Professional Documents
Culture Documents
5-Jurnal Embrio
5-Jurnal Embrio
Abstract
The build of Nipah dam occupiying 357.073 hectar land area spreaded into 7 villages
surounding the dam has forced the people in the area to abandon their lands. As the people in this area
have low education background (level 3 of primary school in average) and low family income a
severe condition will be created. Therefore, the research related to some efforts in empowering the
people living in this area is needed in order to help the people to face the problems.
The methods apllied in this research included (a) social auditing (Examining Local Currency system),
(b) Economic auditing, (c) Community and resources mapping dan PRA (Participatory Rural
Appraisal ).
Result of this second-year research revealed that (1) the resource potential of both Montor and
Tebanah Village was agricultural sector especially in fodder and fruit production (mango and cashew);
(2) human resources was the main factor determining empowering efforts; (3) of the potential
bussiness that could be improved further was rice huller, furniture, and plated mat craft, and (4) the
local exchange activities were barter system, saving and borrowing, traditional social gathering, and
community self-help system.
It is suggested that (1) an integrated patnershif network from the regency to district and
village level was needed; (2) some factors influencing economic growth in the area had to be assessed;
(3) the competitive capasity in production had to be strengthened through the improvement a local
economy power; and (4) community self-help system need to be revitalized in order to improve the
role of this system and to increase number people being active in this group.
PENDAHULUAN
163
Model Penguatan Ekonomi … 163–175 (Andrie KS, Eni SR, Mutmainnah)
sebagian besar tidak mempunyai uang untuk (3) Menghasilkan skema layanan keuangan
pindah. Jika mereka sudah pindah, permasalahan mikro dengan pola grameen bank berbasis
berikutnya adalah sebagian besar dari mereka budaya lokal
(89% adalah petani) kehilangan pekerjaan karena
C. Tujuan Khusus
lahannya terkena genangan Bendungan Nipah
Pada Tahun I, penelitian ini bertujuan
(Sunyigono, 2005).
untuk:
Disamping itu tingkat pendidikan
(1) mengindentifikasi kondisi sosial, ekonomi
penduduk juga sangat rendah, hasil survey yang
dan budaya masyarakat,
dilakukan oleh Andrie (2005), menunjukkan
(2) Mengindentifikasi isu-isu strategis dalam
bahwa responden yang mempunyai tingkat
masyarakat,
pendidikan diatas SLTP hanya 3%, sedangkan
(3) Mengindentifikasi komponen ekonomi yang
sisanya 67% tidak sekolah, 14% tidak tamat SD
bekerja di tingkat lokal ,
dan 16% tamat SD. Implikasinya mereka sulit
(4) Mengindentifikasi keinginan sosial penduduk
untuk beralih ke jenis pekerjaan di luar sektor
untuk bekerja sama dan berdagang untuk
pertanian karena pengetahuan dan skill mereka
keuntungan bersama,
sangat rendah.
(5) Mengindentifikasi metode pertukaran
Permasalahan yang dihadapi
tradisional yang ada dan tingkat
masyarakat di sekitar Bendungan Nipah dalam
penggunaannya oleh masyarakat,
aktifitas usaha sehari-hari adalah (Anonim, 2005)
(6) Mengindentifikasi potensi asset yang ada
: kekurangan air, modal dan sarana produksi.
dalam masyarakat,
Semua bidang usaha (peternakan, pertanian,
(7) Mengkaji dan merumuskan sistem pertukaran
kehutanan dan industri) mengalami kekuarangan
lokal
modal. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya
perkuatan ekonomi bagi masyarakat khususnya METODE PENELITIAN
masyarakat miskin di sekitar Bendungan Nipah.
164
EMBRYO VOL. 5 NO. 2 DESEMBER 2008 ISSN 0216-0188
Metode yang digunakan adalah riset kualitatif Untuk menjawab Tujuan Pertama dan
dan kuantitatif untuk membuat benchmark Kedua pengumpulan data primer sosial, ekonomi
dengan tehnik: (a) social auditing (Examining dan budaya masyarakat dilakukan dengan
Local Currency system), (b) Economic auditing, wawancara terstruktur menggunakan daftar
(c) Community and resources mapping dan pertanyaan. Disamping itu juga dilakukan teknik
Teknik PRA (Participatory Rural Appraisal ). PRA (Participatory Rural Appraisal ) untuk
memperjelas informasi yang diperoleh
.
165
Model Penguatan Ekonomi … 163–175 (Andrie KS, Eni SR, Mutmainnah)
166
EMBRYO VOL. 5 NO. 2 DESEMBER 2008 ISSN 0216-0188
stake holder yang saling terkait produk, baik produk perusahaan ataupun
167
Model Penguatan Ekonomi … 163–175 (Andrie KS, Eni SR, Mutmainnah)
168
EMBRYO VOL. 5 NO. 2 DESEMBER 2008 ISSN 0216-0188
12. Penggilingan padi, pada jenis bisnis tersebut 4. Tukang kayu, pada jenis bisnis ini pebisnis
pebisnis bermodalkan mesin yang berbahan bekerja seperti halnya pebisnis meubel.
baku solar/bensin untuk menmgubah padi Perbedaanya pebisnis hanya menumpang
atau gabah ke beras. Jenis bisnis ini termasuk pada pebisnis meubel tetapi bisa juga
kategori wirausaha jasa dimana harga dari menerima pesanan langsung yang produksi
setiap jasanya tergantung dari berat padi yang dilakukan di rumahnya. Sistem penjualannya
mau digiling. didasarkan atas pesanan. Harga produknya
tergantung dari jenis produk itu sendiri.
Sementara pada kategori wirausaha kerajinan
terdapat empat jenis bisnis-bisnis pertanian yang Dari dua kategori wirausaha diatas dapat
ada antara lain; diketahui bahwa jumlah jenis bisnis pada
1. Meubel, pada jenis bisnis ini pebisnis kategori wirausaha jasa dan perdagangan lebih
membuat beberapa produk rumah tangga banyak atau selisih 9 jenis bisnis pertanian
seperti halnya meja, tempat tidur, dan lemari. dibandingkan dengan kategori jenis wirausaha
Tempat dan bahan bakunya sudah menjadi kerajinan. Begitu juga dengan pebisnisnya yaitu
miliknya. Harga dari produk tersebut terdapat 59 untuk wirausaha jasa dan
bermacam-macam, tergantung dari jenis perdagangan dan 20 wirausaha kerajinan. Hal ini
produknya. dikarenakan beberapa faktor antara lain :
2. Tikar, pada jenis bisnis ini pebisnis 1. Wirausaha jasa dan pedagangan
bermodalkan keahlian tangan. Adapun harga umumnya lebih mudah dilakukan karena
dari produk tersebut berkisar dari hanya cukup bermodalkan uang dan
Rp.25.000,00 - 30.000,00, hal ini tergantung sedikit pengetahuan.
dari ukuran dan warnanya. 2. Pasar dari pada produk jasa dan
3. Pengrajin sesek, pada jenis bisnis ini pedagangan lebih jelas dan hampir setiap
termasuk bisnis jasa. Pengrajin hanya waktu dibutuhkan.
bermodalkan keahlian dengan memanfaatkan 3. Wirausaha kerajianan membutuhkan
bambu dan kayu sebagai produknya. Mereka keahlian dan skill tertentu. Ketersediaan.
membuat dan mendesain beberapa alat-alat 4. Pasar produk wirausaha kerajinan lebih
rumah tangga, seperti halnya tempat tidur sulit dibandingkan dengan wirausaha jasa
dan lemari. Pebisnis juga menjual jasanya. dan pedagangan konsumennya lebih
Bentuk produk yang dapat dibuat seperti spesifik.
dinding non-permanen. Sistem pemasarannya
berdasarkan pesanan (order). Harganya Sistem Pertukaran Lokal
tergantung dari jenis bahan yang digunakan Sistem Barter
dan luas didinding yang dibutuhkan. Pulau Madura terdiri satu kultur yang
identik yakni budaya Madura. Meskipun
169
Model Penguatan Ekonomi … 163–175 (Andrie KS, Eni SR, Mutmainnah)
demikian pulau Madura menyimpan sejuta perlu untuk melakukannya. Ketiga, selain
kekhasan budaya dan obyek wisata daratan dan melakukan barter antar sesama saudara di satu
bahari. Budaya karapan sapi di empat kabupaten desa, kegiatan barter ini menyebar ke komunitas
adalah salah satu obyek wisata andalan sekaligus tetangga yang ada lokasi penelitian.
wisata budaya paling menarik. Setiap orang dapat Pemenuhan kebutuhan harian dapat
menyaksikan bagaimana ketangkasan para diperoleh melalui proses barter, baik di pasar-
tokang tongkok (joki) dalam upaya pasar lokal atau dijajakan dari rumah ke rumah.
mengendalikan sapi yang penuh dengan risiko Masyarakat disekitar Bendungan Nipah mulai
tinggi bahkan mengacam diri mereka sendiri. mengenal uang ketika barang-barang hasil
Untuk itu mereka biasanya melakukan upacara industri membanjir. Bahan pakaian, minyak
ritus sebelum turun ke lapangan. tanah, sabun dan gula pasir umpamanya;
Selain itu masyarakat pulau ini memiliki merupakan kebutuhan vital petani yang harus
sistem perekonomian khusus dalam bentuk dibeli dengan uang.
mekanisme pertukaran local. Tidak diketahui Selain itu, pembayaran fasilitas-fasilitas
secara pasti sejak kapan masyarakat Madura umum seperti: pendidikan, kesehatan dan
(sebagian besar masyarakat di lokasi penelitian transportasi pun harus menggunakan uang.
bersuku Madura) melakukan system tukar- Namun demikian untuk praktek pengobatan
menukar barang antar dua pihak (barter). Hasil tradisional masih menggunakan system barter,
diskusi bersama anggota komunitas di 7 desa dan yaitu pembayaran dengan mempergunakan hasil
satu kali diskusi terfokus mengungkapkan bahwa bumi. Bagi petani, uang dapat diperoleh melalui
system barter telah terjadi dan hidup sejak nenek penjualan hasil panen terutama tanaman umur
moyang mereka. panjang. Berupa: kelapa/kopra, kemiri, asam, dan
Dari keterangan responden terungkap jambu mente serta penjualan tanaman pangan:
tiga hal. Pertama, kegiatan barter ini merupakan jagung, ubi-ubian, kacang-kacangan serta
tradisi yang diwariskan nenek moyang mereka buahbuahan: pisang, pepaya, mangga, nenas,
dan karenanya sudah membudaya di bumi jeruk, nangka dan sebagainya.
Madura sekalipun kapan persisnya waktu dimulai Dalam proses barter terjadi kesepakatan
tidak diketahui secara pasti. Sementara nilai tukar antara kedua belah pihak. Pada
komunitas Madura baru mengenal 'uang' sekitar prinsipnya, barang-barang yang dipertukarkan
1920-an seiring dengan kehadiran penjajah adalah berdasarkan pada kebutuhan masing-
Belanda. Ekonomi uang itu pun hanya digunakan masing pihak. Biasanya barang-barang hasil
untuk membayar pajak bagi Belanda. Kedua, kebun ditukarkan dengan hasil laut. Nilai
barter tidak hanya terjadi di pasar dan, dalam tukarnya ditentukan berdasarkan kesepakatan
waktu khusus yang sudah disepakati; tapi juga antara kedua belah pihak yang saling
berjalan kapan dan di mana pun orang merasa menguntungkan. Misalnya ikan ditukarkan
170
EMBRYO VOL. 5 NO. 2 DESEMBER 2008 ISSN 0216-0188
dengan jagung berdasarkan jenis dan ukuran ikan yang mana telah terhitung untuk memenuhi biaya
tersebut. administrasi dan harus diyakinkan adanya
Proses barter tidak hanya pertukaran pemenuhan pertukaran keuangan internal.
barang dengan barang, tetapi juga barang dengan Dengan dasar ini dapat membuat biaya
jasa. Pertukaran barang antara kedua belah pihak administrasi menurun. Pemiliharaan status bebas
dapat terjadi meskipun kedua belah pihak tinggal minat ini disebut “Keseimbangan nol”.
di tempat berbeda berdasarkan perjanjian yang Sistemnya mulai dari nol, penjumlahan juga dari
telah disepakati. Memang proses barter, dimulai nol dan ditutup dengan jumlah nol. Harus
dengan penetapan janji untuk bertemu di suatu dikatahui bahwa sistemnya selalu seimbang.
tempat tertentu. Proses menemukan mitra untuk Biaya administrasi jangan sampai mengeluarkan
proses barter melalui beberapa cara, antara lain: uang terlalu banyak. Jumlah keisimbanagan
keseringan melakukan barter di pasar sehingga positif dikurangi jumlah negative sama dengan
saling menjanjikan untuk melakukan barter, jarak nol. Aturan main Sistem Saling Pinjam-
tempat tinggal yang berdekatan, hubungan Meminjam yang terpenting adalah: Sistem Saling
pernikahan, perantara sesama teman sekampung Pinjam-Meminjam menyediakan keanggotaan
yang terlebih dahulu melakukan barter. dengan pertukaran informasi yang mendukung
usaha perdagangan, mencatat transaksi dan
Sistem Saling Pinjam Meminjam penyimpanan pembukuan sebagai pemenuhan
Sistem pertukaran local lainnya yang anggota.
relative berkembang di lokasi penelitian adalah
system saling pinjam meminjam. Sistem Sistem Arisan Tradisional
pertukaran local ini adalah sebuah system yang Hasil analisis data primer kebanyakan
mana membiarkan pengguna pinjaman untuk masyarakat di sekitar Bendungan Nipah tidak
menyampaikan dan megelola keuangannya memahami dasar-dasar perdagangan untuk
sendiri, yang digunakan dengan cara mengadakan mampu memfasilitasi perdagangan barang dan
hubungan dengan para pedagang/penjual. jasa produksi lokal. Masalah ini sebenarnya bisa
Maksud dari system ini adalah untuk diatasi dengan memperkenalkan Sistem
menyediakan bahan pertukaran yang cukup Pertukaran Komunitas. Lebih lanjut, banyak
memadai, yang disebut “Pertukaran Keuangan masyarakat yang kekurangan modal untuk
Internal” yang mana dilakukan dengan cara memulai usaha, yang sebenarnya bisa dibantu
mengadakan hubungan dengan para penjual dengan Program Usaha Kecil. Tetapi, hal ini
lainnya. Peredaran uang yang digunakan dalam biasanya juga melibatkan pinjaman dana dari luar
system pinjam-meminjam yaitu adanya bebas untuk digunakan sebagai pinjaman dasar dan
minat atau melalui suatu kesepakatan harga biasanya dikenakan tingkat bunga yang tinggi.
(kemauan atas harga posetif yang seimbang), Salah satu solusinya adalah dengan implementasi
171
Model Penguatan Ekonomi … 163–175 (Andrie KS, Eni SR, Mutmainnah)
Asosiasi Simpan Pinjam Dana Bergulir atau memberikan jumlah pinjaman yang lebih
(Revolving Savings and Credit besar, tergantung pada situasi ekonomi lokal.
Association/ROSCA), yaitu sebuah sistem untuk Sistem arisan di Desa Nagasareh,
mengumpulkan simpanan dari para anggota dan Tapaan, Montor, Tebanah, Pelanggaran Barat,
mendistribusikan dana tersebut melalui metode Pelanggaran Timur dan Tolang secara umum
khusus. dikenal sebagai “undian berhadiah” bagi kaum
Sistem ROSCA ini berdasarkan pada wanita. Tiap minggu, biasanya sore hari,
sistem ekonomi kuno di banyak negara, sebagai sekelompok wanita berkumpul dan menyetorkan
contoh di India dan Cina dimana sudah masing-masing Rp. 1,000. Nama setiap anggota
diterapkan dengan baik selama ribuan tahun. Di ditulis pada selembar kertas yang kemudian
Indonesia, Arisan adalah sebuah sistem untuk digulung dan dimasukkan kedalam wadah botol.
mengumpulkan simpanan dan mendistribusikan Satu nama diambil setiap minggu hingga seluruh
pinjaman, mirip dengan sistem Cina kuno itu. anggota pernah menang, pada saat putaran
Meskipun sering dianggap hanya sekadar “undian berakhir akan diputuskan untuk dilanjutkan atau
berhadiah” untuk para wanita, dengan sedikit tidak. Tiap minggu, satu pemenang akan
modifikasi saja maka sistem ini dapat diubah membawa pulang uang sejumlah Rp. 20,000
menjadi ROSCA, dimana hanya mengumpulkan hingga Rp. 100,000. Tiap anggota harus
dana relatif kecil dan meminjamkannya pada menyetorkan dana Rp. 1,000 per minggu hingga
aktivitas usaha produktif di tingkat lokal. permainan selesai.
Sistem Arisan+ akan mengumpulkan Acara ini dilakukan bersamaan dengan
dana dari partisipan yang mengharapkan dapat pengajian/dibaan setiap minggu. Waktu itu
menerima pinjaman untuk memulai usaha kecil adalah kesempatan untuk berkumpul, berdoa
atau koperasi. Anggota dapat memohon pinjaman bersama serta membahas permasalahan lokal, dan
dengan mempresentasikan ide usaha mereka. salah satu dari mereka akan membawa pulang
Berdasarkan dari daftar anggota maka secara dana arisan tersebut sebagai pemenang. Tetapi,
bergiliran para anggota memperoleh pinjaman acara Arisan tipikal ini tidak bisa mengumpulkan
dan membayar kembali pinjaman dengan bunga dana yang memadai untuk modal membuka
tetap 15% dari jumlah pinjaman. Setiap anggota usaha kecil. Pemenang biasanya akan
bertanggungjawab untuk menjaga setiap usaha memakainya untuk hal-hal temporer seperti
yang dimulai dari dana pinjaman ini agar berjalan membeli makanan mahal atau membayar utang.
dengan sukses sehingga mampu membayar Dengan memodifikasi Arisan menjadi
kembali pinjaman tersebut. Setelah beberapa kali ROSCA, permainan yang sangat terkenal di
putaran maka dana pinjaman akan semakin besar Indonesia ini akan mampu menjadi alat
untuk menjangkau peminjam usaha kecil lain, pengumpul dana untuk usaha kecil yang sukses.
Dengan modifikasi ini maka tidak akan dianggap
172
EMBRYO VOL. 5 NO. 2 DESEMBER 2008 ISSN 0216-0188
173
Model Penguatan Ekonomi … 163–175 (Andrie KS, Eni SR, Mutmainnah)
mengumpulkan orang dengan memberikan uang 1. Perlu adanya jaringan kemitraan yang holistik
agar dapat berkumpul bersama. dan terintegrasi dari tingkat kabupaten,
kecamatan dan desa
KESIMPULAN DAN SARAN 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
Kesimpulan
rendah pertumbuhan ekonomi di lokasi
1. Potensi desa-desa di sekitar bendungan nipah
penelitian.
adalah disektor pertanian terutama tanaman
3. Perlu dilakukan upaya memperkuat daya saing
hijauan makanan ternak (HMT) di Desa
produk di suatu daerah melalui peningkatan
Montor dan Tebanah serta tanaman tahunan
ekonomi lokal.
(mangga dan mente) dan tanaman obat di
4. Sistem pertukaran lokal (gotong royong) harus
tujuh desa penelitian.
direvitalisasi sehingga dapat berperan lebih
2. Faktor utama yang sangat menentukan upaya
banyak dalam pemberdayaan masyarakat.
pemberdayaan yang dilaksanakan adalah
sumberdaya manusia. Dengan mayoritas
DAFTAR PUSTAKA
tingkat pendidikan pendudukan yang rendah
Anonim, 2005. Studi Pemberdayaan Masyarakat
dan keterampilan berusaha yang sangat
di Sekitar Bendungan Nipah. Irigasi
terbatas, maka salah satu langkah yang harus
Andalan Jawa Timur, Surabaya.
ditempuh adalah meningkatkan kemampuan
teknis dan praktis sesuai dengan bidang usaha
Chotim, E. E. dan Handayani, A. D. “LKM
yang ditekuni
dalam Catatan Sejarah”. Jurnal Analisis
3. Terdapat jenis bisnis pertanian di pedesaan
Sosial, Akatiga, Vol 6, No 3 Desember
dibagi menjadi dua kategori wirausaha.
2001.
Kategori wirausaha yang pertama adalah jasa
Gill sefyang, 1997, examining local currency
dan perdagangan, sedangkan kategori
systems: a social audit approach,
wirausaha yang kedua adalah kerajinan. Dari
international journal community currency
dua kategori diatas terdapat tiga jenis bisnis
research, vol 1 . 1997.
yang berpotensi antara lain; pengilingan padi,
IFAD, 2000. Mengembangkan Sistem Keuangan
meubel, dan kerajinan tikar.
Pedesaan Untuk Masyarakat Miskin:
4. Sistem pertukaran lokal yang dapat
Kerangka Perencanaan Untuk Tantangan,
dindentifikasi dilokasi penelitian adalah:
Kesempatan, Dan Pilihan
sistem barter, sistem saling pinjam meminjam,
www.Humanitarianinfo.Org/.../Livelihoo
sistem arisan tradisional dan sistem gotong
d/Docs/Doc/
royong
Ifadmicrofinancedevelopmentpolicydocu
Saran
174
EMBRYO VOL. 5 NO. 2 DESEMBER 2008 ISSN 0216-0188
ment-Bahasa-220306.Pdf. Last Up
Dated: 25/2/07
Manurung, V.T. 1998. Keragaan Kelembagaan
Perkreditan Usaha Penangkapan Ikan
Tuna Skala Kecil di Kawasan Indonesia
Timur. FAE Vol.16 No.2 Desember
1998. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi
Pertanian.
Matin, Imran, David Hulme and Stuart
Rutherford. “Financial Services for the
Poor and Poorest: Deepening
Understanding to Improve Provision”.
The University of Manchester. October
1999. Diakses 29 September 2004. www.
sed. manchester. ac.uk/ idpm/
publication/ arcieve/fd/fdw.pdf.
175