Persamaan Differensial Biasa PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 82

1

Home Page

Title Page

Contents

JJ II

J I

Page 1 of 80

Go Back

Full Screen

Close

Quit
Home Page

Title Page

Contents

Persamaan Differensial Biasa JJ II

J I

Kusbudiono Page 1 of 80

kusbudiono@fkip.unej.ac.id
Go Back

December 14, 2006 Full Screen

Close

Quit
Home Page

CONTENTS Title Page

Contents

JJ II

J I

Page 1 of 80

1 Pendahuluan 5 Go Back
1.1 Beberapa KOnsep Dasar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
1.2 Solusi Persamaan Differensial Biasa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8 Full Screen
1.2.1 Solusi Analitik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
1.2.2 Solusi Kualitatif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
Close
1.2.3 Solusi Numerik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
1.3 Teori Keujudan dan Ketunggalan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
Quit

2 Persamaan Differensial Order Satu 16


2.1 Persamaan Diferensial dengan Variabel Terpisah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
2.2 Persamaan Diferensial Homogen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
2.3 Persamaan Differensial dengan Koefisien-Koefisien Linier . . . . . . . . . . . . . . 22
2.4 Persamaan Differensial Exact . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26
2.5 Faktor Integrasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30
2.5.1 Bila Factor Integrasi hanya Tergantung dari x maka u = u(x): . . . . . . . 31
2.5.2 Bila Faktor Integrasi hanya Bergantung dari y maka u = u(x, y): . . . . . . 32
2.5.3 Bila Faktor Integrasi hanya Bergantung dari (x ± y) maka u = u(z) = (x ± y): 32
2.5.4 Bila Faktor Integrasi hanya Bergantung dari (x · y) maka u = u(z) = (x · y): 34
2.5.5 Bila Faktor Integrasi hanya Bergantung dari (x2 + y 2 ) maka u = u(z) =
(x2 + y 2 ): . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35
Home Page
3 Aplikasi Persamaan Differensial Biasa Orde Satu 44
3.1 Pertumbuhan dan Peluruhan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 44 Title Page
3.1.1 Pertumbuhan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 44
3.1.2 Peluruhan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 47 Contents
3.2 Hukum Pendinginan Newton . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 48
3.3 Hukum Pemanasan Newton . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50
JJ II
3.4 Masalah Pencampuran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51

4 Persamaan Differensial Linier Order Dua 53 J I


4.1 Persamaan Differensial Linier Order Dua Homogen dengan Koefisien Konstanta . . 56
4.2 Masalah Nilai Awal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 60 Page 2 of 80
4.3 Masalah Nilai Batas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 62
4.4 Persamaan Euler-Cauchy . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 63 Go Back
4.5 Persamaan Differensial Linier Order Dua Nonhomegen dengan Koefisien Konstanta 67
Full Screen
5 Aplikasi Persamaan Differensial Order Dua 72
5.1 Pegas Bergetar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 72 Close
5.1.1 Gerak Harmonik Sederhana . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 73
5.1.2 Getaran yang Diredam . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 75
Quit
5.2 Rangkaian Listrik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 77
Home Page

DAFTAR GAMBAR Title Page

Contents

JJ II

J I

Page 3 of 80

Go Back

Full Screen

Close

Quit
Home Page

DAFTAR TABEL Title Page

Contents

JJ II

J I

Page 4 of 80

Go Back

Full Screen

Close

Quit
Home Page

BAB 1 Title Page

Pendahuluan Contents

JJ II

J I

Page 5 of 80

Go Back
1.1. Beberapa KOnsep Dasar
Full Screen
Definisi 1.1.1 (Pengertian Persamaan Differensial). Persamaan Differensial adalah
suatu persamaan yang menghubungkan turunan fungsi tak diketahui (unknown function) Close
dengan fungsi itu sendiri, variabel dimana fungsi tersebut terdefinisi maupun konstanta.
Quit
Jika fungsi tak diketahui suatu PD tergantung pada satu variabel, maka PD tersebut
dinamakan Persamaan Differensial Biasa (PDB). Beberapa persamaan berikut adalah con-
toh untuk PDB;
dy
= 2x + y (1.1)
dx
dy 2
( ) − x2 e2 = 1 (1.2)
dx
Dalam PDB diatas besaran tidak diketahui y = y(x) disebut variabel terikat dan variabel
x disebut variabel bebas. Dalam buku ini turunan akan dinyatakan dalam tanda ”aksen”
dan untuk turunan lebih tinggi dari dua kadang dinyatakan oleh tanda ”skrip diatas”.
Misalnya; Home Page
dy d2 y d3 y
= y0 , = y”, = y (3) (1.3)
dx dx2 dx3 Title Page
Secara umum notasi y 0 , y”, y (3) ,... tidak secara langsung menyatakan turunan pertama,
kedua, ketiga dan seterusnya dari variabel y terhadap x, melainkan turunan variabel y Contents
terhadap variabel bebas yang dibicarakan, misalnya t. Selanjutnya variabel terikat y bisa
digantikan oleh variabel lain tergantung dari fungsi tak diketahuinya, misalnya u. Apabila JJ II
suatu PD memuat suatu turunan parsial terhadap lebih dari satu variabel bebas, maka PD
tersebut dinamakan Persamaan Differensial Parsial PDP). Beberapa dibawah ini merupakan J I
contoh dari PDP;
∂u ∂u Page 6 of 80
+ =0 (1.4)
∂x ∂y
Go Back
∂v ∂2v
= (1.5)
∂t ∂x2 Full Screen

∂2w ∂2w
+ =0 (1.6) Close
∂x2 ∂y 2
Dalam persamaan (1.4) dan (1.6) variabel terikatnya adalah u dan W , variabel bebasnya Quit
adalag x dan y. Sedangkan dalam persamaan (1.5) variabel terikatnya adalah v dan variabel
bebasnya adalah t dan x. Karena materi persamaan differensial I hanya tercakup pada
PDB, maka buku ini hanya akan membahas PDB.
Definisi 1.1.2 (Orde Persamaan Differensial). Orde suatu PD adalah orde tertinggi
dari turunan yang terjadi dalam persamaan.
Persamaan (1.1) dan (1.2) adalah PDB orde satu dan persamaan (1.3) adalah PDB
orde dua. Sedangkan persaman (1.4) adalah PDB orde satu dan persamaan (1.5) dan (1.6)
adalah PDP orde dua. Secara umum PDB orde ke-n adalah persamaan yang berbentuk;
F (x, y, y 0 , y”, ..., y n ) = 0 (1.7)
dimana F adalah suatu fungsi dari variabel bebas x, variabel terikat y, dan turunan y Home Page
sampai orde ke-n.
Title Page
Definisi 1.1.3 (Kelinieran dan Kehomogenan Persamaan Differensial). PDB orde
n dikatakan linier apabila ia dapat dituliskan dalam bentuk;
Contents
a0 (x)y (n) + a1 (x)y (n−1) + ... + an−1 (x)y 0 + an (x)y = g(x), (a0 (x) 6= 0) (1.8)
JJ II
Fungsi a0 (x), a1 (x), a2 (x), ..., an (x) disebut koefisien dari PDB dan g(x) dinamakan un-
sur tak homogen. Jika suatu PDB tidak bisa dinyatakan dalam bentuk persamaan (1.8), J I
maka PDB tersebut dikatakan PDB tidak linier.
Apabila semua koefisien adalah fungsi konstan, maka PDB tersebut dikatakan mempun- Page 7 of 80
yai koefisien konstanta. Apabila semua koefisien adalah fungsi dari variabel x, maka PDB
tersebut dikatakan mempunyai koefisien variabel. Apabila g(x) = 0, maka PDB tersebut Go Back
dikatakan homogen. Sebaliknya PDB dikatakan tak homogen apabila g(x tidak identik
dengan 0. Full Screen

Contoh 1.1.1. Diberikan dua buah PDB Close


dy y
= (1.9) Quit
dx x
dy x
= (1.10)
dx y
Berdasarkan definisi (1.1.3), maka persamaan (1.9) adalah PDB linier homogen den-
gan jenis koefisiennya bukan konstanta maupun variabel. Sedangkan persamaan (1.10)
merupakan PDB tak linier tak homogen.
soal 1.1.1. Perhatikan PDB dibawah ini, kemudian isilah dengan jawaban yang benar
masing-masing kolom yang bersesuaian.
PDB Orde Linier atau tak Homogen atau Koefi, konstanta,
linier tak homogen variabel atau bukan
keduanya
y 0 = xy + 1
Home Page
y(1 + (y 0 )2 ) = 0
yy” + y 0 + y = 1 Title Page
y” + xy 0 + y 2 = 0
y 000 + y = cos y Contents
y (4) + 5y = sin x
JJ II
1.2. Solusi Persamaan Differensial Biasa J I
Definisi 1.2.1 (Solusi Persamaan Differensial). Suatu fungsi y(x) dikatakan solusi
Page 8 of 80
dari suatu PDB apabila y(x) disubstitusikan kedalam PDB, persamaan yang dihasilkan
adalah benar untuk semua x dalam domain y(x).
Go Back
Contoh 1.2.1. Diberikan suatu PDB linier tak homogen orde dua dengan koefisien kon-
stanta. Full Screen

y” + y = x2 + 2 (1.11)
Close
Tunjukkan bahwa y(x) = sin x + x2 adalah solusi dari persamaan (1.11)
Quit
Jawab 1.2.1. Dari y(x) = sin x + x2 didapatkan y 0 = cos x + 2x dan y” = − sin x + 2.
Setelah hasi tersebut disubstitusikan ke persamaan (1.11), maka identitas dalam persamaan
(1.11)dipenuhi.
Kesimpulannya, y(x) = sin x + x2 adalah merupakan solusi dari persamaan (1.11).
Adapun metode yang digunakan untuk menyelesaikan PDB pada dasarnya ada tiga yaitu,
analitik, kualitatif dan numerik. Masing-masing metode tersebut akan dibahas berikut:
1.2.1. Solusi Analitik
Representasi secara analitik dari suatu solusi bisa berbentuk salah satu dari dua bentuk
berikut;
• Bentuk eksplisit y = f (x), dalam hal ini variabel terikat terisolasi secara penuh
dan hanya nampak sebagai pangkat satu pada sisi suatu persamaa. Disisi lain dari
Home Page
persamaan tersebut hanya mengandung ekspresi dalam variabel x atau konstanta.
• Bentuk implisit adalah persamaan h(x, y) = 0 yang mengandung variabel bebas Title Page
maupun variabel terikat tetapi tidak mengandung turunannya.
Contents
Solusi untuk PDB (1.11) diatas adalah contoh solusi yang berbentuk eksplisit. Solusi
yang diperoleh secara analitik merupakan solusi eksak, sehingga para matematikawan tera-
JJ II
pan selalu berusaha untuk bisa menyelesaikan model yang ditemukan secara analitik. Jika
tidak memungkinkan, barulah mencari solusi tersebut dengan metode lain. Kelebihan dari
J I
solusi secara analitik adalah formula yang diinginkan bisa diperoleh baik secara eksplisit
maupun implisit. Page 9 of 80

1.2.2. Solusi Kualitatif Go Back

Representasi secara kualitatif dari solusi PDB memudahkan pembaca untuk menginterpre- Full Screen
tasikannya dan biasanya mampu memberikan informasi secara jelas tentang kelakuan solusi
(meskipun) tanpa harus mendapatkan formula untuk solusi tersebut. Metode ini sering di- Close
gunakan untuk menganalisa kestabilan gerak suatu sistem; baik gerak suatu benda maupun
pertumbuhan spesies. Quit
Secara geometris, solusi PDB orde satu suatu kurva dengan gradien di sebarang titik
pada kurva merupakan nilai turunan pertama pada titik tersebut seperti yang diberikan
oleh PDB.
Contoh 1.2.2. Diberikan persamaan logistik
dy
= r(M − y)y (1.12)
dx
dengan r dan M adalah konstanta positif.
Jawab 1.2.2. Tanpa menentukan formula solusinya, bisa digambarkan kelakuan solusi
secara grafik PDB (1.12) dengan melihat kemiringan kurva pada setiap titik seperti yang
diberikan oleh persamaan (1.12). Jika 0 < y < M , maka kurva mempunyai kemiringan
positif dan berimplikasi bahwa pada interval tersebut kurva (solusi) naik. jika y > M ,
maka kurva mempunyai kemiringan negatif. dengan demikian pada interval tersebut kurva Home Page
turun. Titik belok akan terjadi ketika y = M 2 . Selanjutnya bisa dianalisa bahwa pada
interval 0 < y < 2 kurva membuka keatas ( concave up) dan pada interval M
M
2 < y < M
Title Page
kurva membuka kebawah ( concave down). Sedangkan pada interval y > M kurva membuka
ke atas. Solusi grafik dari PDB (1.12)tersebut diberikan dalam gambar (??). Dari gambar Contents

(??)tersebut bisa disimpulkan bahwa titik-titik y = 0 adalah titik keseimbangan tak stabil
( unstable equilibrium). sedangkan titik-titik y = M adalah titik keseimbangan stabil ( stable JJ II
equilibrium).
J I
Misalkan diberikan r = 1 dan M = 2 pada PDB (1.12), maka didapatkan PDB
Page 10 of 80
d
dx = (2 − y)y (1.13)
y
Go Back
Dengan menggunakan MAPLE bisa dianalisa gradien pada sebarang titik serta kelakuan
dari beberapa solusi untuk kondisi awal yang berbeda seperti ditunjukkan dalam gambar Full Screen
(??)
Jika dicocokkan dengan analisa kualitatif sebelumnya maka jelas bahwa y = 0 meru- Close
pakan titik equilibrium tak stabil dan y = 2 adalah titik equilibrium stabil. Kurva solusi
dengan kondisi awal 0 < y < 1 akan mendekati y = 2 dan akan mengalami pembelokan Quit
pada y = 1, kurva solusi dengan kondisi awal 1 < y < 2 akan menuju y = 2 tanpa men-
galami pembelokan, sedangkan kurva solusi dengan kondisi awal y > 2 juga akan menuju
y = 2 tanpa mengalami pembelokan.
Untuk PDB orde lebih tinggi dari satu, gradien garis singgung pada titik-titik ki kurva
(solusi) umumnya tidak bisa diperoleh secara langsung dari PDB yang diberikan karena
masih mengandung turunan ke dua atau lebih.
1.2.3. Solusi Numerik
Metode numerik sebagai alternatif untuk menyelesaikan PDB, terutama untuk kasus PDB
yang tidak bisa diselesaikan secara analitik maupun kualitatif. Solusi numerik pada dasarnya
adalah merupakan aproksimasi untuk nilai variabel terikat pada nilai-nilai tertentu variabel
bebas dengan tingkat ketelitian tertentu, sehingga harus sudah disadari sejak dini bahwa
solusi yang diperoleh mengandung kesalahan (error ). Dalam hal ini biasanya solusi PDB Home Page
berupa tabel nilai variabel terikat dan variabel bebas yang bersesuaian.
Pada prakteknya, mencari solusi PDB secara numerik adalah mencari barisan {(xi , yi )}. Title Page
Metode numerik untuk menyelesaikan PDB bisa dibedakan menjadi dua yakni; metode satu
langkah (one step method ) dan metode banyak langkah (multi step method ) Dikatakan Contents

satu langkah karena untuk menentukan nilai yn+1 hanya memerlukan nilai yn , sedan-
gkan jika nilai yn+1 diperoleh menggunakan lebih dari satu nilai y sebelumnya, misalkan JJ II
yn−2 , yn−1 , yn , . . . maka metode tersebut dikatakan metode banyak langkah. Pada umum-
nya metode banyak langkah memberikan hasil dengan ketelitian yang lebih tinggi diband- J I
ingkan metode satu langkah.
Page 11 of 80
Menyelesaikan PDB secara numerik menjadi populer karena pada kenyatannya PDB
yang muncul dari masalah sehari-hari tidaklah sederhana dan umumnya tidak dapat dise-
Go Back
lesaikan secara analitik bahkan mungkin tidak bisa diselesaikan secara kualitatif, tetapi ia
bisadiselesaikan secara numerik.
Full Screen
Definisi 1.2.2 (Solusi Umum). Solusi umum PDB orde n adalah solusi yang men-
gandung semua solusi yang mungkin pada suatu interval. Solusi umum PDB orde n men- Close
gandung n konstanta esensial. Sedangkan solusi PDB yang tidak mengandung konstanta
disebut solusi khusus. Quit

catatan:Pengertian konstanta esensial adalah suatu konstanta yang tidak bisa direduksi
lagi.
Contoh 1.2.3. Apakah y = C sin x adalah solusi umum dari PDB
y” + y = 0, −∞ < x < ∞ (1.14)
Jawab 1.2.3. Fungsi tersebut bukan merupakan solusi umum dari PDB (1.14), karena
tidak mengandung dua konstanta esensial melainkan hanya mengandung satu konstanta
esesensial.
Pada beberapa PDB tak linier orde n, selain mempunyai solusi umum yang mengan-
dung n konstanta esesnsial, kadang juga mempunyai solusi lain yang tidak diperoleh dari
mensubstitusikan suatu nilai pada konstanta yang terkandung dalan solusi umum. Solusi Home Page

yang demikian disebtu solusi singular.


Title Page
Contoh 1.2.4. PDB tak linier
2
y 0 + xy 0 = y (1.15) Contents

2
mempunyai solusi umum y = Cx + C . Tetapi juga mempunyai solusi singular yang tidak
JJ II
diperoleh dari substitusi nilai C pada solusi umum tersebut.
soal 1.2.1. 1. Tentukan fungsi y (secara intuitif ) yang merupakan solusi dari PDB J I
dibawah ini;
Page 12 of 80
dy
(a) dx =y
dy Go Back
(b) dx +y =1
dy
(c) dx = y2 Full Screen

dy
(d) dx + y = ex Close

2. Berikan argumentasi mengapa PDB berikut ini tidak mempunyai solusi (bil real) pada
Quit
sebarang interval;
dy 2
(a) ( dx ) + 1 = −e2
(b) sin y 0 = 2
3. Tunjukkan bahwa fungsi yang diberikan pada kolom ketiga dari tabel berikut ini meru-
pakan solusi MNA yang bersesuaian.
PDB Kondisi Awal Fungsi
y 0 = −y y(0) = 2 y(x) = 2e−x
y” + 4y = 0 y(0) = 1 y 0 (0) = 0 y(x) = cos 2x
y” + 3y 0 + 2y = 0 y(0) = 0 y 0 (0) = 1 y(x) = e−x − e−2x

Home Page
1.3. Teori Keujudan dan Ketunggalan
Title Page
Timbul suatu pertanyaan apakah setiap PDB mempunyai solusi pada suatu interval dan
memenuhi kondisi awal y(x0 ) = y0 yang termuat dalam interval tersebut? Jika solusi y(x) Contents
memenuhi kondisi awal y(x0 ) = y0 , apakah satu-satunya solusi?
Contoh 1.3.1. PDB (y 0 )2 + x2 = 0 tidak mempunyai solusi pada interval manapun, JJ II
sebab persamaan tersebut menunjukkan bahwa fungsi y mempunyai gradien yang merupakan
J I
anggota bilangan imajiner.
Contoh 1.3.2. Persamaan (1.14) mempunyai banyak solusi yang diberikan oleh y = Page 13 of 80
C1 sin x + C2 cos x pada interval yang diberikan, tetapi hanya mempunyai satu solusi yang
memenuhi kondisi awal y(0) = 1 dan y 0 (0) = 1, solusi tersebut adalah y = sin x + cos x. Go Back
Karena solusi ini tidak mengandung konstanta, maka ia adalah solusi khusus PDB tersebut
karena ia satu-satunya solusi PDB tesebut yang memenuhi kondisi khusus yang diberikan, Full Screen

yaitu y(0) = 1 dan y 0 (0) = 1.


Close
Keujudan dan ketunggalan (existence and uniqueness) solusi PDB, khususnya PDB orde
satu bisa dibuktikan dengan beberapa teorema, satu diantaranya adalah Teorema Picard. Quit

Teorema 1.3.1 (Teorema Picard). Diberikan suatu MNA

y 0 = f (x, y) dan y(x0 ) = y0 (1.16)

Asumsikan bahwa f dan ∂f∂y kontinu pada suatu persegi panjang R = {(x, y) : a < x <
b, c < y < d} yang memenuhi kondisi awal (x0 , y0 ). jika kondisi ini dipenuhi, maka MNA
tersebut mempunyai solusi tunggal y = φ(x) pada interval (x0 − h, x0 + h), dimana h
konstanta positif.
Catatan:Teori Picard diatas menjadi popular, karena dalam membuktikan keujudan dan
ketunggalan solusi PDB (MNA) cukup hanya menunjukkan kekontinuan dar f dan ∂f ∂y yang
pada umumnya mudah dikerjakan.
Home Page
Contoh 1.3.3. Apakah MNA berikut mempunyai solusi tunggal?
Title Page
y 0 = y + e2x , y(0) = 1 (1.17)
Contents
Jawab 1.3.3. Karena f (x, y) = y + e2x dan f rac∂f ∂y kontinu pada sebarang persegi
panjang yang memuat titik (0, 1)(sesuai dengan kondisi pada persamaan (1.16), maka
JJ II
hipotesis teori picard dipenuhi. Kesimpulannya MNA (1.17) mempunyai solusi tunggal
dalam interval (−h, h)
J I
Contoh 1.3.4. Selidiki keujudan dan ketunggalan solusi MNA berikut;
Page 14 of 80
• y 0 = y 1/3 , y(0) = 0
Go Back
• yy 0 = x, y(0) = 0
soal 1.3.1. 1. Selidiki apakah Teori Picard berimplikasi bahwa MNA berikut ini mem- Full Screen
punyai solusi tunggal pada interval yang memuat kondisi awal;
Close
(a) y 0 = x3 − y 3 , y(0) = 0
(b) y 0 = xy , y(0) = 1 Quit

2. Tentukan titik (titik-titik) (x0 , y0 ) untuk semua PDB berikut ini memenuhi teori keu-
judan dan ketunggalan dari picard.
x2 +y
(a) y 0 = x−y

(b) y 0 = (2x − y)1/3


(c) y 0 = (1 − x2 − 2y 2 )3/2
(d) 2xyy 0 = x2 + y 2

Home Page

Title Page

Contents

JJ II

J I

Page 15 of 80

Go Back

Full Screen

Close

Quit
Home Page

BAB 2 Title Page

Persamaan Differensial Order Satu Contents

JJ II

J I

Page 16 of 80

Go Back
2.1. Persamaan Diferensial dengan Variabel Terpisah
Full Screen
Bentuk Umum (I):
dy Close
= f (x) (2.1)
dx
Persamaan (2.1) bisa langsung diselesaikan dengan cara sebagai berikut: Quit

R dy = Rf (x)dx
dy = f (x)dx
y = F (x) + C (2.2)
Persamaan (2.2) merupakan solusi umum dari Persamaan (2.1), dengan C sebagai konstanta
integrasi.
Bentuk Umum (II) :
M (x)dx + N (y)dy = 0 (2.3)
dimaan M merupakan hanya fungsi x saja dan N dungsi y saja. dengan mengintegrasikan
suku demi suku maka terdapatlah penyelesaian umumnya:
Z Z
M (x)dx + N (y)dy = C Home Page

atau Title Page

A(x) + B(y) = C Contents

Contoh 2.1.1. Tentukan solusi dari persamaan diferensial beikut ini: JJ II


dy 1
=√ J I
dx 1 − x2
Jawab 2.1.1. Page 17 of 80
dx
dy = √
1 − x2 Go Back
Z Z
dx
dy = √ Full Screen
1 − x2
misalkan x = sin φ → dx = cos φdφ Close
x2 = sin2 x φ = arcsin x
Quit
Selanjutnya dengan mensubstitusikan pemislan diatas kedalam persamaan diferensial diper-
oleh bentuk seperti berikut: Z Z
cos φdφ
dy = p
1 − sin2 φ
Z
cos φdφ
dy = p
cos2 φ
y =φ+C atau
y = arcsin x + C (solusi umum)
Contoh 2.1.2. Tentukan solusi persamaan diferensial y 0 = sin2 x · cos x
Jawab 2.1.2. Persamaan diatas dapat diutlis dalam bentuk:
dy Home Page
= sin2 x cos x
dx
Title Page
Z Z
dy = sin2 x cos xdx
Z Contents
y = sin2 xd(sin x)
JJ II
1
y = sin3 x + C (solusi umum)
3 J I
Contoh 2.1.3. Selesaikan persaman diferensial berikut:
Page 18 of 80
yy 0 + 4x = 0
Jawab 2.1.3. Dengan memisahkan variabelnya dapat diperoleh persamaan berikut. Go Back

dy
9y = −4x Full Screen
dx
Z Z
Close
9ydy = −4xdx

dengan mengintegrasikan kedua sisinya diperoleh solusi umumnya : Quit

9 2
y = −2x2 + C atau
2
x2 y2 C
+ =c (c = )
9 4 19
Solusi diatas menunjukkan keluarga ellips.
2.2. Persamaan Diferensial Homogen
Fungsi F (x, y) disebut fungsi homogen berderajat n dalam variabel x dan y jika setiap
harga lamda (λ) berlaku:
f (λx, λy) = λn · f (x, y)
p
Contoh 2.2.1. Fungsi f (x, y) = x2 + y 2 Home Page

Fungsi f (x, y) homogen karena Title Page


p
f (λx, λy) = λ2 x2 + λ2 y 2 Contents
p
f (λx, λy) = λ x2 + y 2
JJ II
f (λx, λy) = λf (x, y)
J I
jadi f (x, y) fungsi homogen berderajat satu (n = 1).
Contoh 2.2.2. Fungsi f (x, y) = xy + y 2 adalah fungsi homogen berderajat dua Page 19 of 80

karena: Go Back

f (λx, λy) = λxλy + λ2 y 2 Full Screen


f (λx, λy) = λ2 xy + λ2 y 2
Close
f (λx, λy) = λ2 (xy + y 2 )
f (λx, λy) = λ2 f (x, y); n=2 Quit

dy
dx = f (x, y) disebut persamaan diferensial homogen orde 1 jika f (x, y) fungsi homogen
berderajat nol dalam x dan y.
2 2
dy −y
Contoh 2.2.3. Fungsi dx = x xy adalah persamaan diferensial homogen orde satu karena
f (x, y) merupakan fungsi homogen berderajat nol dalam x dan y.
Untuk menyelesaikan persamaan diferensial homogen orde satu terlebih dahulu harus
diperiksa apakah persamaan diferensial yang akan diselesaikan benar-benar homogen. Apa-
bila persamaannya homogen maka cara pemecahannya sebagai berikut:
Bentuk Umum:
dy
= f (x, y) (2.4)
dx
Home Page
Penyelesaian untuk persamaan (2.4) dengan pemisalan sebagai berikut:
y Title Page
y =u·x→u=
x
Contents
dy du
=u+x
dx dx JJ II
dy
dengan mensunstitusikan y dan dx kedalam persamaan (2.4) diperoleh:
J I
du du
u+x = f (x, y) → u + x = f (x(1, u)) Page 20 of 80
dx dx
du
x = f (x(1, u)) − u Go Back
dx
Z Z
du dx Full Screen
= (2.5)
f (1, u) − u x
Close
Persamaan (2.5) merupakan solusi umum dari (2.4).

Contoh 2.2.4. Periksalah apakah persamaan differensial berikut homogen, kemudian ten- Quit

tukan solusi umumnya! p


xdy − ydx = x2 + y 2 dx (2.6)
Jawab 2.2.4. p
dy x2 + y 2 + y
= (2.7)
dx x
p
dy x2 + y 2 + y
f (x, y) = =
dx p x
dy λ x + λ2 y 2 + λy
2 2
f (λx, λy) = =
dx √ λx
dy λ x2 +2 + y
f (λx, λy) = =
dx p λx
Home Page

dy x2 + y 2 + y
f (λx, λy) = = Title Page
dx x
f (x, y) homogen dengan n = 0. Contents
Selanjutnya dengan memisalkan u = xy ;
JJ II
dy du
y =u·x→ =u+x
dx dx J I
substitusi (2.7) ke (2.6) diperoleh
Page 21 of 80


du x2 + u2 x2 + ux Go Back
u+x =
dx x
du p Full Screen
x = 1 + u2
Z Z dx Close
du dx
√ − = c
1+u 2 x
Quit
p
2
y
ln( 1 + u + u) − ln x = c, ganti u =
p x
x2 + y 2 + y
= c, (solusi umum)
x2
2.3. Persamaan Differensial dengan Koefisien-Koefisien
Linier
Persamaan differensial dengan koefisien-koefisien linier disebut juga dengan persamaan dif-
ferensial non homogen. Persamaan differensial ini dapat direduksi menjadi persamaan
differensial homogen, sehingga penyelesaiannya dapat dilakukan dengan langkah-langkah Home Page
persamaan differensial homogen.
Bentuk Umum: Title Page
(ax + by + c)dx + (px + qy + r)dy = 0 (2.8)
Contents
atau dapat juga ditulis sebagai
dy ax + by + c JJ II
= (2.9)
dx a1 x + b1 y + c1
J I

a b
6 0 dan
dengan syarat c, c1 = 6= 0 Page 22 of 80
a1 b1
dy ax+by Go Back
• Bila C = 0 dan C1 = 0 maka (2.9) menjadi: dx = a1 x+b1 y (Persamaan differensial
homogen)
Full Screen
• Bila a1 x + b1 y = k(ax + by); (k=bilangan konstanta) maka (2.9) menjadi:
Close
dy ax + by + c
= (2.10)
dx k(ax + by) + c1 Quit

dy 1 dz
misal ax + by = z, adx + bdy = dz, dx = b dx , sehingga (2.10) menjadi;
1 dz z+c
−a= (persamaan differensial dengan variabel terpisah).
b dx kz + c
• Bila aa1 6= b
b1 , c 6= 0 dan c1 6= 0 maka langkah penyelesaiannya adalah sebagai
berikut:

ax + by + c = 0
adalah persamaan dua garis yang berpotongan.
a1 x + b1 y + c = 0

Misalkan titik potong kedua garis itu adalah (h, k), maka dengan substitusi Home Page
  
x = x1 + h dx = dx1 dy dy1 Title Page
→ → = (2.11)
y = y1 + k dy = dy1 dx dx1
Contents
dengan mensubstitusikan (2.11) ke 2.9)
JJ II
dy1 a(x1 + h) + b(y1 + k) + c
= (2.12)
dx1 a1 (x1 + h) + b1 (y1 + k) + c1 J I
atau
Page 23 of 80
dy1 ax1 + by1 + ah + bk + c
= (2.13)
dx1 a1 x1 + b1 y1 + a1 h + b1 k + c1 Go Back

dari persamaan 2.13) diambil dua persamaan Full Screen



ah + bk + c = 0
(2.14) Close
a1 h + b1 k + c1 = 0
Quit
dengan menyelesaikan sistem persamaan (2.14) diperoleh nilai h dan k.

dy ax1 + by1
= (2.15)
dx a1 x1 + b1 y1

persamaan (2.15) diselesaikan dengan mengambil pemisalan y1 = ux1 (persamaan


differensial homogen).
Contoh 2.3.1. Tentukan solusi dari persamaan differensial

(x + y + 2)dy = (4x + y + 1)dx

Jawab 2.3.1.
dy 4x + y + 1
= (2.16)
dx x+y+2 Home Page

misal x = x1 + h
y = y1 + k  → substitusikan ke (2.16) Title Page
dy dy1
dx = dx1
Contents
dy1 4(x1 + h) + (y1 + k) + 1
=
dx1 (x1 + h) + (y1 + k) + 2 JJ II
dy1 4x1 + y1 + 4h + k + 1
= (2.17) J I
dx1 x1 + y1 + h + k + 2
Dari persamaan (2.17) diambil dua persamaan Page 24 of 80

4h + k + 1 = 0 Go Back
(2.18)
h+k+2=0
Full Screen
dy1 4x1 + y1
= (2.19)
dx1 x1 + y1 Close
dengan menyelesaikan sistem persamaan (2.18) diperoleh nilai
Quit
1 7
h = dan k = −
3 3
1 1
x = x1 + h → x = x1 + → x1 = x −
3 3
7 7
y = y1 + k → y = y1 − → y1 = y +
3 3
selanjutnya persamaan
dy1 4x1 + y1
=
dx1 x1 + y1
diselesaikan dengan pemisalan
dy1 du
y1 = ux1 → =u+x (2.20)
dx1 dx1 Home Page

dari (2.19) dan (2.20)


du 4x1 + ux1 Title Page
u + x1
=
dx1 x1 + ux1
Contents
du 4+u du 4 + u − u − u2
x1 = − u atau x1 =
dx1 1+u dx1 1+u JJ II
Z Z
u+1 dx1
du = J I
4 − u2 x1
Z  
A B Page 25 of 80
+ = ln x1 + ln c
2+u 2−u
Go Back
dimana A = − 41 dan B = 3
4
Z Z
1 du 3 du Full Screen
− + = ln cx1
4 2+u 4 2−u
1 3 Close
− ln 2 + u − ln 2 − u = ln cx1
4 4
y1 Quit
(2 + u)(2 − u)3 = c(x1 )−4 ; ganti u =
x1
(2x1 + y1 )(2x1 − y1 )3 = c
1 7
ganti x1 = x − 3 dan y1 = y + 3

(6x + 3y + 5)(2x − y − 3)3 = c (solusi umum)


2.4. Persamaan Differensial Exact
Bentuk umum persamaan differensial exact adalah:

M (x, y)dx + N (x, y)dy = 0 (2.21)

persamaan (2.21) merupakan persamaan differensial exact jika ruas kiri merupakan differ- Home Page
ensial dari u(x, y) = c. Sehingga turunan dari u(x, y) = c:
Title Page
∂u ∂u
du(x, y) = dx + dy = 0 (2.22)
∂x ∂y Contents

Dari persamaan (2.21) dan (2.22) diperoleh persamaan sebagai berikut:


JJ II
∂u ∂2u
M= → (2.23) J I
∂x ∂x∂y

∂u ∂2u Page 26 of 80
N= → (2.24)
∂y ∂y∂x
Go Back
Selanjutnya persamaan (2.21) disebut exact jika memenuhi syarat sebagai berikut:
∂M ∂N Full Screen
= (2.25)
∂y ∂x
Close
Demikian juga sebaliknya, bila persamaan(2.25) dipenuhi maka M (x, y)dx + N (x, y)dy = 0
adalah persamaan differensial exact. Apabila syarat exact sudah dipenuhi maka u(x, y) Quit
dapat dicari dengan langkah-langkah sebagai berikut:
∂u
= M (x, y) → ∂u = M (x, y)dx
∂x
Z Z
∂u = M (x, y)∂x
Z
u= M (x, y)∂x + ϕ(y) (2.26)
Z 
∂u ∂
= M (x, y)∂x + ϕ(y) (2.27)
∂y ∂y
Dari persamaan (2.24) dan persamaan (2.27) diperoleh persamaan berikut:
Home Page
Z 
∂u ∂
N (x, y) = = M (x, y)∂x + ϕ(y)
∂y ∂y Title Page
Z 

N (x, y) = M (x, y)∂x + ϕ(y) Contents
∂y
Z 
0 ∂ JJ II
ϕ (y) = N (x, y) − M (x, y)∂x
∂y
Z  Z  J I

ϕ(y) = N (x, y) − M (x, y)∂x (2.28)
∂y Page 27 of 80

Dari persamaan (2.26) dan (2.28) diperoleh penyelesaian persamaan (2.21) sebagai berikut:
Go Back
Z Z  Z 

u(x, y) = M (x, y)∂x + N (x, y) − M (x, y)∂x Full Screen
∂y
Contoh 2.4.1. Tentukan solusi dari persamaan differensial Close

2 3 2 2
(6xy + 4x )dx + (6x y + 3y )dy = 0 Quit

Jawab 2.4.1.
(6xy 2 + 4x3 )dx + (6x2 y + 3y 2 )dy = 0 (2.29)
2 3 2 2
M = 6xy + 4x (6x y + 3y )dy
∂M ∂N
= 12xy = 12xy
∂y ∂x
∂M ∂N
= = 12xy (persamaan differensial exact)
∂y ∂x
karena syarat exact dipenuhi, maka langkah selanjutnya dapat digunakan.
∂u
= M (x, y) = 6xy 2 + 4x3
∂x
Home Page
∂u = (6xy 2 + 4x3 )∂x
Z Z
∂u = (6xy 2 + 4x3 )∂x Title Page

Contents
2 2 4
u = 3x y + x + ϕ(y) (2.30)
JJ II
∂u
= 6x2 y + ϕ0 (y) (2.31)
∂y J I
∂u
= N (x, y) (2.32)
∂y Page 28 of 80

Go Back
6x2 y + 3y 2 = 6x2 y + ϕ0 (y)
Full Screen
0 2
ϕ (y) = 3y (2.33)
Close
ϕ(y) = = y 3 + c (2.34)
Quit
dari (2.30) dan (2.34) diperoleh solusi persamaan (2.29)

3x2 y 2 + x4 + y 3 = c (solusi umum)

Contoh 2.4.2. Tentukan solusi dari persamaan differensial

(2x cos y − ex )dx − x2 sin ydy = 0


Jawab 2.4.2.
(2x cos y − ex )dx − x2 sin ydy = 0 (2.35)
misal u(x, y) = c (2.36)
∂u ∂u
du(x, y) = dx + dy = 0
∂x ∂y
Home Page

M = 2x cos y − ex N = −x2 sin y Title Page

∂M ∂N
∂y = −2x sin y = −2x sin y
∂x Contents

∂M ∂N JJ II
= = −2x sin y (exact)
∂y ∂x
J I
∂U
M= = 2x cos y − ex Page 29 of 80
∂x
x
∂u = (2x cos y − e )∂x
Z Z Go Back
∂u = (2x cos y − ex )∂x
Full Screen

u = x2 cos y − ex + ϕ(y) (2.37) Close

Quit
∂u
= −x2 sin y + ϕ0 (y)
∂y
N = −x2 sin y + ϕ0 (y)
−x2 sin y = −x2 sin y + ϕ0 (y)
ϕ0 (y) = 0
ϕ(y) = c (2.38)
dari (2.36), (2.37) dan (2.38) didapat
x2 cos y − ex = c

Home Page
2.5. Faktor Integrasi
Title Page
Apabila bentuk persamaan differensial exact tidak memenuhi syarat exact
M (x, y)dx + N (x, y)dy = 0 (2.39) Contents

tidak memenuhi syarat exact, atau ditulis dengan notasi JJ II


∂M ∂N
6= (2.40) J I
∂y ∂x
maka persamaan diatas bukan persamaan differensial exact. Dengan demikian harus dibuat Page 30 of 80
persamaan diatas menjadi exact dengan cara menggandakan persamaan tersebut dengan
faktor integrasi u sehingga diperoleh: Go Back

uM (x, y)dx + uN (x, y)dy = 0 (2.41) Full Screen

Agar persamaan (2.41) exact maka persamaan (2.41) harus memenuhi syarat persamaan
exact sebagai berikut: Close
∂ ∂
(uM ) = (uN ) (2.42) Quit
∂y ∂x
selanjutnya persamaan (2.42) ini diturunkan sebagai berikut
∂M ∂u ∂N ∂u
u +M = u +N
∂y ∂y ∂x ∂x
∂u ∂u ∂N ∂M
M −N = u −u
∂y ∂x ∂x ∂y
 
∂M ∂N ∂u ∂u
u − = N −M (2.43)
∂y ∂x ∂x ∂y

Dari persamaan (2.43) ini harga u dapat dicari, dan setelah harga u dimasukkan dalam
persamaan (2.41) terjadilah persamaan differensial exact dan dapat diselesaikan dengan
cara seperti pada 3.1.
Home Page

2.5.1. Bila Factor Integrasi hanya Tergantung dari x maka u = u(x): Title Page
∂u du ∂u
= dan =0 (2.44) Contents
∂x dx ∂y
sehingga persamaan (2.43) menjadi; JJ II
 
∂N ∂M du
u − = −N (2.45) J I
∂x ∂y dx
Page 31 of 80
atau
Go Back
 
du ∂M ∂N
N = u − Full Screen
dx ∂y ∂x
Z Z ∂M − ∂N
du ∂y ∂x Close
= dx
u N
Z ∂M − ∂N Quit
∂y ∂x
ln u = dx
N
" #
∂M − ∂N
R ∂y ∂x
N dx
u = e
2.5.2. Bila Faktor Integrasi hanya Bergantung dari y maka u =
u(x, y):
∂u du ∂u
= dan =0 (2.46)
∂y dy ∂x
sehingga persamaan (2.43) menjadi; Home Page
 
∂N ∂M du
u − =M (2.47) Title Page
∂x ∂y dy
Contents
atau

  JJ II
du ∂M ∂N
−M = u − J I
dy ∂y ∂x
Z Z ∂M − ∂N
du ∂y ∂x Page 32 of 80
= dx
u −M
Z ∂M − ∂N Go Back
∂y ∂x
ln u = dx
−M
" # Full Screen
∂M − ∂N
R ∂y ∂x
−M dx
u = e Close

2.5.3. Bila Faktor Integrasi hanya Bergantung dari (x ± y) maka Quit

u = u(z) = (x ± y):
dz dz
= 1 dan = ±1 (2.48)
dx dy
∂u ∂u ∂z dz
= · = u0 (z) · = u0 (z) (2.49)
∂x ∂z ∂x dx
∂u ∂u ∂z dz
= · = u0 (z) · = ±u0 (z) (2.50)
∂y ∂z ∂y dy
sehingga rumus faktor integrasi menjadi
  Home Page
∂M ∂N ∂u ∂z ∂u ∂z
u − = N −M
∂y ∂x ∂z ∂x ∂z ∂y Title Page
 
∂M ∂N
u − = N u0 (z)1 ∓ M u0 (z)1 Contents
∂y ∂x
 
∂M ∂N JJ II
u − = (N ∓ M )u0 (z)
∂y ∂x
u0 (z)
∂M
− ∂N J I
∂y ∂x
=
u N ∓M
Page 33 of 80
Dalam bentuk fungsi z menjadi
Go Back
∂M ∂N
du ∂y − ∂x
= dz Full Screen
u N ∓M
Z Z ∂M − ∂N
du ∂y ∂x Close
= dz
u N ∓M
Z ∂M − ∂N Quit
∂y ∂x
ln u = dz
N ∓M
" #
∂M − ∂N
R ∂y ∂x
N ∓M dz
u = e
2.5.4. Bila Faktor Integrasi hanya Bergantung dari (x · y) maka
u = u(z) = (x · y):
dz dz
= y dan =x (2.51)
dx dy

Home Page
∂u ∂u ∂z dz
= · = u0 (z) · = u0 (z)y (2.52)
∂x ∂z ∂x dx Title Page
∂u ∂u ∂z dz
= · = u0 (z) · = u0 (z)x (2.53)
∂y ∂z ∂y dy Contents

sehingga rumus faktor integrasi menjadi


JJ II
 
∂M ∂N ∂u ∂z ∂u ∂z
u − = N −M J I
∂y ∂x ∂z ∂x ∂z ∂y
 
∂M ∂N
u − = N u0 (z)y − M u0 (z)x Page 34 of 80
∂y ∂x
 
∂M ∂N Go Back
u − = (N y − M x)u0 (z)
∂y ∂x
∂M ∂N Full Screen
u0 (z) ∂y − ∂x
=
u Ny − Mx Close

Quit
Dalam bentuk fungsi z menjadi
∂M ∂N
du ∂y − ∂x
= dz
u Ny − Mx
Z Z ∂M − ∂N
du ∂y ∂x
= dz
u Ny − Mx Home Page
Z ∂M − ∂N
∂y ∂x Title Page
ln u = dz
Ny − Mx
" #
∂M − ∂N
R ∂y ∂x Contents
N y−M x dz
u = e
JJ II
2 2
2.5.5. Bila Faktor Integrasi hanya Bergantung dari (x + y ) maka J I
u = u(z) = (x2 + y 2 ):
Page 35 of 80
dz dz
= 2x dan = 2y (2.54)
dx dy
Go Back

∂u ∂u ∂z dz
= · = u0 (z) · = u0 (z)2x (2.55) Full Screen
∂x ∂z ∂x dx
∂u ∂u ∂z dz Close
= · = u0 (z) · = u0 (z)2y (2.56)
∂y ∂z ∂y dy
Quit
sehingga rumus faktor integrasi menjadi
 
∂M ∂N ∂u ∂z ∂u ∂z
u − = N −M
∂y ∂x ∂z ∂x ∂z ∂y
 
∂M ∂N
u − = N u0 (z)2x − M u0 (z)2y
∂y ∂x
  Home Page
∂M ∂N
u − = (2xN − 2yM )u0 (z)
∂y ∂x Title Page
∂M ∂N
0
u (z) ∂y − ∂x
= Contents
u 2xN − 2yM x
Dalam bentuk fungsi z menjadi JJ II
∂M ∂N
du ∂y − ∂x J I
= dz
u 2xN − 2yM
Z Z ∂M − ∂N Page 36 of 80
du ∂y ∂x
= dz
u 2xN − 2yM Go Back
Z ∂M − ∂N
∂y ∂x
ln u = dz Full Screen
2xN − 2yM
" #
∂M − ∂N
R ∂y ∂x
N y−M x dz Close
u = e
Quit
Berdasarkan uaraian diatas, ternyata yang membedakan faktor integrasinya tergantung dari
∂M ∂N
∂y − ∂x
(2.57)
αN − βM
dimana α dan β harus dicari sedemikian, hingga (2.57) dapat berbentuk sama dengan salah
satu dari ketentuan (rumus) diatas.
Contoh 2.5.1. Carilah solusi dari persamaan differensial

(3 − 2y)dx + (x2 − 1)dy = 0

Mempunyai faktor integrasi hanya fungsi dari x.


Jawab 2.5.1. Home Page
(3 − 2y)dx + (x2 − 1)dy = 0 (2.58)
∂M Title Page
M = 3 − 2y → = −2
∂y
Contents
2 ∂N
N =x −1→ = 2x
∂x JJ II
∂M ∂N
6= (tidak exact) J I
∂y ∂x
Karena fakor integrasinya sudah ditentukan maka faktor integrasi tersebut dapat langsung Page 37 of 80
dicari dengan menggunakan rumus:
Go Back
∂M ∂N
Z
du
Z
∂y − ∂x
= dx
u N Full Screen
−2 − 2x
Z
ln u = dx Close
x2 − 1
−2
Z
ln u = dx Quit
x−1
ln u = ln(x − 1)−2
1
u= (2.59)
(x − 1)2
Gandakan persamaan (2.58) dengan (2.59)

3 − 2y x2 − 1
dx + dy = 0
(x − 1)2 (x − 1)2
3 − 2y x+1
dx + dy = 0 (Persamaan Exact) Home Page
(x − 1)2 x−1
Persamaan (2.58) telah menjadi persamaan differensial exact. Selanjutnya harga M dan Title Page
N yang baru menjadi :
3 − 2y ∂M −2
M= → = Contents
(x − 1)2 ∂y (x − 1)2
x2 − 1 x+1 ∂N −2 JJ II
N= = → =
(x − 1)2 x−1 ∂x (x − 1)2
J I
∂M ∂N
= (Terbukti syarat exact terpenuhi)
∂y ∂x Page 38 of 80

Go Back
∂u −2
M= =
∂x (x − 1)2
Full Screen
3 − 2y
Z Z
∂u = ∂x
(x − 1)2 Close

Quit
2y − 3
u = + ϕ(y) (2.60)
x−1
∂u 2
= + ϕ0 (y)
∂y x−1
∂u 2
N= = + ϕ0 (y)
∂y x−1
x+1 2
= + ϕ0 (y)
x−1 x−1 Home Page
0 x+1 2
ϕ (y) = −
x−1 x−1 Title Page

ϕ0 (y) = 1 → ϕ(y) = y + c (2.61)


Contents
Dari (2.60) dan (2.61) diperoleh penyelesaian (2.58)
JJ II
2y − 3
u(x, y) = +y+c=0
x−1 J I
2y − 3
+ y = c atau Page 39 of 80
x−1
y(x + 1) = c(x − 1) + 3 Solusi umum (2.58) Go Back

Contoh 2.5.2. Carilah solusi dari persamaan differensial


Full Screen

2xydx + (2x2 + 3)dy = 0


Close
Mempunyai faktor integrasi hanya fungsi dari y
Quit
Jawab 2.5.2.
2xydx + (2x2 + 3)dy = 0 (2.62)
∂M
M = 2xy → = 2x
∂y
∂N
N = 2x2 + 3 → = 4x
∂x
∂M ∂N
6= (tidak exact)
∂y ∂x
Faktor integrasi ditentukan dnegan rumus:
Z Z ∂M − ∂N
du ∂y ∂x
= dy
u −M
Home Page
2x − 4x
Z
ln u = dy
−2xy Title Page
Z
1
ln u = dy
y Contents

u = y (2.63) JJ II

Gandakan persamaan (2.62) dengan (2.63) J I

2xy 2 dx + (2x2 y + 3y)dy = 0 (2.64) Page 40 of 80

sehingga harga M dan N yang baru menjadi : Go Back


∂M
M = 2xy 2 → = 4xy Full Screen
∂y
∂N Close
N = 2x2 y + 3y → = 4xy
∂x
∂M ∂N Quit
= (Terbukti syarat exact terpenuhi)
∂y ∂x

∂u
M= = 2xy 2
Z ∂x Z
∂u = 2xy 2 ∂x
u = x2 y 2 + ϕ(y) (2.65)

∂u
= 2x2 y + ϕ0 (y)
∂y
∂u
N= = 2x2 y + ϕ0 (y) Home Page
∂y
2x2 y + 3y = 2x2 y + ϕ0 (y) Title Page

3 2
ϕ0 (y) = 3y → ϕ(y) = y +c (2.66) Contents
2
Dari (2.65) dan (2.66) diperoleh penyelesaian (2.62) JJ II

y 2 (2x2 + 3) = c Solusi umum (2.58) J I


Contoh 2.5.3. Tentukan solusi dari persamaan differensial Page 41 of 80

(12x2 y + 3xy 2 + 2y)dx + (6x3 + 3x2 y + 2x)dy = 0


Go Back

mempunyai faktor integrasi hanya fungsi dari xy.


Full Screen
Jawab 2.5.3.
(12x2 y + 3xy 2 + 2y)dx + (6x3 + 3x2 y + 2x)dy = 0 (2.67) Close

∂M
M = 12x2 y + 3xy 2 + 2y → = 12x2 + 6xy + 2 Quit
∂y
∂N
N = 6x3 + 3x2 y + 2x → = 18x2 + 6xy + 2
∂x
∂M ∂N
6= (tidak exact)
∂y ∂x
Faktor integrasi ditentukan dengan rumus:
∂M ∂N
Z
du
Z
∂y − ∂x
= dy
u −M
(12x2 + 6xy + 2) − (18x2 + 6xy + 2)
Z
ln u = dz
y(6x3 + 3x2 y + 2x) − x(12x2 y + 3xy 2 + 2y) Home Page
−6x2
Z
ln u = dz Title Page
−6x3 y
Z Z
1 1
ln u = = dz = ln z Contents
xy z
u = z = xy (2.68) JJ II
substitusikan (2.68) ke (2.67) J I
(12x3 y 2 + 3x2 y 3 + 2xy 2 )dx + (6x4 y + 3x3 y 2 + 2x2 y)dy = 0 (2.69)
Page 42 of 80

Dari persamaan (2.69) nilai M dan N menjadi


Go Back
3 2 ∂M
2 3 2
M = 12x y + 3x y + 2xy → = 24x3 y + 9x2 y 2 + 4xy
∂y Full Screen

∂N
N = 6x4 y + 3x3 y 2 + 2x2 y → = 24x3 y + 9x2 y 2 + 4xy Close
∂x
∂M ∂N Quit
= (Terbukti syarat exact terpenuhi)
∂y ∂x

∂u
M= = 6x4 y + 3x3 y 2 + 2x2 y
Z ∂x Z
∂u = 6x4 y + 3x3 y 2 + 2x2 y∂x
u = 3x4 y 2 + x3 y 3 + x2 y 2 + ϕ(y) (2.70)

∂u
= 6x4 y + 3x3 y 2 + 2x2 y + ϕ0 (y)
∂x
∂u
N= = 6x4 y + 3x3 y 2 + 2x2 y + ϕ0 (y)
∂x Home Page
6x4 y + 3x3 y 2 + 2x2 y = 6x4 y + 3x3 y 2 + 2x2 y + ϕ0 (y)
Title Page
ϕ0 (y) = 0 → ϕ(y) = c substitusikan ke (2.70)
Contents
u = u = 3x4 y 2 + x3 y 3 + x2 y 2 + c = 0 atau
x2 y 2 (3x2 + xy + 1) = c jawab umum(2.67) JJ II

J I

Page 43 of 80

Go Back

Full Screen

Close

Quit
Home Page

BAB 3 Title Page

Aplikasi Persamaan Differensial Biasa Orde Satu Contents

JJ II

J I

Page 44 of 80

Go Back
3.1. Pertumbuhan dan Peluruhan
Full Screen
3.1.1. Pertumbuhan
Close
Pada tahun 1798 T.R Malthus mengamati bahwa penduduk Eropa akan menjadi dua kali
lipat pada selang waktu yang teratur, dan dia berkeimpulan bahwa laju pertambahan
Quit
populasi berbanding lurus dengan penduduk yang ada. Misalkan N (t) menunjukkan jumlah
yang ada pada setiap saat t. Jika k adalah konstanta perbandingan, maka fungsi fungsi
N = N (t) memenuhi persamaan differensial orde 1

dN (t)
= kN (t) hukum Malthus [?]
dt
Sedangkan bila k berubah-ubah tergantung dari N , maka dapat diganti dengan suatu
fungsi misalnya h(N ), dipilih h(N ) = r − aN maka model pertumbuhan diatas berubah
menjadi
dN
= r − aN )N
dt
dN r Home Page
= r(1 − N/K)N dimana K=
dt k
N (t0 ) = N0 Title Page

PDB ini dikenal dengan persamaan Verhulst atau persamaan Logistik. Contents

Contoh 3.1.1. Pertumbuhan populasi memenuhi model sebagai berikut


JJ II
dx 1 1
= x − 8 x2
dt 100 10 J I
Bila tahun 1980 jumlah populasinya 100.000 maka
Page 45 of 80
1. berapa besar populasi pada tahun 2000
Go Back
2. tahu berapa jumlah populasi akan menjadi 2x tahun 1980
3. berapa jumlah populasi terbesar untuk t > 1980 Full Screen

Jawab 3.1.1. Bila tahun 1980 jumlah populasi 100.000 maka dapat dikatakan x(1980) = Close
100.000 sehingga model PDB sekarang adalah
dx 1 1 Quit
= x − 8 x2
dt 100 10
x(t0 ) = x0
Rubah kedalam PD dnegan variabel terpisah
1
dx = dt
10−2 x − 10−8 x2
Integralkan kedua ruasnya
Z Z
1
dx = dt
10−2 x(1 − 10−6 x)
10−6
Z Z
1
100 + dx = dt
x 1 − 10−6 x Home Page
100(ln x − ln(1 − 10−6 x)) + c0 = t + c1
x t Title Page
ln = + c2
1 − 10−6 x 100
x t Contents
= e 100 +c2
1 − 10−6 x
x t JJ II
= ce 100
1 − 10−6 x
ce 100
t
J I
x = t
1 + 10−6 ce 100 Page 46 of 80
6
10
Terapkan nilai awal x(1980) = 100.000 didapat c = 9e19,8 sehingga
Go Back
6
10
x(t) = t (3.1) Full Screen
1 + 9e19,8− 100
Close
Dengan demikian beberapa pertanyaan itu dapat diselesaikan sebagai berikut
1. jumlah populasi tahun 2000 artinya t = 2000. Substitusikan nilai t ini kedalam per- Quit
samaan (3.1) didapat x = 119, 495. Dengan demikian jumlah populasi tahun 2000
adalah 119,495 orang.
2. jumlah populasi 2x tahun 1980, berarti x = 200.000. Substitusikan nilai x ini kedalam
persamaan (3.1) didapat t = 2061. Dengan demikian jumlah populasi akan dua kali
lipat tahun 1980 dicapai pada tahun 2061.
3. Besar populasi untuk waktu yang tidak terbatas (t → ∞) berarti

106
x = lim t
t→∞ 1 + 9e19,8− 100
6
10
x = lim t
t→∞ 1 + 9e19,8 e− 100 Home Page
x = 106 = 1.000.000
Title Page
Dengan demikian jumlah maksimum populasi untuk waktu yang tidak terbatas adalah
1 juta orang. Contents

3.1.2. Peluruhan JJ II

Misalkan N (t) menunjukkan jumlah yang ada pada setiap saat t dan dN
dt adalah perubahan J I
(berkurang) terhadap waktu. Jika k adalah konstanta perbandingan, maka fungsi fungsi
N = N (t) memenuhi persamaan differensial orde 1 Page 47 of 80

dN (t) Go Back
= −kN (t) Peluruhan
dt
Full Screen
Contoh 3.1.2. Radioaktif isotop Thorium-234 meluruh pada tingkat yang sebanding dne-
gan jumlah isotop. jika 100 mg dari material meluruh menjadi 82,04 mg dalam satu minggu, Close
maka
Quit
1. tentukan ekspresi jumlah pada saat tertentu
2. tentukan interval waktu sehingga isotop itu meluruh menjadi setengah dari junlah
semula.
Jawab 3.1.2. Gunakan rumus perluruhan. Misal N jumlah isotop Thorium-234 maka
dalam waktu t model peristiwa peluruhan itu adalah
dN
= −kN
dt
N (0) = 100

Kemudian selesaikan PDB ini akan diperoleh Home Page

N (t) = 100e−kt Title Page

Kemudian terapkan syarat kedua, yaitu dalam satu minggu (7 hari) isotop menjadi 82,04 Contents
mg artinya N (t) = 82, 04 mg, akan didapat nilai k. Sehingga jumlah terhadap waktu (hari)
adalah JJ II
N (t) = 100e−0,02828t
J I
Dengan mengetahui ekspresi diatas, akan menjadi mudah untuk mengerjakan pertanyaan-
pertanyaan diatas. (Teruskan sebagai latihan). Page 48 of 80

3.2. Hukum Pendinginan Newton Go Back

Full Screen
Eksperimen menunjukkan bahwa di bawah kondisi tertentu, temperatur suatu benda berubah
dengan rata-rata yang sebanding dengan perbedaan rata-rata antara medium sekelilingnya
Close
dengan benda itu sendiri, sebagaimana yang dinyatakan oleh Hukum Pendinginan Newton.
Hukum Pendinginan Newton, diformulasikan secara matematis sebagai berikut :
Quit
dT
= −k(T − Tα )
dt
dimana :
Tα = temperatur medium
T = temperatur benda pada saat t
dT
= perubahan temperature rata-rata
dt Home Page
−k = konstanta laju penurunan temperature
Contoh 3.2.1. Sebuah bola tembaga dipanaskan pada suhu 100o C, pada saat t = 0 benda Title Page

tersebut ditempatkan dalam air yang dipertahankan pada 30o C. Di akhir menit ke-3 temper-
atur bola berkurang menjadi 70o C. Tentukan waktu yang dibutuhkan agar temperatur bola Contents

berkurang menjadi 31o C.


JJ II
Jawab 3.2.1. Diketahui :
Tα = 30o C J I
t = 0o C, T = 100o C
o
t = 3 C, T = 70o C Page 49 of 80
Ditanya : t =? (T = 31o C)
Jawab: Go Back

dT
= −k(T − Tα ) Full Screen
dt
dT
= −k(T − 30) Close
Z dt Z
dT Quit
= −kdt
(T − 30)
ln(T − 30) + c1 = −kt + c2
ln(T − 30) = ln e−kt + c3
(T − 30) = ce−kt
T = 30 + ce−kt (3.2)
t = 0o C dan T = 100o C disubstitusikan ke (3.2) maka diperoleh:
100 = 30 + ce−k(0)
70 = ce0
c = 70
Persamaan (3.2) menjadi : Home Page
−kt
T = 30 + 70e (3.3)
o Title Page
t = 3 dan T = 70 C disubstitusikan ke (3.3) sehingga didapat :
70 = 30 + 70e−3k Contents

40 = 70e−3k
JJ II
k = 0, 187
Jadi persamaan (3.3) menjadi : J I

T = 30 + 70e−0,187t (3.4) Page 50 of 80

Sehingga untuk T = 31o C dengan mensubstitusikan ke persamaan (3.4)didapat : Go Back


−0,187t
31 = 30 + 70e
Full Screen
1 = 70e−0,187t
t = 22, 775 Close
o
Jadi waktu yang dibutuhkan agar suhu bola menjadi 31 C adalah 22,775 menit.
Quit

3.3. Hukum Pemanasan Newton


Hukum Pemanasan Newton, diformulasikan secara matematis sebagai berikut :
dT
= −k(Tα − T )
dt
dimana :

Tα = temperatur medium
T = temperatur benda pada saat t
dT
= perubahan temperature rata-rata
dt Home Page
−k = konstanta laju kenaikan temperature
Title Page

Contents

3.4. Masalah Pencampuran JJ II


Persamaan differensial orde satu linier muncul sebagai model matematika dalam peristiwa
pencampuran suatu bahan dengan bahan yang lain. Misalkan Q(t) adalah jumlah suatu J I
bahan pada saat t, maka laju perubaahn Q(t) terhadap t ditunjukkan dnegan dQ(t)
dt . Bila Page 51 of 80
dalam proses terdapat campuran yang masuk dan keluar, jelaslah
Go Back
dQ(t)
= laju masuk − laju keluar
dt
Full Screen
Contoh 3.4.1. Larutan 1,2 pon garam dimasukkan dalam sebuah tangki dengan laju 2
galon per menit.Dalam tangki tersebut terdapat 120 galon larutan (75 pon garam). Tentukan Close
jumlah garam dalam tangki setelah t menit jika laju larutan yang keluar dari dalam tangki
adalah 2 galon per menit ! (dengan asumsi larutan dicampur secara homogen) Quit

Jawab 3.4.1. Diketahui :


larutan yang dimasukkan = 1,2 pon garam/galon.
laju masuk = 2 galon/menit
larutan dalam tangki = 120 galon (75 pon garam)
laju keluar = 2 galon/menit
Ditanya :
Jumlah garam dalam tangki setelah t menit (misal: Q(t) )
Jawab :
Konsentrasi larutan yang dimasukkan = 1,2 pon garam/gallon G 2 galon/menit
= 2,4 pon garam/menit
Selisih garam setiap saat = masuk - keluar
dQ 2 Home Page
dt = 2, 4 − 120 Q
Title Page

Contents

JJ II

J I

Page 52 of 80

Go Back

Full Screen

Close

Quit
Home Page

BAB 4 Title Page

Persamaan Differensial Linier Order Dua Contents

JJ II

J I

Page 53 of 80

Go Back
Persamaan differensial order dua dikatakan linier jika persamaan tersebut dapat dinyatakan
dengan:
Full Screen
y 00 + p(x)y 0 + q(x)y = r(x) (4.1)
dimana p, q dan r adalah fungsi dari x, p dan q disebut koefisien dari persamaan. jika Close
r(x) = 0 maka persamaan (4.1) menjadi:
Quit
y 00 + p(x)y 0 + q(x)y = 0 (4.2)
Persamaan (4.1) disebut dengan Persamaan Differensial Linier Nonhomogen, persamaan
(4.2) disebut dengan Persamaan Diffrensial Linier Homogen.
Contoh 4.0.2.
y 00 + 4y = e−x sin x −→ persamaan differensial linier nonhomogen
Contoh 4.0.3.
(1 − x2 )y 00 − 2xy 0 + 6y = 0
(persamaan differensial linier homogen)
Persamaan differensial linier order dua memegang peranan penting dibanyak permasala-
han pada bidang engineering. Home Page

Contoh 4.0.4. Penyelesaian persamaan differesnial linier homogen. Fungsi y = cos x


Title Page
dan y = sin x merupakan penyelesaian dari persamaan differensial linier homogen

y 00 + y = 0 untuk semua x Contents

Karena untuk y = cos x dapat diperoleh JJ II

[cos x]00 + cos x = − cos x + cos x = 0 J I

Analog untuk y = sin x Page 54 of 80

[sin x]00 + sin x = − sin x + sin x = 0 Go Back

Jika penyelesaian tersebut digandakan dengan suatu konstanta, misalkan y = 3 cos x atau
Full Screen
y = 5 sin x juga merupakan penyelesaian dari persamaan diatas, karena
Close
[3 cos x]00 + 3 cos x = 3[(cos x)00 + cos x]
= 3[− cos x + cos x] Quit
= 0

[5 sin x]00 + 5 sin x = 5[(sin x)00 + sin x]


= 5[− sin x + sin x]
= 0
Selain itu jumlah dari perkalian cos x dan sin x terhadap konstanta yang berbeda juga
merupakan penyelesaian dari persamaan y 00 + y = 0. Misalkan saja y = 5 cos x − 4 sin x
maka:
y 00 + y = [5 cos x − 4 sin x]00 + [5 cos x − 4 sin x]
= 5[(cos x)00 + cos x] − 4[(sin x)00 + sin x]
Home Page
= 0
Contoh 4.0.5. Persamaan differensial linier nonhomogen dengan cara mensubstitusikan Title Page

dapat dilihat bahwa


Contents
y = 1 + cos x dan y = 1 + sin x
merupakan penyelesaian persamaan differensial linier nonhomgen JJ II
00
y +y =1
J I
untuk y = 1 + cos x
Page 55 of 80
y 00 + y = [1 + cos x]00 + 1 + cos x
= [cos x]00 + 1 + cos x Go Back

= − cos x + cos x + 1 = 1
Full Screen
dan untuk y = 1 + sin x
Close
y 00 + y = [1 + sin x]00 + 1 + sin x
= [sin x]00 + 1 + sin x Quit
= − sin x + sin x + 1
= 1
Tetapi fungsi-fungsi berikut bukan merupakan penyelesaian dari persamaan differensial
diatas.
y = 2(1 + cos x) dan y = (1 + cos x) + (1 + sin x)
Contoh 4.0.6. Persamaan differensial nonlinier dengan cara mensubstitusikan dapat dil-
ihat bahwa y = x2 dan y = 1 merupakan penyelesaian dari persamaan differensial nonlinier

y 00 y − xy 0 = 0

Untuk y = x2 didapat
Home Page
y 00 y − xy 0 = (x2 )00 · x2 − x(x2 )0
= 2x2 − 2x2 Title Page

= 0
Contents
Untuk y = 1 didapat
JJ II
y 00 y − xy 0 = 0·1−x·0
= 0 J I

Tetapi fungsi-fungsi berikut bukan merupakan penyeleaian dari persamaan differensial non Page 56 of 80
linier diatas:
y = −x2 dan y = x2 + 1 Go Back

Full Screen

4.1. Persamaan Differensial Linier Order Dua Homogen Close

dengan Koefisien Konstanta Quit

Bentuk umum persamaan differensial linier order dua homogen dengan koefisien konstanta
adalah:
y 00 + py + qy = 0 (4.3)
dimana p dan q adalah bilangan riel konstan, sehingga persamaan (4.3) disebut persamaan
differensial linier homogen dengan koefisien konstan.
Persamaan differensial linier order satu y 0 + ay = 0 mempunyai penyelesaian y =
−ax
ce . Analog dengan hal ini, penyelesaian umum untuk persamaan (4.3) diperoleh dengan
memisalkan penyelesainm partikulirnya:

y = ekx dimana k adalah konstanta (4.4)


y0 = kekx (4.5) Home Page
y 00 = k 2 k kx (4.6)
Title Page
Substitusikan persamaan (4.4), (4.5) dan (4.6) ke persamaan (4.3)
Contents
k 2 ekx + pkekx + qekx = 0 atau
JJ II
[k 2 + pk + q]ekx = 0
Jadi y = ekx adalah penyelesaian persamaan (4.3), jika k merupakan penyelesaian dari J I
persamaan kuadrat:
k 2 + pk + q = 0 (4.7) Page 57 of 80

Persamaan (4.7) disebut persamaan karakteristik dari persamaan (4.3). Misalkan akar-akar Go Back
dari persamaan (4.3) adalah k1 dan k2 maka:
r Full Screen
p p2
k1 = − + −q
2 4 Close
r
p p2
k2 = − − −q Quit
2 4
Sehingga penyelesaiannya adalah:

y1 = ek1 x dan y2 = ek2 x

Ada tiga kemungkinan untuk penyelesaian persamaan karakteristik:


Kasus I Bila akar-akarnya Riel dan Berbeda (k1 6= k2 )maka penyelesaian umum homogen-
nya:
y = c1 ek1 x + c2 ek2 x

Kasus II Bila akar-akarnya sama atau rangkap (k1 = k2 = k)maka jawab homogennya

y = c1 ekx + c2 ekx atau Home Page

y = (c1 + c2 x)ekx Title Page

Kasus III Bila akar-akarnya bilangan kompleks (k1 = a + bi, k2 = a − bi) maka jawab Contents
homogennya
JJ II
y = c1 e(a+bi)x + c2 e(a−bi)x
= eax (c1 ebix + c2 e−bix ) J I
= eax [c1 (cos bx + i sin bx) + c2 (cos bx − i sin bx)]
Page 58 of 80
= eax ((c1 + c2 ) cos bx + (c1 i − c2 i) sin bx) atau
Go Back
y = eax (A cos bx + B sin bx)
dimana A = (c1 + c2 ) dan B = (c1 i − c2 i) Full Screen

Rumus-rumus berikut akan banyak penggunaannya dalam penyelesaian persamaan differ- Close
ensial.
Quit
eibx = cos bx + i sin bx e−ibx = cos bx − i sin bx
ebx = cosh bx + i sinh bx e−bx = cosh bx − i sinh bx
ibx −ibx ibx −ibx
sin bx = e −e 2i cos bx = e +e 2
sinh bx = 2 (e − e−bx )
1 bx
cosh bx = 2 (e + e−bx )
1 bx

Contoh 4.1.1. Tentukan solusi umum homogen dari y 00 − 9y = 0


Jawab 4.1.1.
d2 y
− 9y = 0 (4.8)
dx2
dy d2 y
y = ekx −→ = kekx −→ 2 = k 2 ekx
dx dx
Persamaan (4.8) menjadi k 2 ekx −9ekx = 0 dan persamaan karakteristiknya adalah k 2 −9 = Home Page
0. jika diselesaikan akan didapatkan akar-akar real berbeda yaitu k1 = 3 dan k2 = −3 Jadi
solusi umum homogennya adalah Title Page

y = c1 e−3x + c2 e3x Contents

Contoh 4.1.2. Tentukan solusi umum homogen dari persamaan y 000 − 3y 00 + 3y 0 − y = 0 JJ II

Jawab 4.1.2. J I
d3 y d2 y dy
− 3 +3 −y =0 (4.9)
dx3 dx2 dx Page 59 of 80
Persamaan karakteristik dari (4.9):
Go Back
k 3 − 3k 2 + 3k − 1 = 0
(k − 1)3 = 0 Full Screen

k1 = k2 = k3 = 0 akar-akar riel kembar


Close

Solusi umum homgennya adalah:


Quit
x x 2 x
y = c1 e + c2 exe + c3 x e
y = (c1 + c2 x + c3 x2 )ex

Contoh 4.1.3. Tentukan solusi umum homgen dari persamaan y 00 − 4y 0 + 5y = 0


Jawab 4.1.3.
d2 y dy
2
−4 + 5y = 0 (4.10)
dx dx
Persamaan karakteristik dari (4.10)
k 2 − 4k + 5 = 0
√ Home Page
4 ± −4
k1,2 = =2±i
3
Title Page
k1 = 2 + i dan k2 = 2 − i
Solusi umum homogennya: Contents

y = c1 e(2+i)x + c2 e(2−i)x JJ II
y = e2x (c1 eix + c2 e−ix )
J I
y = e2x [c1 (cos x + i sin x) + c2 (cos x − i sin x)]
y = e2x [(c1 + c2 ) cos x + (c1 − c2 )i sin x] Page 60 of 80
y = e2x [A cos x + B sin x] jawab umum homogen
Go Back
dimana A = c1 + c2 dan B = (c1 − c2 )i.
Full Screen

4.2. Masalah Nilai Awal Close

Didalam aplikasi persamaan differensial, solusi partikulir lebih diperlukan dari pada so-
Quit
lusi umum. Pada persamaan differensial order satu solusi umumnya memuat sebuah kon-
stanta sebarang, sehingga untuk mendapatkan solusi partikulirnya hanya membutuhkan
satu syarat yang disebut sebagai syarat awal (initial condition). Sekarang dibutuhkan dua
syarat untuk mendapatkan solusi partikulir dari persamaan differensial order dua, karena
didalam solusi umumnya terdapat dua konstanta esensial. Syarat awal itu adalah:
y(x0 ) = k0 dan y 0 (x0 ) = k1 (4.11)
dimana x = x0 menyatakan tiitk dan k0 dan k1 menyatakan bilangan. Jadi untuk mencari
solusi partikulir dari persamaan:
y 00 + py 0 + qy = 0
yang mempunyai nilai pada titik x0 = k0 dan turunan pertamanya pada titik x0 = k1 .
Syarat yang dinyatakan dalam persamaan (4.11) disebut syarat awal (Initial Condition). Home Page
Persamaan differensial linier order dua dengan kondisi awal yang diketahui disebut
masalah nilai awal (Initial Value Problem). Didalam aplikasinya yang paling sering menjadi Title Page
variabel bebas x adalah waktu yang menerangkan keadaan awal dari suatu sistem fisika
atau yang lainnya. Sehingga solusi yang diperoleh dapat menggambarkan atau memberi Contents
informasi tentang apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
Contoh 4.2.1. Selesaikan masalah nilai awal berikut: JJ II

y 00 + y 0 − 2y = 0 J I
dengan syarat awal y(0) = 4 dan y 0 (0) = 1
Page 61 of 80
Jawab 4.2.1.
y 00 + y 0 − 2y = 0 (4.12) Go Back

y = ekx (4.13) Full Screen

y0 = kekx (4.14)
Close
y 00 = k 2 ekx (4.15)
dari (4.12), (4.13), (4.14) dan (4.15) didapat persamaan karakteristik Quit

k 2 + k − 2 = 0 −→ k1 = 1 dan k2 = −2
Solusi umum:
y(x) = c1 ex + c2 e−2x (4.16)
y 0 (x) = c1 ex − 2c2 e−2x (4.17)
Masukkan syarat awal y(0) = 4 dan y 0 (0) = 1 kedalam persamaan (4.16) dan (4.17),
sehingga diperoleh: 
c1 + c2 = 4
−→ c1 = 3 dan c2 = 1
c1 − 2c2 = 1
Dengan memasukka nilai c1 dan c2 kepersamaan (4.16), diperoleh penyelesaian partikulir
yang memenuhi syarat awal. Home Page
y(x) = 3ex + e−2x
Title Page

4.3. Masalah Nilai Batas Contents

Didalam aplikasi kadang-kadang juga dibutuhkan syarat seperti: JJ II


y(p1 ) = k1 dan y(p2 ) = k2 (4.18) J I
yang menyatakan sebagai syarat batas, karena persamaan tersebut menyatakan titik ujung
Page 62 of 80
p1 , p2 (titik batas p1 , p2 ) dari suatu interval I terhadap persamaan differensial yang
diberikan. Persamaan differensial dengan syarat batas yang diketahui disebut sebagai
Go Back
masalah nilai batas (Bondary Value Problem).
Contoh 4.3.1. Selesaikan masalah nilai batas berikut: y 00 − 16y = 0, dengan syarat batas Full Screen

y(0) = 3 dan y( 41 ) = 3e.


Close
Jawab 4.3.1.
y 00 − 16y = 0 (4.19) Quit

Persamaan karakteristik

k 2 − 16 = 0 −→ k1 = 4 dan k2 = −4

Solusi umum:
y(x) = c1 e4x + c2 e−4x (4.20)
Batas kiri y(0) = 3 −→ c1 + c2 = 3
Batas kanan y( 41 ) = 3e → c1 e + ce2 → c1 e2 + c2 = 3e2 .
Dengan menyelesaikan persamaan diatas diperoleh nilai c1 = 3 dan c2 = 0. Nilai c1
dan c2 ini selanjutnya disubstitusikan ke persamaan (4.20) sehingga diperoleh solusi yang
memenuhi syarat batas:
y(x) = 3e4x
Home Page

4.4. Persamaan Euler-Cauchy Title Page

Bentuk umum: Contents


2 00 0
x y + axy + by = 0 (4.21)
JJ II
dimana a dan b konstanta, disebut sebagai persamaan Euler-Cauchy. Persamaan differensial
tersebut dapat diselesaikan dengan manipulasi aljabar. Yakni dengan mensubstitusikan: J I

y = xm  Page 63 of 80
y 0 = mxm−1 −→ (4.22)
y 00 = (m2 − m)xm−2

Go Back

kedalam persamaan (4.21). Full Screen

2 2 m−2 m−1 m
x (m − m)x + axmx + bx = 0 Close
(m − m)x + amx + bxm
2 m m
= 0
Quit
m2 + (a − 1)m + b = 0 (4.23)
Persamaan (4.23) merupakan persamaan karakteristik dari persamaan Euler-Cauchy. Un-
tuk penyelesaian dari persamaan Euler-Cauchy ada tiga kemungkinan yang perlu diper-
hatikan:
A. Jika m1 dan m2 akar-akar dari persamaan (4.23)riel dan berbeda maka:

y1 = xm1 dan y2 = xm2

Solusi umum dari persamaan (4.21) adalah

y = c1 xm1 + c2 xm2 Home Page

dimana c1 , c2 konstanta sembarang. Title Page

Contoh 4.4.1. Selesaikan persamaan differensial berikut: Contents


2 00 0
2x y − 3xy − 3y = 0
JJ II
Jawab 4.4.1.
J I
2 00 0
2x y − 3xy − 3y = 0 = 0 (4.24)
Page 64 of 80
x y − 1, 5xy 0 − 1, 5y = 0 = 0
2 00
(4.25)
 Go Back
y = xm 
y 0 = mxm−1 −→ (4.26)
Full Screen
y 00 = (m2 − m)xm−2

Dari (4.25)dan (4.26) diperoleh persamaan karakteristik: Close

m2 − 2, 5m − 1, 5 = 0 Quit

(m + 0, 5)(m − 3) = 0
m1 = −0, 5 dan m2 = 3

Solusi umum:
c1
y = √ + c2 x3
x
B. Jika m1 dan m2 akar-akar dari persamaan (4.23)kompleks dan sekawan, misalkan
m1 = α+iβ dan m2 = α−iβ. Penyelesaian persamaan (4.21)kita batasi untuk semua
x positif, sehingga dapat dituliskan sebagai:

y1 = xα cos(β ln x) dan y2 = xα sin(β ln x)

Solusi umumnya adalah: Home Page

y = xα [A cos(β ln x) + B sin(β ln x)] Title Page

y1 dan y2 diturunkan dari formula berikut: Contents

xk = (eln x )k = ek ln x JJ II
xiβ = eiβ ln x = cos(β ln x) + i sin(β ln x)
J I
x−iβ = e−iβ ln x = cos(β ln x) − i sin(β ln x)
Page 65 of 80
Contoh 4.4.2. Selesaikan persamaan differensial berikut:

x2 y 00 + 7xy 0 + 13y = 0 Go Back

Jawab 4.4.2. Full Screen


x2 y 00 + 7xy 0 + 13y = 0 (4.27)
 Close
y = xm 
y 0 = mxm−1 −→ (4.28) Quit
y 00 = (m2 − m)xm−2

Dari (4.27) dan (4.28) diperoleh persamaan karakteristik

m2 + 6m + 13 = 0

m1,2 = −3 ± 9 − 13 = −3 ± 2i
m1 = −3 + 2i dan m2 = −3 − 2i

y = c1 x(−3+2i) + c2 x(−3−2i)
y = c1 x−3 x2i + c2 x−3 x−2i
y = x−3 [(c1 + c2 ) cos(2 ln x) + (c1 − c2 )i sin(2 ln x)]
Home Page
Solusi Umum:
y = x−3 [A cos(2 ln x) + B sin(2 ln x)] Title Page

C. Jika m1 dan m2 akar-akar dari persamaan (4.23)rangkap (m1 = m2 = m), maka:


Contents
y1 = xm dan y2 = xm ln x
JJ II
Solusi umumnya:
y = [c1 + c2 ln x]xm J I
c1 dan c2 konstanta sembarang.
Page 66 of 80
Contoh 4.4.3. Selesaikan persamaan differensial berikut:
Go Back
x2 y 00 − 3xy 0 + 4y = 0
Full Screen
Jawab 4.4.3.
2 00 0
x y − 3xy + 4y = 0 = 0 (4.29)
 Close
y = xm 
y 0 = mxm−1 −→ (4.30) Quit
y 00 = (m2 − m)xm−2

dari (4.29) dan (4.30)→ m2 − 4m + 4 = 0


(m − 2)2 = 0 → m1 = m2 = 2
Jadi y1 = x2 dan y2 = x2 ln x Solusi umum:
y = [c1 + c2 ln x]x2
4.5. Persamaan Differensial Linier Order Dua Nonhome-
gen dengan Koefisien Konstanta
Bentuk umum persamaan differensial linier order dua nonhomogen dengan koefisien kon-
stanta:
y 00 + py 0 + qy = r(x) (4.31) Home Page

Penyelesaian dari persamaan (4.31) adalah:


Title Page
y = yh + yp
Contents
yh = penyelesaian homogen
yp = penyelesaian partikulir JJ II
Penyelesaian homogen persamaan (4.31) diperoleh dengan mengambil persamaan: J I
00 0
y + py + qy = 0
Page 67 of 80

Untuk menentukan penyelesaian partikulir dari persamaan (4.31) ada beberapa kasus yang
perlu diperhatikan: Go Back

A. Bila r(x) adalah fungsi polinomial berderajat n maka yp = s(x) dimana s(x) adalah Full Screen
polinomial dengan ketentuan akar-akar dari k 2 + kp + q = 0 tidak ada yang sama di
r(x). Close

00 0 2
Contoh 4.5.1. Tentukan solusi umum homogen dari y − 2y + y = x Quit

Jawab 4.5.1.
d2 y dy
2
−2 + y = x2 (4.32)
dx dx
Persamaan karakteristik dari (4.32) adalah

k 2 − 2k + 1 = 0
(k − 1)2 = 0 −→ k1 = 1 dan k2 = 1
Solusi homogen:
yh = c1 ex + c2 xex atau
yh = (c1 + c2 x)ex
Solusi partikulir: Home Page

r(x) = x2 Title Page

s(x) = ax2 + bx + c
Contents
yp = ax2 + bx + c
yp0 = 2ax + b −→ yp00 = 2a JJ II

Dengan emasukkan nilai-nilai diatas kedalam persamaan (i): J I


2a − 2(2ax + b) + ax2 + bx + c = x2 Page 68 of 80
2 2
ax + (b − 4a)x + 2a − 2b + c = x
Go Back
a=1
Full Screen
b − 4a = 0 −→ b = 4
2a − 2b + c = 0 −→ c = 6 Close

2 2
yp = ax + bx + c = x + 4x + 6 Quit
2
yp = x + 4x + 6
Jadi:

y = y h + yp
y = (c1 + c2 x)ex + x2 + 4x + 6 Solusi Umum
B. Bila r(x) adalah eαx maka yp = eαx s(x) dengan ketentuan bila akar-akar dari per-
samaan karakteristik k 2 + pk + q adalah α maka:
• yp = xeαx s(x) bila α = k1 atau α = k2 (akar-akar berbeda)
• yp = x2 eαx s(x) bila α = k1 = k2 (akar-akar rangkap)
C. Bila r(x) = M cos βx + N sin βx dimana M dan N konstanta maka: Home Page

• yp = x[M cos βx + N sin βx bila iβ akar-akar dari k 2 + pk + q = 0. Title Page


2
• yp = A cos βx + B sin βx bila iβ bukan akar-akar dari k + pk + q = 0.
Contents
D. Bila r(x) = eαx [f (x) cos βx + h(x) sin βx]dimana f (x) dan h(x) polinomial derajat n
maka: JJ II

• yp = eαx [A(x) cos βx+B(x) sin βx] bila (α+iβ) bukan akar-akar dari k 2 +pk+q = J I
0, dimana A(x) dan B(x) berderajat sama.
• yp = xeαx [u(x) cos βx + v(x) sin βx] bila (α + iβ) akar-akar dari k 2 + pk + q = 0. Page 69 of 80

Contoh 4.5.2. Tentukan solusi umum dari persamaan differensial y 00 + y = 3e4x Go Back

Jawab 4.5.2. Full Screen


y 00 + y = 3e4x (4.33)
Persamaan karaktersitik: k 2 + 1 = 0 −→ k1 = i dan k2 = −i Close

Solusi Homogen:
Quit
ix −ix
yh = c1 e + c2 e
yh = c1 [cos x + i sin x] + c2 [cos x − i sin x]
yh = [c1 + c2 ] cos x + [c1 − c2 ]i sin x
yh = A cos x + B sin x
Solusi partikulir:
y 00 + y = 3e4x ; r(x) = 3e4x
karena akar-akar dari persamaan karakteristik tidak sama dengan 4 maka:
yp = ke4x

yp0 = 4ke4x  −→ (4.34) Home Page
yp00 = 16ke4x
Title Page
Dari persamaan (4.33) dan (4.34) didapat

16ke4x + ke4x = 3e4x Contents

3
17ke4x = 3e4x −→ k = JJ II
17
3
substitusikan nilai k = 17 kedalam persamaan yp = ke4x J I
jadi solusi partikulirnya adalah:
3 4x Page 70 of 80
yp = e
17
Jawab umum: Go Back

y = y h + yp Full Screen
3
y = A cos x + B sin x + e4x Close
17
Contoh 4.5.3. Tentukan solusi umum persamaan differensial y 00 + y = cos 2x Quit

Jawab 4.5.3.
y 00 + y = cos 2x (4.35)
yh = A cos x + B sin x
Solusi partikulir:
y 00 + y = cos 2x ; r(x) = cos 2x

yp = M cos 2x + N sin 2x
yp0 = −2M sin 2x + 2N cos 2x  −→ (4.36)
yp00 = −4M cos 2x − 4N sin 2x
Dari persamaan (4.35) dan (4.36) didapat

−4M cos 2x − 4N sin 2x + M cos 2x + N sin 2x = cos 2x Home Page

−3M cos 2x − 3N sin 2x = cos 2x Title Page


−3M cos 2x = cos 2x dan − 3N sin 2x = 0
Contents
1
−3M = 1 → M = − dan N = 0
3 JJ II
yp = M cos 2x + N sin 2x
1 J I
yp = − cos 2x
3
Page 71 of 80
Solusi umum: y = yh + yp
Go Back
1
y = A cos x + B sin x − cos 2x
3
Full Screen

Close

Quit
Home Page

BAB 5 Title Page

Aplikasi Persamaan Differensial Order Dua Contents

JJ II

J I

Page 72 of 80

Go Back
5.1. Pegas Bergetar
Full Screen
Pandang sebuah pegas lilit yang panjangnya l, tergantung pada suatu bidang (gambar()).
Hukum Hooke menyatakan bahwa panjang s akibat pegas itu ditarik atau ditekan oleh gaya Close
vertikal F adalah berbanding lurus dengan |F |; yaitu
Quit
|F | = k · s (5.1)
dimana k adalah faktor pembanding. Faktor k ini unik untuk tiap pegas dan tergantung
pada bahan, ketebalan dan sifat lain dari pegas itu.
Misalkan suatu benda A dengan berat w diikatkan pada bagian bawah pegas dan dib-
iarkan sistem ini mencapai keseimbangan. Andaikan ada suatu sumbu koordinat tegak
lurus yang arah positipnya kebawah dan tiitk asalnya terletak pada garis datar melalui
titik paling rendah P pada pegas itu (gambar()). Benda A ditarik sejauh x0 kemudian
dilepaskan (gambar ()). Selanjutnya gerak yang dihasilkan oleh titik yang paling rendah
pegas itu akan dibicarakan pada bagian berikut ini.

5.1.1. Gerak Harmonik Sederhana


Home Page
Andaikan tidak ada hambatan udara dan gesekan lain saat benda A dilepaskan, maka
timbul gaya keatas pada P yang terjadi akibat regangan pegas itu. Gaya ini cenderung
Title Page
mengembalikan P keposisi seimbang. Dari hukum Hooke, besarnya gaya adalah −kx.
Tetapi dari hukum kedua Newton, gaya ini sama dengan m · a, dimana m = wg (massa
Contents
benda A), a percepatan dan g percepatan gravitasi.
JJ II
w d2 x
F =m·a= · (5.2)
g dt2 J I
F = k · s = −k · x (5.3)
Page 73 of 80
Dari persamaan (5.2) dan (5.18)
Go Back
w d2 x
−k·x= · 2 (5.4)
g dt Full Screen

Persamaan (5.4) merupakan persamaan differensial yang menyatakan keadaan benda A Close
pada saat t setelah dilepaskan.
d2 x k · g Quit
+ x=0 (5.5)
dt2 w
Persamaan (5.5) adalah persamaan differensial linier dengan koefisien konstan yang mem-
punyai solusi umum: r r
k·g k·g
x = c1 sin · t + c2 cos ·t (5.6)
w w
c1 dan c2 adalah konstanta sembarang. Untuk menetapkan nilai c1 dan c2 dalam kasus
khusus dapat diperoleh dengan menurunkan persamaan (5.6).
r r r r
dx kg kg kg kg
= c1 · · cos t + c2 · sin t (5.7)
dt w w w w
Pada saat dilepaskan t = 0, x = x0 dan v = dx dt = 0. Dengan memasukkan syarat awal
Home Page
ini kedalam persamaan (5.6) dan (5.7) diperoleh c1 = 0 dan c2 = x0 . Penyelesaian untuk
persamaan (5.4) dengan syarat awal t = 0, x = x0 dan v = dxdt = 0 adalah:
Title Page

r
kg Contents
x = x0 cos t (5.8)
w
q JJ II
dimana β = kg w . Jika t bertambah maka P berosilasi keatas kebawah sejauh x0 dari titik
J I
asal, dan x0 disebut amplitudo dari gerak periodik itu dan periodanya adalah 2π
β . Gerak
yang dinyatakan oleh persamaan (5.8) disebut Gerak Hermonik Sederhana (gambar ()). Page 74 of 80
Contoh 5.1.1. Bila sebuah benda 5 pon diikat pada sebuah pegas yang tergantung vertikal
dititik yang paling rendah P dan pegas itu bertambah panjang 6 inchi. Benda 5 pon itu Go Back

diganti dengan benda 20 pon. Kemudian sistem ini dibiarkan mencapai kesetimbangan.
Bila benda 20 pon itu ditarik kebawah sejauh 1 kaki dan kemudian dilepaskan, berikan Full Screen

gambaran tentang gerak titik paling rendah P pada pegas itu (andaikan tidak ada hambatan
Close
udara dan gesekan lain).
Jawab 5.1.1. Misalkan g = 32 kaki
det2 . Konstanta k dapat ditentukan dengan mensubsti- Quit
tusikan F = 5 dan s = 12 kedalam |F | = ks, didapat k = 10. Dari persamaan (5.4) dan
(5.5) diperoleh:
w d2 x
· + 10x = 0
g dt2
d2 x 10g
+ x = 0; g = 32, w = 20
dt2 w
d2 x
+ 16x = 0
dt2
Solusi umum untuk persamaan diatas adalah

x = c1 sin 4t + c2 cos 4t

Untuk menentukan niali c1 dan c2 dalam kasus khusus, diperoleh dengan cara mensubsti- Home Page
tusikan syarat batas t = 0, x = 1 dan v = 0 kedalam dua persamaan berikut:
Title Page
x = c1 sin 4t + c2 cos 4t
Contents
dx
v= = 4c1 cos 4t − 4c2 sin 4t
dt JJ II
sehingga diperoleh nilai c1 = 0 dan c2 = 1. Jadi solusi untuk masalah diatas adalah:
J I
x = cos 4t

Gerak P merupakan gerak harminik sederhana dengan perioda n2 dan amplitudo 1 kaki. Page 75 of 80

Jadi P berosilasi keatas dan kebawah dari 1 kaki dibawah 0 hingga 1 kaki diatas 0 dan
kemudian kembali ke 1 kaki dibawah 0 setiap n2 . Go Back

Full Screen
5.1.2. Getaran yang Diredam
Close
Dalam uarian diatas diandaikan tidak ada gesekan. Padahal dalam kenyataannya gesekan
selalu ada yaitu gesekan yang ditimbulkan oleh hambatan udara atau hambatan yang lain
Quit
yang menyebabkan gerak yang dimaksud bukan lagi gerak harmonik sederhana. Gaya peng-
hambat ini dapat dihampiri dengan mengikutsertakan dalam persamaan differensialnya,
suatu suku yang sebanding dengan kecepatan. Gaya penghambat seperti hambatan udara
bekerja berlawanan arah dengan arah gerak partikel yang bergetar. Sehingga persamaan
hukum Hooke dapat ditulis menjadi

F = −kx − qv (5.9)
dengan q suatu konstanta positiv dan v kecepatan partikel. Suku −qv dalam persamaan
(5.9) menyatakan gaya yang menghambat. Sehingga persamaan differensial yang meny-
atakan getaran ini ditulis sebagai

w d2 x dx
· = −kx − q (5.10)
g dt2 dt
Home Page
2 kg qg
Dengan memisalkan β = w dan α = w maka persamaan (5.10) dapat ditulis sebagai
Title Page
d2 x dx
+α + β2x = 0 (5.11)
dt2 dt Contents

Persamaan (5.11) merupakan persamaan differensial linier dengan koefisien konstan yang JJ II
persamaan karakteristiknya
r2 + αr + β 2 = 0 (5.12) J I
2 2
Selanjutnya akan muncul tiga kasus yang tergantung pada apakah α −4β bernilai negatif,
no; atau positif. Page 76 of 80

Kasus 1 (α2 − 4β 2 < 0) Akar persaman karakteristik persamaan (5.12) adalah bilangan Go Back
kompleks dan konjugatnya, diutlis −a + bi dan −a − bi dengan a dan b bilangan
positif. Solusi umum dari persamaan (5.11) adalah Full Screen

x = e−αt (c1 sin bt + c2 cos bt) Close

atau Quit
−at
ce sin(bt + d) (5.13)

Faktor e−at pada persamaan 5.13 disebut faktor redam. Karena a > 0, limt→0 e−at =
0. Gerak P yang dinyatakan oleh persamaan (5.13) disebut gerak harmonik yang
diredam. Amplitudo getaran adalah ce−at yang mendekati nol jika t membesar tanpa
batas. (Gambar())
Kasus 2 (α2 − 4β 2 = 0) Dalam hal ini akar persamaan karakteristik adalah rangkap −a
dan solusi umumnya adalah

x = c1 e−at + c2 te−at (5.14)

Persamaan (5.14) menyatakan gerak yang diredam kritis. Gerak ini bukan gerak
osilasi (gambar()) Home Page

Kasus 3 (α2 − 4β 2 > 0) Dalam hal ini persamaan karakteristik mempunyai akar-akar Title Page
bilangan real yang berbeda, misalkan −a1 dan −a2 maka solusi umumnya adalah

x = c1 e−a1 t + c2 e−a2 t (5.15) Contents

Gerak yang dinyatakan oleh persamaan (5.15) adalah gerak yang diredam berlebihan. JJ II
Gerak ini bukan gerak osilasi (lihat gambar ()).
J I

5.2. Rangkaian Listrik Page 77 of 80

Banyak masalah dalam rangkaian listrik merupakan persamaan differensial linier. Suatu Go Back
rangkaian listrik adalah suatu lintas tertutup sembarang pada suatu jaringan listrik.
Gambar () menunjukkan suatu rangkaian yang mengandung sebuah sumber gaya elek- Full Screen
tromotif E (sebuah baterai atau sebuah generator), sebuah tahanan R (resistor), sebuah
kumparan L (induktor), sebuah kondensator C (atau kapasitor) dan sebuah saklar S semua Close
dalam suatu rangkaian seri (berurutan).
Tahanan, kumparan dan kondensator menggunakan energi yang diberikan oleh sumber Quit
gaya elektromotif E. Sebuah tahanan menggunakan energi dalam menghambat arus listrik
yang melaluinya, hal ini serupa dengan gesekan yang menghambat arus air didalam sebuah
pipa. Sebuah kumparan cenderung menstabilkan arus listrik dengan melawan sembarang
pertambahan atau penurunan arus dan dengan demikian menyimpan dan melepaskan en-
ergi. Sebuah kondensator (kapasitor) terdiri atas pelat-pelat yang dipisah-pisahkan dengan
baha isolator, ia menyimpan muatan listrik. Notasi yang digunakan:
q muatan listrik (coulomb) yang disimpan atau ditimbulkan dalam suatu unsur pada suatu
rangkaian listrik.
t waktu (detik)
i arus listrik (ampere) yang merupakan laju perubaahn muatan listrik terhadap waktu
ketika mengalir dari satu unsur ke unsur yang lainpada sebuah rangkaian, sehingga Home Page

dq
i= Title Page
dt
Contents
E gaya elektromotif (volt)
C kapasitansi (farad); konstant pada tiap kodensator. JJ II

R tahanan atau resistan (ohm); konstan pada tiap tahanan (resistor) J I

L koefisien imbas atau koefsien induktansi (henry); konstan untuk tiap kumparan (induk- Page 78 of 80
tor)
Go Back
Dalam fisika ditunjukkan bahwa:
Full Screen
1. Beda tegangan (voltase) melalui sebuah kondensator adalah:
1 Close
·q
C
Quit
dimana q muatan listrik pada kondensator tersebut pada saat t.
2. Beda tegangan (voltase) melalui sebuah tahanan adalah:

Ri
3. Beda tegangan (voltase) melalui sebuah kumparan adalah:

di
L
dt

Menurut hukum kedua Kirchoff bahwa pada suatu rangkain listrik sebarang, jumlah beda-
beda tegangan (voltase) adalah sama dengan gaya elektromotif E(t) pada saat itu. Home Page

Untuk rangkaian pada gambar () yang mengandung sebuah tahanan, sebuah kumparan,
sebuah kodensator, sebuah sumber gaya elektromotif E(t) dan sebuah saklar, hukum Kir- Title Page

choff dinyatakan secaar matematis dengan persamaan differensial


Contents
di 1
L + Ri + q = E(t) (5.16) JJ II
dt C
dq
untuk menentukan arus i pada saat t, kita substitusikan i = dt pada persamaan (5.16) J I

d2 q R dq 1 1 Page 79 of 80
+ + q = E(t) (5.17)
dt2 L dt LC L
Go Back
Persamaan (5.17) mempunyai solusi q sebagai fungsi t. Jika persamaan (5.16) kita turunkan
terhadap t maka solusi umumnya adalah i sebagai fungsi t. Full Screen
2
d i R di 1 1 d
2
+ + i= E(t) (5.18) Close
dt L dt LC L dt
Contoh 5.2.1. Suatu jaringan listrik terdiri atas induktansi 0,05 henry, tahanan 20 ohm, Quit

kondensator yang berkapasitansi 100 mikrofarad, dan suatu gaya gerak listrik E = 100 volt.
Carilah i dan q jika diketahui awal muatan q = 0, arus i = 0 bila t = 0.
Jawab 5.2.1.
d2 q R dq 1 1
2
+ + q = E(t)
dt L dt LC L
d2 q 20 dq q 100
2
+ + −6
=
dt 0, 05 dt 0, 05 · 100 · 10 0, 05
d2 q dq
2
+ 400 + 200.000q = 2000 (5.19)
dt dt
Persamaan (5.19) mempunyai penyelesaian
Home Page
−200t
q=e (A cos 400t + B sin 400t) + 0, 01 (5.20)
Title Page
kemudian persamaan terakhir ini diturunkan terhadap t; dq dt = 200e
−200t
((−A+2B) cos 400t+
(−B−2A) sin 400t)+0, 01 dengan memasukkan syarat awal diperoleh A = −0, 01, −A+2B = Contents
0 dan B = −0, 005. Selanjutnya nilai A dan B dimasukkan kedalam persamaan q dan i
diperoleh q = e−200t (−0, 01 cos 400t − 0, 005 sin 400t) + 0, 01 dan i = 5e−200t sin 400t disini JJ II
i dapat diabaikan, sedangkan q = 0, 01 untuk semua tujuan.
J I

Page 80 of 80

Go Back

Full Screen

Close

Quit

You might also like