Professional Documents
Culture Documents
Alat Tangkap Gillnet DKK
Alat Tangkap Gillnet DKK
TESIS
SYAIFUDDIN MOHALISI
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan telah disebutkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir dari tesis ini.
The fishery condition in South Bangka Regency still has some limitation,
among others are the capacity and unattainability of fishing ships, low fishermen
knowledge in the modern fishing technology, and capability of local fishermen to
fish in a long period is limited, so that they tend to use fishing gear that only
sufficient to use a long the shore.Another fact proved that in general fish resource
utilization is still carried out using stationary fishing net i.e. bottom gillnet and
hand line so that the fishery potency especially pelagic fish is not optimized. The
objectives of the research are first to carried out a selection on fishing unit based
on, biology, economy, and social aspects, secondly to look for optimum pelagic
fishing allocation in the South Bangka Regency and third to determine the
strategy for the development of pelagic fishery in South Bangka Regency. The
methodology being used were survey and observation on the pelagic fishery
condition at the research location. Data was obtained through direct interview
with the pelagic fishery fishermen based on the fishings gears they used.
Interviews were also carried out with the fishery stakeholders and collectors i.e.
PPI Sadai and local fishery ageny officers. The dominant fishing gears used by the
fishermen were line fishing, stationary life net, and gillnet. A new fishing gear
that was the millenium net that was introduced by Andon fishermen from
Indramayu Regency. Based on the financial criteria analysis the stationary life net
has the bighest R/C value compared to other fishing gears. Therefore, it is
expected that stationary life net will develop rapidly. However, looking into the
investment criteria the stationary life net has low B/C value compared to boat life
net. In this regard, both fishing gears could be considered to be developed in
South Bangka Regency. The analysis of the four (4) aspects i.e. biology,
technical, economy, social presented that in sequence the unit that has good
prospect to be developed are millennium net boatlife net, line fishing, stationary
life net, and gillnet. To have optimum utilization of existing pelagic fish resource
a strategy was prepared based on the resource characteristic and local community.
The first strategy is fish resource utilization using environment friendly fishing
gear and second improved productivity and value added of pelagic fish. The
formulated strategy could be taken as a reference by the South Bangka Regency
Local Government to decide the policy and program in the development of the
pelagic fish in this area using the fishing principle that are accountable and
environment friendly, beside that the program should be able to overcome the
problem arouse in the community to reach higher fishermen productivity and
welfare.
Tujuan dari penelitian ini adalah pertama untuk melakukan seleksi unit
penangkapan ikan berdasarkan aspek teknik, biologi, ekonomi dan sosial, kedua
mencari alokasi optimal unit penangkapan ikan pelagis di perairan Kabupaten
Bangka Selatan dan terakhir adalah menentukan strategi pengembangan perikanan
pelagis di Kabupaten Bangka Selatan. Metode penelitian yang digunakan
merupakan metode survei dan observasi kondisi perikanan pelagis di lokasi
penelitian. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara langsung terhadap
nelayan perikanan pelagis berdasarkan jenis alat tangkap yang digunakan.
Wawancara juga dilakukan terhadap pengumpul dan stakeholders perikanan lain
yaitu pengelola PPI Sadai dan pegawai dinas perikanan setempat.
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
DAFTAR ISTILAH
Bagan tancap (stationary : Jenis alat tangkap dari kelompok jaring angkat
bamboo lift net) (lift net) yang pengoperasiannya menetap.
Bagan perahu (mobile- : Jenis alat tangkap dari kelompok jaring angkat
boat lift net) (lift net) yang pengoperasiannya dapat
berpindah-pindah dengan menggunakan sarana
berupa perahu.
Biaya tetap (fix cost) : Biaya yang tidak mengalami perubahan
walaupun input dan output produksi mengalami
perubahan.
Biaya variable (variable : Biaya yang selalu mengalami perubahan seiring
cost) dengan berubahnya input maupun output
produksi.
Jaring angkat (lift net) : Kelompok jaring yang pengoperasiannya
diangkat.
Jaring millennium : Kelompok jaring insang hanyut yang
dimodifikasi sedemikian sehingga mampu
menangkap semua ukuran ikan, hal ini terjadi
karena benang pembentuk jaring yang biasanya
monofilament tunggal diubah menjadi gabungan
benang monofilament yang tidak terpilin
sehingga masing-masing benang mampu
menjerat ikan.
cold storage : Ruangan dingin dengan suhu antara 0 oC sampai
dengan -40 oC yang digunakan untuk
menyimpan ikan hasil tangkapan.
Tempat Pelelangan Ikan : Sarana Pelabuhan Perikanan maupun Pangkalan
(TPI) Pendaratan Ikan yang diperuntukan sebagai
tempat untuk melelang hasil tangkapan.
Pay back period : Periode waktu yang diperlukan untuk menutup
kembali pengeluaran biaya investasi dengan
menggunakan aliran kas dalam satu bulan atau
satu tahun.
Pendapatan : Keuntungan usaha dikurangi dengan
pengeluaran usaha (biaya).
One day fishing : Kegiatan penangkapan yang dilakukan selama
satu hari.
Rasio (R/C) : Nilai perbandingan antara jumlah pendapatan
dengan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
usaha.
PENGEMBANGAN UNIT PENANGKAPAN IKAN PELAGIS
DI KABUPATEN BANGKA SELATAN
SYAIFUDDIN MOHALISI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Mulyono S Baskoro, M.Sc. Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si.
Ketua Anggota
Mengetahui,
Penulisan tesis ini adalah tahap akhir dari pendidikan strata dua yang saya
jalani di Institut Pertanian Bogor. Tesis ini berjudul “Pengembangan Unit
Penangkapan Ikan Pelagis Di Kabupaten Bangka Selatan” dalam perjalanan
panjang penyusunan tesis ini saya banyak sekali mendapat bantuan serta arahan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Mulyono S Baskoro, M.Sc. dan Dr. Ir. Sugeng Hari
Wisudo, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan
baik.
2. Dr. Ir. Yulistyo Mudho, M.Sc. selaku kepala Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Bangka Belitung dan Sugiyanto, S.Pi, MM.
selaku kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka
Selatan, atas segala bantuannya sehingga pelaksanaan penelitian
dapat berjalan dengan baik.
3. Keluarga yang telah memberikan doa dan dukungannya.
4. Tim enumerator Indra Supiyono, S.Pi, Adi Susanto, S.Pi, M.Si.
5. Semua pihak yang telah membantu dan proses penyelesaian tesis
ini.
Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Penulis
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini
merupakan salah satu syarat untuk mencapai kelulusan pada jenjang pendidikan
strata dua.
Tesis ini berjudul “Pengembangan Unit Penangkapan Ikan Pelagis di
Kabupaten Bangka Selatan”. Penulisan tesis ini dilatarbelakangi oleh besarnya
potensi perikanan Bangka Selatan yang diperkirakan mencapi 64.000 ton per
tahun. Namun pada kenyataanya kegiatan penangkapan di Kabupaten Bangka
Selatan masih sangat tradisional dan potensi tersebut tidak dimanfaatkan secara
optimal dan bahkan karena penggunaan teknologi yang rendah nelayan setempat
hanya membiarkan saja sumberdayanya di curi oleh nelayan-nelayan Vietnam dan
Thailand. Oleh karena itu, melalui penelitian ini penulis ingin memahami lebih
dalam bagaimana pola pengembangan perikanan yang dapat dilakukan dengan
melihat potensi perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan. Penulis juga
memperkuat permasalahan ini dengan tinjauan pustaka mengenai pengembangan
perikanan, analisis ekonomi, dan model-model pengambilan keputusan dalam
proses pelaksanaan pengembangan perikanan pelagis.
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman
1 Potensi lestari sumberdaya ikan di Laut Cina Selatan .............................. 6
2 Potensi lestari yang boleh dimanfaatkan sumberdaya ikan di Laut Jawa . 7
3 Rincian skor kriteria teknis seleksi unit penangkapan ikan pelagis di
Kabupaten Bangka Selatan........................................................................ 24
4 Ringkasan analisis data ............................................................................. 32
5 Matriks IFAS dan EFAS dalam analisis SWOT ....................................... 38
6 Matrik SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) ............. 38
7 Jumlah penduduk per kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan .............. 41
8 Jumlah penduduk nelayan/kelompok nelayan Kabupaten Bangka Selatan
tahun 2006 (DKP BANGKA SELATAN 2009). ...................................... 42
9 Data jumlah kapal nelayan Kabupaten Bangka Selatan tahun 2009 ......... 43
10 Alat tangkap yang digunakan nelayan Kabupaten Bangka Selatan. ......... 43
11 Produksi perikanan tangkap Kabupaten Bangka Selatan tahun 2006. .... 45
12 Nilai investasi usaha penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten
Bangka Selatan .......................................................................................... 50
13 Perbandingan biaya unit penangkapan ikan pelagis di Kabupaten Bangka
Selatan ....................................................................................................... 51
14 Penerimaan usaha masing-masing unit penangkapan ikan pelagis kecil .. 52
15 Perbandingan nilai-nilai finansial unit penangkapan ikan pelagis di
Kabupaten Bangka Selatan........................................................................ 53
16 Perbandingan kriteria investasi unit penangkapan ikan pelagis kecil di
Kabupaten Bangka Selatan........................................................................ 54
17 Perbandingan keragaan sosial usaha perikanan pelagis di Kabupaten
Bangka Selatan .......................................................................................... 55
18 Penilaian dan standarisasi aspek biologi dengan fungsi nilai unit
penangkapan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan. ................................ 57
19 Penilaian dan standarisasi aspek teknik dengan fungsi nilai unit
penangkapan ikan di pulau Bangka Kabupaten Bangka Selatan. ............. 59
20 Penilaian dan standarisasi aspek ekonomi dengan fungsi nilai unit
penangkapan ikan di pulau Bangka Kabupaten Bangka Selatan. ............. 63
21 Penilaian dan standarisasi aspek sosial dengan fungsi nilai unit
penangkapan ikan di pulau Bangka Kabupaten Bangka Selatan. ............. 64
22 Seleksi unit penangkapan ikan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan
dengan menggunakan aspek biologi, teknis, ekonomi dan sosial ............. 66
23 Alokasi jumlah armada penangkapan yang optimum di perairan
Kabupaten Bangka Selatan........................................................................ 70
24 Urutan kepentingan faktor-faktor strategi untuk aspek kekuatan dan
kelemahan dalam pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka
Selatan ....................................................................................................... 72
25 Urutan kepentingan faktor-faktor strategi untuk aspek peluang dan
ancaman dalam pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka
Selatan ....................................................................................................... 73
26 Strategi pengelolaan perikanan menurut kombinasi faktor kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman ............................................................. 74
27 Urutan strategi berdasarkan nilai skoring faktor internal dan faktor
eksternal .................................................................................................... 75
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Kerangka pemikiran penelitian ............................................................... 5
2 Kerangka Formulasi Strategis (Rangkuti, 2005) ....................................... 19
3 Analisis SWOT (Rangkuti, 2005) ............................................................. 19
4 Peta lokasi penelitian ................................................................................. 21
5 Diagram alir pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten
Bangka Selatan .......................................................................................... 34
6 Alat tangkap bagan tancap (a) dan bagan perahu (b) di
Kabupaten Bangka Selatan........................................................................ 47
7 Alat pancing ulur di Kabupaten Bangka Selatan ...................................... 48
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Analisis finansial unit penangkapan bagan perahu di Kabupaten
Bangka Selatan .......................................................................................... 86
2 Cash flow unit penangkapan bagan di Pulau Pongok Kabupaten
Bangka Selatan .......................................................................................... 87
3 Analisis finansial unit penangkapan bagan tancap di Kabupaten
Bangka Selatan .......................................................................................... 88
4 Cash flow unit penangkapan bagan tancap di Pulau Bangka
Kabupaten Bangka Selatan........................................................................ 89
5 Analisis jaring kembung (drift gillnet) di Kabupaten Bangka Selatan ..... 90
6 Cash flow jaring kembung (drift gillnet) di Kabupaten Bangka
Selatan ....................................................................................................... 91
7 Analisis usaha unit penangkapan jaring millennium di Kabupaten
Bangka Selatan .......................................................................................... 92
8 Cash flow unit penangkapan jaring millennium di Kabupaten
Bangka Selatan ......................................................................................... 93
9 Analisis usaha unit penangkapan pancing di Kabupaten Bangka
Selatan ....................................................................................................... 94
10 Cash flow unit penangkapan pancing di Kabupaten Bangka Selatan ....... 95
11 Persamaan matematis dari Model Linear Goal Programming untuk
mengoptimumkan alokasi teknologi penangkapan utama untuk ikan
pelagis di Perairan Kabupaten Bangka Selatan ......................................... 96
12 Hasil analisis program LINDO dalam mengoptimumkan alokasi
teknologi penangkapan utama untuk ikan pelagis di Perairan
Kabupaten Bangka Selatan........................................................................ 97
13 Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan di Kabupaten Bangka
Selatan ....................................................................................................... 98
14 Konstruksi jaring millenium .................................................................... 99
15 Jenis hasil tangkapan nelayan di Kabupaten Bangka Selatan ................... 100
16 Armada penangkapan di Kabupaten Bangka Selatan ............................... 101
I. PENDAHULUAN
Pemanfaatan Belum
Optimal
Strategi
Pengembangan
Perikanan
Pelagis
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bila diperhatikan dari dua wilayah baik Laut Cina Selatan maupun Laut
Jawa, sumberdaya ikan pelagis di perairan tersebut merupakan sumberdaya ikan
yang memiliki kelimpahan tertinggi dibandingkan dengan dengan jenis ikan
lainnya. Mengacu pada kondisi tersebut maka sumberdaya yang memiliki
kelimpahan cukup tinggi di wilayah perairan Kabupaten Bangka Selatan adalah
sumberdaya ikan pelagis. Ikan pelagis yaitu jenis ikan pemakan plankton dengan
jalan menyaring plankton yang masuk untuk memilih jenis plankton yang
disukainya ditandai oleh adanya tapis insang yang banyak dan halus. Lain halnya
dengan selar yang termasuk dalam ikan buas, makanannya ikan-ikan kecil dan
krustasea (Suyedi 2001).
Pada siang hari ikan pelagis kecil berada di dasar perairan membentuk
gerombolan yang padat dan kompak (shoal), sedangkan pada malam hari naik ke
permukaan membentuk gerombolan yang menyebar (scattered). Ikan ini juga
dapat muncul ke permukaan pada siang hari, apabila cuaca mendung disertai
hujan gerimis. Adanya kecenderungan bergerombol berdasarkan kelompok
ukuran dan berupaya mengikuti makanannya (Suyedi 2001).
Sumberdaya ikan pelagis dibagi berdasarkan ukuran, yaitu ikan pelagis
besar seperti kelompok tuna (Thunidae) dan cakalang (Katsuwonus pelamis),
kelompok marlin (Makaira sp), kelompok tongkol (Euthynnus spp) dan tenggiri
(Scomberomorus spp), selar (Selaroides leptolepis) dan sunglir (Elagastis
bipinnulatus), kelompok kluped seperti teri (Stolephorus indicus), japuh
(Dussumieria spp), tembang (Sadinella fimbriata), lemuru (Sardinella longiceps)
dan siro (Amblygaster sirm), dan kelompok skrombroid seperti kembung
(Rastrelliger spp) (Aziz et al. 1988 diacu dalam Suyedi 2001).
Di Indonesia sumberdaya ikan pelagis kecil diduga merupakan salah satu
sumberdaya perikanan yang paling melimpah (Merta et al. 1998) dan paling
banyak ditangkap untuk dijadikan konsumsi masyarakat Indonesia dari berbagai
kalangan bila dibandingan dengan tuna yang sebagian besar produk unggulan
ekspor dan hanya sebagian kelompok yang dapat menikmatinya. Ikan pelagis
umumnya hidup di daerah neritik dan membentuk shoaling juga berfungsi sebagai
konsumen antara dalam rantai makanan sehingga perlu upaya pelestarian (Suyedi
2001).
Penyebaran ikan pelagis di Indonesia merata di seluruh perairan, namun ada
beberapa yang dijadikan sentra daerah penyebaran seperti lemuru (Sardinella
Longiceps) banyak tertangkap di Selat Bali, layang (Decapterus spp) di Selat Bali,
Makassar, Ambon dan Laut Jawa, kembung lelaki (Rastrellnger kanagurta) di
Selat Malaka dan Kalimantan, kembung perempuan (Rastrelliger neglectus) di
Sumatera Barat, Tapanuli dan Kalimantan Barat. Menurut data wilayah
pengelolaan FKPPS (Forum Koordinasi Pengelolaan Pemanfaatan Sumberdaya
Ikan) maka ikan layang banyak tertangkap di Laut Pasifik, teri di Samudera
Hindia dan kembung di Selat Malaka. Ikan pelagis dapat ditangkap dengan
berbagai alat penangkap ikan seperti purse seine atau pukat cincin, jaring insang,
payang, bagan dan sero (Suyedi 2001).
Gillnet secara harfiah berarti jaring insang. Alat tangkap ini disebut jaring
insang karena ikan yang tertangkap oleh gillnet umumnya tersangkut pada tutup
insangnya (Sadhori 1985). Martasuganda (2002), mengemukakan bahwa yang
dimaksud dengan jaring insang adalah jaring yang berbentuk empat persegi
panjang, dimana mata jaring dari bagian jaring utama ukurannya sama dan jumlah
mata jaring ke arah horizontal lebih banyak dari pada jumlah mata jaring arah
vertikal. Pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa pelampung dan bagian
bawahnya dilengkapi dengan beberapa pemberat sehingga adanya dua gaya yang
berlawanan.
Menurut Gunarso (1985), gillnet merupakan dinding jaring dengan bahan
yang lembut dan mempunyai daya visibilitas yang rendah. Gillnet sebagai dinding
yang lebar ditempatkan di atas dasar laut untuk menangkap ikan demersal, atau
seluruh tempat mulai dari pertengahan kolom air sampai lapisan permukaan untuk
menangkap ikan pelagis (Sainsburry 1986).
Ayodhyoa (1981) mengklasifikasikan gillnet berdasarkan cara
pengoperasiannya atau kedudukan jaring di daerah penangkapan. yaitu :
1) Surface gillnet, yaitu gillnet yang direntangkan di lapisan permukaan
dengan area daerah penangkapan yang sempit;
2) Bottom gillnet, yaitu gillnet yang dipasang dekat atau di dasar laut dengan
menambahkan jangkar sehingga jenis ikan tujuan penangkapannya adalah
ikan demersal;
3) Drift gillnet, yaitu gillnet yang dibiarkan hanyut di suatu perairan terbawa
arus dengan atau tanpa kapal. Posisi jaring ini ditentukan oleh jangkar.
Sehingga pengaruh kecepatan arus terhadap kekuatan tubuh jaring dapat
diabaikan;
4) Encircling gillnet, yaitu gillnet yang dipasang melingkar terhadap
gerombolan ikan dengan maksud menghadang ikan.
Secara umum cara pemasangan gillnet adalah dipasang melintang terhadap
arah arus dengan tujuan menghadang arah ikan dan diharapkan ikan-ikan tersebut
menabrak jaring serta terjerat (gilled) di sekitar insang pada mata jaring atau
terpuntal (entangled) pada tubuh jaring. Oleh karena itu warna jaring sebaiknya
disesuaikan dengan warna perairan tempat gillnet dioperasikan (Sadhori 1985).
Menurut Martasuganda (2002), jaring insang hanyut (drift gillnet) adalah jaring
yang cara pengoperasiannya dibiarkan hanyut di perairan, baik itu dihanyutkan di
bagian permukaan (surface drift gillnet), kolom perairan (midwater/submerged
drift gillnet) atau dasar perairan (bottom drift gillnet).
Besar kecilnya ukuran mata jaring mempunyai hubungan erat dengan ikan
yang tertangkap. Gillnet akan bersifat selektif terhadap ukuran ikan yang
tertangkap. Untuk menghasilkan tangkapan yang besar pada suatu daerah
penangkapan, hendaknya ukuran mata jaring disesuaikan dengan besar badan ikan
yang terjerat. Pada umumnya ikan tertangkap secara terjerat pada bagian tutup
insangnya (opperculum), maka luas mata jaring disesuaikan dengan luas
penampang tubuh ikan antara batas tutup insang sampai sekitar bagian depan dari
sirip dada (pectoral) (Ayodhyoa 1981).
Jenis-jenis ikan yang tertangkap oleh gillnet adalah layang (Decapterus
spp), tembang (Sardinella fimbriata), kuwe (Caranx spp.), manyung (Tachysurus
spp.), selar (Selaroides spp.), kembung (Rastrelliger spp.), tetengkek (Megalaspis
cordyla), daun bambu (Chorinemus spp.), belanak (Mugil spp.), kuro (Polynemus
spp.), tongkol (Auxis spp.), tenggiri (Scomberomorus spp.) dan cakalang
(Katsuwonus pelamis) (Sadhori 1985).
Pancing merupakan suatu alat tangkap yang banyak dikenal oleh nelayan.
Alat tangkap pancing pada umumnya memiliki komponen berupa gandar (pole),
pemberat (singker), pelampung (float), tali pancing (line) dan mata pancing (hook)
(Subani dan Barus 1989).
Pada pengoperasiannya, alat tangkap pancing dapat diberi umpan atau pun
tidak tergantung pada target tangkapan yang ingin di tangkap. Umpan yang
digunakan dapat berupa umpan alami atau pun umpan buatan yang memiliki sifat
menarik (Subani dan Barus 1989).
Pada umunya alat tangkap pancing dioperasikan secara dilabuh (sett) atau
dihanyutkan (driftting) tergantung pada target yang ingin ditangkap. Berdasarkan
pada teknik pengoperasiannya, unit penangkapan pancing dapat digolongkan
menjadi 4 kelompok yaitu : pancing rawai, pancing gandar, pancing tarik dan
pancing ulur (Subani dan Barus 1989).
2.3 Optimisasi
Optimisasi adalah suatu kata kerja yang berarti menghitung atau mencari
titik optimum. Kata benda optimisasi merupakan peristiwa atau kejadian proses
optimisasi. Jadi teori optimisasi mencakup studi kuantitatif tentang titik optimum
dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985). Gaspersz (1992) menyatakan
bahwa optimisasi adalah suatu proses pencarian hasil terbaik. Proses ini dalam
analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang dipertimbangkan, kemudian
dari hasil itu dipilih alternatif yang menghasilkan keadaan terbaik.
Kadarsan (1984) diacu dalam Ghaffar (2006) menyatakan bahwa untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan, suatu usaha perikanan laut harus memiliki
faktor produksi yang cukup dan kombinasi yang tepat. Keterbatasan sumberdaya
menyebabkan diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat
mencapai keseluruhan atau sebagian tujuan yang diinginkan. Teknik optimisasi
sering digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut.
Persoalan optimisasi dapat berbentuk maksimasi atau minimasi. Pada
umumnya orang mengharapkan kebaikan sebanyak-banyaknya atau maksimum
dan keburukan sedikit mungkin atau minimum. Keadaan seperti inilah yang
disebut optimum (Kadarsan 1984 diacu dalam Ghaffar 2006).
Dalam proses optimisasi, terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan ukuran
kuantitatif dan efektifitas suatu persoalan. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai
sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik maupun ekonomi merupakan suatu
keharusan (Kadarsan 1984 diacu dalam Ghaffar 2006).
Minimumkan : ZWi
(d
i d
i ).......................................................... (2.1)
i
1
m
Wi
id W
i
1
id
i .......................................................... (2.2)
Syarat ikatan :
n
aX
i
1
dd
b
.................................................. .................... (2.3)
ij j i i i
gX
i
1
atau
C..................................................... .................... (2.4)
kj j k
dimana :
Keterangan :
(1) Kuadran 1 : Kuadran satu merupakan situasi yang menguntungkan, dimana
suatu organisasi mempunyai peluang dan kekuatan yang dapat
dimanfaatkan sebagai pengambilan keputusan;
(2) Kuadran 2 : Meskipun ada ancaman, namun masih terdapat kekuatan internal
yang mendukung dalam memanfaatkan peluang atas
pelaksanaan kebijakan;
(3) Kuadran 3 : Kuadran ini organisasi mempunyai peluang dalam
melaksanakan kebijakan, akan tetapi dari pihak internal masih
terdapat kelemahan-kelemahan yang harus dikurangi;
(4) Kuadran 4 : Situasi yang sangat tidak menguntungkan karena dalam
menentukan dan melaksanakan suatu program terdapat berbagai
kelemahan yang berasal dari pihak internal dan juga terdapat
ancaman-ancaman dari pihak eksternal.
Strategi yang dihasilkan dalam matriks SWOT mempunyai empat
kemungkinan, yaitu :
(1) Strategi SO : Strategi ini memanfaatkan seluruh kekuatan untuk
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya;
(2) Strategi ST : Strategi yang memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk
mengatasi ancaman;
(3) Strategi WO : Strategi ini bertujuan untuk memanfaatkan peluang untuk
meminimalkan kelemahan yang ada;
(4) Strategi WT : Strategi yang diambil untuk meminimalkan kelemahan yang
ada sperta menghindari ancaman.
III. METODE PENELITIAN
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini dirangkum pada Tabel 3.
Analisa data terkait tujuan penelitian yaitu (1) Seleksi unit penangkapan ikan
pelagis kecil berdasarkan aspek biologi, sosial, teknik dan ekonomi dengan
metoda Multi Criteria Analysis, (2) Alokasi unit penangkapan ikan pelagis di
perairan Kabupaten Bangka Selatan dilakukan dengan menggunakan analisis
linier goal programming dan (3) Strategi pengembangan unit penangkapan ikan
pelagis dilakukan dengan analisis SWOT.
Analisis terhadap aspek biologi dilakukan untuk melihat apakah jenis alat
tangkap yang digunakan untuk memanfaatkan ikan pelagis di Kabupaten Bangka
Selatan termasuk unit penangkapan yang ramah lingkungan atau tidak. Penilaian
aspek biologi unit penangkapan ikan pelagis dititikberatkan pada tiga kriteria
yaitu jumlah trip, komposisi hasil tangkapan, dan ukuran ikan pelagis yang
tertangkap untuk masing-masing alat tangkap. Masing-masing aspek biologi
(jumlah trip penangkapan, komposisi hasil tangkapan, dan ukuran ikan yang
tertangkap) kemudian diurutkan nilai prioritasnya sehingga pada masing-masing
aspek diperoleh urutan prioritasnya.
Penilaian prioritas kriteria jumlah trip penangkapan dilakukan dengan
membandingkan lamanya trip dalam operasi penangkapan. Semakin sedikit
jumlah trip penangkapan maka nilai prioritasnya semakin menurun. Hal ini
disebabkan jika suatu unit penangkapan memiliki trip yang lebih sedikit dalam
setahun dapat dikatakan bahwa sekali trip akan jauh lebih lama bila dibandingkan
dengan alat tangkap yang tripnya lebih banyak dalam setahun. Kondisi ini akan
mempengaruhi hasil tangkapan, jika trip semakin lama maka kemungkinan hasil
tangkapan rusak juga semakin tinggi, oleh karena itu jika trip semakin sedikit
maka nilai prioritasnya semakin menurun.
Penilaian prioritas pada kriteria komposisi hasil tangkapan dihitung
dengan memperhatikan jumlah spesies yang tertangkap oleh suatu alat tangkap,
jika semakin banyak spesies yang tertangkap maka nilai prioritasnya semakin
menurun (jelek), demikian sebaliknya.
Penilaian terakhir dari aspek biologi adalah kriteria ukuran hasil
tangkapan, Ukuran hasil tangkapan suatu alat tangkap dilakukan dengan metode
skoring sebagai berikut: 1) untuk kecil, 2) cukup kecil, 3) untuk sedang, 4) untuk
besar dan 5) untuk besar sekali. Kemudian untuk menilai prioritas unit
penangkapan terbaik dilakukan dengan melihat ukuran ikan yang tertangkap, jika
semakin besar jenis ikan yang dapat ditangkap maka nilai prioritasnya semakin
baik, karena secara biologi unit penangkapan tersebut selektif.
Sedangkan unit penangkapan yang diunggulkan dari aspek biologi secara
berturut-turut ditentukan dari nilai rata-rata hasil standardisasi semua kriteria
biologi, dengan ketentuan nilai prioritas berbanding lurus dengan nilai rata-rata
standarisasi. Jika nilai standarisasi tinggi maka prioritasnya juga tinggi.
Tabel 3 Rincian skor kriteria teknis seleksi unit penangkapan ikan pelagis di
Kabupaten Bangka Selatan
Skor Keterangan
1 Jelek
2 Cukup
3 Sedang
4 Baik
5 Baik sekali
Analisis aspek ekonomi untuk menyeleksi unit penangkapan ikan pelagis kecil
unggulan meliputi : (1) nilai investasi, (2) biaya usaha, (3) kuntungan usaha, (4)
nilai perbandingan penerimaan dan biaya (R/C), dan (5) Payback Periode (PP),
(6) Net Present Value (NVP), (7) Internal Rate of Return (IRR), (8) Net B/C. yang
dibandingkan dari 5 jenis unit penangkapan ikan pelagis kecil di Bangka Selatan.
1) Nilai Investasi
Investasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh investor untuk membeli
barang-barang yang diperlukan dalam melaksanakan suatu unit usaha. Modal
investasi yang diperlukan untuk melaksanakan usaha penangkapan ikan pelagis
kecil di Bangka Selatan dengan menggunakan 5 jenis alat tangkap (bagan tancap,
jaring kembung, jaring millennium, bagan perahu, dan pancing) memiliki nilai
yang berbeda.
Penentuan prioritas unit penangkapan berdasarkan nilai investasi
dilakukan dengan melihat jumlah investasi yang dikeluarkan untuk usaha
penangkapan, jika nilai investasi semakin tinggi maka nilai prioritasnya semakin
rendah.
2) Biaya Usaha
Biaya usaha merupakan pengeluaran usaha yang digunakan untuk
keperluan kegiatan penangkapan ikan, umumnya dihitung selama satu tahun.
Biaya ini terbagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap
adalah biaya yang jumlahnya tetap tidak tergantung pada perubahan tingkat
kegiatan dalam menghasilkan produk dalam interval waktu tertentu. Biaya
tersebut harus tetap dikeluarkan sekalipun kegiatan operasi penangkapan tidak
dilakukan. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya mengalami
perubahan sesuai dengan tingkat produksi yang dilakukan (Soeharto 1999).
Penentuan prioritas suatu unit penangkapan berdasarkan nilai biaya usaha
dilakukan dengan melihat jumlah biaya yang dikeluarkan dalam setahun, jika
biayanya semakin tinggi maka nilai prioritasnya semakin rendah.
3) Keuntungan
Penentuan prioritas pada kriteria keuntungan usaha dilakukan dengan
melihat jumlah penerimaan bersih yang diterima oleh pemilik usaha penangkapan
selama satu tahun, jika nilai keuntungan kegiatan usaha suatu alat tangkap
semakin besar maka prioritas alat tangkap tersebut juga semakin tinggi.
PeriodePen
gembalian
Cf
/A.............................................................. (3.1)
Keterangan :
Cf = Biaya pertama
A = Aliran kas bersih (netto) per tahun
Nilai payback periode perikanan pelagis kecil di Bangka Selatan berbeda
setiap alat tangkap, kemudian unit penangkapan yang diprioritaskan berdasarkan
kriteria payback periode adalah unit penangkapan yang memiliki nilai payback
periode terkecil. Jadi semakin kecil nilai payback periode suatu unit penangkapan
maka semakin besar prioritas unit penangkapan tersebut.
tt
n
B C K
NPV
t
1
(1 t
i)
t
............................................................................ (3.3)
Nilai NPV merupakan nilai tambah yang diperoleh di akhir tahun proyek
pada suku bunga tertentu. Semakin besar nilai NPV suatu usaha mengindikasikan
besarnya nilai manfaat yang didapatkan oleh unit usaha tersebut.
'
NVP
'
IRR
i ' i'
'
'
i ...................................................... (3.5)
NPV "
NVP
keterangan:
i` = discount rate ketika NVP positif
I” = discount rate ketika NVP negatif
NPV’ = nilai NVP positif
NPV’’ = nilai NVP negatif
Proyek dikatakan layak bila IRR lebih besar dari tingkat bunga yang
berlaku. Sehingga bila IRR sama dengan tingkat bunga yang berlaku maka
NPV dari proyek tersebut sama dengan nol. Sebaliknya, bila IRR lebih
kecil dari tingkat bunga yang berlaku, maka nilai NPV lebih kecil dari nol
dan berarti proyek tersebut tidak layak. Semakin tinggi nilai IRR dari suatu
unit penangkapan ikan maka kondisi usaha tersebut semakin baik.
Analisis Rasio Biaya dan Manfaat merupakan salah satu analisis untuk
menilai kelayakan sebuah investasi yang ditanamkan baik secara ekonomi
maupun secara finansial. Rasio Biaya dan Manfaat merupakan perbandingan
di mana pembilang terdiri dari nilai manfaat total yang sudah didiskon
dengan tingkat diskon (discount rate) tertentu, sedangkan sebagai penyebut
adalah total biaya yang sudah didiskon. Persamaan rasio B/C tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut (Soeharto 1999):
Bt
(1 t
n
i)
=
B/C
1Ct
t
(1 t ................................................................................ (3.4)
i)
keterangan :
B = Benefit (Manfaat),
C = Cost (Biaya),
t = Periode proyek
i = Discount rate
FC
Qi ............................................................................................ (3.2)
PVC
Keterangan :
Qi = Jumlah unit (volume) yang dihasilkan dan terjual pada titik
impas
FC = Biaya tetap
P = Harga penjualan per unit
VC = Biaya tidak tetap per unit
3 Formulasi strategi Faktor-faktor internal dan Wawancara SWOT dan Deskriptif Strategi Pengembangan Perikanan
pengembangan eksternal yang Kuesioner Pelagis
perikanan pelagis mempengaruhi perikanan Survei
di perairan pelagis di Kabupaten
Bangka Selatan Bangka Selatan
33
ANALISIS UNIT PENANGKAPAN
PELAGIS
Metode pengoperasian
CPUE Biaya investasi
UPI
Jumlah trip Biaya usaha
Daya jangkau operasi Jumlah tenaga kerja
penangkapan Payback periode
Pengaruh lingkungan Tingkat pendapatan
fisik DPI Komposisi hasil NPV
nelayan
Selektivitas UPI tangkapan B/C Ratio
penggunaan teknologi Ukuran ikan yang IRR
tertangkap
MULTI CRITERIA
ANALYSIS
(MCA)
UNIT PENANGKAPAN
PELAGIS UNGGULAN
LINIER GOLD
PROGRAMMING
ALOKASI OPTIMUM
UNIT PENANGKAPAN
PELAGIS
PENGEMBANGAN UNIT
PENANGKAPAN
PELAGIS
Gambar 5 Diagram alir pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten
Bangka Selatan
3.4.2 Alokasi unit penangkapan pelagis
keterangan :
es1 = es balok yang dipakai pada pengoperasian alat tangkap 1
(balok/unit)
es2 = es balok yang dipakai pada pengoperasian alat tangkap 2
(balok/unit)
esn = es balok yang dipakai pada pengoperasian alat tangkap n
(balok/unit)
Es = es balok yang tersedia bagi nelayan (balok)
keterangan:
h1 = jumlah tenaga kerja untuk alat tangkap 1 (orang/unit)
h2 = jumlah tenaga kerja untuk alat tangkap 2 (orang/unit)
hn = jumlah tenaga kerja untuk alat tangkap n (orang/unit)
H = jumlah tenaga kerja yang dapat terserap (orang)
Kriteria penilaian mulai dari tidak penting sampai dengan sangat penting.
Sedangkan rating didasarkan pada pengaruh faktor-faktor internal (kekuatan dan
kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) terhadap pengembangan
perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan apakah memberikan dampak
positif atau negatif. Dampak positif nilainya lebih besar sedang dampak negatif
nilainya lebih kecil, skala yang diberikan yaitu 1-4. Setelah pemberian nilai pada
bobot dan rating, selanjutnya ditentukan nilai skor dengan mengalikan antara
bobot dengan rating. Hasil dari total skor menunjukkan informasi sebagai berikut:
Matrik IFAS
Matrik EFAS
Faktor-Faktor Internal
Kek Bobot Rating Skor
uata
n
S1
Sn
Kele Bobot Rating Skor
mah
an
W1
Wn
Faktor-Faktor Eksternal
Pelu Bobot Rating Skor
ang
O1
On
Anc Bobot Rating Skor
ama
n
T1
Tn
Faktor
Eksternal
Strategi SO Strategi WO
peluang peluang
Strategi ST Strategi WT
1. 4% berbukit seperti Bukit Paku, Permis dan lain-lain. Jenis tanah perbukitan
tersebut adalah komplek podsolik coklat kekuning-kuningan dan litosol
berasal dari batu plutonik masam.
3. 20% lembah datar sampai berombak, jenis tanahnya asosiasi podsolik bersal
dari batu pasir dan kwarsit.
4.4 Kependudukan
4.5.1 Nelayan
Tabel 9 Data jumlah kapal nelayan Kabupaten Bangka Selatan tahun 2009
Tabel 10 Alat tangkap yang digunakan nelayan Kabupaten Bangka Selatan tahun
2009
Alat Tangkap Jumlah
Payang termasuk lampara 124
Pukat pantai 154
Jaring Insang Jaring Hanyut 1.148
Jaring Lingkar 15
Jaring Angkat Bagan Perahu 79
Bagan tancap 15
Pancing Rawai hanyut 21
Pancing yang lain 119
Perangkap Bubu 225
Perangkap lainnya 175
Jumlah 2.075
Hasil tangkapan ikan terdiri dari: ikan tongkol, tenggiri, kakap, kurisi,
udang, manyung, parang-parang, bawal putih, bawal hitam, kerapu, layang,
kembung, baronang, sardinella, rajungan, kepiting kerang, teripang dan lainnya.
Hasil tangkapan ikan di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2009 adalah
sebanyak 26.341 ton dengan nilai produksi Rp.394.710.000,-. Hasil tangkapan
terbanyak dihasilkan dari Kecamatan Tukak Sadai (8076 ton) senilai
Rp. 121.140.000,- tingginya produktivitas kecamatan Tukak-Sadai bila
dibandingkan dengan kecamatan lainnya disebabkan Kecamatan Tukak Sadai
merupakan lokasi pasar strategis karena Kecamatan Tukak Sadai merupakan
pintu gerbang bagi pemasaran produk perikanan pulau-pulau kecil di Bangka
Selatan ke Seluruh Pulau Bangka. Data produksi hasil tangkapan Kabupaten
Bangka Selatan secara rinci disajika pada Tabel 11.
5.1.1 Bagan
Jenis bagan di Kabupaten Bangka Selatan terdiri dari dua macam yaitu
bagan tancap dan bagan rakit. Bagan merupakan unit penangkapan yang cukup
banyak digunakan di Bangka Selatan. Hal ini disebabkan unit penangkapan bagan
merupakan alat tangkap yang pengoperasiannya mudah dan biayanya murah
(khususnya bagan tancap). Selain itu, unit penangkapan bagan merupakan alat
tangkap yang mendaratkan hasil tangkapan dengan tingkat kesegaran tinggi
karena metode pengoperasian yang dilakukan secara one day fishing.
Bagan di Bangka Selatan merupakan unit penangkapan yang sangat efektif
untuk menangkap ikan-ikan pelagis, oleh karena itu perkembangan teknologi dari
unit penangkapan ini berkembang relatif cepat. Indikator kemajuan teknologi
yang diterapkan pada perikanan bagan di Kabupaten Bangka Selatan adalah
dengan mengganti alat bantu cahaya pemikat ikan dari lampu petromaks (lampu
non-listrik) menjadi lampu listrik (lampu pijar, neon atau mercury) dengan
sumber pembangkit listrik berupa genset.
Khusus untuk kegiatan penangkapan dengan menggunakan bagan perahu,
penggunaan teknologi jauh lebih maju bila dibandingkan dengan bagan tancap.
Bagan perahu di Kabupaten Bangka Selatan selain penggunakan lampu listrik,
juga menggunakan rumpon sebagai atraktor pemikat ikan, kemudian perahu
sebagai alat geraknya juga berskala besar dengan mesin penggerak berupa mesin
donfeng 24 PK hingga mesin puso 120 PS yang diubah menjadi marine engine.
Oleh karena itu, daya jelajah bagan perahu di Bangka Selatan cukup jauh hingga 8
mil. Bagan perahu di Bangka Selatan banyak terpusat di Pulau Pongok.
Sementara untuk perikanan bagan tancap tersebar di wilayah Toboali dan Pulau
Lepar.
Kedua jenis bagan di Kabupaten Bangka Selatan dioperasikan secara one
day fishing dan selama satu bulan umumnya nelayan mengoperasikan bagan
selama 21 hari sehingga dengan mempertimbangkan musim barat maka jumlah
trip unit penangkapan bagan mencapai 210 per tahun. Ikan yang ditangkap oleh
nelayan bagan di Bangka Selatan terdiri dari 13 species yaitu tembang, teri,
kembung, tetengkek, lemuru, layang, selar, pepetek, kuwe, tigawaja, julung-
julung, tenggiri dan cumi.
a b
Gambar 6 Alat tangkap bagan tancap (a) dan bagan perahu (b) di Kabupaten
Bangka Selatan
5.1.2 Jaring insang hanyut (drift gillnet)
Bila dilihat berdasarkan jumlah trip, maka kedua drift gillnet ini juga
berbeda. Jaring kembung dioperasikan selama 96 trip/tahun dengan lama trip
sekitar 2-3 hari. sedangkan jaring millenium hanya 24 trip/tahun dengan lama trip
sekitar 12 hari. Komposisi hasil tangkapan kedua unit penangkapan ini juga
berbeda, jaring millenium mampu menangkap ikan dalam jumlah besar dengan
beragam ukuran. Hal ini terjadi karena keunikan penyusunan benang
monofilament yang tidak dipintal sehingga setiap benang memungkinkan untuk
menjerat ikan. Berdasarkan hasil wawancara jumlah spesies yang mampu
tertangkap oleh jaring millenium mencapai 15 jenis ikan. Spesies tersebut antara
lain sebelah, selar, layang, tetengkek, tembang, julung-julung, kurisi, kembung,
tenggiri, tongkol, layur, cucut, cumi, bawal putih dan bawal hitam. Sementara
untuk jaring kembung hanya menangkap kurang lebih 8 jenis yaitu selar, layang,
tetengkek, tembang, julung-julung, kurisi, kembung, tenggiri, tongkol.
5.1.3 Pancing
Alat tangkap
No Uraian
BP BT PC JR-K JR-M
Biaya Tetap
Penyusutan kapal
1 dan 6.333.000 - 3.000.000 3.000.000 10.700.000
perlengkapannya
2 Penyusutan mesin 4.000.000 1.300.000 1.875.000 1.157.000 2.047.000
Penyusutan alat
3 1.666.000 3.000.000 400.000 6.000.000 30.000.000
tangkap
Penyusutan
4 4.800.000 - 960.000 - -
perlengkapan
5 Perawatan kapal 9.500.000 - 4.500.000 3.000.000 10.700.000
Perawatan alat
6 500.000 600.000 40.000 3.000.000 15.000.000
tangkap
Perawatan mesin
7 2.750.000 100.000 690.000 650.000 1.300.000
utama
Perawatan
8 520.000 - 96.000 - -
perlengkapan
Total 30.069.000 5.000.000 11.561.000 16.807.000 69.747.000
Biaya variabel
Keterangan :
1) BP : Bagan Perahu;
2) BT : Bagan Tancap;
3) PC : Pancing ;
4) JR-K : Jaring Kembung
5) JR-M : Jaring millennium
Berdasarkan Tabel 12, unit penangkapan jaring millenium merupakan unit
penangkapan yang membutuhkan biaya usaha tertinggi (Rp. 351.447.000 per
tahun), yang terbagi kedalam biaya tetap sebesar Rp. 69.747.000 dan biaya
operasional sebesar Rp. 281.700.000, sedangkan unit penangkapan ikan pelagis
kecil yang membutuhkan biaya terendah adalah bagan tancap yaitu sebesar Rp.
21.819.500 per tahun yang terbagi kedalam biaya tetap sebesar Rp. 5.000.000 per
tahun dan biaya variabel sebesar Rp. 16.819.500 per tahun.
Alat tangkap
No. Uraian Bagan Bagan Jaring Jaring
Pancing
Perahu Tancap Kembung Millenium
Jumlah tenaga
1. 3 1 3 4 6
kerja (orang)
Tingkat pendapatan
2. nelayan 2.892.778 407.292 271.972 350.000 2.754.167
(Rp/orang/bulan)
Tabel 19 Penilaian dan standarisasi aspek teknik dengan fungsi nilai unit
penangkapan ikan di Kabupaten Bangka Selatan.
Teknis
No Alat tangkap
X1 UP1 X2 UP2 X3 UP3 X4 UP4
Jaring
1 3 3 15 2 3 2 3 2
kembung
2 Pancing 5 1 10 3 4 1 2 3
Jaring
3 2 4 30 1 2 3 4 1
millenium
4 Bagan tancap 4 2 3 5 2 3 2 3
5 Bagan perahu 3 3 8 4 2 3 3 2
Hasil standardisasi
Teknis rata-
No Alat tangkap Total Urutan
V(X1) V(X2) V(X3) V(X4) rata
Jaring
1 0,33 0,44 0,50 0,50 1,78 0,44 3
Kembung
2 Pancing 1,00 0,26 1,00 0,00 2,26 0,56 1
Jaring
3 0,00 1,00 0,00 1,00 2,00 0,50 2
Milenium
4 Bagan tancap 0,67 0,00 0,00 0,00 0,67 0,17 5
5 Bagan Perahu 0,33 0,19 0,00 0,50 1,02 0,25 4
Keterangan :
X1 =
Metode pengoperasian alat tangkap (skor)
X2 =
Daya jangkau unit penangkapan (mil)
X3 =
Selektivitas (skor)
X4 =
Penggunaan teknologi (skor)
UP =
Urutan prioritas
V(X1) =Metode pengoperasian alat tangkap yang distandardisasi dengan
fungsi nilai
V(X2) = Daya jangkau unit penangkapan yang distandardisasi dengan fungsi
nilai
V(X3) = Selektifitas yang distandardisasi dengan fungsi nilai
V(X4) = Penggunaan teknologi yang distandardisasi dengan fungsi nilai
5.4.3 Penilaian aspek ekonomi unit penangkapan ikan
Ekonomi
No Alat tangkap
Y1 UP1 Y2 UP Y3 UP Y4 UP Y5 UP Y6 UP6 Y7 UP Y8 UP8
1 Jaring Kembung 66,500,000 3 75,607,000 23 8,393,000 34 1.11 45 7.92 5 37,653,839.43 3 26.76 7 4 1.57 4
2 Pancing 38,260,000 2 68,064,000 2 11,316,000 3 1.17 4 3.38 4 11,343,665.26 5 21.74 5 1.30 5
3 Jaring Milenium 270,000,000 5 351,447,000 5 128,553,000 1 1.37 3 2.10 3 531,608,060.32 1 58.67 3 2.97 3
4 Bagan tancap 7,000,000 1 21,819,500 1 2,618,000 5 9.33 1 2.67 2 17,907,443.17 4 80.34 1 3.56 2
5 Bagan Perahu 124,800,000 4 143,929,000 4 74,071,000 2 2.94 2 1.68 1 337,351,127.91 2 69.69 2 3.70 1
Hasil standarisasi
Ekonomi rata-
No Alat tangkap Total Urutan
V(Y1) V(Y2) V(Y3) V(Y4) V(Y5) V(Y6) V(Y7) V(Y8) rata
1 Jaring Kembung 0.77 0.84 0.05 0.00 0.0000 0.05 0.09 0.11 1.90 0.33 5
2 Pancing 0.88 0.86 0.07 0.01 0.7281 0.00 0.00 0.00 2.54 0.51 3
3 Jaring Milenium 0.00 0.00 1.00 0.03 0.9334 1.00 0.63 0.69 4.29 0.39 4
4 Bagan tancap 1.00 1.00 0.00 1.00 0.8415 0.01 1.00 0.94 5.79 0.77 1
5 Bagan Perahu 0.55 0.63 0.57 0.22 1.0000 0.63 0.82 1.00 5.42 0.59 2
Keterangan
Y1 = biaya investasi (Rupiah) V(Y1) = biaya investasi (Rupiah) yang distandardisasi dengan fungsi nilai.
Y2 = biaya usaha (Rupiah) V(Y2) = biaya usaha (Rupiah) yang distandardisasi dengan fungsi nilai.
Y3 = keuntungan (Rupiah) V(Y3) = keuntungan (Rupiah) yang distandardisasi dengan fungsi nilai.
Y4 = R/C V(Y4) = R/C yang distandardisasi dengan fungsi nilai.
Y5 = payback periode (PP) V(Y5) = payback periode (PP) yang distandardisasi dengan fungsi nilai.
Y6 = Net Present Value (NVP) V(Y6) = Net Present Value (NVP) yang distandarkan dengan fungsi nilai
Y7 = Internal Rate of Return (IRR) V(Y7) = Internal Rate of Return (IRR) yang distandarkan dengan fungsi nilai
Y8 = Net B/C V(Y8) = Net B/C yang distandarkan dengan fungsi nilai
UP = Urutan prioritas
5.4.4 Penilaian aspek sosial unit penangkapan ikan
Tabel 21 Penilaian dan standarisasi aspek sosial dengan fungsi nilai unit
penangkapan ikan di pulau Bangka Kabupaten Bangka Selatan.
Sosial
No. Alat tangkap
Z1 UP1 Z2 UP2
1. Jaring kembung 4 2 4.200.000 4
2. Pancing 3 3 3.263.667 5
3. Jaring millenium 6 1 33.050.000 1
4. Bagan tancap 1 4 21.819.500 3
5. Bagan perahu 3 3 34.713.333 2
Hasil standardisasi
Sosial
No. Alat tangkap Total rata-rata Urutan
V(Z1) V(Z2)
1. Jaring kembung 0,60 0,03 0,63 0,31 3
2. Pancing 0,40 0,00 0,40 0,20 4
3. Jaring millenium 1,00 0,95 1,95 0,97 1
4. Bagan tancap 0,00 0,59 0,59 0,30 5
5. Bagan perahu 0,40 1,00 1,40 0,70 2
Keterangan :
Zl = Jumlah tenaga kerja (orang)
Z2 = Pendapatan ABK dalam satu tahun (orang per tahun)
UP = Urutan prioritas
V(Zl) = Pendapatan ABK dalam satu tahun yang distandarkan
V(Z2) = Jumlah tenaga kerja (orang) yang distandarkan
Penentuan alat tangkap prioritas tidak hanya dilihat dari satu atau dua
aspek saja melainkan perlu mempertimbangkan berbagai macam aspek yang
mempengaruhi keberlangsungan kegiatan penangkapan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sehingga alat tangkap pilihan yang diperoleh merupakan
alat tangkap yang memiliki kemampuan terbaik, ramah lingkungan, berdampak
positif pada ekonomi, dan secara sosial tidak memimbulkan permasalah-
permasalah baru.
Jering
3 24 15 4 2 30 2 4 270.000.000 351.447.000 128.553.000 1,37 2,10 531.608.060 58,67 2,97 6 33.050.000
Milenium
4 Bagan tancap 210 13 2 4 3 2 7.000.000 21.819.500 2.618.000 9,33 2,67 17.907.443 80,34 3,56 1 21.819.500
5 Bagan Perahu 210 13 2 3 8 2 3 124.800.000 143.929.000 74.071.000 2,94 1,68 337.351.128 69,69 3,70 3 34.713.333
Hasil standarisasi
Biologi Teknis Ekonomi Sosial Total Rataan UP
No Alat tangkap
V(W1) V(W2) V(W3) V(X1) V(X2) V(X4) V(X5) V(Y1) V(Y2) V(Y3) V(Y4) V(Y5) V(Y6)V(Y7) V(Y8) V(Z1) V(Z2)
1 Jaring Kembung 0,39 0,67 0,50 0,33 0,44 0,50 0,50 0,77 0,84 0,05 0,00 0,00 0,05 0,09 0,11 0,60 0,03 5,87 0,3451 5
2 Pancing 0,32 1,00 1,00 1,00 0,26 1,00 0,00 0,88 0,86 0,07 0,01 0,73 0,00 0,00 0,00 0,40 - 7,53 0,4427 3
3 Jering Milenium 0,00 0,00 1,00 0,00 1,00 0,00 1,00 0,00 0,00 1,00 0,03 0,93 1,00 0,63 0,69 1,00 0,95 9,24 0,5433 1
4 Bagan tancap 1,00 0,22 0,00 0,67 0,00 0,00 1,00 1,00 1,00 0,00 1,00 0,84 0,01 1,00 0,94 0,00 0,59 7,27 0,4278 4
5 Bagan Perahu 1,00 0,22 0,00 0,33 0,19 0,00 0,50 0,55 0,63 0,57 0,22 1,00 0,63 0,82 1,00 0,40 1,00 9,06 0,5328 2
5.5 Alokasi Unit Penangkapan Ikan Pelagis
Jumlah
No. Unit penangkapan ikan Ukuran
(unit)
1. Jaring millennium (JM) 20 GT 574
2. Bagan perahu (BGNP) 10 GT 227
3. Pancing (PCG) 5 GT 140
4. Jaring kembung (JK) 5 GT 0
5. Bagan tancap (BGNT) - 0
Jumlah 941
Hasil analisis LGP ini juga menunjukkan bahwa tidak semua sasaran dan
tujuan yang dikehendaki tercapai yang ditunjukkan dengan nilai variabel
deviasionalnya (baik DA maupun DB) tidak sama dengan nol. Sasaran atau target
yang tidak tercapai tersebut adalah sasaran mengoptimumkan pemanfaatan
sumberdaya ikan pelagis, mengoptimumkan kebutuhan es, dan mengoptimumkan
penyerapan tenaga kerja. Sementara, sasaran-sasaran yang dapat tercapai adalah
mengoptimumkan penggunaan bahan bakar minyak solar (BBM).
Bila membandingkan hasil analisis alokasi ini dengan jumlah unit
penangkapan yang ada pada tahun 2009, maka perlu ada penyesuaian komposisi
jumlah dari kelima unit penangkapan tersebut. Ada jenis unit penangkapan yang
disarankan untuk dikembangkan, yaitu: unit penangkapan jaring millennium,
bagan perahu dan pancing, sedangkan yang disarankan untuk dikurangi atau
diganti, adalah: unit penangkapan jaring kembung dan bagan tancap. Perbedaan
kemampuan tangkap masing-masing jenis alat tangkap menyebabkan alokasi
optimum masing-masing alat tangkap berbeda. Penambahan dan pengurangan ini
sangat tergantung dari nilai parameter yang digunakan untuk analisis
pengalokasian unit penangkapan, utamanya yaitu: nilai produkivitas unit
penangkapan dan jumlah tangkapan maksimum lestari yang diperbolehkan (JTB)
nya. Padahal jumlah unit penangkapan eksisting yang telah melebihi alokasi
optimum sebaiknya dikurangi agar sumberdaya yang ada dapat dipertahankan
(Syahailatua 2006).
Menurut Suharso et. al (2006), sumberdaya perikanan dapat dieksploitasi
pada tingkat tertentu tanpa dampak negatif terhadap stok sumberdaya ikan. Oleh
karena itu, prinsip yang perlu dipahami adalah bagaimana menggali sumberdaya
yang ada di Kabupaten Bangka Selatan untuk kehidupan masyarakat secara lestari
dan berkelanjutan. Walaupun sumberdaya perikanan termasuk sumberdaya yang
dapat diperbaharui, tetapi jika pengelolaannya salah, maka sumberdaya tersebut
akan mengalami kepunahan dan tidak dapat dimanfaatkan lagi oleh manusia.
Menurut Yulistyo et al. (2006), salah satu upaya pengembangan usaha
penangkapan di perairan pantai yang masih potensial adalah melalui motorisasi
dan modernisasi unit penangkapan. Motorisasi tersebut diarahkan untuk kapal
penangkap ikan berukuran antara 5-10 GT, 10-30 GT dan > 30 GT untuk
menjangkau wilayah perairan diatas 12 mil yang sebagian besar belum
dieksploitasi (under exploited). Selain itu, adanya konsep pengelolaan
sumberdaya perikanan berbasis komunitas yang partisipatif dapat dijadikan solusi
maupun masukan yang berharga dalam bidang pemanfaatan perikanan pantai
(Murdiyanto 2002).
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain:
1) Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek biologi, teknik, ekonomi dan
sosial maka 3 jenis unit penangkapan untuk ikan pelagis yang memiliki
prospek terbaik untuk dikembangkan di perairan laut Kabupaten Bangka
Selatan secara berurutan adalah jaring millenium, bagan perahu dan
pancing.
2) Alokasi optimum dari 3 jenis unit penangkapan terbaik untuk ikan pelagis di
Kabupaten Bangka Selatan tersebut adalah jaring millenium sebanyak 574
unit, bagan perahu sebanyak 227 unit, dan pancing sebanyak 140 unit.
3) Strategi pengembangan perikanan pelagis di Bangka Selatan dapat
dilakukan dengan pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis melalui
pengembangan alat tangkap jaring millenium, pengembangan armada
penangkapan berukuran > 20 GT dan penyediaan sarana dan prasarana
pendukung kegiatan perikanan.
6.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini adalah :
1) Untuk memanfaatkan sumberdaya ikan pelagis secara optimal dan
berkelanjutan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan alat tangkap jaring
millenium, bagan perahu dan pancing.
2) Dalam rangka mendukung pengoptimalan pemanfaatan ikan pelagis kecil di
Kabupaten Bangka Selatan maka ketersediaan sarana dan prasarana
pendukung perikanan tangkap harus segera dipenuhi. Jenis sarana yang
menjadi kebutuhan utama antara lain pabrik es, pembangunan dermaga dan
stasiun pengisian bahan bakar bagi nelayan (SPBN).
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Bogor: Yayasan Dewi Sri. 97 hlm.
Choliq AR, Wirasmita, Sofwan O. 1994. Evaluasi Proyek. Bandung: Pionir Jaya.
hlm 33-41.
Dinas Kelautan dan Perikanan. 2009. Statistik Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Bangka Selatan
Flores, E. E. C. 1972. Handline Fishing for Squid in The Japan Sea. Japaness
Echosounding Research on Squid. FAO. Rome, p 1-6.
Husnan dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta: UPP AMP
YKPN. 379 hlm.
Johnson, H. Willis, E.D. Louis, W.C. Elliot, A.C. Thomas. 1997. Principle of
Zoology. New York : Holt, Rinehart and Winston Inc.
Lee, S.M., L.J. Moore and B.W. Taylor III. 1990. Management Science. Allyn and
Bacon, Needham Heights.
Murdiyanto B. 2002. Analisis Konflik Antara Nelayan Pancing Rawai dan Jaring
Kurau di Perairan Bengkalis Riau. Buletin PSP Vol XI No.2 Hal : 56-64.
Nasendi, B.D. dan A. Anwar. 1985. Program Linier dan Variasinya. Jakarta:
Gramedia. 243 hlm.
Subani, W. dan Barus, H. R. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di
Indonesia. Edisi Khusus Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Jakarta: Balai
Penelitian Perikanan Laut, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian. 248 hlm.
Taylor III, B.W. 1993. Introduction to Management Science. Allyn and Bacon,
Needham Heights.
Yulistyo, Baskoro MS, Monintja DR, Iskandar BH. 2006. Analisis Kebijakan
Pengembangan Armada Penangkapan Ikan Berbasis Ketentuan Perikanan
yang Bertanggungjawab di Ternate, Maluku Utara. Buletin PSP Vol XV
N0.1. Hal : 70-84
LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis finansial unit penangkapan bagan perahu di Kabupaten
Bangka Selatan
No Uraian Total
I Investasi
1. Kapal dan perlengkapan bangunan bagan 95.000.000
2. Mesin 15.000.000
3. Mesin Jenset 5.000.000
4. Perlengkapan lampu 2.000.000
5. Alat tangkap 5.000.000
6. Rumon 2.800.000
124.800.00
Jumlah 0
II Penerimaan (A)
156.000.00
1. Musim Puncak 0
2. Musim Sedang 50.000.000
3. Musim Paceklik 12.000.000
218.000.00
Jumlah A 0
III Biaya-biaya
a. Biaya Tetap (B)
1. Penyusutan kapal dan kelengkapan bangunan
bagan 6.333.000
2. Penyusutan Mesin 3.000.000
3. Penyusutan Genset 1.000.000
4. Penyusutan Lampu 2.000.000
5. Penyusutan Alat tangkap bagan 1.666.000
6. Penyusutan Rumpon 2.800.000
7. Perawatan Kapal dan bangunan bagan 9.500.000
8. Perawatan Mesin 2.250.000
9. Perawatan Genset 500.000
10. Perawatan Lampu 100.000
11. Perawatan Alat tangkap 500.000
12. Perawatan Rumpon 420.000
Jumlah B 30.069.000
b. Perbekalan (C)
1. BBM dan Pelumas 4.320.000
2. Perbekalan 5.400.000
104.140.00
3. Upah bagi hasil 50 % dari hasil bersih 0
113.860.00
Jumlah C
0
143.929.00
TOTAL BIAYA
0
1. Keuntungan bersih 74.071.000
2. R/C 2,943
3. PP 1,685
4. ROI 0,594
5. BEP 62.944.517
Lampiran 2. Cash flow unit penangkapan bagan perahu di Pulau Pongok Kab. Bangka Selatan
Periode
No Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. INFLOW
1. Penerimaan 0 218.000.000 218.000.000 218.000.000 218.000.000 218.000.000 218.000.000 218.000.000 218.000.000 218.000.000 218.000.000
2. Nilai Sisa 0 -
Total Inflow 0 218.000.000 218.000.000 218.000.000 218.000.000 218.000.000 218.000.000 218.000.000 218.000.000 218.000.000 218.000.000
B. OUTFLOW
B.1. INVESTASI & REPLACEMENT
1. Kapal dan perlengkapan bangunan bagan 95.000.000
2. Mesin 15.000.000 15.000.000 -
3. Mesin Jenset 5.000.000 5.000.000 - 5.000.000 - 5.000.000
4. Perlengkapan lampu 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000
5. Alat tangkap 5.000.000 5.000.000 5.000.000
6. Rumon 2.800.000 2.800.000 2.800.000 2.800.000 2.800.000
Total Investai 124.800.000 2.800.000 7.000.000 7.800.000 - 5.000.000 7.800.000 2.000.000 5.000.000
B.2. Biaya Tetap
1. Perawatan Kapal dan bangunan bagan 9.500.000 9.975.000 10.474.000 10.998.000 11.548.000 12.125.000 12.731.000 13.368.000 14.036.000 14.738.000
2. Perawatan Mesin 2.250.000 2.362.000 2.480.000 2.604.000 2.734.000 2.250.000 2.362.000 2.480.000 2.604.000 2.734.000
3. Perawatan Genset 500.000 525.000 551.000 500.000 525.000 551.000 500.000 525.000 551.000 500.000
4. Perawatan Lampu 100.000 120.000 100.000 120.000 100.000 120.000 100.000 120.000 100.000 120.000
5. Perawatan Alat tangkap 500.000 525.000 550.000 500.000 525.000 550.000 500.000 525.000 550.000 500.000
6. Perawatan Rumpon 420.000 420.000 420.000 420.000 420.000 420.000 420.000 420.000 420.000 420.000
Tota Biaya Tetap 13.270.000 13.927.000 14.575.000 15.142.000 15.852.000 16.016.000 16.613.000 17.438.000 18.261.000 19.012.000
B.3. Biaya Variabel
1. BBM dan Pelumas 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000
2. Perbekalan 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000
3. Upah bagi hasil 50 % dari hasil bersih 104.140.000 104.140.000 104.140.000 104.140.000 104.140.000 104.140.000 104.140.000 104.140.000 104.140.000 104.140.000
Tota Biaya Variabel 113.860.000 113.860.000 113.860.000 113.860.000 113.860.000 113.860.000 113.860.000 113.860.000 113.860.000 113.860.000
Total Outflow 124.800.000 127.130.000 130.587.000 135.435.000 136.802.000 129.712.000 134.876.000 130.473.000 139.098.000 134.121.000 137.872.000
C. NET BENEFIT -124.800.000 90.870.000 87.413.000 82.565.000 81.198.000 88.288.000 83.124.000 87.527.000 78.902.000 83.879.000 80.128.000
D. DF (r=16%) 1 0,885 0,783 0,693 0,613 0,543 0,480 0,425 0,376 0,333 0,295
E. PRESENT VALUE -124.800.000,00 80.415.929 68.457.201 57.221.687 49.800.254 47.919.189 39.925.997 37.204.283 29.679.765 27.922.047 23.604.775
F. NPV 337.351.127,91
G. IRR 69,69
H. Net B/C 3,7031
Lampiran 3. Analisis finansial unit penangkapan bagan tancap di Kabupaten
Bangka Selatan
No Uraian Total
I Investasi
1. Bangunan bagan dan kelengkapannya 6.000.000
2. Genset dan kelengkapannya 1.000.000
Jumlah 7.000.000
II Penerimaan (A)
15.937.50
1. Musim Puncak 0
2. Musim Sedang 8.500.000
3. Musim Paceklik 2.040.000
24.437.50
Jumlah A 0
III Biaya-Biaya
a. Biaya Tetap
1. Penyusutan Bagan dan kelengkapannya 3.000.000
2. Penyusutan Genset dan kelengkapannya 1.300.000
3. Perawatan bagan dan kelengkapannya 600.000
4. Perawatan Genset dan kelengkapannya 100.000
Jumlah B 5.000.000
b. Biaya Variabel
1. Bensin 9.072.000
2. Perbekalan Melaut 2.860.000
3. Ongkos Ojek kapal 4.887.500
16.819.50
0
21.819.50
Total Biaya D= (B+C)
0
TOTAL (KEUNTUNGAN BERSIH PER
1
TAHUN) 2.618.000
2 R/C 9,3
3 PP 2,674
4 ROI 0,374
Lampiran 4. Cash flow unit penangkapan bagan tancap di Pulau Bangka Kab. Bangka Selatan
Periode
No Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. INFLOW
Penerimaan 0 24.437.500 24.437.500 24.437.500 24.437.500 24.437.500 24.437.500 24.437.500 24.437.500 24.437.500 24.437.500
Nilai Sisa 0
Total Inflow 0 24.437.500 24.437.500 24.437.500 24.437.500 24.437.500 24.437.500 24.437.500 24.437.500 24.437.500 24.437.500
B. OUTFLOW
G. IRR 80,34
H. Net B/C 3,5582
Lampiran 5. Analisis jaring kembung (drift gillnet) di Kabupaten Bangka Selatan
N
o Uraian Total
I Investasi
1. Kapal 30.000.000
2. Mesin 5.000.000
3. Genset dan kelengkapan lampu 1.500.000
4. Alat tangkap 30.000.000
Jumlah 66.500.000
II Penerimaan
Penerimaan rata-rata 84.000.000
Jumlah A 84.000.000
III Biaya – Biaya
a. Biaya Tetap (B)
1. Penyusutan kapal 3.000.000
2. Penyusutan Mesin 857.000
3. Penyusutan Genset dan kelengkapan lampu 300.000
4. Penyusutan Alat tangkap 6.000.000
5. Perawatan Kapal 3.000.000
6. Perawatan Mesin 500.000
7. Perawatan Genset dan lampu 150.000
8. Perawatan Alat tangkap 3.000.000
Jumlah B 16.807.000
b. Perbekalan (C)
1. BBM dan Pelumas 7.560.000
2. Bensin 1.890.000
3. Es 15.750.000
4. Perbekalan 16.800.000
5. Bagi Hasil 40% dari hasil besih 16.800.000
Jumlah C 58.800.000
Jumlah Biaya 75.607.000
1 Keuntungan bersih 8.393.000
2 R/C 1,111
3 PP 7,923
4 ROI 0,126
5 BEP 56.023.333
Lampiran 6. Cash flow jaring kembung (drift gillnet) di Kabupaten Bangka Selatan
Periode
No Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. INFLOW
Penerimaan 0 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000
Nilai Sisa 0 -
Total Inflow 0 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000
B. OUTFLOW
590.000 400.000 9.300.000 2.100.000 1.230.000
B.1. INVESTASI & REPLACEMENT
Kapal 30.000.000
Mesin 5.000.000 5.000.000
Genset dan kelengkapan lampu 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000
Alat tangkap 30.000.000 30.000.000
Total Investai 66.500.000 - 1.500.000 - - - 5.000.000 1.500.000 -
B.2. Biaya Tetap
Peraw atan Kapal 3.000.000 3.150.000 3.307.000 3.473.000 3.647.000 3.829.000 4.021.000 4.222.000 4.433.000 4.654.000
Peraw atan Mesin 500.000 550.000 605.000 798.000 879.000 967.000 1.063.000 500.000 550.000 605.000
Peraw atan Genset dan lampu 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000
Peraw atan Alat tangkap 3.000.000 3.300.000 3.630.000 3.993.000 4.392.300 3.000.000 3.300.000 3.630.000 3.993.000 4.392.300
Tota Biaya Tetap 3.650.000 3.850.000 4.062.000 4.421.000 4.676.000 4.946.000 5.234.000 4.872.000 5.133.000 5.409.000
B.3. Biaya Variabel
BBM dan Pelumas 7.560.000 7.938.000 8.335.000 8.752.000 9.190.000 9.649.000 10.132.000 7.560.000 7.938.000 8.335.000
Bensin 1.890.000 1.890.000 1.890.000 1.890.000 1.918.400 1.947.000 1.976.000 2.006.000 2.035.000 2.066.000
Es 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000
Perbekalan 16.800.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000
Bagi Hasil 40% dari hasil besih 16.800.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000
Tota Biaya Variabel 58.800.000 59.178.000 59.575.000 59.992.000 60.458.400 60.946.000 61.458.000 58.916.000 59.323.000 59.751.000
Total Outflow 66.500.000 62.450.000 63.028.000 65.137.000 64.413.000 65.134.400 65.892.000 66.692.000 68.788.000 65.956.000 65.160.000
C. NET BENEFIT -66.500.000 21.550.000 20.972.000 18.863.000 19.587.000 18.865.600 18.108.000 17.308.000 15.212.000 18.044.000 18.840.000
D. DF (r=16%) 1 0,885 0,783 0,693 0,613 0,543 0,480 0,425 0,376 0,333 0,295
E. PRESENT VALUE -66.500.000,00 19.070.796 16.424.152 13.073.005 12.013.074 10.239.492 8.697.608 7.356.950 5.722.144 6.006.574 5.550.044
F. NPV 37.653.839,43
G. IRR 26,76
H. Net B/C 1,5662
Lampiran 7 Analisis usaha unit penangkapan jaring millennium di Kabupaten
Bangka Selatan.
N
o Uraian Total
I Investasi
. Kapal 107.000.000
. Mesin Utama 12.000.000
. Genset 1.000.000
. Alat tangkap 150.000.000
Jumlah 270.000.000
II Penerimaan (A)
. Penerimaan rata-rata 480.000.000
Jumlah A 480.000.000
III Biaya-biaya
a. Biaya Tetap (B)
. Penyusutan kapal 10.700.000
. Penyusutan Mesin 1.714.000
. Penyusutan Genset 333.000
. Penyusutan Alat tangkap 30.000.000
. Perawatan Kapal 10.700.000
. Perawatan Mesin 1.200.000
. Perawatan Genset 100.000
. Perawatan Alat tangkap 15.000.000
Jumlah B 69.747.000
b. Perbekalan (C)
. BBM dan Pelumas 25.920.000
. Bensin 6.480.000
. Minyak tanah 7.200.000
. Es 27.000.000
. Perbekalan 16.800.000
. Bagi Hasil 50% dari penghasilan bersih 198.300.000
Jumlah C 281.700.000
351.447.000
1 . Keuntungan bersih 128.553.000
2 . R/C 1,366
3 . PP 2,100
4 . ROI 0,476
5 . BEP 168.827.837
Lampiran 8. Cash Flow unit penangkapan jaring millennium di Kabupaten Bangka Selatan
Periode
No Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. INFLOW
- Penerimaan 0 480.000.000 480.000.000 480.000.000 480.000.000 480.000.000 480.000.000 480.000.000 480.000.000 480.000.000 480.000.000
- Nilai Sisa 0 -
Total Inflow 0 480.000.000 480.000.000 480.000.000 480.000.000 480.000.000 480.000.000 480.000.000 480.000.000 480.000.000 480.000.000
B. OUTFLOW
B.1. INVESTASI & REPLACEMENT
1 . Kapal dan perlengkapannya 107.000.000
2 . Mesin 12.000.000 12.000.000
3 . Genset 1.000.000 1.000.000 1.000.000 - 1.000.000
4 . Alat tangkap 150.000.000 150.000.000
Total Investai 270.000.000 - - 1.000.000 - - 151.000.000 12.000.000 - 1.000.000 -
B.2. Biaya Tetap
1 . Kapal dan perlengkapannya 10.700.000 11.235.000 11.797.000 12.386.500 13.006.000 13.656.000 14.339.000 15.056.000 15.809.000 16.510.000
2 . Mesin 1.200.000 1.320.000 1.452.000 1.597.000 1.757.000 1.933.000 1.200.000 1.320.000 1.452.000 1.597.000
3 . Genset 100.000 105.000 111.000 116.000 100.000 105.000 111.000 116.000 100.000 105.000
4 . Alat tangkap 15.000.000 16.500.000 18.150.000 19.965.000 21.962.000 15.000.000 16.500.000 18.150.000 19.965.000 21.962.000
Tota Biaya Tetap 27.000.000 29.160.000 31.510.000 34.064.500 36.825.000 30.694.000 32.150.000 34.642.000 37.326.000 40.174.000
B.3. Biaya Variabel
1 . BBM dan Pelumas 25.920.000 27.216.000 28.577.000 30.006.000 31.506.000 33.082.000 34.736.000 25.920.000 27.216.000 28.577.000
2 . Bensin 6.480.000 6.804.000 7.145.000 7.502.000 7.877.000 6.480.000 6.804.000 7.145.000 7.502.000 7.877.000
3 . Minyak tanah 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.308.000 7.417.000 7.528.000 7.642.000 7.757.000
4 . Es 27.000.000 27.000.000 27.000.000 27.000.000 27.000.000 27.000.000 27.000.000 27.000.000 27.000.000 27.000.000
5 . Perbekalan 16.800.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000
6 . Bagi Hasil 198.300.000 198.300.000 198.300.000 198.300.000 198.300.000 198.300.000 198.300.000 198.300.000 198.300.000 198.300.000
Tota Biaya Variabel 281.700.000 283.320.000 285.022.000 286.808.000 288.683.000 288.970.000 291.057.000 282.693.000 284.460.000 286.311.000
Total Outflow 270.000.000 308.700.000 312.480.000 317.532.000 320.872.500 325.508.000 470.664.000 335.207.000 317.335.000 322.786.000 326.485.000
C. NET BENEFIT -270.000.000 171.300.000 167.520.000 162.468.000 159.127.500 154.492.000 9.336.000 144.793.000 162.665.000 157.214.000 153.515.000
D. DF (r=16%) 1 0,885 0,783 0,693 0,613 0,543 0,480 0,425 0,376 0,333 0,295
E. PRESENT VALUE -270.000.000,00 151.592.920 131.192.732 112.598.474 97.595.876 83.852.068 4.484.254 61.545.806 61.188.044 52.334.156 45.223.730
F. NPV 531.608.060,32
G. IRR 58,67
H. Net B/C 2,9689
Lampiran 9 Analisis usaha unit penangkapan pancing di Kabupaten Bangka
Selatan
No Uraian Total
I Investasi
. Kapal dan
1 perlengkapannya 30.000.000
2 . Mesin 5.100.000
3 . Mesin Jenset 1.800.000
4 . Lampu neon 960.000
5 . Alat tangkap 400.000
Jumlah 38.260.000
II Penerimaan (A)
1 . Musim Puncak 63.000.000
2 . Musim Sedang 14.280.000
3 . Musim Paceklik 2.100.000
Jumlah A 79.380.000
III Biaya-biaya
a. Biaya Tetap (B)
. Penyusutan kapal dan
1 perlengkapannya 3.000.000
2 . Penyusutan Mesin 1.275.000
3 . Penyusutan Genset 600.000
4 . Penyusutan Lampu 960.000
5 . Penyusutan Alat tangkap 400.000
6 . Perawatan Kapal 4.500.000
7 . Perawatan Mesin 510.000
8 . Perawatan Genset 180.000
9 . Perawatan Lampu 96.000
1
0 . Perawatan peralatan 40.000
Jumlah B 11.561.000
b. Perbekalan (C)
1 . BBM 17.010.000
2 . Pelumas 302.000
3 . Es 12.600.000
4 . Perbekalan 16.800.000
. Bagi hasil 40 dari hasil
5 bersih 9.791.000
Jumlah C 56.503.000
Total Biaya 68.064.000
1 . Keuntungan bersih 11.316.000
2 . R/C 1,166
3 . PP 3,381
4 . ROI 0,296
5 . BEP 40.115.058
Lampiran 10. Cash Flow unit penangkapan pancing
No Uraian Periode
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. INFLOW
- Penerimaan 0 79.380.000 79.380.000 79.380.000 79.380.000 79.380.000 79.380.000 79.380.000 79.380.000 79.380.000 79.380.000
- Nilai Sisa 0 -
Total Inflow 0 79.380.000 79.380.000 79.380.000 79.380.000 79.380.000 79.380.000 79.380.000 79.380.000 79.380.000 79.380.000
B. OUTFLOW
B.1. INVESTASI & REPLACEMENT
1 . Kapal dan perlengkapannya 30.000.000
2 . Mesin 5.100.000 5.100.000 -
3 . Mesin Jenset 1.800.000 1.800.000 - 1.800.000 -
4 . Lampu neon 960.000
5 . Alat tangkap 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000
Total Investai 38.260.000 400.000 - 2.200.000 - - 2.200.000 - -
B.2. Biaya Tetap
1 . Peraw atan Kapal 4.500.000 4.725.000 4.961.000 5.210.000 5.470.000 5.744.000 6.031.000 6.332.000 6.649.000 6.981.000
2 . Peraw atan Mesin 510.000 612.000 734.000 882.000 970.000 510.000 612.000 734.000 882.000 970.000
3 . Peraw atan Genset 180.000 189.000 198.000 180.000 189.000 198.000 180.000 189.000 198.000 180.000
4 . Peraw atan Lampu 96.000 96.000 96.000 96.000 96.000 96.000 96.000 96.000 96.000 96.000
5 . Peraw atan peralatan 40.000 44.000 40.000 44.000 40.000 44.000 40.000 44.000 40.000 44.000
Tota Biaya Tetap 5.326.000 5.666.000 6.029.000 6.412.000 6.765.000 6.592.000 6.959.000 7.395.000 7.865.000 8.271.000
B.3. Biaya Variabel
1 . BBM 17.010.000 25.452.000 25.961.000 26.480.000 27.009.000 17.010.000 25.452.000 25.961.000 26.480.000 27.009.000
2 . Pelumas 302.000 305.000 311.000 317.000 323.000 302.000 305.000 311.000 317.000 323.000
3 . Es 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000
4 . Perbekalan 16.800.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000
5 . Bagi hasil 40 dari hasil bersih 9.791.000 9.791.000 9.791.000 9.791.000 9.791.000 9.791.000 9.791.000 9.791.000 9.791.000 9.791.000
Tota Biaya Variabel 56.503.000 64.948.000 65.463.000 65.988.000 66.523.000 56.503.000 64.948.000 65.463.000 65.988.000 66.523.000
Total Outflow 38.260.000 61.829.000 71.014.000 71.492.000 74.600.000 73.288.000 63.095.000 71.907.000 75.058.000 73.853.000 74.794.000
C. NET BENEFIT -38.260.000 17.551.000 8.366.000 7.888.000 4.780.000 6.092.000 16.285.000 7.473.000 4.322.000 5.527.000 4.586.000
D. DF (r=16%) 1 0,885 0,783 0,693 0,613 0,543 0,480 0,425 0,376 0,333 0,295
E. PRESENT VALUE -38.260.000,00 15.531.858 6.551.805 5.466.780 2.931.664 3.306.494 7.821.987 3.176.478 1.625.763 1.839.854 1.350.982
F. NPV 11.343.665,26
G. IRR 21,74
H. Net B/C 1,2965
Lampiran 11 Persamaan Matematis dari Model Linear Goal Programming untuk
Mengoptimumkan Alokasi Teknologi Penangkapan Utama untuk
Ikan Pelagis di Perairan Kabupaten Bangka Selatan
Lampiran 12 Hasil Analisis Program LINDO dalam Mengoptimumkan Alokasi
Teknologi Penangkapan Utama untuk Ikan Pelagis di Perairan
Kabupaten Bangka Selatan
Lampiran 13 Jenis alat tangkap pelagis yang digunakan nelayan di Kabupaten
Bangka Selatan
Bagan perahu
Lampiran 14 Konstruksi jaring millenium
Cumi-cumi