Professional Documents
Culture Documents
72 - Hal 680 687 Tumarlan Teknologi Budidaya Jagung Lahan Kering Masam
72 - Hal 680 687 Tumarlan Teknologi Budidaya Jagung Lahan Kering Masam
72 - Hal 680 687 Tumarlan Teknologi Budidaya Jagung Lahan Kering Masam
ISBN .........................
ABSTRACT
Corn cultivation in South Sumatra Province held on acid dry land as a monoculture and intercrop
betwen immature rubber and palm oil, in tidal land among paddy and second crops. The harvested
area of maize in South Sumatra province in 2011 was 32 965 ha, production total 34.616 ton or
produktivity 3.81 t/ha. The low production due to the technology is not optimal, such as the use of
corn seed and plant maintenance are poor. Assessment of corn cultivation technology package
implemented on April 2013 untill August 2013 in acid dry land, Keban Village, Lahat sub District,
South Sumatera with red-yellow podzolic type of soil. The aims of the study is to determine the
performance of corn growth, yield and farming feasibility of introduction packages and existing
(farmer) packages. The results of this study are expected to be input or consideration, especially for
the district and South Sumatra province government in order to increase production and farmers'
income. Introduction package use Bisma variety, with spacing 75 x 25 cm and one seed per
planting hole, fertilizer : Urea 200 kg/ha, SP-36: 100 kg/ha, KCl 100 kg/ha and organic fertilizer
1.000 kg/ha. Farmer package also use Bisma variety, with spacing 75 x 40 cm and two seed per
planting hole, fertilizer : Urea 100 kg/ha, SP-36: 100 kg/ha, KCl 75 kg/ha. The result show that
the yield of introduction package and farmer package were 5,48 and 4,16 t/ha, thus the yield
increase of 1.32 t/ha or 31.73% and income increase Rp 1.857.000/ha or 38,29 % with introduction
package. Both of these packages should be developed at location with the same agro-ecosystem,
because the efficiency value (Benefit/Cost) of introduction and farmers package were 2,45 and 2,00
respectively.
Key words: Corn, cultivation technology package, acid dry land, South Sumatra.
ABSTRAK
Budidaya tanaman jagung di provinsi Sumatera Selatan dilaksanakan pada lahan kering
masam sebagai monokultur dan tanaman sela pada tanaman sawit dan karet yang masih
muda serta pada lahan pasang surut sebagai penyela diantara tanaman padi dan palawija.
Luas panen jagung di provinsi Sumsel tahun 2011 adalah 32.965 ha dengan total produksi
34.616 ton atau produktivitas 3.81 t/ha. Rendahnya produksi tersebut diantaranya
disebabkan teknologi yang belum optimal, seperti penggunaan benih jagung yang kurang
baik dan pemeliharaan tanaman. Kegiatan pengkajian paket teknologi budidaya jagung
dilaksanakan pada lahan kering masam desa Keban Kecamatan Lahat Kabupaten Lahat
Sumatera Selatan, dengan jenis tanah PMK, berlangsung April 2013 sampai Agustus 2013.
kegiatan pengkajian yang bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan, hasil dan analisis
usahatani jagung paket introduksi dan paket petani pada lahan kering masam di Sumsel.
680
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016
ISBN .........................
Hasil kajian ini diharapkan dapat sebagai masukan atau bahan pertimbangan terutama
bagi Pemerintah Kabupaten dan Provinsi Sumsel dalam rangka meningkatkan produksi dan
pendapatan petani. Paket introduksi menggunakan varietas jagung Bisma, dengan jarak
tanam 75 x 25 cm satu biji per lobang tanam, pemupukan 200 kg Urea, 100 kg SP-36, 100
kg KCl dan 1.000 kg/ha pupuk organik, sedangkan paket petani varietas jagung Bisma,
dengan jarak tanam 75 x 40 cm dua biji per lobang tanam, pemupukan 100 kg Urea, 100
kg SP-36, 75 kg KCl. Paket introduksi memberikan hasil 5,48 t/ha dan paket petani 4,16
t/ha, yaitu terdapat peningkatan hasil 1,32 t/ha atau 31,73 % lebih tinggi dan peningkatan
keuntungan usahatani jagung pada paket introduksi sebesar Rp 1.857.000,- atau 38,29 %.
Kedua paket ini layak untuk dikembangkan pada lokasi kegiatan dan agroekosistem yang
sama karena dari B/C ratio dan R/C ratio kedua paket tersebut > 1.
Kata kunci: jagung, paket teknologi budidaya lahan kering masam, Sumatera Selatan
PENDAHULUHAN
681
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016
ISBN .........................
Tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik pada lahan kering, lahan sawah, lebak
dan pasang surut dengan berbagai jenis tanah pada berbagai tipe iklim dan pada ketinggian
tempat 0-2.000 m dari permukaan laut. Syarat tumbuh dan berkembangnya tanaman jagung
dengan baik adalah (1) lahan bertekstur halus sampai sedang, (2) kedalaman tanah minimal
0,4 m, (3) Tanaman jagung masih dapat tumbuh dengan baik pada kondisi drainase agak
cepat sampai sedang, namun yang paling baik adalah berada keadaan drainase yang baik.
Untuk sifat kimia, tanaman jagung akan tumbuh dengan baik pada kapasitas tukar kation
(KTK) minimal 16 cmol, pH 5,5-8,2 dan terbaik pada pH 5,8-7,8. Kejenuhan basa (KB)
minimal 35% terbaik jika KB>50%, C-organik minimal 0,4%. Sementara itu, tanaman
jagung masih dapat tumbuh dengan baik pada kandungan alkalinitas (ESP) 20%, terbaik
pada ESP<15%. Sedangkan kisaran temperatur rataan harian yang diinginkan jagung
adalah 26-30°C, namun terbaik pada temperatur 20-26°C. Selanjutnya untuk curah hujan
adalah 1.200-1.600 mm dan 400-500 mm, terbaik pada curah hujan 500-1.200 mm, dengan
kelembaban 36-42% dan terbaik jika kelembaban >42% (Djaenudin et al., 2003).
Luas panen jagung di provinsi Sumsel tahun 2011 adalah 32.965 ha dengan total
produksi 34.616 ton atau produktivitas 3.81 t/ha (BPS Sumatera Selatan, 2012). Rendahnya
produksi tersebut diantaranya disebabkan mutu benih jagung yang kurang baik. Secara
umum petani jagung di provinsi Sumsel melakukan budidaya tanaman jagung pada lahan
kering baik monokultur maupun sebagai tanaman sela pada tanaman perkebunan karet dan
sawit yang masih muda, benih yang digunakan merupakan turunan dari tanaman
sebelumnya yang dibudidayakan.
Varietas unggul jagung yang di introduksikan adalah Bisma jagung komposisit
merupakan salah satu teknologi inovatif yang handal untuk meningkatkan produktivitas
tanaman jagung, baik melalui peningkatan potensi daya hasil tanaman, maupun melalui
peningkatan toleransi dan ketahanannya terhadap berbagai cekaman lingkungan biotik dan
abiotik. Selain itu, pembentukan varietas unggul juga bertujuan untuk meningkatkan mutu
dan nilai tambah produk dan upaya meningkatkan nilai ekonomi. Penerapan paket
teknologi budidaya jagung mengutamakan pemanfaatan sumberdaya lokal, penerapan
teknologi budidaya berdasarkan karakteristik lahan, dan mempertimbangkan kearifan lokal
petani (Puslitbangtan, 1992).
Berdasarkan uraian di atas dilakukan kegiatan pengkajian yang bertujuan untuk
mengetahui pertumbuhan, hasil dan analisis usahatani jagung paket introduksi dan paket
petani pada lahan kering masam di Sumsel. Hasil kajian ini diharapkan dapat sebagai
masukan atau bahan pertimbangan terutama bagi Pemerintah Kabupaten dan Provinsi
Sumsel dalam rangka meningkatkan produksi dan pendapatan petani.
METODOLOGI
682
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016
ISBN .........................
Tabel 1. Paket teknologi budidaya jagung yang dikaji pada lahan kering masam, 2013
Komponen Teknologi Paket yang Diuji
Paket Introduksi Paket Petani
Persiapan areal Tanpa Olah Tanah Tanpa Olah Tanah
pertanaman
Varietas Bisma Bisma
Sumber benih Balitsereal Balitsereal
Jarak Tanam 75 cm x 75 cm 75 cm x 40 cm
1 biji /lubang tanam 2 biji /lubang tanam
Jenis dan takaran pupuk
Urea (kg/ha) 200 100
SP 36 (kg/ha) 100 100
KCL (kg/ha) 100 75
Pupuk Organik (kg/ha) 1000 -
Waktu pemberian Semua pupuk SP-36, KCl, pupuk Semua pupuk diberikan pada
organik dan umur 15 hst
1/3 Urea di berikan saat tanam
2/3 Urea di berikan pada umur 25 hst
Pemeliharaan tanaman Seed treatmen Seed treatmen
Herbisida pengendalian gulma Herbisida pengendalian
Curater 3 G gulma
683
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016
ISBN .........................
HASIL
Tabel 2. Pertumbuhan dan hasil tanaman kajian paket teknologi budidaya jagung pada
lahan kering masam, 2013
Parameter Pengamatan Paket yang Diuji
Paket Introduksi Paket Petani
Tinggi tanaman (cm) 258,95 187,56
Tinggi letak tongkol (cm) 149,74 144,25
Lingkaran tongkol (cm) 15,05 13,98
Jumlah baris / tongkol 14,78 14,34
Jumlah biji / baris 38,67 34,45
Berat 100 biji (g) 28,46 27,56
Hasil (t/ha) 5,27 4,12
Biaya produksi meliputi penggunaan sarana produksi (benih, pupuk, herbisida dan
pestisida) dan tenaga kerja mulai persiapan tanam sampai panen. Penerapan paket
introduksi mengeluarkan biaya lebih tinggi dibanding paket petani. Dengan produktivitas
yang lebih tinggi, menyebabkan paket introduksi lebih efisien dibanding paket petani, yang
diperlihatkan nilai R/C yang lebih besar pada paket introduksi tersebut.
PEMBAHASAN
684
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016
ISBN .........................
Hal lain yang menyebabkan banyaknya tanaman jagung di daerah ini didukung oleh
tingginya permintaan pasar, untuk jagung bakar dan jagung rebus. Menurut petani,
tanaman jagung mudah dalam pemeliharaannya dan rendah bahkan tidak ada serangan
hama dan penyakit. Pemanfaatan limbah tanaman jagung sebagai salah satu sumber pakan
ternak sapi merupakan hasil sampingan bagi petani.
Teknologi yang diintroduksikan terdiri dari beberapa komponen, yaitu (1)
pengolahan tanah, (2) varietas unggul, (3) populasi dan sistem tanam, (4) pengelolaan
agrohara melalui penetapan jenis, takaran, dan cara pemupukan, (5) pemeliharaan tanaman,
dan (6) cara panen.
Dengan mengembangkan varietas unggul komposit maka ketergantungan petani
terhadap hibrida swasta dapat dihindari. Pupuk organik yang digunakan pada paket
introduksi berasal dari kotoran sapi yang telah diinkubasi dengan trichoderma, disamping
mengefisienkan penggunaan pupuk kimia juga berfungsi untuk meningkatkan atau
mempertahankan kesuburan tanah. Kotoran sapi cukup tersedia dilokasi kegiatan, tetapi
belum dimanfaatkan secara maksimal oleh petani (Subandi et al., 2006).
Keragaan pertumbuhan tanaman memperlihatkan bahwa paket teknologi introduksi
lebih baik dibandingkan paket petani. Keunggulan paket introduksi terletak pada
homogenitas pertumbuhan tanaman sedangkan paket petani pertumbuhan tanaman tidak
homogen. Dari semua parameter pengamatan yang dilakukan memperlihatkan perbedaan,
mulai dari pertumbuhan tinggi tanaman dan tinggi letak tongkol, demikian juga hasil serta
komponen hasil paket introduksi memperlihatkan pertumbuhan dan produksi yang lebih
baik dari paket petani. Hasil tertinggi diperoleh pada paket introduksi 5,27 t/ha sedangkan
paket petani hanya 4,12 t/ha terjadi peningkatan 1,15 t/ha bila menggunakan paket
introduksi (Tabel 2) (Tumarlan et al., 2013). .
Kedua paket yang diuji lebih tinggi dari laporan Badan Pusat Sertifikasi (2012)
3,81 t/ha dan hasil paket introduksi juga lebih tinggi dari hasil penelitian Mawardi dan Edi
(2007) menggunakan varietas sukmaraga sama 5,3 t/ha. Terjadinya perbedaan
pertumbuhan, hasil dan komponen hasil pada kajian paket teknologi budidaya jagung pada
lahan kering masam diduga disebabkan oleh (a) berbedanya populasi tanaman, (b)
berbedanya jumlah, waktu dan sumber pupuk yang digunakan. Paket introduksi
menggunakan jarak tanam 75 cm x 25 cm satu biji per lubang tanam, sedangkan paket
petani menggunakan jarak tanam 75 cm x 40 cm dua biji per lubang tanam. Dengan
berbedanya jarak tanam akan membedakan jumlah populasi dan diduga berpengaruh
terhadap fotosintesa yang akhirnya berpengaruh pada pertumbuhan dan produksi tanaman.
Demikian juga halnya pemupukan pada paket introduksi pupuk yang digunakan
Urea 200 kg, SP-36 100 kg, KCl 100 kg dan 1000 kg pupuk kandang per hektar, sedangkan
pada paket petani Urea 100 kg, SP-36 100 dan 75 kg KCl per hektar. Pemberian pupuk
pada paket introduksi sesuai dengan anjuran, sedangkan pada paket petani sekaligus pada
umur 15 hst sesuai dengan kebiasaan petani setempat. Pemberian pupuk organik pada
paket introduksi juga diduga memberikan pertumbuhan dan produksi tanaman yang lebih
baik hal yang sama dikemukakan oleh Suwandi et al., (1985) bahwa penggunaan pupuk
kandang dalam budidaya tanaman merupakan kebutuhan pokok disamping penggunaan
pupuk kimia untuk mendapatkan hasil yang optimal. Selanjutnya Amril et al., (2001)
menambahkan penggunaan pupuk kandang yang diinkubasi dengan trichoderma pada
tanaman dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia sampai 25 %.
Harga jual jagung Rp 1.750,- per kg pipilan kering panen. Alokasi biaya pada paket
introduksi Rp 2.743.000,- dengan penerimaan Rp 9.450.000,- dan keuntungan Rp
6.707.000,- sedangkan paket petani biaya produksi Rp. 2.430.000,- dengan penerimaan Rp
7.280.000,- dan keuntungan Rp 4.850.000,-. Terjadi peningkatan keuntungan usahatani
jagung dengan menerapkan paket introduksi sebesar Rp 1.857.000,- atau 38,29 %
685
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016
ISBN .........................
dibanding paket petani. Kedua paket ini layak untuk dikembangkan pada lokasi kegiatan
dan agroekosistem yang sama, yang diperlihatkan oleh tingkat efisiensi dengan nilai R/C
pada paket introduksi dan paket petani masing-masing sebesar 3,45 dan 3,00 (Tabel 3).
Indikator kelayakan teknologi mencakup tiga aspek yaitu; secara teknis mudah
diterapkan, secara sosial dapat diterima dan secara ekonomi menguntungkan. Bermacam
upaya dapat dilakukan guna mendatangkan keuntungan usahatani, salah satunya adalah
dengan menerapkan paket introduksi yang memberikan keuntungan usahatani lebih baik
dari paket petani.
KESIMPULAN
1. Paket introduksi memberikan hasil 5,48 t/ha dan paket petani 4,16 t/ha, dengan
demikian diperoleh peningkatan hasil 1,32 t/ha atau 31,73 % dengan menerapkan paket
introduksi. Tingginya hasil paket introduksi didukung oleh komponen hasil yang relatif
lebih baik dari paket petani.
2. Terjadi peningkatan keuntungan usahatani jagung pada paket introduksi sebesar Rp
1.857.000,- atau 38,29 % dari paket petani. Kedua paket ini layak untuk dikembangkan
pada lokasi kegiatan dan agroekosistem yang sama dengan tingkat efisiensi (R/C) paket
introduksi dan paket petani masing-masing sebesar 3,45 dan 3,00.
DAFTAR PUSTAKA
Amril, B., F. Nurdin, Yulimasni, Syafril, M. Arsyad, dan A. Warman, dan Sri Guma-la
Dewi. 2001. Pengkajian Teknologi Menunjang Agribisnis Sayuran di Su-matera
Barat. Laporan hasil Pengkajian BPTP Sukarami.
Arief, T., Subowo, R. Purnamayani dan NP. Sri Ratmini. 2004. Potensi Pengembangan
Kedelai di Lahan Kering Dataran Rendah Provinsi Sumatera Selatan (Tinjauan
Terhadap Karakteristik Sumberdaya Lahan) dalam Prosiding Lokarkarya
Pengembangan Kedelai melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di Lahan
Kering Masam. Puslitbang Sosek Pertanian, Jakarta.
Arsyad, S. 1989. Pengawetan Tanah dan Air. Departemen Ilmu Tanah. Bogor.
Badan Pusat Statistik, 2012. Provinsi Sumatera Selatan Dalam Angka. Badan Pusat
Statistik Provinsi Sumatera Selatan Kerjasama Sama dengan Badan Perencanaan
Pembangunan Provinsi Sumatera Selatan. 64 p.
Djaenudin D., Marwan H., Subagjo H., dan A.Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi
Lahan untuk Komoditas Pertanian. Edisi ke-1. Balai Penelitian Tanah, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor.
Hakim N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Saul, M. A. Diha. G. B.
Hong,
Mawardi, E., T. Sudaryono, M. Ali, dan Imran. 2007. Penelitian Pengembangan Agri-
bisnis Jagung dan Kedelai di Pasaman Barat. Laporan Hasil Penelitian, Kerja-sama
BPTP Sumbar dan Bappeda Pasaman Barat.
Mawardi, E. dan S. Edi, 2007. Perbaikan Komponen Paket Pemupukan Dalam PTT Jagung
Pada Lahan Sawah Tadah Hujan. Prosiding Lokakarya Percepa-tan Penerapan
IPTEK dan Inovasi Teknologi Mendukung Ketahanan Pa-ngan Dan Revitalisasi
Pembangunan Pertanian. Jambi.
686
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016
ISBN .........................
Puslitbangtan. 1992. Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor
Suwandi, N. Sumantri, S. Kusumo, dan Z. Abidin. 1985. Bercocok Tanam Ken-tang.
dalam. Kentang oleh Balitsa Lembang.
Subandi, Zubachtirodin, S. Saenong, dan I.U. Firmansyah. 2006. Ketersediaan teknologi
produksi dan program penelitian jagung. Dalam: Prosiding Seminar dan Lokakarya
Nasional Jagung 29-30 September 2005 di Makassar. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. p. 11-40.
Tumarlan, T., Subendi, A., Rudy Soehendi, Yanter H., Imelda M., 2013. Laporan Akhir
Pengkajian Pengembangan Tanaman Jagung Dan Kedelai Di Lahan Kering Masam
BPTP Sumatera Selatan (tidak dipublikasikan).
687