memperlihatkan bahwa kuatnya

a. Enabling factors yaitu: lingkungan pengaruh teman sebaya daripada

fisik dan tersedia/tidaknya fasilitas keluarga atau orang tua mereka.

kesehatan. Kaitanya dengan Sarwono (2010) sikap orang tua

media/sumber informasi dan yang masih mentabukan

aktivitas sosial. Adanya warung pembicaraan seks pada anaknya,

internet di sekitar sekolah, serta cenderung membuat jarak dengan

maraknya media massa telepon anak dalam masalah embicarakan

genggam yang semakin seks. Damayanti (2006)

berkembang membuat perilaku menambahkan bahwa keluarga

remaja semakin terpuruk. Sesuai yang negatif mendorong remaja

dengan Sarwono (2010) yang untuk bergabung dengan teman

menyatakan bahwa kecenderungan sebaya negatif kemudian teman

semakin meningkat karena adanya sebaya negative menentukan

penyebaran informasi dan remaja terhadap keterpajanan

rangsangan seksual melalui media media pornografi.

massa dengan adanya teknologi Notoatmodjo (2003), menyatakan

canggih seperti video, internet dan bahwa faktor penentu atau determinan

telepon genggam. perilaku manusia sulit untuk dibatasi

56
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017

karena perilaku merupakan resultansi menggunakan kuisoner tertutup,

(akibat) dari berbagai faktor, baik sehingga memungkinkan responden

internal maupun eksternal untuk menjawab pernyataan atau

(lingkungan). Perilaku manusia pertanyaan tidak jujur atau tidak

sebenarnya merupakan refleksi dari memahami pernyataan atau

gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, pernyatanyaan yang dimaksud,

keinginan, kehendak, minat, motivasi, sehingga hasil kurang sesuai dengan

persepsi, sikap, dan sebagainya. Begitu kenyatan yang ada dan peneliti hanya

pula yang terjadi pada perubahan menganalisis dua faktor yaitu

perilaku pacaran remaja yang pengetahuan dan perilaku. Dimana

mengarah pada perilaku seksual pengetahuan tersebut sudah mencakup

pranikah. beberapa aspek yang peneliti butuhkan

Dari hasil dan pembahasan untuk menyelesaikan Karya Tulis

diatas, tingkat pengetahuan seksual Ilmiah ini.

pranikah, tidak berpengaruh pada

tingkat perilaku seksual pranikah SIMPULAN

remaja SMA Nasional Semarang. Hal 1. Karakteristik remaja melliputi umur,

ini berbeda dengan penelitian- dan jenis kelamin di SMA Nasional

penelitian yang pernah dilakukan Semarang tahun 2016: Karakteristik

sebelumnya di SMA lain yang responden berdasarkan umur,

menunjukkan bahwa pengetahuan didapatkan hasil mayoritas 32

berpengaruh terhadap perilaku seksual responden (45,7%) berusia 16 tahun,

pranikah remaja. dan minoritas 14 responden (20,0%)

Namun masih ada keterbatasan berusia 17 tahun).

dalam penelitian ini, yaitu penelitian ini

57
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017

2. Karakteristik responden berdasarkan Diharapkan dapat melaksanakan

jenis kelamin, didapatkan hasil penelitian lebih lanjut mengenai

mayoritas perempuan 37 responden faktor-faktor lain yang

(52,9%), sedangkan laki-laki mempengaruhi seksual pranikah

sebanyak 33 responden (37,1%). 2. Bagi SMA Nasional Semarang

3. Tingkat pengetahuan remaja tentang Diharapkan dapat mengoptimalkan

hubungan seksual pranikah di SMA bimbingan dan konseling yang ada

Nasional Semarang tahun 2016 disekolah dan lebih memperkuat

didapatkan hasil mayoritas siraman rohani bagi siswa-siswi

mempunyai pengetahuan yang baik serta membentuk organisasi KRR.

41 responden sebannyak 58,6%. 3. Bagi Profesi

4. Perilaku seksual pranikah remaja di Diharapkan bagi tenaga kesehatan

SMA Nasional Semarang tahun Dinas Kesehatan atau Puskesmas

2016 didapatkan hasil mayoritas setempat agar lebih meningkatkan

berperilaku kurang baik 42 perhatian dalam memberikan

responden sebanyak 60,0%. informasi dan pembinaan kepada

5. Tidak ada hubungan antara remaja kaitannya dengan

pengetahuan remaja seksual pembentukan perilaku seksual

pranikah dengan perilaku seksual pranikah.

pranikah kelas XI SMA Nasional 4. Siswa-siswi SMA Nasional

Semarang. Diharapkan remaja mampu

meningkatkan kesadaran dan

SARAN memotivasi siswa-siswi untuk

1. Peneliti selanjutnya mencari informasi yang benar

mengenai seksual pranikah

58
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017

DAFTAR PUSTAKA /artikel.asp?q=200994155149.


Adikusumo I.Sikap Remaja Terhadap Diakses pada tanggal 21maret
Seks Bebas di Kota Negara: 2012.
Perspektifkajian Budaya. 2005.
[Diaksespada tanggal 21 Maret Dian R. perilaku seks bebas di
2010]. Didapat dari : Ejournal. kalangan remaja.2009 [Diakses
Unud. Ac. tanggal 3 Maret 2011]. Didapat
Idabstrake_journal_rasmen.pdf. dari
:http://shareppba.wordpress.com/
Ali M. dkk. Psikologi remaja: 2010/01/19/perilaku -seks-bebas-
perkembangan peserta didik. di-kalangan-remaja/
Jakarta: Bumi Aksara; 2010.
Dianawati A. Pendidikan seks untuk
Alya A. Bicara seks bersama anak. remaja. Jakarta: Kawan Pustaka; 2003
Yogyakarta: Pustaka Anggrek;
2010. Green L. Health promotion planning an
educational and environment
Arikunto S. Prosedur penelitian suatu approach. Maylield publishing
pendekatan praktek.(cet. 13). company; 2000
Jakarta: rineka Cipta; 2006
Hidayat A. Riset dan teknik analisa
BKKBN.Lima dari 100 siswa SLTA di data penelitian kebidanan.
DKI berhubunagn seks sebelum Jakarta: Salemba Medika; 2007.
menikah.[Diakses tanggal 21 Mei
2012]. Didapat dari Hindayana I, dkk. Seksuaalitas: teori
:http://www.bkkbn.go.id/Webs/D dan realitas. Jakarta: Program
etailRubrik.php?MyID=518. gender dan seksualitas FISIP
UI; 2004.
Chyntia, A. Pendidikan Seks. 2003.
[Diakses pada tanggal 21 Mei Hurlock E.B. Psikologi perkembangan:
2012]. Didapat dari: suatu pendekatan sepanjang
http://www.scribd.com/doc/1482 rentang kehidupan. Jakarta:
3326 /Pendidikan-S-E-K-S. Erlangga; 2004.

Dahlan M S. satistik untuk kedokteran Idayanti.N. hubungan religiusitas


dan kesehatan. Jakarta: Salemba dengan perilaku seksual remaja
Medika. 2011 yang sedang berpacaran.2002
[Diakses tanggal 25 Februari
Danim S. Riset keperawatan sejarah 2011]. Didapat dari:
dan metodologi.Jakarta; EGC; 2003. http://digilib.itb.ac.id/gdl/php?
mod=browse&op=read&id=jipt
Depkes RI. Profil kesehatan Indonesia. umm-gdl-sl-2002-idayanti2cn-
Jakarta: FKMUI; 2001. 5756-seksual&q=Remaja.

Depkes RI. Modul safe mother hood. Irianto K. Memahami seksologi.


Jakarta: FKMUI; 2002. Bandung: Sinar Baru
Algesindo. 2010
Dhamayanti M. Overview adolescent
health problems and services;
2006.http://www.idai.or.id/remaja

59
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017

Mardalis.Metode penelitian suatu keperawatan. Jakarta: Salemba


pendekatan proposal. Jakarta: Medika; 2003
Bumi Aksara; 2009.
Nursalam.Konsep dan penerapan
Maulana M. Panduan lengkap metodologi penelitian ilmu
kehamilan: memahami keperawatan. Jakarta: Salemba
kesehatan reproduksi, cara Medika; 2008.
menghadapi kehamilan dan kiat
mengasuh anak. Jogjakarta: PILAR PKBI Jawa Tengah. Data
Kata Hati; 2008. masalah remaja khususnya di
bidang kesehatan reproduksi;
Mu’tadinZ. 2002. Pendidikan seks pada 2010.
remaja.2002 [Diakses tanggal 6 Maret
2012]. Didapat dari Riyanto A. Aplikasi metodologi
http://www.psikologiums.net kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika; 2011.
Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian
Kesehatan.Jakarta:Rineka Santrock J.W. Adolescence:
Cipta; 2002 perkembangan remaja. Jakarta:
Erlangga. Alih bahasa oleh:
Notoatmodjo S. Ilmu kesehatan Shinto B.A dan S. Saragih;
masyarakat. Jakarta: Rineka 2003.
Cipta; 2003
Santrock J.W. Perkembangan anak
Notoatmodjo S. Pendidikan dan edisi 11 jilid I. Jakarta:
perilaku kesehatan. Jakarta: Erlangga; 2007.
Rineka Cipta; 2003
Sarwono S. Psikologi Remaja. Jakarta
Notoatmodjo S. Kesehatan masyarakat :PT Raja Grafindo Persada; 2006.
ilmu dan seni. Jakarta: Rineka
Cipta; 2005. Sarwono S. Psikologi Remaja. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada;
Notoatmodjo S. Metodologi penelitian. 2010
Jakarta: Rineka Cipta; 2005
Saryono S. Metode penelitian
Notoatmodjo S. Promosi kesehatan sederhana. Yogyakarta: Nuha
teori dan aplikasi. Jakarta: Medika; 2010.
Rineka Cipta; 2005.
Soetjiningsih. Tumbuh kembang
Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan remaja dan permasalahannya.
ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Jakarta: Sagung Seto; 2004
Cipta; 2007.
Soetjiningsih. Perkembangan somatic
Notoatmodjo S. Metodologi penelitian pada remaja. Jakarta: Sagung
kesehatan. Jakarta: Rineka Seto; 2006.
Cipta; 2010
Soetjiningsih dkk. Buku Ajar: tumbuh
Nursalam.Konsep dan penerapan kembang remaja dan
metodologi penelitian ilmu permasalahannya. Jakarta:
keperawatan, pedoman skripsi, Sagung Seto; 2007.
tesis, dan instrument penelitian

60
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017

Syarifudin. Promosi kesehatan untuk Qudsi M. Ilmu fiqih islam. Semarang:


mahasiswa kebidanan. Jakarta: Toha putra. 2008.
Transinfo media.2008.

61

You might also like