Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 4

 BOR HOLE 01

Is Is(50)
No. Sampel L (mm) D (mm) D2 (mm2) P (N)
(Mpa) (Mpa) ᵟ uc (Mpa)

BH 01 (1) 87 42 1764 430 0.24 0.22 4.62


BH 01 (2) 86 42 1764 990 0.56 0.51 10.71
BH 01 (3) 89 47 2209 940 0.43 0.42 8.82
BH 01 (4) 86 42 1764 1150 0.65 0.6 12.6
BH 01 (5) 86 42 1764 980 0.56 0.51 10.71
BH 01 (6) 46 27 729 330 0.45 0.34 5.95
BH 01 (7) 55 27 729 450 0.62 0.47 8.23
BH 01 (8) 55 27 729 210 0.29 0.22 3.85
BH 01 (9) 53 27 729 350 0.48 0.37 6.48
BH 01 (10) 55 27 729 290 0.4 0.3 5.3
BH 01 (11) 54 27 729 390 0.54 0.41 7.18

 BOR HOLE 02
IS Is(50)
No. Sampel L (mm) D (mm) D2 (mm2) P (N)
(Mpa) (Mpa) ᵟ uc (Mpa)

BH 02 (1) 83 42 1764 550 0.31 0.28 5.88


BH 02 (2) 55 27 729 210 0.3 0.23 4.03
BH 02 (3) 55 27 729 210 0.3 0.23 4.03
BH 02 (4) 55 27 729 160 0.22 0.17 2.98
BH 02 (5) 56 27 729 320 0.44 0.33 5.78
BH 02 (6) 55 27 729 290 0.4 0.3 5.3
BH 02 (7) 56 27 729 320 0.44 0.33 5.78
BH 02 (8) 55 27 729 290 0.4 0.3 5.3
BH 02 (9) 55 27 729 300 0.41 0.31 5.43
BH 02 (10) 56 27 729 410 0.56 0.43 7.53

 Perhitungan
9.1 Indeks Kekuatan Titik Beban yang Tidak Teroreksi - Kekuatan titik beban yang
tidak dikoreksi Is dihitung sebagai:
Is = P/De2, Mpa
Dimana :
P = Beban Pecah, N,
De = diameter inti ekuivalen = D untuk uji diametral (lihat Gambar 3), m, dan
didapatkan dari :

De2 = D2 untuk inti, mm2, atau

De2 = 4A/𝜋 untuk uji aksial, blok, dan bongkahan, mm2 ;


Dimana :

A = WD = area penampang melintang minimum dari bidang melalui titik

kontak pelat (lihat Gambar 3).

Catatan 1- Jika penetrasi pelat yang signifikan terjadi dalam pengujian, seperti saat
menguji batupasir lemah, nilai D harus merupakan nilai akhir dari pemisahan titik
beban, D'. Pengukuran diameter inti, D, atau lebar spesimen, W, dibuat tegak lurus
terhadap garis yang menyertai titik beban yang tidak terpengaruh oleh penetrasi pelat
ini dan harus dipertahankan pada nilai aslinya. Nilai modifikasi dari De dapat
dihitung dari :

De2 = D x D’ untuk inti = 4/𝜋 W x D’ untuk bentuk yang lainnya

9.2 Faktor Koreksi Ukuran :

9.2.1 Is yang bervariasi sebagai sebuah fungsi D pada uji diametral, dan sebagai
sebuah fungsi De pada uji bongkahan yang tidak beraturan, blok, aksial, sehingga
koreksi ukuran harus diterapkan untuk mendapatkan nilai kekuatan titik beban yang
khusus untuk sampel batuan dan juga yang bisa digunakan untuk keperluan
klasifikasi kekuatan batuan.

9.2.2 Indeks kekuatan titik beban yang dikoreksi ukurannya, Is(50), dari spesimen
batuan yang didefinisikan sebagai nilai Is yang akan diukur dengan uji diametral
dengan D = 50 mm.

9.2.3 Bila klasifikasi batuan yang tepat sangat penting, metode yang paling dipercaya
untuk mendapatkan Is (50) adalah melakukan uji diametral pada atau mendekati D =
50 mm. Ukuran koreksi ini kemudian tidak perlu. Misalnya, dalam kasus uji
diametral pada NX, diameter inti = 54 mm dan koreksi ukuran sampai D = 50 mm
tidak diperlukan. Sebagian besar uji kekuatan titik beban sebenarnya dilakukan
dengan menggunakan ukuran atau bentuk spesimen lainnya. Dalam kasus tersebut,
koreksi ukuran yang dijelaskan pada 9.2.4 atau 9.2.5 harus diterapkan.

9.2.4 Metode koreksi ukuran yang paling dipercaya adalah menguji spesimen pada
rentang nilai D atau De dan untuk merencanakan secara grafis hubungan antara P dan
De. Jika plot log-log digunakan, relasinya adalah garis lurus (lihat Gambar 5). Poin
yang menyimpang secara substansial dari garis lurus mungkin diabaikan (meski tidak
boleh dihapus). Nilai Is(50) yang sesuai dengan De2 = 2500 mm2 (De = 50 mm) dapat
diperoleh dengan interpolasi dan penggunaan indeks kekuatan titik beban yang
dikoreksi ukurannya yang dihitung seperti yang ditunjukkan pada 9.2.5.
9.2.5 Bila 9.2.3 atau 9.2.4 tidak berguna (misalnya saat menguji tunggal ukuran inti
dengan diameter selain 50 mm atau jika hanya beberapa potongan kecil yang
tersedia), koreksi ukuran dapat dilakukan dengan menggunakan rumus :

Is(50) = F x Is

"Faktor Koreksi Ukuran F" dapat diperoleh dari bagan pada Gambar 6, atau dari
persamaan :

F = (De/50)0.45

Untuk pengujian mendekati ukuran standar 50 mm, hanya sedikit kesalahan yang
diperlihatkan dengan menggunakan perkiraan persamaan :

F = √(De/50)

sebagai gantinya menggunakan prosedur yang diuraikan pada Gambar 5.

9.3 Perhitungan Nilai Rata - rata :

9.3.1 Nilai rata-rata dari Is(50), seperti yang didefinisikan pada 9.3.2, harus digunakan
saat mengklasifikasikan sampel yang berkaitan dengan kekuatan titik beban dan
indeks anisotropi kekuatan titik beban

9.3.2 Nilai rata-rata dari Is (50) harus dihitung dengan menghapus dua nilai tertinggi
dan dua nilai terendah dari sepuluh, atau lebih, pengujian yang valid, dan
menghitung rata-rata dari nilai yang tersisa. Jika spesimen lebih sedikit diuji, hanya
nilai tertinggi dan terendah yang harus dihapus dan rata-rata dihitung dari yang
tersisa.

9.4 Indeks Anisotropi kuat Titik Beban – indeks kuat anisotropi Ia(50) didefinisikan
sebagai perbandingan dari nilai rata – rata Is(50) diukur tegak lurus dan sejajar dengan
bidang lemah, yaitu perbandingan indeks kekuatan titik beban paling besar sampai
titik terendah.

Gambar 5 Prosedur untuk Penentuan Grafik Is(50) dari hasil- hasil sebuah kumpulan
pada Nilai-Nilai selain 50 mm (Metode yang Disarankan ISRM)3

Gambar 6 Grafik Faktor Koreksi Ukuran (Metode yang Disarankan ISRM)3


9.5 Perhitungan Kuat Tekan - Perhitungan kuat tekan uniaksial dapat diperoleh
dengan menggunakan Gambar 6 atau dengan menggunakan rumus berikut :

ᵟuc = C Is(50)

dimana :

ᵟuc = Kuat Tekan Uniaxial

C = Faktor yang bergantung pada korelasi spesifik lokasi antara ᵟuc dan Is (50),

Dan

Is(50) = Indeks kuat tititk beban yang terkoreksi

9.5.1 Jika faktor korelasi spesifik lokasi "C" yang tepat tidak tersedia, gunakan nilai
umum "C" yang ditunjukkan pada Tabel 1. Jika spesimen dalam jenis batuan
memberi nilai 20% di bawah rata-rata, maka harus diperiksa untuk kekurangan.

Gambar 7 Hubungan antara Indeks Kuat Titik Beban dan kuat tekan uniaksial.

Tabel 1 Nilai yang disamaratakan dari “C”

You might also like