Professional Documents
Culture Documents
Persamaan Differensial Biasa PDF
Persamaan Differensial Biasa PDF
Persamaan Differensial Biasa PDF
Home Page
Title Page
Contents
JJ II
J I
Page 1 of 80
Go Back
Full Screen
Close
Quit
Home Page
Title Page
Contents
J I
Kusbudiono Page 1 of 80
kusbudiono@fkip.unej.ac.id
Go Back
Close
Quit
Home Page
Contents
JJ II
J I
Page 1 of 80
1 Pendahuluan 5 Go Back
1.1 Beberapa KOnsep Dasar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
1.2 Solusi Persamaan Differensial Biasa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8 Full Screen
1.2.1 Solusi Analitik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
1.2.2 Solusi Kualitatif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
Close
1.2.3 Solusi Numerik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
1.3 Teori Keujudan dan Ketunggalan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
Quit
Contents
JJ II
J I
Page 3 of 80
Go Back
Full Screen
Close
Quit
Home Page
Contents
JJ II
J I
Page 4 of 80
Go Back
Full Screen
Close
Quit
Home Page
Pendahuluan Contents
JJ II
J I
Page 5 of 80
Go Back
1.1. Beberapa KOnsep Dasar
Full Screen
Definisi 1.1.1 (Pengertian Persamaan Differensial). Persamaan Differensial adalah
suatu persamaan yang menghubungkan turunan fungsi tak diketahui (unknown function) Close
dengan fungsi itu sendiri, variabel dimana fungsi tersebut terdefinisi maupun konstanta.
Quit
Jika fungsi tak diketahui suatu PD tergantung pada satu variabel, maka PD tersebut
dinamakan Persamaan Differensial Biasa (PDB). Beberapa persamaan berikut adalah con-
toh untuk PDB;
dy
= 2x + y (1.1)
dx
dy 2
( ) − x2 e2 = 1 (1.2)
dx
Dalam PDB diatas besaran tidak diketahui y = y(x) disebut variabel terikat dan variabel
x disebut variabel bebas. Dalam buku ini turunan akan dinyatakan dalam tanda ”aksen”
dan untuk turunan lebih tinggi dari dua kadang dinyatakan oleh tanda ”skrip diatas”.
Misalnya; Home Page
dy d2 y d3 y
= y0 , = y”, = y (3) (1.3)
dx dx2 dx3 Title Page
Secara umum notasi y 0 , y”, y (3) ,... tidak secara langsung menyatakan turunan pertama,
kedua, ketiga dan seterusnya dari variabel y terhadap x, melainkan turunan variabel y Contents
terhadap variabel bebas yang dibicarakan, misalnya t. Selanjutnya variabel terikat y bisa
digantikan oleh variabel lain tergantung dari fungsi tak diketahuinya, misalnya u. Apabila JJ II
suatu PD memuat suatu turunan parsial terhadap lebih dari satu variabel bebas, maka PD
tersebut dinamakan Persamaan Differensial Parsial PDP). Beberapa dibawah ini merupakan J I
contoh dari PDP;
∂u ∂u Page 6 of 80
+ =0 (1.4)
∂x ∂y
Go Back
∂v ∂2v
= (1.5)
∂t ∂x2 Full Screen
∂2w ∂2w
+ =0 (1.6) Close
∂x2 ∂y 2
Dalam persamaan (1.4) dan (1.6) variabel terikatnya adalah u dan W , variabel bebasnya Quit
adalag x dan y. Sedangkan dalam persamaan (1.5) variabel terikatnya adalah v dan variabel
bebasnya adalah t dan x. Karena materi persamaan differensial I hanya tercakup pada
PDB, maka buku ini hanya akan membahas PDB.
Definisi 1.1.2 (Orde Persamaan Differensial). Orde suatu PD adalah orde tertinggi
dari turunan yang terjadi dalam persamaan.
Persamaan (1.1) dan (1.2) adalah PDB orde satu dan persamaan (1.3) adalah PDB
orde dua. Sedangkan persaman (1.4) adalah PDB orde satu dan persamaan (1.5) dan (1.6)
adalah PDP orde dua. Secara umum PDB orde ke-n adalah persamaan yang berbentuk;
F (x, y, y 0 , y”, ..., y n ) = 0 (1.7)
dimana F adalah suatu fungsi dari variabel bebas x, variabel terikat y, dan turunan y Home Page
sampai orde ke-n.
Title Page
Definisi 1.1.3 (Kelinieran dan Kehomogenan Persamaan Differensial). PDB orde
n dikatakan linier apabila ia dapat dituliskan dalam bentuk;
Contents
a0 (x)y (n) + a1 (x)y (n−1) + ... + an−1 (x)y 0 + an (x)y = g(x), (a0 (x) 6= 0) (1.8)
JJ II
Fungsi a0 (x), a1 (x), a2 (x), ..., an (x) disebut koefisien dari PDB dan g(x) dinamakan un-
sur tak homogen. Jika suatu PDB tidak bisa dinyatakan dalam bentuk persamaan (1.8), J I
maka PDB tersebut dikatakan PDB tidak linier.
Apabila semua koefisien adalah fungsi konstan, maka PDB tersebut dikatakan mempun- Page 7 of 80
yai koefisien konstanta. Apabila semua koefisien adalah fungsi dari variabel x, maka PDB
tersebut dikatakan mempunyai koefisien variabel. Apabila g(x) = 0, maka PDB tersebut Go Back
dikatakan homogen. Sebaliknya PDB dikatakan tak homogen apabila g(x tidak identik
dengan 0. Full Screen
y” + y = x2 + 2 (1.11)
Close
Tunjukkan bahwa y(x) = sin x + x2 adalah solusi dari persamaan (1.11)
Quit
Jawab 1.2.1. Dari y(x) = sin x + x2 didapatkan y 0 = cos x + 2x dan y” = − sin x + 2.
Setelah hasi tersebut disubstitusikan ke persamaan (1.11), maka identitas dalam persamaan
(1.11)dipenuhi.
Kesimpulannya, y(x) = sin x + x2 adalah merupakan solusi dari persamaan (1.11).
Adapun metode yang digunakan untuk menyelesaikan PDB pada dasarnya ada tiga yaitu,
analitik, kualitatif dan numerik. Masing-masing metode tersebut akan dibahas berikut:
1.2.1. Solusi Analitik
Representasi secara analitik dari suatu solusi bisa berbentuk salah satu dari dua bentuk
berikut;
• Bentuk eksplisit y = f (x), dalam hal ini variabel terikat terisolasi secara penuh
dan hanya nampak sebagai pangkat satu pada sisi suatu persamaa. Disisi lain dari
Home Page
persamaan tersebut hanya mengandung ekspresi dalam variabel x atau konstanta.
• Bentuk implisit adalah persamaan h(x, y) = 0 yang mengandung variabel bebas Title Page
maupun variabel terikat tetapi tidak mengandung turunannya.
Contents
Solusi untuk PDB (1.11) diatas adalah contoh solusi yang berbentuk eksplisit. Solusi
yang diperoleh secara analitik merupakan solusi eksak, sehingga para matematikawan tera-
JJ II
pan selalu berusaha untuk bisa menyelesaikan model yang ditemukan secara analitik. Jika
tidak memungkinkan, barulah mencari solusi tersebut dengan metode lain. Kelebihan dari
J I
solusi secara analitik adalah formula yang diinginkan bisa diperoleh baik secara eksplisit
maupun implisit. Page 9 of 80
Representasi secara kualitatif dari solusi PDB memudahkan pembaca untuk menginterpre- Full Screen
tasikannya dan biasanya mampu memberikan informasi secara jelas tentang kelakuan solusi
(meskipun) tanpa harus mendapatkan formula untuk solusi tersebut. Metode ini sering di- Close
gunakan untuk menganalisa kestabilan gerak suatu sistem; baik gerak suatu benda maupun
pertumbuhan spesies. Quit
Secara geometris, solusi PDB orde satu suatu kurva dengan gradien di sebarang titik
pada kurva merupakan nilai turunan pertama pada titik tersebut seperti yang diberikan
oleh PDB.
Contoh 1.2.2. Diberikan persamaan logistik
dy
= r(M − y)y (1.12)
dx
dengan r dan M adalah konstanta positif.
Jawab 1.2.2. Tanpa menentukan formula solusinya, bisa digambarkan kelakuan solusi
secara grafik PDB (1.12) dengan melihat kemiringan kurva pada setiap titik seperti yang
diberikan oleh persamaan (1.12). Jika 0 < y < M , maka kurva mempunyai kemiringan
positif dan berimplikasi bahwa pada interval tersebut kurva (solusi) naik. jika y > M ,
maka kurva mempunyai kemiringan negatif. dengan demikian pada interval tersebut kurva Home Page
turun. Titik belok akan terjadi ketika y = M 2 . Selanjutnya bisa dianalisa bahwa pada
interval 0 < y < 2 kurva membuka keatas ( concave up) dan pada interval M
M
2 < y < M
Title Page
kurva membuka kebawah ( concave down). Sedangkan pada interval y > M kurva membuka
ke atas. Solusi grafik dari PDB (1.12)tersebut diberikan dalam gambar (??). Dari gambar Contents
(??)tersebut bisa disimpulkan bahwa titik-titik y = 0 adalah titik keseimbangan tak stabil
( unstable equilibrium). sedangkan titik-titik y = M adalah titik keseimbangan stabil ( stable JJ II
equilibrium).
J I
Misalkan diberikan r = 1 dan M = 2 pada PDB (1.12), maka didapatkan PDB
Page 10 of 80
d
dx = (2 − y)y (1.13)
y
Go Back
Dengan menggunakan MAPLE bisa dianalisa gradien pada sebarang titik serta kelakuan
dari beberapa solusi untuk kondisi awal yang berbeda seperti ditunjukkan dalam gambar Full Screen
(??)
Jika dicocokkan dengan analisa kualitatif sebelumnya maka jelas bahwa y = 0 meru- Close
pakan titik equilibrium tak stabil dan y = 2 adalah titik equilibrium stabil. Kurva solusi
dengan kondisi awal 0 < y < 1 akan mendekati y = 2 dan akan mengalami pembelokan Quit
pada y = 1, kurva solusi dengan kondisi awal 1 < y < 2 akan menuju y = 2 tanpa men-
galami pembelokan, sedangkan kurva solusi dengan kondisi awal y > 2 juga akan menuju
y = 2 tanpa mengalami pembelokan.
Untuk PDB orde lebih tinggi dari satu, gradien garis singgung pada titik-titik ki kurva
(solusi) umumnya tidak bisa diperoleh secara langsung dari PDB yang diberikan karena
masih mengandung turunan ke dua atau lebih.
1.2.3. Solusi Numerik
Metode numerik sebagai alternatif untuk menyelesaikan PDB, terutama untuk kasus PDB
yang tidak bisa diselesaikan secara analitik maupun kualitatif. Solusi numerik pada dasarnya
adalah merupakan aproksimasi untuk nilai variabel terikat pada nilai-nilai tertentu variabel
bebas dengan tingkat ketelitian tertentu, sehingga harus sudah disadari sejak dini bahwa
solusi yang diperoleh mengandung kesalahan (error ). Dalam hal ini biasanya solusi PDB Home Page
berupa tabel nilai variabel terikat dan variabel bebas yang bersesuaian.
Pada prakteknya, mencari solusi PDB secara numerik adalah mencari barisan {(xi , yi )}. Title Page
Metode numerik untuk menyelesaikan PDB bisa dibedakan menjadi dua yakni; metode satu
langkah (one step method ) dan metode banyak langkah (multi step method ) Dikatakan Contents
satu langkah karena untuk menentukan nilai yn+1 hanya memerlukan nilai yn , sedan-
gkan jika nilai yn+1 diperoleh menggunakan lebih dari satu nilai y sebelumnya, misalkan JJ II
yn−2 , yn−1 , yn , . . . maka metode tersebut dikatakan metode banyak langkah. Pada umum-
nya metode banyak langkah memberikan hasil dengan ketelitian yang lebih tinggi diband- J I
ingkan metode satu langkah.
Page 11 of 80
Menyelesaikan PDB secara numerik menjadi populer karena pada kenyatannya PDB
yang muncul dari masalah sehari-hari tidaklah sederhana dan umumnya tidak dapat dise-
Go Back
lesaikan secara analitik bahkan mungkin tidak bisa diselesaikan secara kualitatif, tetapi ia
bisadiselesaikan secara numerik.
Full Screen
Definisi 1.2.2 (Solusi Umum). Solusi umum PDB orde n adalah solusi yang men-
gandung semua solusi yang mungkin pada suatu interval. Solusi umum PDB orde n men- Close
gandung n konstanta esensial. Sedangkan solusi PDB yang tidak mengandung konstanta
disebut solusi khusus. Quit
catatan:Pengertian konstanta esensial adalah suatu konstanta yang tidak bisa direduksi
lagi.
Contoh 1.2.3. Apakah y = C sin x adalah solusi umum dari PDB
y” + y = 0, −∞ < x < ∞ (1.14)
Jawab 1.2.3. Fungsi tersebut bukan merupakan solusi umum dari PDB (1.14), karena
tidak mengandung dua konstanta esensial melainkan hanya mengandung satu konstanta
esesensial.
Pada beberapa PDB tak linier orde n, selain mempunyai solusi umum yang mengan-
dung n konstanta esesnsial, kadang juga mempunyai solusi lain yang tidak diperoleh dari
mensubstitusikan suatu nilai pada konstanta yang terkandung dalan solusi umum. Solusi Home Page
2
mempunyai solusi umum y = Cx + C . Tetapi juga mempunyai solusi singular yang tidak
JJ II
diperoleh dari substitusi nilai C pada solusi umum tersebut.
soal 1.2.1. 1. Tentukan fungsi y (secara intuitif ) yang merupakan solusi dari PDB J I
dibawah ini;
Page 12 of 80
dy
(a) dx =y
dy Go Back
(b) dx +y =1
dy
(c) dx = y2 Full Screen
dy
(d) dx + y = ex Close
2. Berikan argumentasi mengapa PDB berikut ini tidak mempunyai solusi (bil real) pada
Quit
sebarang interval;
dy 2
(a) ( dx ) + 1 = −e2
(b) sin y 0 = 2
3. Tunjukkan bahwa fungsi yang diberikan pada kolom ketiga dari tabel berikut ini meru-
pakan solusi MNA yang bersesuaian.
PDB Kondisi Awal Fungsi
y 0 = −y y(0) = 2 y(x) = 2e−x
y” + 4y = 0 y(0) = 1 y 0 (0) = 0 y(x) = cos 2x
y” + 3y 0 + 2y = 0 y(0) = 0 y 0 (0) = 1 y(x) = e−x − e−2x
Home Page
1.3. Teori Keujudan dan Ketunggalan
Title Page
Timbul suatu pertanyaan apakah setiap PDB mempunyai solusi pada suatu interval dan
memenuhi kondisi awal y(x0 ) = y0 yang termuat dalam interval tersebut? Jika solusi y(x) Contents
memenuhi kondisi awal y(x0 ) = y0 , apakah satu-satunya solusi?
Contoh 1.3.1. PDB (y 0 )2 + x2 = 0 tidak mempunyai solusi pada interval manapun, JJ II
sebab persamaan tersebut menunjukkan bahwa fungsi y mempunyai gradien yang merupakan
J I
anggota bilangan imajiner.
Contoh 1.3.2. Persamaan (1.14) mempunyai banyak solusi yang diberikan oleh y = Page 13 of 80
C1 sin x + C2 cos x pada interval yang diberikan, tetapi hanya mempunyai satu solusi yang
memenuhi kondisi awal y(0) = 1 dan y 0 (0) = 1, solusi tersebut adalah y = sin x + cos x. Go Back
Karena solusi ini tidak mengandung konstanta, maka ia adalah solusi khusus PDB tersebut
karena ia satu-satunya solusi PDB tesebut yang memenuhi kondisi khusus yang diberikan, Full Screen
Asumsikan bahwa f dan ∂f∂y kontinu pada suatu persegi panjang R = {(x, y) : a < x <
b, c < y < d} yang memenuhi kondisi awal (x0 , y0 ). jika kondisi ini dipenuhi, maka MNA
tersebut mempunyai solusi tunggal y = φ(x) pada interval (x0 − h, x0 + h), dimana h
konstanta positif.
Catatan:Teori Picard diatas menjadi popular, karena dalam membuktikan keujudan dan
ketunggalan solusi PDB (MNA) cukup hanya menunjukkan kekontinuan dar f dan ∂f ∂y yang
pada umumnya mudah dikerjakan.
Home Page
Contoh 1.3.3. Apakah MNA berikut mempunyai solusi tunggal?
Title Page
y 0 = y + e2x , y(0) = 1 (1.17)
Contents
Jawab 1.3.3. Karena f (x, y) = y + e2x dan f rac∂f ∂y kontinu pada sebarang persegi
panjang yang memuat titik (0, 1)(sesuai dengan kondisi pada persamaan (1.16), maka
JJ II
hipotesis teori picard dipenuhi. Kesimpulannya MNA (1.17) mempunyai solusi tunggal
dalam interval (−h, h)
J I
Contoh 1.3.4. Selidiki keujudan dan ketunggalan solusi MNA berikut;
Page 14 of 80
• y 0 = y 1/3 , y(0) = 0
Go Back
• yy 0 = x, y(0) = 0
soal 1.3.1. 1. Selidiki apakah Teori Picard berimplikasi bahwa MNA berikut ini mem- Full Screen
punyai solusi tunggal pada interval yang memuat kondisi awal;
Close
(a) y 0 = x3 − y 3 , y(0) = 0
(b) y 0 = xy , y(0) = 1 Quit
2. Tentukan titik (titik-titik) (x0 , y0 ) untuk semua PDB berikut ini memenuhi teori keu-
judan dan ketunggalan dari picard.
x2 +y
(a) y 0 = x−y
Home Page
Title Page
Contents
JJ II
J I
Page 15 of 80
Go Back
Full Screen
Close
Quit
Home Page
JJ II
J I
Page 16 of 80
Go Back
2.1. Persamaan Diferensial dengan Variabel Terpisah
Full Screen
Bentuk Umum (I):
dy Close
= f (x) (2.1)
dx
Persamaan (2.1) bisa langsung diselesaikan dengan cara sebagai berikut: Quit
R dy = Rf (x)dx
dy = f (x)dx
y = F (x) + C (2.2)
Persamaan (2.2) merupakan solusi umum dari Persamaan (2.1), dengan C sebagai konstanta
integrasi.
Bentuk Umum (II) :
M (x)dx + N (y)dy = 0 (2.3)
dimaan M merupakan hanya fungsi x saja dan N dungsi y saja. dengan mengintegrasikan
suku demi suku maka terdapatlah penyelesaian umumnya:
Z Z
M (x)dx + N (y)dy = C Home Page
dy
9y = −4x Full Screen
dx
Z Z
Close
9ydy = −4xdx
9 2
y = −2x2 + C atau
2
x2 y2 C
+ =c (c = )
9 4 19
Solusi diatas menunjukkan keluarga ellips.
2.2. Persamaan Diferensial Homogen
Fungsi F (x, y) disebut fungsi homogen berderajat n dalam variabel x dan y jika setiap
harga lamda (λ) berlaku:
f (λx, λy) = λn · f (x, y)
p
Contoh 2.2.1. Fungsi f (x, y) = x2 + y 2 Home Page
karena: Go Back
dy
dx = f (x, y) disebut persamaan diferensial homogen orde 1 jika f (x, y) fungsi homogen
berderajat nol dalam x dan y.
2 2
dy −y
Contoh 2.2.3. Fungsi dx = x xy adalah persamaan diferensial homogen orde satu karena
f (x, y) merupakan fungsi homogen berderajat nol dalam x dan y.
Untuk menyelesaikan persamaan diferensial homogen orde satu terlebih dahulu harus
diperiksa apakah persamaan diferensial yang akan diselesaikan benar-benar homogen. Apa-
bila persamaannya homogen maka cara pemecahannya sebagai berikut:
Bentuk Umum:
dy
= f (x, y) (2.4)
dx
Home Page
Penyelesaian untuk persamaan (2.4) dengan pemisalan sebagai berikut:
y Title Page
y =u·x→u=
x
Contents
dy du
=u+x
dx dx JJ II
dy
dengan mensunstitusikan y dan dx kedalam persamaan (2.4) diperoleh:
J I
du du
u+x = f (x, y) → u + x = f (x(1, u)) Page 20 of 80
dx dx
du
x = f (x(1, u)) − u Go Back
dx
Z Z
du dx Full Screen
= (2.5)
f (1, u) − u x
Close
Persamaan (2.5) merupakan solusi umum dari (2.4).
Contoh 2.2.4. Periksalah apakah persamaan differensial berikut homogen, kemudian ten- Quit
dy x2 + y 2 + y
f (λx, λy) = = Title Page
dx x
f (x, y) homogen dengan n = 0. Contents
Selanjutnya dengan memisalkan u = xy ;
JJ II
dy du
y =u·x→ =u+x
dx dx J I
substitusi (2.7) ke (2.6) diperoleh
Page 21 of 80
√
du x2 + u2 x2 + ux Go Back
u+x =
dx x
du p Full Screen
x = 1 + u2
Z Z dx Close
du dx
√ − = c
1+u 2 x
Quit
p
2
y
ln( 1 + u + u) − ln x = c, ganti u =
p x
x2 + y 2 + y
= c, (solusi umum)
x2
2.3. Persamaan Differensial dengan Koefisien-Koefisien
Linier
Persamaan differensial dengan koefisien-koefisien linier disebut juga dengan persamaan dif-
ferensial non homogen. Persamaan differensial ini dapat direduksi menjadi persamaan
differensial homogen, sehingga penyelesaiannya dapat dilakukan dengan langkah-langkah Home Page
persamaan differensial homogen.
Bentuk Umum: Title Page
(ax + by + c)dx + (px + qy + r)dy = 0 (2.8)
Contents
atau dapat juga ditulis sebagai
dy ax + by + c JJ II
= (2.9)
dx a1 x + b1 y + c1
J I
a b
6 0 dan
dengan syarat c, c1 = 6= 0 Page 22 of 80
a1 b1
dy ax+by Go Back
• Bila C = 0 dan C1 = 0 maka (2.9) menjadi: dx = a1 x+b1 y (Persamaan differensial
homogen)
Full Screen
• Bila a1 x + b1 y = k(ax + by); (k=bilangan konstanta) maka (2.9) menjadi:
Close
dy ax + by + c
= (2.10)
dx k(ax + by) + c1 Quit
dy 1 dz
misal ax + by = z, adx + bdy = dz, dx = b dx , sehingga (2.10) menjadi;
1 dz z+c
−a= (persamaan differensial dengan variabel terpisah).
b dx kz + c
• Bila aa1 6= b
b1 , c 6= 0 dan c1 6= 0 maka langkah penyelesaiannya adalah sebagai
berikut:
ax + by + c = 0
adalah persamaan dua garis yang berpotongan.
a1 x + b1 y + c = 0
Misalkan titik potong kedua garis itu adalah (h, k), maka dengan substitusi Home Page
x = x1 + h dx = dx1 dy dy1 Title Page
→ → = (2.11)
y = y1 + k dy = dy1 dx dx1
Contents
dengan mensubstitusikan (2.11) ke 2.9)
JJ II
dy1 a(x1 + h) + b(y1 + k) + c
= (2.12)
dx1 a1 (x1 + h) + b1 (y1 + k) + c1 J I
atau
Page 23 of 80
dy1 ax1 + by1 + ah + bk + c
= (2.13)
dx1 a1 x1 + b1 y1 + a1 h + b1 k + c1 Go Back
dy ax1 + by1
= (2.15)
dx a1 x1 + b1 y1
Jawab 2.3.1.
dy 4x + y + 1
= (2.16)
dx x+y+2 Home Page
misal x = x1 + h
y = y1 + k → substitusikan ke (2.16) Title Page
dy dy1
dx = dx1
Contents
dy1 4(x1 + h) + (y1 + k) + 1
=
dx1 (x1 + h) + (y1 + k) + 2 JJ II
dy1 4x1 + y1 + 4h + k + 1
= (2.17) J I
dx1 x1 + y1 + h + k + 2
Dari persamaan (2.17) diambil dua persamaan Page 24 of 80
4h + k + 1 = 0 Go Back
(2.18)
h+k+2=0
Full Screen
dy1 4x1 + y1
= (2.19)
dx1 x1 + y1 Close
dengan menyelesaikan sistem persamaan (2.18) diperoleh nilai
Quit
1 7
h = dan k = −
3 3
1 1
x = x1 + h → x = x1 + → x1 = x −
3 3
7 7
y = y1 + k → y = y1 − → y1 = y +
3 3
selanjutnya persamaan
dy1 4x1 + y1
=
dx1 x1 + y1
diselesaikan dengan pemisalan
dy1 du
y1 = ux1 → =u+x (2.20)
dx1 dx1 Home Page
persamaan (2.21) merupakan persamaan differensial exact jika ruas kiri merupakan differ- Home Page
ensial dari u(x, y) = c. Sehingga turunan dari u(x, y) = c:
Title Page
∂u ∂u
du(x, y) = dx + dy = 0 (2.22)
∂x ∂y Contents
∂u ∂2u Page 26 of 80
N= → (2.24)
∂y ∂y∂x
Go Back
Selanjutnya persamaan (2.21) disebut exact jika memenuhi syarat sebagai berikut:
∂M ∂N Full Screen
= (2.25)
∂y ∂x
Close
Demikian juga sebaliknya, bila persamaan(2.25) dipenuhi maka M (x, y)dx + N (x, y)dy = 0
adalah persamaan differensial exact. Apabila syarat exact sudah dipenuhi maka u(x, y) Quit
dapat dicari dengan langkah-langkah sebagai berikut:
∂u
= M (x, y) → ∂u = M (x, y)dx
∂x
Z Z
∂u = M (x, y)∂x
Z
u= M (x, y)∂x + ϕ(y) (2.26)
Z
∂u ∂
= M (x, y)∂x + ϕ(y) (2.27)
∂y ∂y
Dari persamaan (2.24) dan persamaan (2.27) diperoleh persamaan berikut:
Home Page
Z
∂u ∂
N (x, y) = = M (x, y)∂x + ϕ(y)
∂y ∂y Title Page
Z
∂
N (x, y) = M (x, y)∂x + ϕ(y) Contents
∂y
Z
0 ∂ JJ II
ϕ (y) = N (x, y) − M (x, y)∂x
∂y
Z Z J I
∂
ϕ(y) = N (x, y) − M (x, y)∂x (2.28)
∂y Page 27 of 80
Dari persamaan (2.26) dan (2.28) diperoleh penyelesaian persamaan (2.21) sebagai berikut:
Go Back
Z Z Z
∂
u(x, y) = M (x, y)∂x + N (x, y) − M (x, y)∂x Full Screen
∂y
Contoh 2.4.1. Tentukan solusi dari persamaan differensial Close
2 3 2 2
(6xy + 4x )dx + (6x y + 3y )dy = 0 Quit
Jawab 2.4.1.
(6xy 2 + 4x3 )dx + (6x2 y + 3y 2 )dy = 0 (2.29)
2 3 2 2
M = 6xy + 4x (6x y + 3y )dy
∂M ∂N
= 12xy = 12xy
∂y ∂x
∂M ∂N
= = 12xy (persamaan differensial exact)
∂y ∂x
karena syarat exact dipenuhi, maka langkah selanjutnya dapat digunakan.
∂u
= M (x, y) = 6xy 2 + 4x3
∂x
Home Page
∂u = (6xy 2 + 4x3 )∂x
Z Z
∂u = (6xy 2 + 4x3 )∂x Title Page
Contents
2 2 4
u = 3x y + x + ϕ(y) (2.30)
JJ II
∂u
= 6x2 y + ϕ0 (y) (2.31)
∂y J I
∂u
= N (x, y) (2.32)
∂y Page 28 of 80
Go Back
6x2 y + 3y 2 = 6x2 y + ϕ0 (y)
Full Screen
0 2
ϕ (y) = 3y (2.33)
Close
ϕ(y) = = y 3 + c (2.34)
Quit
dari (2.30) dan (2.34) diperoleh solusi persamaan (2.29)
∂M ∂N
∂y = −2x sin y = −2x sin y
∂x Contents
∂M ∂N JJ II
= = −2x sin y (exact)
∂y ∂x
J I
∂U
M= = 2x cos y − ex Page 29 of 80
∂x
x
∂u = (2x cos y − e )∂x
Z Z Go Back
∂u = (2x cos y − ex )∂x
Full Screen
Quit
∂u
= −x2 sin y + ϕ0 (y)
∂y
N = −x2 sin y + ϕ0 (y)
−x2 sin y = −x2 sin y + ϕ0 (y)
ϕ0 (y) = 0
ϕ(y) = c (2.38)
dari (2.36), (2.37) dan (2.38) didapat
x2 cos y − ex = c
Home Page
2.5. Faktor Integrasi
Title Page
Apabila bentuk persamaan differensial exact tidak memenuhi syarat exact
M (x, y)dx + N (x, y)dy = 0 (2.39) Contents
Agar persamaan (2.41) exact maka persamaan (2.41) harus memenuhi syarat persamaan
exact sebagai berikut: Close
∂ ∂
(uM ) = (uN ) (2.42) Quit
∂y ∂x
selanjutnya persamaan (2.42) ini diturunkan sebagai berikut
∂M ∂u ∂N ∂u
u +M = u +N
∂y ∂y ∂x ∂x
∂u ∂u ∂N ∂M
M −N = u −u
∂y ∂x ∂x ∂y
∂M ∂N ∂u ∂u
u − = N −M (2.43)
∂y ∂x ∂x ∂y
Dari persamaan (2.43) ini harga u dapat dicari, dan setelah harga u dimasukkan dalam
persamaan (2.41) terjadilah persamaan differensial exact dan dapat diselesaikan dengan
cara seperti pada 3.1.
Home Page
2.5.1. Bila Factor Integrasi hanya Tergantung dari x maka u = u(x): Title Page
∂u du ∂u
= dan =0 (2.44) Contents
∂x dx ∂y
sehingga persamaan (2.43) menjadi; JJ II
∂N ∂M du
u − = −N (2.45) J I
∂x ∂y dx
Page 31 of 80
atau
Go Back
du ∂M ∂N
N = u − Full Screen
dx ∂y ∂x
Z Z ∂M − ∂N
du ∂y ∂x Close
= dx
u N
Z ∂M − ∂N Quit
∂y ∂x
ln u = dx
N
" #
∂M − ∂N
R ∂y ∂x
N dx
u = e
2.5.2. Bila Faktor Integrasi hanya Bergantung dari y maka u =
u(x, y):
∂u du ∂u
= dan =0 (2.46)
∂y dy ∂x
sehingga persamaan (2.43) menjadi; Home Page
∂N ∂M du
u − =M (2.47) Title Page
∂x ∂y dy
Contents
atau
JJ II
du ∂M ∂N
−M = u − J I
dy ∂y ∂x
Z Z ∂M − ∂N
du ∂y ∂x Page 32 of 80
= dx
u −M
Z ∂M − ∂N Go Back
∂y ∂x
ln u = dx
−M
" # Full Screen
∂M − ∂N
R ∂y ∂x
−M dx
u = e Close
u = u(z) = (x ± y):
dz dz
= 1 dan = ±1 (2.48)
dx dy
∂u ∂u ∂z dz
= · = u0 (z) · = u0 (z) (2.49)
∂x ∂z ∂x dx
∂u ∂u ∂z dz
= · = u0 (z) · = ±u0 (z) (2.50)
∂y ∂z ∂y dy
sehingga rumus faktor integrasi menjadi
Home Page
∂M ∂N ∂u ∂z ∂u ∂z
u − = N −M
∂y ∂x ∂z ∂x ∂z ∂y Title Page
∂M ∂N
u − = N u0 (z)1 ∓ M u0 (z)1 Contents
∂y ∂x
∂M ∂N JJ II
u − = (N ∓ M )u0 (z)
∂y ∂x
u0 (z)
∂M
− ∂N J I
∂y ∂x
=
u N ∓M
Page 33 of 80
Dalam bentuk fungsi z menjadi
Go Back
∂M ∂N
du ∂y − ∂x
= dz Full Screen
u N ∓M
Z Z ∂M − ∂N
du ∂y ∂x Close
= dz
u N ∓M
Z ∂M − ∂N Quit
∂y ∂x
ln u = dz
N ∓M
" #
∂M − ∂N
R ∂y ∂x
N ∓M dz
u = e
2.5.4. Bila Faktor Integrasi hanya Bergantung dari (x · y) maka
u = u(z) = (x · y):
dz dz
= y dan =x (2.51)
dx dy
Home Page
∂u ∂u ∂z dz
= · = u0 (z) · = u0 (z)y (2.52)
∂x ∂z ∂x dx Title Page
∂u ∂u ∂z dz
= · = u0 (z) · = u0 (z)x (2.53)
∂y ∂z ∂y dy Contents
Quit
Dalam bentuk fungsi z menjadi
∂M ∂N
du ∂y − ∂x
= dz
u Ny − Mx
Z Z ∂M − ∂N
du ∂y ∂x
= dz
u Ny − Mx Home Page
Z ∂M − ∂N
∂y ∂x Title Page
ln u = dz
Ny − Mx
" #
∂M − ∂N
R ∂y ∂x Contents
N y−M x dz
u = e
JJ II
2 2
2.5.5. Bila Faktor Integrasi hanya Bergantung dari (x + y ) maka J I
u = u(z) = (x2 + y 2 ):
Page 35 of 80
dz dz
= 2x dan = 2y (2.54)
dx dy
Go Back
∂u ∂u ∂z dz
= · = u0 (z) · = u0 (z)2x (2.55) Full Screen
∂x ∂z ∂x dx
∂u ∂u ∂z dz Close
= · = u0 (z) · = u0 (z)2y (2.56)
∂y ∂z ∂y dy
Quit
sehingga rumus faktor integrasi menjadi
∂M ∂N ∂u ∂z ∂u ∂z
u − = N −M
∂y ∂x ∂z ∂x ∂z ∂y
∂M ∂N
u − = N u0 (z)2x − M u0 (z)2y
∂y ∂x
Home Page
∂M ∂N
u − = (2xN − 2yM )u0 (z)
∂y ∂x Title Page
∂M ∂N
0
u (z) ∂y − ∂x
= Contents
u 2xN − 2yM x
Dalam bentuk fungsi z menjadi JJ II
∂M ∂N
du ∂y − ∂x J I
= dz
u 2xN − 2yM
Z Z ∂M − ∂N Page 36 of 80
du ∂y ∂x
= dz
u 2xN − 2yM Go Back
Z ∂M − ∂N
∂y ∂x
ln u = dz Full Screen
2xN − 2yM
" #
∂M − ∂N
R ∂y ∂x
N y−M x dz Close
u = e
Quit
Berdasarkan uaraian diatas, ternyata yang membedakan faktor integrasinya tergantung dari
∂M ∂N
∂y − ∂x
(2.57)
αN − βM
dimana α dan β harus dicari sedemikian, hingga (2.57) dapat berbentuk sama dengan salah
satu dari ketentuan (rumus) diatas.
Contoh 2.5.1. Carilah solusi dari persamaan differensial
3 − 2y x2 − 1
dx + dy = 0
(x − 1)2 (x − 1)2
3 − 2y x+1
dx + dy = 0 (Persamaan Exact) Home Page
(x − 1)2 x−1
Persamaan (2.58) telah menjadi persamaan differensial exact. Selanjutnya harga M dan Title Page
N yang baru menjadi :
3 − 2y ∂M −2
M= → = Contents
(x − 1)2 ∂y (x − 1)2
x2 − 1 x+1 ∂N −2 JJ II
N= = → =
(x − 1)2 x−1 ∂x (x − 1)2
J I
∂M ∂N
= (Terbukti syarat exact terpenuhi)
∂y ∂x Page 38 of 80
Go Back
∂u −2
M= =
∂x (x − 1)2
Full Screen
3 − 2y
Z Z
∂u = ∂x
(x − 1)2 Close
Quit
2y − 3
u = + ϕ(y) (2.60)
x−1
∂u 2
= + ϕ0 (y)
∂y x−1
∂u 2
N= = + ϕ0 (y)
∂y x−1
x+1 2
= + ϕ0 (y)
x−1 x−1 Home Page
0 x+1 2
ϕ (y) = −
x−1 x−1 Title Page
u = y (2.63) JJ II
∂u
M= = 2xy 2
Z ∂x Z
∂u = 2xy 2 ∂x
u = x2 y 2 + ϕ(y) (2.65)
∂u
= 2x2 y + ϕ0 (y)
∂y
∂u
N= = 2x2 y + ϕ0 (y) Home Page
∂y
2x2 y + 3y = 2x2 y + ϕ0 (y) Title Page
3 2
ϕ0 (y) = 3y → ϕ(y) = y +c (2.66) Contents
2
Dari (2.65) dan (2.66) diperoleh penyelesaian (2.62) JJ II
∂M
M = 12x2 y + 3xy 2 + 2y → = 12x2 + 6xy + 2 Quit
∂y
∂N
N = 6x3 + 3x2 y + 2x → = 18x2 + 6xy + 2
∂x
∂M ∂N
6= (tidak exact)
∂y ∂x
Faktor integrasi ditentukan dengan rumus:
∂M ∂N
Z
du
Z
∂y − ∂x
= dy
u −M
(12x2 + 6xy + 2) − (18x2 + 6xy + 2)
Z
ln u = dz
y(6x3 + 3x2 y + 2x) − x(12x2 y + 3xy 2 + 2y) Home Page
−6x2
Z
ln u = dz Title Page
−6x3 y
Z Z
1 1
ln u = = dz = ln z Contents
xy z
u = z = xy (2.68) JJ II
substitusikan (2.68) ke (2.67) J I
(12x3 y 2 + 3x2 y 3 + 2xy 2 )dx + (6x4 y + 3x3 y 2 + 2x2 y)dy = 0 (2.69)
Page 42 of 80
∂N
N = 6x4 y + 3x3 y 2 + 2x2 y → = 24x3 y + 9x2 y 2 + 4xy Close
∂x
∂M ∂N Quit
= (Terbukti syarat exact terpenuhi)
∂y ∂x
∂u
M= = 6x4 y + 3x3 y 2 + 2x2 y
Z ∂x Z
∂u = 6x4 y + 3x3 y 2 + 2x2 y∂x
u = 3x4 y 2 + x3 y 3 + x2 y 2 + ϕ(y) (2.70)
∂u
= 6x4 y + 3x3 y 2 + 2x2 y + ϕ0 (y)
∂x
∂u
N= = 6x4 y + 3x3 y 2 + 2x2 y + ϕ0 (y)
∂x Home Page
6x4 y + 3x3 y 2 + 2x2 y = 6x4 y + 3x3 y 2 + 2x2 y + ϕ0 (y)
Title Page
ϕ0 (y) = 0 → ϕ(y) = c substitusikan ke (2.70)
Contents
u = u = 3x4 y 2 + x3 y 3 + x2 y 2 + c = 0 atau
x2 y 2 (3x2 + xy + 1) = c jawab umum(2.67) JJ II
J I
Page 43 of 80
Go Back
Full Screen
Close
Quit
Home Page
JJ II
J I
Page 44 of 80
Go Back
3.1. Pertumbuhan dan Peluruhan
Full Screen
3.1.1. Pertumbuhan
Close
Pada tahun 1798 T.R Malthus mengamati bahwa penduduk Eropa akan menjadi dua kali
lipat pada selang waktu yang teratur, dan dia berkeimpulan bahwa laju pertambahan
Quit
populasi berbanding lurus dengan penduduk yang ada. Misalkan N (t) menunjukkan jumlah
yang ada pada setiap saat t. Jika k adalah konstanta perbandingan, maka fungsi fungsi
N = N (t) memenuhi persamaan differensial orde 1
dN (t)
= kN (t) hukum Malthus [?]
dt
Sedangkan bila k berubah-ubah tergantung dari N , maka dapat diganti dengan suatu
fungsi misalnya h(N ), dipilih h(N ) = r − aN maka model pertumbuhan diatas berubah
menjadi
dN
= r − aN )N
dt
dN r Home Page
= r(1 − N/K)N dimana K=
dt k
N (t0 ) = N0 Title Page
PDB ini dikenal dengan persamaan Verhulst atau persamaan Logistik. Contents
Jawab 3.1.1. Bila tahun 1980 jumlah populasi 100.000 maka dapat dikatakan x(1980) = Close
100.000 sehingga model PDB sekarang adalah
dx 1 1 Quit
= x − 8 x2
dt 100 10
x(t0 ) = x0
Rubah kedalam PD dnegan variabel terpisah
1
dx = dt
10−2 x − 10−8 x2
Integralkan kedua ruasnya
Z Z
1
dx = dt
10−2 x(1 − 10−6 x)
10−6
Z Z
1
100 + dx = dt
x 1 − 10−6 x Home Page
100(ln x − ln(1 − 10−6 x)) + c0 = t + c1
x t Title Page
ln = + c2
1 − 10−6 x 100
x t Contents
= e 100 +c2
1 − 10−6 x
x t JJ II
= ce 100
1 − 10−6 x
ce 100
t
J I
x = t
1 + 10−6 ce 100 Page 46 of 80
6
10
Terapkan nilai awal x(1980) = 100.000 didapat c = 9e19,8 sehingga
Go Back
6
10
x(t) = t (3.1) Full Screen
1 + 9e19,8− 100
Close
Dengan demikian beberapa pertanyaan itu dapat diselesaikan sebagai berikut
1. jumlah populasi tahun 2000 artinya t = 2000. Substitusikan nilai t ini kedalam per- Quit
samaan (3.1) didapat x = 119, 495. Dengan demikian jumlah populasi tahun 2000
adalah 119,495 orang.
2. jumlah populasi 2x tahun 1980, berarti x = 200.000. Substitusikan nilai x ini kedalam
persamaan (3.1) didapat t = 2061. Dengan demikian jumlah populasi akan dua kali
lipat tahun 1980 dicapai pada tahun 2061.
3. Besar populasi untuk waktu yang tidak terbatas (t → ∞) berarti
106
x = lim t
t→∞ 1 + 9e19,8− 100
6
10
x = lim t
t→∞ 1 + 9e19,8 e− 100 Home Page
x = 106 = 1.000.000
Title Page
Dengan demikian jumlah maksimum populasi untuk waktu yang tidak terbatas adalah
1 juta orang. Contents
3.1.2. Peluruhan JJ II
Misalkan N (t) menunjukkan jumlah yang ada pada setiap saat t dan dN
dt adalah perubahan J I
(berkurang) terhadap waktu. Jika k adalah konstanta perbandingan, maka fungsi fungsi
N = N (t) memenuhi persamaan differensial orde 1 Page 47 of 80
dN (t) Go Back
= −kN (t) Peluruhan
dt
Full Screen
Contoh 3.1.2. Radioaktif isotop Thorium-234 meluruh pada tingkat yang sebanding dne-
gan jumlah isotop. jika 100 mg dari material meluruh menjadi 82,04 mg dalam satu minggu, Close
maka
Quit
1. tentukan ekspresi jumlah pada saat tertentu
2. tentukan interval waktu sehingga isotop itu meluruh menjadi setengah dari junlah
semula.
Jawab 3.1.2. Gunakan rumus perluruhan. Misal N jumlah isotop Thorium-234 maka
dalam waktu t model peristiwa peluruhan itu adalah
dN
= −kN
dt
N (0) = 100
Kemudian terapkan syarat kedua, yaitu dalam satu minggu (7 hari) isotop menjadi 82,04 Contents
mg artinya N (t) = 82, 04 mg, akan didapat nilai k. Sehingga jumlah terhadap waktu (hari)
adalah JJ II
N (t) = 100e−0,02828t
J I
Dengan mengetahui ekspresi diatas, akan menjadi mudah untuk mengerjakan pertanyaan-
pertanyaan diatas. (Teruskan sebagai latihan). Page 48 of 80
Full Screen
Eksperimen menunjukkan bahwa di bawah kondisi tertentu, temperatur suatu benda berubah
dengan rata-rata yang sebanding dengan perbedaan rata-rata antara medium sekelilingnya
Close
dengan benda itu sendiri, sebagaimana yang dinyatakan oleh Hukum Pendinginan Newton.
Hukum Pendinginan Newton, diformulasikan secara matematis sebagai berikut :
Quit
dT
= −k(T − Tα )
dt
dimana :
Tα = temperatur medium
T = temperatur benda pada saat t
dT
= perubahan temperature rata-rata
dt Home Page
−k = konstanta laju penurunan temperature
Contoh 3.2.1. Sebuah bola tembaga dipanaskan pada suhu 100o C, pada saat t = 0 benda Title Page
tersebut ditempatkan dalam air yang dipertahankan pada 30o C. Di akhir menit ke-3 temper-
atur bola berkurang menjadi 70o C. Tentukan waktu yang dibutuhkan agar temperatur bola Contents
dT
= −k(T − Tα ) Full Screen
dt
dT
= −k(T − 30) Close
Z dt Z
dT Quit
= −kdt
(T − 30)
ln(T − 30) + c1 = −kt + c2
ln(T − 30) = ln e−kt + c3
(T − 30) = ce−kt
T = 30 + ce−kt (3.2)
t = 0o C dan T = 100o C disubstitusikan ke (3.2) maka diperoleh:
100 = 30 + ce−k(0)
70 = ce0
c = 70
Persamaan (3.2) menjadi : Home Page
−kt
T = 30 + 70e (3.3)
o Title Page
t = 3 dan T = 70 C disubstitusikan ke (3.3) sehingga didapat :
70 = 30 + 70e−3k Contents
40 = 70e−3k
JJ II
k = 0, 187
Jadi persamaan (3.3) menjadi : J I
Tα = temperatur medium
T = temperatur benda pada saat t
dT
= perubahan temperature rata-rata
dt Home Page
−k = konstanta laju kenaikan temperature
Title Page
Contents
Contents
JJ II
J I
Page 52 of 80
Go Back
Full Screen
Close
Quit
Home Page
JJ II
J I
Page 53 of 80
Go Back
Persamaan differensial order dua dikatakan linier jika persamaan tersebut dapat dinyatakan
dengan:
Full Screen
y 00 + p(x)y 0 + q(x)y = r(x) (4.1)
dimana p, q dan r adalah fungsi dari x, p dan q disebut koefisien dari persamaan. jika Close
r(x) = 0 maka persamaan (4.1) menjadi:
Quit
y 00 + p(x)y 0 + q(x)y = 0 (4.2)
Persamaan (4.1) disebut dengan Persamaan Differensial Linier Nonhomogen, persamaan
(4.2) disebut dengan Persamaan Diffrensial Linier Homogen.
Contoh 4.0.2.
y 00 + 4y = e−x sin x −→ persamaan differensial linier nonhomogen
Contoh 4.0.3.
(1 − x2 )y 00 − 2xy 0 + 6y = 0
(persamaan differensial linier homogen)
Persamaan differensial linier order dua memegang peranan penting dibanyak permasala-
han pada bidang engineering. Home Page
Jika penyelesaian tersebut digandakan dengan suatu konstanta, misalkan y = 3 cos x atau
Full Screen
y = 5 sin x juga merupakan penyelesaian dari persamaan diatas, karena
Close
[3 cos x]00 + 3 cos x = 3[(cos x)00 + cos x]
= 3[− cos x + cos x] Quit
= 0
= − cos x + cos x + 1 = 1
Full Screen
dan untuk y = 1 + sin x
Close
y 00 + y = [1 + sin x]00 + 1 + sin x
= [sin x]00 + 1 + sin x Quit
= − sin x + sin x + 1
= 1
Tetapi fungsi-fungsi berikut bukan merupakan penyelesaian dari persamaan differensial
diatas.
y = 2(1 + cos x) dan y = (1 + cos x) + (1 + sin x)
Contoh 4.0.6. Persamaan differensial nonlinier dengan cara mensubstitusikan dapat dil-
ihat bahwa y = x2 dan y = 1 merupakan penyelesaian dari persamaan differensial nonlinier
y 00 y − xy 0 = 0
Untuk y = x2 didapat
Home Page
y 00 y − xy 0 = (x2 )00 · x2 − x(x2 )0
= 2x2 − 2x2 Title Page
= 0
Contents
Untuk y = 1 didapat
JJ II
y 00 y − xy 0 = 0·1−x·0
= 0 J I
Tetapi fungsi-fungsi berikut bukan merupakan penyeleaian dari persamaan differensial non Page 56 of 80
linier diatas:
y = −x2 dan y = x2 + 1 Go Back
Full Screen
Bentuk umum persamaan differensial linier order dua homogen dengan koefisien konstanta
adalah:
y 00 + py + qy = 0 (4.3)
dimana p dan q adalah bilangan riel konstan, sehingga persamaan (4.3) disebut persamaan
differensial linier homogen dengan koefisien konstan.
Persamaan differensial linier order satu y 0 + ay = 0 mempunyai penyelesaian y =
−ax
ce . Analog dengan hal ini, penyelesaian umum untuk persamaan (4.3) diperoleh dengan
memisalkan penyelesainm partikulirnya:
Persamaan (4.7) disebut persamaan karakteristik dari persamaan (4.3). Misalkan akar-akar Go Back
dari persamaan (4.3) adalah k1 dan k2 maka:
r Full Screen
p p2
k1 = − + −q
2 4 Close
r
p p2
k2 = − − −q Quit
2 4
Sehingga penyelesaiannya adalah:
Kasus II Bila akar-akarnya sama atau rangkap (k1 = k2 = k)maka jawab homogennya
Kasus III Bila akar-akarnya bilangan kompleks (k1 = a + bi, k2 = a − bi) maka jawab Contents
homogennya
JJ II
y = c1 e(a+bi)x + c2 e(a−bi)x
= eax (c1 ebix + c2 e−bix ) J I
= eax [c1 (cos bx + i sin bx) + c2 (cos bx − i sin bx)]
Page 58 of 80
= eax ((c1 + c2 ) cos bx + (c1 i − c2 i) sin bx) atau
Go Back
y = eax (A cos bx + B sin bx)
dimana A = (c1 + c2 ) dan B = (c1 i − c2 i) Full Screen
Rumus-rumus berikut akan banyak penggunaannya dalam penyelesaian persamaan differ- Close
ensial.
Quit
eibx = cos bx + i sin bx e−ibx = cos bx − i sin bx
ebx = cosh bx + i sinh bx e−bx = cosh bx − i sinh bx
ibx −ibx ibx −ibx
sin bx = e −e 2i cos bx = e +e 2
sinh bx = 2 (e − e−bx )
1 bx
cosh bx = 2 (e + e−bx )
1 bx
Jawab 4.1.2. J I
d3 y d2 y dy
− 3 +3 −y =0 (4.9)
dx3 dx2 dx Page 59 of 80
Persamaan karakteristik dari (4.9):
Go Back
k 3 − 3k 2 + 3k − 1 = 0
(k − 1)3 = 0 Full Screen
y = c1 e(2+i)x + c2 e(2−i)x JJ II
y = e2x (c1 eix + c2 e−ix )
J I
y = e2x [c1 (cos x + i sin x) + c2 (cos x − i sin x)]
y = e2x [(c1 + c2 ) cos x + (c1 − c2 )i sin x] Page 60 of 80
y = e2x [A cos x + B sin x] jawab umum homogen
Go Back
dimana A = c1 + c2 dan B = (c1 − c2 )i.
Full Screen
Didalam aplikasi persamaan differensial, solusi partikulir lebih diperlukan dari pada so-
Quit
lusi umum. Pada persamaan differensial order satu solusi umumnya memuat sebuah kon-
stanta sebarang, sehingga untuk mendapatkan solusi partikulirnya hanya membutuhkan
satu syarat yang disebut sebagai syarat awal (initial condition). Sekarang dibutuhkan dua
syarat untuk mendapatkan solusi partikulir dari persamaan differensial order dua, karena
didalam solusi umumnya terdapat dua konstanta esensial. Syarat awal itu adalah:
y(x0 ) = k0 dan y 0 (x0 ) = k1 (4.11)
dimana x = x0 menyatakan tiitk dan k0 dan k1 menyatakan bilangan. Jadi untuk mencari
solusi partikulir dari persamaan:
y 00 + py 0 + qy = 0
yang mempunyai nilai pada titik x0 = k0 dan turunan pertamanya pada titik x0 = k1 .
Syarat yang dinyatakan dalam persamaan (4.11) disebut syarat awal (Initial Condition). Home Page
Persamaan differensial linier order dua dengan kondisi awal yang diketahui disebut
masalah nilai awal (Initial Value Problem). Didalam aplikasinya yang paling sering menjadi Title Page
variabel bebas x adalah waktu yang menerangkan keadaan awal dari suatu sistem fisika
atau yang lainnya. Sehingga solusi yang diperoleh dapat menggambarkan atau memberi Contents
informasi tentang apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
Contoh 4.2.1. Selesaikan masalah nilai awal berikut: JJ II
y 00 + y 0 − 2y = 0 J I
dengan syarat awal y(0) = 4 dan y 0 (0) = 1
Page 61 of 80
Jawab 4.2.1.
y 00 + y 0 − 2y = 0 (4.12) Go Back
y0 = kekx (4.14)
Close
y 00 = k 2 ekx (4.15)
dari (4.12), (4.13), (4.14) dan (4.15) didapat persamaan karakteristik Quit
k 2 + k − 2 = 0 −→ k1 = 1 dan k2 = −2
Solusi umum:
y(x) = c1 ex + c2 e−2x (4.16)
y 0 (x) = c1 ex − 2c2 e−2x (4.17)
Masukkan syarat awal y(0) = 4 dan y 0 (0) = 1 kedalam persamaan (4.16) dan (4.17),
sehingga diperoleh:
c1 + c2 = 4
−→ c1 = 3 dan c2 = 1
c1 − 2c2 = 1
Dengan memasukka nilai c1 dan c2 kepersamaan (4.16), diperoleh penyelesaian partikulir
yang memenuhi syarat awal. Home Page
y(x) = 3ex + e−2x
Title Page
Persamaan karakteristik
k 2 − 16 = 0 −→ k1 = 4 dan k2 = −4
Solusi umum:
y(x) = c1 e4x + c2 e−4x (4.20)
Batas kiri y(0) = 3 −→ c1 + c2 = 3
Batas kanan y( 41 ) = 3e → c1 e + ce2 → c1 e2 + c2 = 3e2 .
Dengan menyelesaikan persamaan diatas diperoleh nilai c1 = 3 dan c2 = 0. Nilai c1
dan c2 ini selanjutnya disubstitusikan ke persamaan (4.20) sehingga diperoleh solusi yang
memenuhi syarat batas:
y(x) = 3e4x
Home Page
2 2 m−2 m−1 m
x (m − m)x + axmx + bx = 0 Close
(m − m)x + amx + bxm
2 m m
= 0
Quit
m2 + (a − 1)m + b = 0 (4.23)
Persamaan (4.23) merupakan persamaan karakteristik dari persamaan Euler-Cauchy. Un-
tuk penyelesaian dari persamaan Euler-Cauchy ada tiga kemungkinan yang perlu diper-
hatikan:
A. Jika m1 dan m2 akar-akar dari persamaan (4.23)riel dan berbeda maka:
m2 − 2, 5m − 1, 5 = 0 Quit
(m + 0, 5)(m − 3) = 0
m1 = −0, 5 dan m2 = 3
Solusi umum:
c1
y = √ + c2 x3
x
B. Jika m1 dan m2 akar-akar dari persamaan (4.23)kompleks dan sekawan, misalkan
m1 = α+iβ dan m2 = α−iβ. Penyelesaian persamaan (4.21)kita batasi untuk semua
x positif, sehingga dapat dituliskan sebagai:
xk = (eln x )k = ek ln x JJ II
xiβ = eiβ ln x = cos(β ln x) + i sin(β ln x)
J I
x−iβ = e−iβ ln x = cos(β ln x) − i sin(β ln x)
Page 65 of 80
Contoh 4.4.2. Selesaikan persamaan differensial berikut:
m2 + 6m + 13 = 0
√
m1,2 = −3 ± 9 − 13 = −3 ± 2i
m1 = −3 + 2i dan m2 = −3 − 2i
y = c1 x(−3+2i) + c2 x(−3−2i)
y = c1 x−3 x2i + c2 x−3 x−2i
y = x−3 [(c1 + c2 ) cos(2 ln x) + (c1 − c2 )i sin(2 ln x)]
Home Page
Solusi Umum:
y = x−3 [A cos(2 ln x) + B sin(2 ln x)] Title Page
Untuk menentukan penyelesaian partikulir dari persamaan (4.31) ada beberapa kasus yang
perlu diperhatikan: Go Back
A. Bila r(x) adalah fungsi polinomial berderajat n maka yp = s(x) dimana s(x) adalah Full Screen
polinomial dengan ketentuan akar-akar dari k 2 + kp + q = 0 tidak ada yang sama di
r(x). Close
00 0 2
Contoh 4.5.1. Tentukan solusi umum homogen dari y − 2y + y = x Quit
Jawab 4.5.1.
d2 y dy
2
−2 + y = x2 (4.32)
dx dx
Persamaan karakteristik dari (4.32) adalah
k 2 − 2k + 1 = 0
(k − 1)2 = 0 −→ k1 = 1 dan k2 = 1
Solusi homogen:
yh = c1 ex + c2 xex atau
yh = (c1 + c2 x)ex
Solusi partikulir: Home Page
s(x) = ax2 + bx + c
Contents
yp = ax2 + bx + c
yp0 = 2ax + b −→ yp00 = 2a JJ II
2 2
yp = ax + bx + c = x + 4x + 6 Quit
2
yp = x + 4x + 6
Jadi:
y = y h + yp
y = (c1 + c2 x)ex + x2 + 4x + 6 Solusi Umum
B. Bila r(x) adalah eαx maka yp = eαx s(x) dengan ketentuan bila akar-akar dari per-
samaan karakteristik k 2 + pk + q adalah α maka:
• yp = xeαx s(x) bila α = k1 atau α = k2 (akar-akar berbeda)
• yp = x2 eαx s(x) bila α = k1 = k2 (akar-akar rangkap)
C. Bila r(x) = M cos βx + N sin βx dimana M dan N konstanta maka: Home Page
• yp = eαx [A(x) cos βx+B(x) sin βx] bila (α+iβ) bukan akar-akar dari k 2 +pk+q = J I
0, dimana A(x) dan B(x) berderajat sama.
• yp = xeαx [u(x) cos βx + v(x) sin βx] bila (α + iβ) akar-akar dari k 2 + pk + q = 0. Page 69 of 80
Contoh 4.5.2. Tentukan solusi umum dari persamaan differensial y 00 + y = 3e4x Go Back
Solusi Homogen:
Quit
ix −ix
yh = c1 e + c2 e
yh = c1 [cos x + i sin x] + c2 [cos x − i sin x]
yh = [c1 + c2 ] cos x + [c1 − c2 ]i sin x
yh = A cos x + B sin x
Solusi partikulir:
y 00 + y = 3e4x ; r(x) = 3e4x
karena akar-akar dari persamaan karakteristik tidak sama dengan 4 maka:
yp = ke4x
yp0 = 4ke4x −→ (4.34) Home Page
yp00 = 16ke4x
Title Page
Dari persamaan (4.33) dan (4.34) didapat
3
17ke4x = 3e4x −→ k = JJ II
17
3
substitusikan nilai k = 17 kedalam persamaan yp = ke4x J I
jadi solusi partikulirnya adalah:
3 4x Page 70 of 80
yp = e
17
Jawab umum: Go Back
y = y h + yp Full Screen
3
y = A cos x + B sin x + e4x Close
17
Contoh 4.5.3. Tentukan solusi umum persamaan differensial y 00 + y = cos 2x Quit
Jawab 4.5.3.
y 00 + y = cos 2x (4.35)
yh = A cos x + B sin x
Solusi partikulir:
y 00 + y = cos 2x ; r(x) = cos 2x
yp = M cos 2x + N sin 2x
yp0 = −2M sin 2x + 2N cos 2x −→ (4.36)
yp00 = −4M cos 2x − 4N sin 2x
Dari persamaan (4.35) dan (4.36) didapat
Close
Quit
Home Page
JJ II
J I
Page 72 of 80
Go Back
5.1. Pegas Bergetar
Full Screen
Pandang sebuah pegas lilit yang panjangnya l, tergantung pada suatu bidang (gambar()).
Hukum Hooke menyatakan bahwa panjang s akibat pegas itu ditarik atau ditekan oleh gaya Close
vertikal F adalah berbanding lurus dengan |F |; yaitu
Quit
|F | = k · s (5.1)
dimana k adalah faktor pembanding. Faktor k ini unik untuk tiap pegas dan tergantung
pada bahan, ketebalan dan sifat lain dari pegas itu.
Misalkan suatu benda A dengan berat w diikatkan pada bagian bawah pegas dan dib-
iarkan sistem ini mencapai keseimbangan. Andaikan ada suatu sumbu koordinat tegak
lurus yang arah positipnya kebawah dan tiitk asalnya terletak pada garis datar melalui
titik paling rendah P pada pegas itu (gambar()). Benda A ditarik sejauh x0 kemudian
dilepaskan (gambar ()). Selanjutnya gerak yang dihasilkan oleh titik yang paling rendah
pegas itu akan dibicarakan pada bagian berikut ini.
Persamaan (5.4) merupakan persamaan differensial yang menyatakan keadaan benda A Close
pada saat t setelah dilepaskan.
d2 x k · g Quit
+ x=0 (5.5)
dt2 w
Persamaan (5.5) adalah persamaan differensial linier dengan koefisien konstan yang mem-
punyai solusi umum: r r
k·g k·g
x = c1 sin · t + c2 cos ·t (5.6)
w w
c1 dan c2 adalah konstanta sembarang. Untuk menetapkan nilai c1 dan c2 dalam kasus
khusus dapat diperoleh dengan menurunkan persamaan (5.6).
r r r r
dx kg kg kg kg
= c1 · · cos t + c2 · sin t (5.7)
dt w w w w
Pada saat dilepaskan t = 0, x = x0 dan v = dx dt = 0. Dengan memasukkan syarat awal
Home Page
ini kedalam persamaan (5.6) dan (5.7) diperoleh c1 = 0 dan c2 = x0 . Penyelesaian untuk
persamaan (5.4) dengan syarat awal t = 0, x = x0 dan v = dxdt = 0 adalah:
Title Page
r
kg Contents
x = x0 cos t (5.8)
w
q JJ II
dimana β = kg w . Jika t bertambah maka P berosilasi keatas kebawah sejauh x0 dari titik
J I
asal, dan x0 disebut amplitudo dari gerak periodik itu dan periodanya adalah 2π
β . Gerak
yang dinyatakan oleh persamaan (5.8) disebut Gerak Hermonik Sederhana (gambar ()). Page 74 of 80
Contoh 5.1.1. Bila sebuah benda 5 pon diikat pada sebuah pegas yang tergantung vertikal
dititik yang paling rendah P dan pegas itu bertambah panjang 6 inchi. Benda 5 pon itu Go Back
diganti dengan benda 20 pon. Kemudian sistem ini dibiarkan mencapai kesetimbangan.
Bila benda 20 pon itu ditarik kebawah sejauh 1 kaki dan kemudian dilepaskan, berikan Full Screen
gambaran tentang gerak titik paling rendah P pada pegas itu (andaikan tidak ada hambatan
Close
udara dan gesekan lain).
Jawab 5.1.1. Misalkan g = 32 kaki
det2 . Konstanta k dapat ditentukan dengan mensubsti- Quit
tusikan F = 5 dan s = 12 kedalam |F | = ks, didapat k = 10. Dari persamaan (5.4) dan
(5.5) diperoleh:
w d2 x
· + 10x = 0
g dt2
d2 x 10g
+ x = 0; g = 32, w = 20
dt2 w
d2 x
+ 16x = 0
dt2
Solusi umum untuk persamaan diatas adalah
x = c1 sin 4t + c2 cos 4t
Untuk menentukan niali c1 dan c2 dalam kasus khusus, diperoleh dengan cara mensubsti- Home Page
tusikan syarat batas t = 0, x = 1 dan v = 0 kedalam dua persamaan berikut:
Title Page
x = c1 sin 4t + c2 cos 4t
Contents
dx
v= = 4c1 cos 4t − 4c2 sin 4t
dt JJ II
sehingga diperoleh nilai c1 = 0 dan c2 = 1. Jadi solusi untuk masalah diatas adalah:
J I
x = cos 4t
Gerak P merupakan gerak harminik sederhana dengan perioda n2 dan amplitudo 1 kaki. Page 75 of 80
Jadi P berosilasi keatas dan kebawah dari 1 kaki dibawah 0 hingga 1 kaki diatas 0 dan
kemudian kembali ke 1 kaki dibawah 0 setiap n2 . Go Back
Full Screen
5.1.2. Getaran yang Diredam
Close
Dalam uarian diatas diandaikan tidak ada gesekan. Padahal dalam kenyataannya gesekan
selalu ada yaitu gesekan yang ditimbulkan oleh hambatan udara atau hambatan yang lain
Quit
yang menyebabkan gerak yang dimaksud bukan lagi gerak harmonik sederhana. Gaya peng-
hambat ini dapat dihampiri dengan mengikutsertakan dalam persamaan differensialnya,
suatu suku yang sebanding dengan kecepatan. Gaya penghambat seperti hambatan udara
bekerja berlawanan arah dengan arah gerak partikel yang bergetar. Sehingga persamaan
hukum Hooke dapat ditulis menjadi
F = −kx − qv (5.9)
dengan q suatu konstanta positiv dan v kecepatan partikel. Suku −qv dalam persamaan
(5.9) menyatakan gaya yang menghambat. Sehingga persamaan differensial yang meny-
atakan getaran ini ditulis sebagai
w d2 x dx
· = −kx − q (5.10)
g dt2 dt
Home Page
2 kg qg
Dengan memisalkan β = w dan α = w maka persamaan (5.10) dapat ditulis sebagai
Title Page
d2 x dx
+α + β2x = 0 (5.11)
dt2 dt Contents
Persamaan (5.11) merupakan persamaan differensial linier dengan koefisien konstan yang JJ II
persamaan karakteristiknya
r2 + αr + β 2 = 0 (5.12) J I
2 2
Selanjutnya akan muncul tiga kasus yang tergantung pada apakah α −4β bernilai negatif,
no; atau positif. Page 76 of 80
Kasus 1 (α2 − 4β 2 < 0) Akar persaman karakteristik persamaan (5.12) adalah bilangan Go Back
kompleks dan konjugatnya, diutlis −a + bi dan −a − bi dengan a dan b bilangan
positif. Solusi umum dari persamaan (5.11) adalah Full Screen
atau Quit
−at
ce sin(bt + d) (5.13)
Faktor e−at pada persamaan 5.13 disebut faktor redam. Karena a > 0, limt→0 e−at =
0. Gerak P yang dinyatakan oleh persamaan (5.13) disebut gerak harmonik yang
diredam. Amplitudo getaran adalah ce−at yang mendekati nol jika t membesar tanpa
batas. (Gambar())
Kasus 2 (α2 − 4β 2 = 0) Dalam hal ini akar persamaan karakteristik adalah rangkap −a
dan solusi umumnya adalah
Persamaan (5.14) menyatakan gerak yang diredam kritis. Gerak ini bukan gerak
osilasi (gambar()) Home Page
Kasus 3 (α2 − 4β 2 > 0) Dalam hal ini persamaan karakteristik mempunyai akar-akar Title Page
bilangan real yang berbeda, misalkan −a1 dan −a2 maka solusi umumnya adalah
Gerak yang dinyatakan oleh persamaan (5.15) adalah gerak yang diredam berlebihan. JJ II
Gerak ini bukan gerak osilasi (lihat gambar ()).
J I
Banyak masalah dalam rangkaian listrik merupakan persamaan differensial linier. Suatu Go Back
rangkaian listrik adalah suatu lintas tertutup sembarang pada suatu jaringan listrik.
Gambar () menunjukkan suatu rangkaian yang mengandung sebuah sumber gaya elek- Full Screen
tromotif E (sebuah baterai atau sebuah generator), sebuah tahanan R (resistor), sebuah
kumparan L (induktor), sebuah kondensator C (atau kapasitor) dan sebuah saklar S semua Close
dalam suatu rangkaian seri (berurutan).
Tahanan, kumparan dan kondensator menggunakan energi yang diberikan oleh sumber Quit
gaya elektromotif E. Sebuah tahanan menggunakan energi dalam menghambat arus listrik
yang melaluinya, hal ini serupa dengan gesekan yang menghambat arus air didalam sebuah
pipa. Sebuah kumparan cenderung menstabilkan arus listrik dengan melawan sembarang
pertambahan atau penurunan arus dan dengan demikian menyimpan dan melepaskan en-
ergi. Sebuah kondensator (kapasitor) terdiri atas pelat-pelat yang dipisah-pisahkan dengan
baha isolator, ia menyimpan muatan listrik. Notasi yang digunakan:
q muatan listrik (coulomb) yang disimpan atau ditimbulkan dalam suatu unsur pada suatu
rangkaian listrik.
t waktu (detik)
i arus listrik (ampere) yang merupakan laju perubaahn muatan listrik terhadap waktu
ketika mengalir dari satu unsur ke unsur yang lainpada sebuah rangkaian, sehingga Home Page
dq
i= Title Page
dt
Contents
E gaya elektromotif (volt)
C kapasitansi (farad); konstant pada tiap kodensator. JJ II
L koefisien imbas atau koefsien induktansi (henry); konstan untuk tiap kumparan (induk- Page 78 of 80
tor)
Go Back
Dalam fisika ditunjukkan bahwa:
Full Screen
1. Beda tegangan (voltase) melalui sebuah kondensator adalah:
1 Close
·q
C
Quit
dimana q muatan listrik pada kondensator tersebut pada saat t.
2. Beda tegangan (voltase) melalui sebuah tahanan adalah:
Ri
3. Beda tegangan (voltase) melalui sebuah kumparan adalah:
di
L
dt
Menurut hukum kedua Kirchoff bahwa pada suatu rangkain listrik sebarang, jumlah beda-
beda tegangan (voltase) adalah sama dengan gaya elektromotif E(t) pada saat itu. Home Page
Untuk rangkaian pada gambar () yang mengandung sebuah tahanan, sebuah kumparan,
sebuah kodensator, sebuah sumber gaya elektromotif E(t) dan sebuah saklar, hukum Kir- Title Page
d2 q R dq 1 1 Page 79 of 80
+ + q = E(t) (5.17)
dt2 L dt LC L
Go Back
Persamaan (5.17) mempunyai solusi q sebagai fungsi t. Jika persamaan (5.16) kita turunkan
terhadap t maka solusi umumnya adalah i sebagai fungsi t. Full Screen
2
d i R di 1 1 d
2
+ + i= E(t) (5.18) Close
dt L dt LC L dt
Contoh 5.2.1. Suatu jaringan listrik terdiri atas induktansi 0,05 henry, tahanan 20 ohm, Quit
kondensator yang berkapasitansi 100 mikrofarad, dan suatu gaya gerak listrik E = 100 volt.
Carilah i dan q jika diketahui awal muatan q = 0, arus i = 0 bila t = 0.
Jawab 5.2.1.
d2 q R dq 1 1
2
+ + q = E(t)
dt L dt LC L
d2 q 20 dq q 100
2
+ + −6
=
dt 0, 05 dt 0, 05 · 100 · 10 0, 05
d2 q dq
2
+ 400 + 200.000q = 2000 (5.19)
dt dt
Persamaan (5.19) mempunyai penyelesaian
Home Page
−200t
q=e (A cos 400t + B sin 400t) + 0, 01 (5.20)
Title Page
kemudian persamaan terakhir ini diturunkan terhadap t; dq dt = 200e
−200t
((−A+2B) cos 400t+
(−B−2A) sin 400t)+0, 01 dengan memasukkan syarat awal diperoleh A = −0, 01, −A+2B = Contents
0 dan B = −0, 005. Selanjutnya nilai A dan B dimasukkan kedalam persamaan q dan i
diperoleh q = e−200t (−0, 01 cos 400t − 0, 005 sin 400t) + 0, 01 dan i = 5e−200t sin 400t disini JJ II
i dapat diabaikan, sedangkan q = 0, 01 untuk semua tujuan.
J I
Page 80 of 80
Go Back
Full Screen
Close
Quit