Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Bulletin of Scientific Contribution, Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015:140-151

IDENTIFIKASI STRUKTUR GEOLOGI BERDASARKAN ASPEK


MORFOLOGI, STRATIGRAFI, POLA JURUS LAPISAN BATUAN
DAN SEBARAN BATUAN : STUDI KASUS DAERAH BANTARUJEG-
MAJALENGKA, PROVINSI JAWA BARAT
Iyan Haryanto1), Nurdradjat2) dan Irdanto Saputra3)
1)
Laboratorium Geodinamik, Fakultas Tenik Geologi, Universitas Padjadjaran
2)
Laboratorium Stratigrafi, Fakultas Tenik Geologi, Universitas Padjadjaran
3)
Mahasiswa Geologi, Fakultas Tenik Geologi, Universitas Padjadjaran

ABSTRACT
The study is located at Bantarujeg, Majalengka, West Java where tertiary sedimentary rocks are
exposed. The depositional environment is concluded as shallow marine – deep water. In a present day,
the sedimentary rocks are deformed and create a steep hills extending from west – east of the study
area as a result of fault and folding processes. In some of the study area, deformed sedimentary rocks
feature is resulted by sedimentation processes called slump. Various deformation model and
interpretation on study area is often confuse geological history interpretation of study area. The main
cause of folding in the study area may be adjacent to sedmentation processes or tectonic processes.The
study is based on structural interpretation on topography map, drainage pattern, and digital elevation
model analysis (DEM). Field observation is conducted to measure structural feature and identify
sedimentology and morphology aspects.Structural geology Bantarujeg is expressed by steep hills
morphology extending from west – east. The morphology is controlled by rock strike with rock dip
measured from 30o-60o. In the middle of the depression (valley), layer dip generally above 40o shows
the area is a result of compression and related to reverse fault. Local fold and drag fold is also founded
on the reverse fault zone and in other location slump structure and local drag fold also identified. In
general, the study area is a result of compression tectonic regime creating fold and thrust belt followed
by tear fault deformation.
Keywords: tear fault, fold and thrust belt, slump structure, drag fold

ABSTRAK
Daerah Bantarujeg, Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat, merupakan salah satu daerah di Jawa
Barat yang banyak menyingkapkan batuan sedimen Tersier, mulai dari lingkungan laut dangkal hingga
laut dalam. Pada saat ini, batuan tersebut telah terdeformasi membentuk rangkaian perbukitan yang di
dalamnya berkembang struktur lipatan yang disertai proses pensesaran. Walaupun struktur lipatan
umumnya terbentuk akibat proses tektonik, namun di beberapa lokasi merupakan hasil proses
sedimentasi atau dinamakan sebagai struktur slump (struktur longsoran). Kondisi inilah yang kemudian
menjadi bahan perdebatan apakah struktur lipatannya berhubungan dengan proses penseran atau
akibat dari mekanisme sedimentasi. Disamping struktur lipatan, penentuan struktur sesar juga seringkali
dipermasalahkan, terutama mengenai jenis pergeseran yang dikaitkan dengan aspek stratigrafinya.
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pola struktur geologi berikut latar belakang pembentukannya di
daerah Bantarujeg. Metoda penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain melakukan
penafsiran struktur geologi melalui peta topografi, pola pengaliran sungai dan DEM. Penelitian lapangan
dilakukan mencakup pengamatan dan pengukuran unsur morfologi, stratigrafi,dan struktur
geologinya.Struktur geologi daerah Bantarujeg tercermin dari aspek morfologinya yaitu berupa
rangkaian perbukitan yang memanjang dengan arah barat-timur. Morfologi perbukitan ini dikontrol oleh
jurus lapisan batuan dengan kemiringan lapisan batuan umumnya berkisar antara 30° - 60°. Di dalam
lembah sungai, kedudukan lapisan batuan umumnya di atas 40° menunjukan daerah kompresi yang
berhubungan dengan zona sesar naik. Di dalam zona sesar naik seringkali dijumpai struktur lipatan lokal
sebagai hasil seretan batuan dan di sebagian lokasi lainnya merupakan struktur slump yang kemudian
diikuti oleh seretan batuan. Secara umum, struktur geologi di daerah penelitian merupakan hasil proses
tektonik kompresi yang secara umum membentuk pola struktur lipatan anjakan yang diiukti dengan
pembentukan tear fault.
Kata kunci: tearfault, strukturlipatananjakan, slump structure, lipatanseret.

PENDAHULUAN kembang di daerah Bantarujeg, relatif


cukup komplekyaitu tercermin dari
Struktur geologi terutama struktur
intensitas struktur lipatan dan sesar
lipatan dan struktur sesar yang ber-
naiknya yang tinggi (Haryanto, 2002;

139
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015:140-151

Gambar 1). Beberapa dari struktur jurus lapisan batuan berikut penam-
geologi di daerah ini masih diperde- pang geologi-nya, sedangkan data
batkan. Misalnya pola struktur lipatan struktur lainnya diolah secara kompu-
yang tersingkap di muara Sungai Ciju- tasi dengan mempergunakan program
rai, apakah sebagai hasil proses Dip dan Paleostress yang hasilnya di-
tekto-nik yang berhubungan dengan tampilkan dalam proyeksi stereografi
sesar naik atau sebagai bentukan dari dan diagram roset. Analisis struktur
struk-tur slump. Perdebatan geologi dilakukan dengan mengkom-
mengenai struktur geologi juga terjadi pilasi hasil pengolahan data struktur
pada jenis struktur sesarnya, geologi dengan aspek morfologi,
misalnya batas sebaran antara stratigrafi dan magmatisma/volkanis-
Formasi Kaliwangu de-ngan Formasi ma.
Halang yang tersingkap di bagian
selatan, merupakan kontak ketidak Geologi Regional
selarasan atau sebagai kontak
Daerah Bantarujeg merupakan ba-
structural. Beberapa penulis menya-
gian kecil dari Cekungan Bogor bagian
takan sebagai batas kontak sesar
timur. Di dalamnya berkembang
normal (Martodjojo, 1984),
struk-tur geologi yang terekam pada
sedangkan Haryanto (1992)
batuan sedimen Tersier hingga batuan
menyimpulkannya sebagai sesar naik.
gu-nungapi Kuarter.
Makalah ini selain bertujuan men-
Stratigrafi daerah penelitian meng-
jawab permasalah di atas, juga me-
acu kepada peta geologi regional
nunjukkan cara mengidentifikasi jalur
Lem-bar Arjawingaun (Djuri, 1995;
sesar berdasarkan fenomena geologi
Gambar 2). Batuan sedimen tertua
yang berhubungan dengan aspek
yang ter-singkap di dalamnya adalah
morfologi, stratigrafi, magmatisma/
Formasi Cinambo berumur Oligosen.
volkanisma dan pola jurusnya.
Formasi ini merupakan sedimen laut
Lokasi daerah penelitian dipilih di
dalam yang didominasi oleh
daerah Bantarujeg, Kabupaten Maja-
perselingan ba-tulempung dan
lengka, Provinsi Jawa Barat, dengan
batupasir. Selaras di atasnya ditindih
pertimbangan struktur geologinya cu-
oleh Formasi Halang, terdiri atas per-
kup komplek dan masih banyak per-
selingan batupasir dan batulempung
masalahan struktur geologi yang be-
dengan lensa-lensa breksi volkanik.
lum diungkap secara mendalam
Dari struktur sedimen, tekstur dan
(Gam-bar 2). Tujuan dari penelitian
komposisi batuan serta kandungan
ini, antara lain mempelajari aspek-
fosilnya, merupakan sedimen turbidit
aspek geologi yang dapat
laut dalam berumur Miosen Bawah-
mengungkap ke-beradaan struktur
Miosen Tengah. Di luar dari daerah
geologi; mem-pelajari geometri dan
penelitian yaitu di daerah Jatigede,
genetic struktur geologi, dan terakhir
Formasi Halang ditutupi selaras oleh
menganalisis tektonik dan pola
Formasi Subang yang berumur Miosen
struktur yang terjadi di daerah
Atas, sedangkan di daerah Bantar-
penelitian.
ujeg, Formasi Halang langsung ditu-
tupi oleh Formasi Kaliwangu yang ber-
METODA PENELITIAN
umur lebih muda yaitu Pliosen. Selu-
ruh batuan sedimen Tersier di atas,
Disamping dilakukan interpretasi
ditutupi tidak selaras oleh batuan vol-
struktur melalui peta topografi dan
kanik Kuarter yang berasal dari Gu-
DEM, juga dilakukan pengamatan,
nung Sawal dan Gunung Ciremai. Di-
deskripsi dan pengukuran unsur-un-
samping tersingkapnya batuan sedi-
sur struktur geologi, seperti cermin
men Tersier dan batuan volkanik Ku-
sesar, lipatan seret dan breksiasi.
arter, di dalamnya banyak dijumpai
Pengolahan data struktur dilakukan
intrusi batuan beku baik berupa dike
dengan mem-buat penafsiran pola

141
Identifikasi struktur geologi berdasarkan aspek morfologi, stratigrafi, pola jurus lapisan batuan dan sebaran batuan:
Studi kasus daerah Bantarujeg-Majalengka, Provinsi Jawa Barat
(Iyan Haryanto, Nurdradjatdan Irdanto Saputra)

dan sill yang berkomposisi andesitik. punggungan perbukitannya (Gambar


Intrusi andesit menerobos Formasi 3).
Cinambo dan Formasi Halang dan di Setidaknya terdapat tiga jalur
bagian utara yaitu di daerah Pasir Ma- punggungan perbukitan berarah
lati, menerobos Formasi Citalang yang barat-timur yang masing-masing
berumur Pliosen Atas. Atas dasar dipisahkan oleh lembah sungai terjal.
umur batuan yang diintrusinya, diper- Lembah su-ngai tersebut merupakan
kirakan umur intrusi di daerah Bantar- zona lemah yang disebabkan oleh
ujeg juga berumur Pliosen Atas atau adanya struktur sesar atau oleh
pada periode tektonik Plio-Plistosen. struktur kekar dengan intensitas yang
Struktur geologi daerah penelitian tinggi. Data lapangan menunjukan di
merupakan bagian dari pola struktur sepanjang lembah sungai tersebut
lipatan anjakan Jawa. Pola struktur ini banyak ditemukan indikasi
dicirikan dengan intensitas struktur pensesaran, antara lain di-
lipatan dan sesar naik yang tinggi, temukannya cermin sesar, lipatan
terletak saling sejajar dengan arah seret, breksi sesar, kemiringan
barat-timur (Martodjojo, 1984). lapisan batuan di atas 40°, serta
adanya jurus lapisan batuan yang
HASIL DAN PEMBAHASAN tidak homogen. Secara umum jurus
lapisan batuan di daerah penelitian
Struktur geologi daerah
berarah barat-timur, namun di dalam
Bantarujeg merupakan salah satu
lembah sungai ter-sebut banyak
daerah yang in-tensitas struktur
ditemukan dengan arah yang
geologinya cukup tinggi, sehingga
berbeda.
cukup ideal sebagai tempat
Sungai Cilutung merupakan sungai
pembelajaran geologi, khusus-nya
utama yang mengalir dari selatan ke
untuk kajian struktur geologi.
arah utara. Di bagian tengah, aliran
Identifikasi struktur geologi daerah
sungai ini memotong ke-tiga jalur
penelitian, dapat didekati dari bebera-
per-bukitan di atas, dan di bagian
pa aspek, antara lain :
selatan berbelok ke arah timur
mengikuti pola punggungan
Aspek Geomorfologi dan Pola
perbukitannya (Gambar 3). Apabila
Pengaliran Sungai
dikaitkan dengan teori Moody dan Hill
Geomorfologi daerah penelitian da-pat (1956), maka Sungai Cilutung yang
dikelompokan menjadi beberapa mengalir ke arah utara berada di
satuan yang ditentukan berdasarkan bawah pengaruh sesar men-datar,
pada pola punggungan perbukitannya, sedangkan di bagian selatan di bawah
yaitu Satuan Morfologi Perbukitan Se- pengaruh sesar naik atau sesar
dimen Memanjang; Satuan Morfologi normal (Gambar 3).
Perbukitan Volkanik Tak-Beraturan; Secara umum, Sungai Cilutung dan
Satuan Morfologi Kerucut Intrusi dan percabangan sungainya membentuk
gunungapi (Gambar 3). pola pengaliran rektangular. Pola
Diantara ke-tiga satuan geomorfo- pengaliran ini umumnya berada pada
ogi tersebut yang berhubungan lang- daerah yang banyak dilalui struktur
sung dengan tektonik, adalah Satuan sesar. Anak sungai Cilutung
Morfologi Perbukitan Sedimen umumnya berarah barat-timur dan
Meman-jang. Morfologi perbukitan ini, sejajar de-ngan jurus lapisan batuan,
lebih dominan dikontrol oleh struktur sehingga dapat diinterpretasikan
lipatan dibandingkan dengan struktur akibat penga-ruh sesar naik atau
geologi lainnya. Dari hasil pengukuran sesar normal.
jurus dan kemiringan lapisan batuan,
dike-tahui arah umumnya adalah AspekPolaJurusdanSebaranBatua
barat-timur sesuai dengan jalur n

142
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015:140-151

Juruslapisanbatuansedimen yang Hill (1956), maka kebe-radaan tubuh


diukurlangsung di lapangan, umum- intrusinya berada pada jalur sesar
nyamenunjukanarahbarat-timur. naik atau sesar normal.
Juruslapisanbatuaninilah yang ke-
mudianmengontrolsebaranbatuansedi Aspek Stratigrafi
menTersier di permukaan,
Mulai dari Formasi Cinambo hingga
yaitumenyebardenganarahbarat-timur
Formasi Kaliwangu, seluruhnya memi-
(Gambar 3 dan 4).
liki hubungan stratigrafi yang selaras.
AdanyaperselingansebaranFormasiCin
Di bagian selatan Bantarujeg (Gambar
ambodengan For-masiHalang,
2), Kedudukan Formasi Halang yang
menunjukansebaranba-
berumur Miosen Tengah-Miosen Atas,
tuandiantarakeduaformasitersebutdip
sebaran batuannya dibatasi oleh For-
engaruhiolehstrukturlipatandanstruktu
masi Kaliwangu yang berumur
rsesarnaikatauolehsesar normal.
Pliosen. Secara regional diantara
Struktursesarmenempatiba-
kedua formasi tersebut seharusnya
gianlembahperbukitansebagaizonalem
dijumpai Formasi Subang yang
ah,
berumur Miosen Atas (Gambar 2).
dalamhalinikedudukanjalursesarnyase
Derngan demikian dapat
jajardengananaksungaiCilutung yang
diinterpretasikan batas formasi antara
berarahbarat-timur. Dengan demikian
Formasi Halang dengan Formasi Kali-
dapat diinterpreta-sikan morfologi
wangu, bukan merupakan kontak
lembah sebagai zona sesar yang juga
keti-dakselarasan, namun sebagai
membatasi sebaran batuan masing-
kontak structural baik berupa sesar
masing formasi di atas.
naik atau sesar normal (Moody dan
Sebaran batuan lainnya yang
Hill, 1956). Data lapangan
berhubungan dengan latar belakang
menunjukan pada batas antara kedua
struktur geologi adalah tubuh intrusi
formasi tersebut, tidak ditemukan
andesit. Intrusi merupakan produk
indikasi pensesaran dan tidak pula
aktivitas magmatisma yang bergerak
ditemukan kontak ketidak-selarasan.
naik melalui jalur rekahan, baik se-
Untuk menjawab permasa-lahan ini,
bagai struktur kekar atau struktur
diajukan dua kemungkinan
ses-ar. Keberadaan jalur sesar yang
hipotesisnya, yang pertama adalah
diten-tukan dengan konsep ini,
umur Formasi Halang lebih muda lagi
pernah dila-kukan dalam penelitian
hingga mencapai Pliosen, dan sebagai
struktur sebe-lumnya (Haryanto,
konsekuensinya adalah bagian atas
2014; Gambar 5). Atas dasar konsep
dari formasi ini mulai berlingkungan
ini, kedudukan dua tubuh intrusi
laut dangkal; Kemungkinan ke dua
andesit di bagian teng-gara daerah
adalah rentang umur dari Formasi
penelitian disimpulkan berada pada
Kaliwangu lebih tua lagi, setidaknya
jalur sesar. Seperti yang telah
relative sama dengan Formasi
dijelaskan sebelumnya, bahwa kedua
Subang. Hal yang sama dari kedua
tubuh intrusi tersebut di atas berada
hipotesis tersebut, adalah bagian atas
pada satu jalur kelurusan su-ngai
Formasi Halang, merupakan sedimen
Cilutung yang berhubungan de-ngan
laut dangkal dan memiliki hubungan
sesar naik. Beberapa bukti la-pangan
yang selaras dengan Formasi
yang menunjukan hal terse-but,
Kaliwangu dan Formasi Subang.
antara lain ditemukannya lipatan
seret dan sejumlah cermin sesar.
AspekStrukturLipatan
Kon-disi yang sama, juga dijumpai di
bagi-an utara, yaitu dua tubuh Strukturlipatan di daerahpeneli-
intrusinya berada pada jalur tiandapatmenunjukanadanya proses
kelurusan anak su-ngai Cilutung yang pensesaran. Di bagian tengah daerah
juga berarah barat-timur. Mengacu penelitian, kedudukan lapisan batuan
kepada konsep struk-tur Moody dan umumnya di atas 40° - 70°. Secara

143
Identifikasi struktur geologi berdasarkan aspek morfologi, stratigrafi, pola jurus lapisan batuan dan sebaran batuan:
Studi kasus daerah Bantarujeg-Majalengka, Provinsi Jawa Barat
(Iyan Haryanto, Nurdradjatdan Irdanto Saputra)

teoritis, batuan dengan kedudukan Jawa Ba-rat, dicirikanolehsedimenlaut


tersebut disebabkan oleh dang-kal yang berkomposisivolkanik.
tektonikkompresi yang cukup kuat Tektonikkompresi yang berlang-
sehingga lapisan batuannya terlipat sung padasaatituberhubungan de-
kuat. Apa-bila gaya yang bekerja nganaktivitastumbukanlempeng di
terus aktif, ma-ka batuannya akan selatanPulauJawa.
pecah membentuk sesar naik. Fakta Kedudukanjalursubduksi yang
yang dijumpai di lapangan, di berarahbarat-timur,
sepanjang jalur lipatan tersebut, menghasilkansistemtegasanberarahut
banyak ditemukan indikasi ara-selatan.
pensesaran yang berhubungan Sistemtegasaninimenghasilkanpolastr
dengan sesar naik, diantaranya ukturlipatanberarahbarat-timur.
adalah ditemu-kannya lipatan seret, Seiringdenganterusberlangsunyatekto
breksi sesar dan cermin sesar. nikkompresi di
Di sejumlah lokasi, keberadaan PulauJawahinggasekarang, me-
struktur lipatan terlihat begitu kom- nyebabkanbatuan yang
plek. Hal ini terjadi bukan semata- sudahterlipatdiikutidengan proses
mata disebabkan oleh aktivitas tekto- pensesaran,
nik, namun sebagai kombinasi antara yaituberupasesarnaikdansesarmendat
struktur slump dengan tektonik ar, yang keduanyaterbentuk relative
(Gam-bar 6). Slump stucture yang bersamaan (Gambar7).
dijumpai di dalam Formasi Halang dan Jikadikaitkandenganpolastruktur di
Formasi Cinambo merupakan produk bawahpermukaan di Jawa Barat Utara
dari pro-ses sedimentasi yang tidak (Gambar 7), makapolastruktur yang
terkait langsung dengan tektonik. berkembang di
Kedua formasi tersebut merupakan daerahpenelitianmerupakan “thin skin
sedimen laut dalam yang diendapkan tectonic” yang
melalui sistem aliran gravitasi tidakmelibatkanbatuandasar.
(Martodjodjo, 1984). Ciridaripolastrukturini, antara lain
kedu-
Analisis Tektonik dukanstrukturlipatandansesarnaik
yang
Struktur geologi daerah penelitian
salingsejajardanintensitasstrukturnya
terbentuk di bawah tektonik kom-
yang relative rapat.
presional. Tektonik ini mulai berlang-
Cirigeologilainnyaadalahdariaspekmor
sung menjelang Akhir Miosen, sejalan
-fologinyayaituterbentuknyarangkai-
dengan berlangsungnya pendangkalan
anperbukitandanlembah yang
cekungan. Pada awalnya yaitu pada
salingsejajar, denganbagianlembah-
kala Oligo-Miosen, cekungan ini masih
nya se-bagaizonasesarnaik.
berupa laut dalam. Di dalamnya ter-
Berdasarkanpadaaspekstratigrafida
akumulasi sedimen di bawah arus
numurbatuan yang disesarkannya,
gra-vitasi yang diwakili oleh Formasi
makatektonikkompresi yang berlang-
Ci-nambo dan Formasi Halang bagian
sung di
Bawah-Tengah. Menjelang Miosen Ak-
daerahpenelitianterjadipadawaktuAkhi
hir kondisi cekungan semakin men-
rTersier. Kesimpulanini di
dangkal, dicirikan dengan berkem-
dasarkandengantersesarkannya For-
bangnya sedimen laut dangkal yang
masiCitalang yang
diwakili oleh Formasi Formasi Halang
berumurPliosenAtas-PlistosenBawah.
Bagian Atas, Formasi Subang dan For-
masi Kaliwangu. Pendangkancekung-
KESIMPULAN
anlebihdisebabkanolehtektonikupliftda
naktivitasmagmatisma. Dari hasil penelitian terhadap aspek
Padasaatituhampirsemuasedimen di morfologi, stratigrafi, pola jurus

144
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015:140-151

lapisan batuan dan sebaran batuan, JawaBagianBaratSelamaKurunWakt


dapat disimpulkansebagaiberikut : uKenozoikum. Tesis Doktor, Pasca
 Indikasi adanya struktur geologi Sarjana UNPAD.
dapat didekati dengan berbagai (Tidakdipublikasikan).
cara, antara lain dari aspek Martodjojo, S., 1984, EvolusiCekung-
geomorfologi dan pola pengaliran anBogor, JawaBarat, Tesis Dok-tor,
sungai, sebaran batuan, Pasca Sarjana ITB.
stratigrafi, pola lapisan batuan, (Tidakdipublikasikan).
serta indikasi struktur geologi Moody, J.D., and M.J. Hill, 1956,
yang ditemukan di lapangan. Wrench fault tectonics: Geological
 Struktur geologi daerah penelitian Society of America Bulletin, v.67,
merupakan bagian dari struktur p.1207-1246
lipatan anjakan, terbentuk oleh
tektonik kompresi sejak Akhir
Miosen dan mencapai puncaknya
pada waktu Akhir Tersier.

DAFTAR PUSTAKA

Djuri, 1995, Peta geologi lembar Arja-


winangun, Skala 1 : 100.000, Ja-
wa: Direktorat Geologi.
Haryanto, I., Asikin,S., &Handoyo,A.
2002. TektonikSesarBaribis, Pro-
sidingtahunan IAGI 31.
Haryanto, I., 2014. EvolusiTektonik
Pulau

145
Identifikasi struktur geologi berdasarkan aspek morfologi, stratigrafi, pola jurus lapisan batuan dan sebaran batuan:
Studi kasus daerah Bantarujeg-Majalengka, Provinsi Jawa Barat
(Iyan Haryanto, Nurdradjatdan Irdanto Saputra)

146
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015:140-151

Gambar 1. Pola struktur daerah Bantarujeg dan sekitarnya


(Haryanto, 2002; dimodifikasi).

147
Identifikasi struktur geologi berdasarkan aspek morfologi, stratigrafi, pola jurus lapisan batuan dan sebaran batuan:
Studi kasus daerah Bantarujeg-Majalengka, Provinsi Jawa Barat
(Iyan Haryanto, Nurdradjatdan Irdanto Saputra)

Gambar 2. Geologi regional Daerah Bantarujeg


(Sumber Peta : sebagian Lembar Arjawinangun, Djuri, 1995; dimodifikasi).

148
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015:140-151

Gambar 3.
PembagiansatuangeomorfologidaerahBantarujegdansekitarnya. Diamati
dari DEM (Digital Elevation Model), nampak adanya a). pola punggungan
perbukitan memanjang, b). Morfologikerucutgunungapidan c).
Morfologiperbukitantakberraturan.

149
Identifikasi struktur geologi berdasarkan aspek morfologi, stratigrafi, pola jurus lapisan batuan dan sebaran batuan:
Studi kasus daerah Bantarujeg-Majalengka, Provinsi Jawa Barat
(Iyan Haryanto, Nurdradjatdan Irdanto Saputra)

Gambar 4.
Diagram rosetjuruslapisanbatuanFormasiCinambo,
FormasiHalangdanFormasiKaliwangu.
Seluruhnyamemperlihatkanarahumumlapisanbatuanberarahbarat-
timur (Haryanto, 2014).

Gambar 5.
Jalur sesar mengintrol sebaran gunungapi dan tubuh intrusi batuan beku
(Haryanto, 2014; dimodifikasi).

150
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015:140-151

Gambar 6
Singkapan batuan, struktur geologi dan morfologi di sekitar Desa
Bantarujeg.

151
Identifikasi struktur geologi berdasarkan aspek morfologi, stratigrafi, pola jurus lapisan batuan dan sebaran batuan:
Studi kasus daerah Bantarujeg-Majalengka, Provinsi Jawa Barat
(Iyan Haryanto, Nurdradjatdan Irdanto Saputra)

Gambar 7.
Pola dan genetic struktur geologi daerah Bantarujeg (Haryanto, 2014; dari
berbagai sumber).

152

You might also like