Professional Documents
Culture Documents
Peralatan Gardu Induk
Peralatan Gardu Induk
Peralatan Gardu Induk
By
Ayu Sintianingrum
From the simulation results and analysis showing that the lightning front time
variation causing a voltage change which the voltage at the front time of 1.2 μs is
higher than the voltage at the front time of 2 μs, this is because the time to reach
the top will faster with a little lightning front time. Besides that, getting the result
comparison of the voltage change before and after going through arrester. On the
results of this study arrester and transformer maximum distance suggested is 29,4
m.
Oleh
Ayu Sintianingrum
Energi listrik merupakan faktor penting untuk menunjang kehidupan dan kegiatan
masyarakat. Dalam proses penyaluran energi listrik dari gardu induk ke konsumen
seringkali terjadi gangguan. Gangguan yang terjadi pada saluran transmisi dan
distribusi salah satunya disebabkan oleh sambaran petir yang terjadi pada sistem
tenaga listrik. Sambaran petir yang terjadi pada gardu induk akan menyebabkan
kenaikan tegangan lebih yang besar pada peralatan di gardu induk.
Untuk penentuan jarak maksimum arrester dilakukan dengan melakukan
perhitungan yang selanjutnya dilakukan simulasi tegangan lebih akibat sambaran
petir menggunakan software Alternative Transients Program (ATP). Simulasi
dilakukan dengan memvariasikan arus petir yang menyambar serta waktu muka
petir yang berbeda dan penentuan rating arrester dan jarak aman arrester dan
transformator. Analisis dilakukan dengan melakukan perbandingan terhadap
kedua waktu muka petir serta perubahan variasi arus petir.
Dari hasil simulasi dan analisis diketahui bahwa perubahan waktu muka petir
menyebabkan perbedaan perubahan tegangan yaitu tegangan pada waktu muka
petir 1,2 μs lebih besar dibandingkan tegangan pada waktu muka petir 2 μs, hal ini
dikarenakan waktu untuk mencapai puncak akan semakin cepat dengan semakin
kecil waktu muka petir. Selain itu diperoleh perbandingan perubahan tegangan
pada saat sebelum arester dan setelah melalui arester. Pada hasil penelitian ini
diperoleh jarak maksimum arrester dan transformator yang disarankan yaitu
sebesar 29,4 m.
Kata kunci: arrester, alternative transients program (ATP), gardu induk, petir.
SIMULASI TEGANGAN LEBIH AKIBAT SAMBARAN PETIR
TERHADAP PENENTUAN JARAK MAKSIMUM UNTUK
PERLINDUNGAN PERALATAN PADA GARDU INDUK
Oleh
AYU SINTIANINGRUM
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNIK
pada
Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
RIWAYAT HIDUP
tahun 2010, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas
2012/2013. Pada tahun 2013, penulis melakukan Kerja Praktek (KP) di PT. PLN
Lampung.
Kupersembahkan kepada :
Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunia
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyatakan
1. Bapak Prof. Dr. Drs. Suharno, M.Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Ing. Ardian Ulfan, S.T., M.Sc. selaku Ketua Jurusan Teknik
3. Bapak Dr. Eng. Yul Martin, S.T., M.T. selaku Pembimbing Utama yang telah
4. Ibu Dr. Eng. Endah Komalasari, S.T., M.T. selaku Pembimbing Pendamping
yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan selama penulisan Skripsi ini;
x
5. Bapak Dr. Herman Halomoan Sinaga, S.T., M.T. selaku Penguji Utama yang
telah memberikan saran dan masukan yang sangat berarti bagi penyempurnaan
Skripsi ini;
7. Ibu Dr. Eng. Dikpride Despa, S.T., M.T. selaku Kepala Laboratorium Teknik
8. Seluruh staf di Gardu Induk Teluk Betung Tragi Tarahan Bandar Lampung
9. Seluruh staf Tata Usaha Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung yang
skripsi ini;
10. Keluarga penulis tercinta : Ayahku Holid Yudianto, S.E. dan Ibuku Rosnani
semangat dan do’a yang sangat berarti dalam proses penyelesaian skripsi ini;
11. Rekan-rekan Teknik Elektro: Devy, Kiki, Muth, Novia, Dian, Reza, Rahmad,
Joelisca, Jefri, Seto, Victor, Andri, Radi, Ahmad Surya, Anwar, Derry, serta
12. Teman-temanku Bunga Mayang Sari, dan Lica Chintya yang telah
13. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya satu persatu,
Mengingat kemampuan yang masih sangat terbatas, penulis yakin dan percaya
bahwa skripsi ini masih banyak mengandung kelemahan. Oleh karena itu saran
dan masukan yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat diharapkan,
demi kebaikan bersama. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri pribadi,
dan berguna bagi kita semua, serta dapat bermanfaat untuk kemajuan Teknik
Penulis
Ayu Sintianingrum
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Tujuan..................................................................................................... 3
C. Manfaat................................................................................................... 3
D. Batasan Masalah...................................................................................... 4
E. Hipotesa................................................................................................... 4
F. Sistematika Penulisan.............................................................................. 5
A. Fenomena Petir........................................................................................ 6
C. Arrester ……...............................………………………….................... 9
D. Menara Transmisi.................................................................................... 11
E. Gardu Induk............................................................................................. 12
B. Data Penelitian....................................................................................... 20
C. Prosedur Penelitian................................................................................. 23
E. Alur Penelitian......................................................................................... 35
A. Perhitungan............................................................................. .............. 37
B. Simulasi ATPDraw................................................................................ 38
D. Protection Margin….........…………………………………………..... 49
A. Kesimpulan............................................................................................ 68
B. Saran…………………………………………………………............... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Sambaran Petir dari Awan ke Bumi………………………………….. 6
Udara..................................................................................................... 11
4.2. Hubungan Besar Arus Petir dengan Tegangan pada Gardu Induk
4.3. Hubungan Besar Arus Petir dengan Tegangan pada Gardu Induk
4.4. Hubungan Besar Waktu Muka Petir dengan Tegangan pada Menara
Tabel Halaman
4.4. Tegangan Transformator Pada Waktu Muka Arus Petir 1,2/50 μs.... 52
4.5. Tegangan Transformator Pada Waktu Muka Arus Petir 2/50 μs....... 53
A. Latar Belakang
Energi listrik merupakan faktor penting untuk menunjang kehidupan dan kegiatan
transmisi ke gardu induk. Gardu induk memiliki peran penting dalam proses
Tegangan lebih transien dapat disebabkan karena proses switching serta sambaran
petir.
Switching adalah proses pelepasan beban dari suatu sistem tenaga listrik akibat
gangguan. Selain oleh proses switching, gangguan yang terjadi pada saluran
transmisi dan distribusi salah satunya disebabkan oleh sambaran petir yang terjadi
pada sistem tenaga listrik. Sambaran petir yang terjadi pada gardu induk akan
menyebabkan kenaikan tegangan lebih yang besar pada peralatan di gardu induk.
Tegangan lebih ini dapat merusak isolasi peralatan apabila melewati batas isolasi
terhadap sambaran petir. Oleh karena itu diperlukan sistem perlindungan peralatan
pada gardu induk terhadap sambaran petir yaitu menggunakan arrester yang biasa
disebut sebagai penangkap petir, dimana tegangan surja akan dibatasi dibawah
BIL peralatan.
Gardu Induk Teluk Betung merupakan gardu induk penurun tegangan dari
pada Gardu Induk Teluk Betung harus selalu dalam kondisi yang baik, agar proses
penyaluran energi listrik kepada konsumen akan tetap stabil. Arrester merupakan
peralatan yang menjadi kunci dalam pengaman peralatan pada gardu induk
terhadap sambaran petir. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah
tegangan lebih terhadap peralatan yang letaknya sedikit jauh dari arrester maka
peralatan tersebut akan tetap terlindungi, bila jarak arrester masih dalam radius
kerja proteksi.
Penelitian ini akan mensimulasikan tegangan lebih akibat sambaran petir terhadap
kondisi eksisting pada ATP sehingga dapat diketahui besar tegangan yang
ditimbulkan petir terhadap arrester dan gardu induk serta menghitung jarak
B. Tujuan
gardu induk.
2. Mengetahui besarnya tegangan lebih yang terjadi pada gardu induk setelah
C. Manfaat
gardu induk, setelah melalui arrester dan tanpa arrester, dapat dijadikan
sambaran petir.
D. Batasan Masalah
Adapun dalam penelitian tugas akhir ini penulis mengambil batasan masalah pada
penempatan arrester dalam jarak yang aman untuk melindungi transformator dari
surja petir. Parameter yang digunakan adalah dengan variasi arus petir dan waktu
muka petir.
pada gardu induk dilihat dari nilai tegangan yang tiba pada gardu induk saat
Kemudian pada penelitian ini tidak membahas mengenai gelombang berjalan serta
E. Hipotesa
Semakin besar arus petir maka akan semakin besar nilai tegangan yang tiba pada
gardu induk namun dengan adanya arrester yang diletakkan pada ujung saluran
dengan jarak yang telah ditentukan maka besar tegangan yang tiba pada gardu
dengan transformator maka tegangan yang tiba akan berada di bawah nilai BIL
peralatan.
5
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini terbagi dalam lima bab, yaitu :
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan, batasan masalah,
Bab ini mengemukakan landasan teori yang berisi teori–teori dasar yang berkaitan
Bab ini berisi waktu dan tempat penelitian dilakukan di Gardu Induk Teluk
Bab ini berisi data penelitian, hasil simulasi rangkaian penelitian serta
Bab ini berisi tentang pokok-pokok kesimpulan yang didapat melalui perhitungan
dan pembahasan.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi kumpulan referensi yang dijadikan sebagai sumber bahan acuan dalam
LAMPIRAN
A. Fenomena Petir
Proses awal terjadi petir disebabkan karena adanya awan bermuatan di atas
udara dan adanya gerakan udara keatas (up draft). Kelembaban udara timbul
air dan uap air tersebut akan naik karena gerakan up draft. Proses up draft
yang terjadi terus menerus akan membentuk awan bermuatan seperti gambar
pada awan bermuatan tersebut saat terkena angin akan mengalami gesekan
maka pada awan tersebut terdapat muatan positif (+) dan negative (-). Muatan
positif pada awan berkumpul dibagian atas awan, sedangkan muatan negatif
menuju muatan positif yang berada di bumi. Saat terjadi proses pengaliran
muatan dari awan ke bumi ini yang kemudian disebut sebagai petir.
2. Sambaran induksi terjadi saat sambaran petir ke tanah yang dekat dengan
terjadinya sambaran.
induk dimana hanya berjarak beberapa kilometer dari titik sambaran ke gardu
induk.
peralatan atau BIL peralatan serta hanya dapat ditahan oleh sistem pada
8
waktu yang terbatas. Tegangan lebih akibat petir disebut sebagai tegangan
lebih luar atau natural overvoltage karena petir adalah peristiwa alamiah yang
Saat terjadi sambaran petir pada sebuah saluran transmisi maka akan timbul
kenaikan tegangan pada jaringan dan tegangan lebih surja kemudian akan
merambat ke ujung jaringan seperti ditunjukkan pada gambar 2.2. dibawah ini
[16]
.
i (kA)
i
Surja petir merupakan tegangan lebih disebabkan oleh petir. Pada saat gardu
induk mengalami tegangan lebih akibat surja petir, maka isolasi peralatan
agar tegangan surja yang tiba di gardu induk tidak melebihi kekuatan isolasi
Tegangan lebih dari sambaran petir yang timbul tinggi sekali, sehingga
kawat tanah tahanan tanah yang serendah mungkin yang tidak boleh lebih
dari 5 ohm. Serta digunakan arrester untuk melindungi gardu induk dari
Namun, saat tiba surja petir pada arester, maka arester akan berubah menjadi
C. Arrester
Dalam sistem tenaga listrik arrester merupakan kunci koordinasi isolasi. Saat
surja (surge) tiba di gardu induk kemudian arrester akan melepaskan muatan
listrik dan tegangan abnormal yang akan mengenai gardu induk dan
yang disebut sebagai arus dinamik atau arus susulan (follow current). Arrester
harus memiliki ketahanan termis yang cukup terhadap enersi dari arus susulan
Arrester jenis ini merupakan arrester yang tidak terdapat sela seri didalamnya
dan memiliki satu atau lebih unit yang kedap udara dimana masing-masing
unit diisi blok tahanan katup yang merupakan elemen aktif dari arrester.
Grading Ring
Insulating Feet
Prinsip kerja arrester ini pada dasarnya sama dengan arrester katup. Arrester
ini tidak memiliki sela seri sehingga sangat bergantung pada tahanan dalam
arrester itu sendiri. Saat terkena petir, tahanan arrester akan turun sehingga
menjadi konduktor dan mengalirkan petir ke bumi. Saat arus petir lewat,
D. Menara Transmisi
menggunakan menara yang terbuat dari baja. Pada Gambar 2.4. ditunjukkan
Udara [17]
Pada gambar 2.4. dapat dilihat bentuk menara sesuai konfigurasi penghantar
menara transmisi. Pada konfigurasi saluran ganda dapat dilihat terdapat 2 buah
tersusun secara horizontal. Pada BAB III. Metode Penelitian dapat dilihat rumus
E. Gardu Induk
Semua perlengkapan yang terpasang di sisi sekunder dan primer ini harus
menunjukkan sebuah gardu induk yaitu gardu induk teluk betung beserta
peralatannya.
Dilihat dari jenis transformator daya yang terpasang, gardu induk dibagi atas
gardu induk step up dan gardu induk step down. Gardu induk step up adalah
kemudian akan disalurkan menuju saluran transmisi. Gardu induk step down
didistribusikan ke gardu distribusi. Gardu induk dapat juga dibagi atas lokasi
tegangan tinggi terpasang di dalam dan gardu induk pasangan luar dimana
CB
saluran transmisi. Metode ini dapat digunakan untuk menghitung jarak aman
arrester berada pada posisi yang tepat dan dapat melindungi peralatan, dalam
hal ini yaitu transformator. Berikut ini adalah persamaan untuk metoda
pantulan berulang[5] :
Ep = Ea + 2 A S/v
konstan
kA. Waktu sambaran yang digunakan pun dari 0,6 ms dan 0,3 ms. Hasil
sebesar 795,39 kV dan dipotong oleh arrester menjadi sebesar 11,375 kV.
besar dan mampu menetralisir gangguan tegangan induksi akibat petir [15].
dari surja arrester metal oxida dari model IEEE W.G. 3.4.11 dan Pincetti
dari model IEEE lebih tinggi daripada model Pincetti. Pada kondisi
adalah pada 220 volt dan penelitian ini akan membahas arrester pada
berjarak 280 meter serta tahanan kaki sebesar 30 ohm. Simulasi tegangan
menara, bawah menara. Pada simulasi diperoleh hasil yang hampir sama
antara simulasi dengan ATP dan PSCAD. Perbedaan pada penelitian ini
bervariasi yaitu pada 30 m dan 50 m dari titik saluran dan arus sambaran
melalui voltmeter yang terpasang pada titik awal, titik tengah dan titik
kecil nilai tegangan induksi, serta pemasangan arester dengan jarak 300 m
cukup efektif untuk mengurangi tegangan lebih akibat sambaran petir tak
gardu induk.
impuls kapasitif dengan tegangan uji impuls dari 1200 volt hingga 1700
model ZnO yaitu model IEEE, pincetti dan Saha. Dari hasil penelitian
tersebut diperoleh bahwa arrester ZnO 220 volt memiliki tegangan potong
dan tegangan residu yang masih berada di bawah batas BIL. Dan model
A. Tempat Penelitian
Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Gardu Induk 150 KV Teluk Betung Tragi
B. Data Penelitian
data peralatan yang terdapat pada Gardu Induk Teluk Betung. Data peralatan-
Frequency : 50 Hz
BIL : 750 kV
Manufacturer : UNINDO
Rated voltage in KV : 150 KV
Rated current : 161,7/230,9
Connection : star
Rated power frequency : 275 KV
withstand voltage
Rated lightning impulse withstand : 750 KV
voltage 1,2/50 mikro-sec
23
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan perhitungan untuk menghitung nilai variabel yang
transien serta sifat elektromekanis dalam sistem tenaga elektrik. Dengan program
[12]
digital ini, jaringan yang kompleks dan sistem kontrol dapat disimulasikan .
Software ATP dipilih untuk penelitian ini karena ATP memiliki fitur-fitur yang
lengkap untuk simulasi tegangan lebih transien, namun dengan sistem operasi
user yang tidak terlalu kompleks dan data yang dimasukkan dalam program
simulasi dapat menggunakan data yang real sehingga hasil yang didapat akan
ATP memiliki kemampuan pemodelan yang luas dan fitur penting tambahan
jaringan tenaga listrik sebagai fungsi waktu, biasanya dimulai oleh beberapa
MODELS (bahasa simulasi) pada ATP ditujukan sebagai bahasa deskripsi yang
didukung oleh serangkaian alat simulasi untuk representasi dan studi tentang
digunakan untuk hasil simulasi pengolahan baik dalam domain frequency atau
simulasi kontrol HVDC konverter. Untuk TACS, digunakan sistem diagram blok
kontrol. Interface antara jaringan listrik dan TACS dilakukan dengan pertukaran
sinyal seperti node tegangan, saklar arus, resistansi variasi waktu serta tegangan
busur api dan korona. Sistem dinamis tanpa jaringan listrik juga dapat
MODELS. Gambar 3.1. berikut ini akan memperlihatkan tampilan pada software
ATP.
Gangguan simetris atau tidak simetris dapat dibuat, seperti surja petir dan
beberapa jenis operasi switching. Model pada ATP terdiri dari komponen sebagai
berikut : element R,L,C, saluran transmisi, dan kabel, resistansi nonlinear dan
sinkron 3 fasa.
peralatan pada Gardu Induk 150 KV Teluk Betung, serta data spesifikasi setiap
peralatan yang terdapat pada switchyard Gardu Induk 150 KV Teluk Betung.
Impedansi surja menara dihitung menurut rumus-rumus Sargent dan Daveniza [7]:
Dimana :
= 60 ln + 90 - 60
= 60 ln + 90 - 60
= 60 [ln √
Jenis menara dan perhitungan yang digunakan pada penelitian ini adalah menara
Zg = 60 √ ................................................................3.4.
a= .....................................................3.5.
28
b=a–1 ..................................................................3.6.
(b - Ka)( T )} ............................................3.9.
Dimana : K1 = 0,4 W
= 0,71 W
W = Panjang rentengan isolator, meter
= waktu lompatan api isolator, mikro-det
29
Setiap arrester memiliki beberapa hal yang diperlukan untuk menentukan rating
arrester. Pada tugas akhir ini akan dibahas beberapa hal yang dapat digunakan
sebagai pertimbangan penentuan rating arrester untuk gardu induk Teluk Betung.
Hal yang menjadi penentuan rating arrester tersebut adalah tegangan pengenal
arrester, arus pelepasan kerja arrester. Di bawah ini akan dijelaskan tegangan
pengenal arrester dan arus kerja arrester dengan dimasukkan nilai parameternya.
diketanahkan secara efektif melalui arrester dan tidak melampaui 80% dari
berikut[19] :
= 132 kV
Beberapa hal yang diperlukan untuk mengetahui arus kerja dari arrester yang akan
digunakan adalah tegangan tembus isolator (Ud), tegangan kerja arrester (Ua),
[19]
serta besar nilai impedansi surja (Zt) . Untuk besar tegangan tembus isolator
dapat dilihat pada lampiran A, sebesar 1320,4 kV. Besar tegangan kerja arrester
30
yang digunakan sebesar 454 kV. Serta besar nilai impedansi surja pada lampiran
A diperoleh 141,27 Ω.
Sehingga :
Ia =
= = 15,47 kA
TT = 1,15
Setelah mendapatkan data dan spesifikasi peralatan maka data-data tersebut akan
dimana hasil dari pemodelan tersebut selanjutnya akan dianalisis. Pemodelan yang
dibuat adalah menara transmisi, kawat fasa, kawat tanah, arrester serta peralatan
gardu induk.
a. Menara Transmisi
digunakan pada simulasi ini adalah menggunakan LCC atau Line Constant, Cable
simulasi ATP[11] :
31
b. Kawat Tanah
Kawat tanah sering disebut juga sebagai kawat perisai (shielding wire) yang
ditempatkan diatas kawat fasa pada sebuah saluran transmisi. Semakin dekat jarak
antara kawat tanah dan kawat fasa maka akan semakin baik tingkat perlindungan.
Pada Gambar 3.6. dibawah ini menunjukkan bentuk pemodelan kawat tanah pada
simulasi ATP[3] :
c. Kawat Fasa
Pada saluran ganda tiga fasa terdapat dua konduktor paralel per fasa dan arus
antara kedua konduktor terbagi rata. Gambar 3.7. dibawah ini menunjukkan
d. Sistem Pentanahan
Sistem pentanahan menara yang digunakan di Gardu Induk 150 KV Teluk Betung
adalah sistem driven rod empat batang konduktor. Pada Gambar 3.8.
S1
S2
Dari gambar 3.8. dapat dilihat empat batang konduktor dengan panjang , dimana
setiap konduktor memiliki radius dan ditanam tegak lurus dalam tanah, sehingga
√
( )
√
[ ]
33
e. Arrester
Untuk pemodelan dari lightning arrester pada ATP digunakan model dari standar
selanjutnya hasil dari simulasi akan dianalisis dan kemudian diambil kesimpulan
Untuk membuat pemodelan dari sebuah saluran transmisi dan gardu induk maka
dibawah ini menunjukkan diagram segaris sederhana dari sebuah gardu induk :
LA
Keterangan :
ratusan ampere dan arus yang mengalir dalam jaringan tegangan tinggi.
E. Alur Penelitian
Mulai
Pembuatan model simulasi menara transmisi dan Gardu Induk menggunakan software ATP
Masukkan nilai saluran transmisi dan peralatan pada Gardu Induk pada software ATP
Kesimpulan
Selesai
A. Kesimpulan
arester terhadap sambaran petir pada gardu induk, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan, yaitu :
1. Tegangan lebih pada waktu muka petir 1,2/50 μs lebih besar dibandingkan nilai
tegangan lebih pada saat waktu muka petir 2/50 μs disebabkan karena semakin
kecil waktu muka petir maka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai puncak
2. Nilai tegangan transformator pada simulasi masih berada dibawah batas yang
diizinkan yaitu dibawah 750 kV, hal ini disebabkan karena pengaruh pemasangan
arrester yang terdapat pada ujung saluran dengan jarak aman maksimum.
3. Jarak aman maksimum dari simulasi antara arrester dan transformator yang
surja petir.
69
B. Saran
Dari hasil analisis serta pembahasan pada penelitian ini, maka penulis
Perlu diadakan penelitian lanjutan mengenai pengaruh tegangan lebih akibat petir
terhadap arrester dan gardu induk, dengan variasi waktu muka yang berbeda, serta
dapat dicoba dengan menggunakan waktu ekor yang berbeda sehingga dapat
6. IEEE Modelling Guidelines for Fast Front Transients. 1997. The Institute
of Electrical and Electronics Engineers. New York.
12. Prikler, László. Høidalen Hans Kr. 2009. ATPDraw for Windows 5.6.
Norway.
19. Zoro, Reynaldo. 2013. Proteksi Sistem Tenaga. Diktat. Teknik Tenaga
Listrik, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, ITB. Bandung.