Professional Documents
Culture Documents
Efek Domino Bullwhip Effect Supply Chain Management Pada Manajemen
Efek Domino Bullwhip Effect Supply Chain Management Pada Manajemen
Efek Domino Bullwhip Effect Supply Chain Management Pada Manajemen
id
Abstrak – Peneltian ini memaparkan tentang bagaimana mengidentifikasi bullwhip effect dan dampaknya
terhadap manajemen STMIK Lombok. Bullwhip effect merupakan distorsi informasi permintaan dari rantai
bawah atau hilir atauenduser ke rantai di atasnya,sehingga kuantitas permintaan sering tidak dapat
terpenuhi secara maksimal.Entitas terlibat adalah entitas non-profit—perguruan tinggi STMIK Lombok—
dengan aliran supply chain internal dan tidak membahas supply chain entitas bisnis.Penelitian ini
bertujuan mengidentifikasi fenomena bullwhip effect dan dampaknya terhadap manajemen perguruan
tinggi. Dengan menggunakan metode studi literatur, analisis deskriptif komparatif, dan pengamatan
lapangan, diharapkan dapat menemukan hasil sesuai tujuan dari peneitian.
Berdasar penelitian ditemukan bahwa setiap chain yang terkenabullwhipeffectakan
mempengaruhichain lainnyadisebut efek domino. Efek domino akanmempengaruhi kinerja manajemen
secara keseluruhan. Efek domino akanterusberlanjutsepanjangaliranupstream dalam supply chain. Efek
domino tersebutberdampaksignifikanterhadapkelangsungansupply chainmanagementSTMIK Lombok.
Adanya efek domino bullwhip effectmembuat manajemen STMIK Lombok kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan sesuai yang diinginkan mahasiswa.
Dengan meneliti bullwhip effect pada perguruan tinggi, dapat memperbaikimanajemen perguruan
tinggi.Pada supply chain management STMIK Lombok telah terjadi Bullwhip effect. Bullwhip effect yang
terjadi pada supply chain management STMIK Lombok menimbulkan efek berantai yang disebut efek
domino. Efek domino secara signifikan mempengaruhi kinerja manajemen STMIK Lombok terutama
terkait efektivitas program perguruan tinggi.
Kata Kunci: Bullwhip Effect, Efek Domino, Supply Chain Management, Manajemen Perguruan Tinggi
banyak produsen, banyak agen atau grosir dan peramalan permintaan (demand forecasting),
banyak pengecer. (Farhan HM. Saleh: 2008). tenggang waktu pemenuhan pesanan (none-zero
Selanjutnya, tingkat kompleksitas supply lead time), ukuran pemesanan (order batching),
chain management diartikan sebagai ukuran kekurangan pasokan atau persediaan (supply
kerumitan dan jumlah bagian atau sektor yang shortages), dan fluktuasi harga (price
diintegrasikan pada sebuah sistem supply chain fluctuations).
management. Kompleksitas dibagi menjadi dua, Pada bentuk supply chain paling sederhana yaitu
kompleksitas internal dan kompleksitas eksternal. satu pengecer, satu produsen, dan satu pemasok,
Kompleksitas internal adalah kompleksitas yang maka kesalahan informasi oleh pengecer dapat
didasarkan pada jumlah divisi dalam sebuah menyebabkan ketidaktepatan jumlah pemesanan
entitas yang diintegrasikan dengan supply chain yang dilakukan pada produsen dan kesalahan
atau banyaknya jumlah variasi dan kuantitas peramalan oleh produsen akan berdampak pada
produk pada supply chain management. kesalahan jumlah produksi dan penyediaan bahan
Sementara itu, kompleksitas eksternal adalah baku oleh pemasok. Variasi jumlah produk yang
kompleksitas berdasar jumlah entitas yang saling diproduksi oleh produsen maupun permintaan
terkait dan terintegrasi pada sebuah Supply pemesanan oleh pengecer, baik kekurangan
Chain. maupun kelebihan, dapat menimbulkan terjadinya
Dalam supply chain, mata rantai pemenuhan bullwhip effect.
permintaan berlaku secara downstream berawal
Produk manufaktur biasanya memerlukan waktu
dari pemasok bahan baku sampai ke pengecer.
pemesanan (lead time) sebelum diperdagangkan
Sementara itu, informasi jumlah permintaan yang
atau bahkan diproduksi. Lama waktu pemesanan
dibutuhkan akan berlaku upstream dari konsumen
produk sangat tergantung jenis produk dan
hingga ke pemasok. Artinya, yang mengetahui
berbagai faktor lainnya.
secara riil kuantitas kebutuhan permintaan adalah
pengecer. Aliran informasi kebutuhan permintaan Kuantitas pemesanan produk (order batching) dari
akan mengalami penambahan variabel pada agen atau pengecer pada produsen dapat
setiap tahapan chain karena adanya berbagai bervariasi bergantung pada perkiraan permintaan.
pertimbangan ketika pengambilan keputusan, baik Terkadang terjadi pemesanan dan pada waktu
faktor internal maupun eksternal. Penambahan berikutnya terkadang tidak memesan.Variasi
variabel pada tahapan chain akan mendistorsi seperti ini menimbulkan ketidakpastian yang
informasi upstream sepanjang supply chain dan berdampak pada kelebihan maupun kekurangan
dikenal sebagai bullwhip effect. persediaan. Selain itu, produk tertentu harus
Bullwhip Effect merupakan fenomena dipesan dalam batch, misalnya lusin, ton,dan
bertambahnya variasi kuantitas permintaaan kodi.Oleh karena itu, kelebihan atau kekurangan
aliran upstream sepanjang supply chain. persediaan karena pemesananbatch dapat
Bertambahnya variabel pada setiap chain menimbulkan bullwhip effect.
dimungkinkan bertambah seiring dengan Secara garis besar, penjelasan ketiga faktor
bertambah kompleksnya supply chain utama bullwhip effect telah secara implisit
management entitas. Variabel setiap chain akan mewakili kekurangan pasokan atau persediaan.
berdampak pada keputusan jumlah order atau Faktor lainnya yaitu fluktuasi harga.Fluktuasi
order quantity, kebijakan persediaan atau harga dapat berdampak pada keputusan tentang
inventory policy, dan biaya ataucost. jumlah produk yang harus disediakan karena dari
Penelitianbullwhip effect bertujuan sisi konsumen fluktuasi harga mempengaruhi
mengidentifikasi fenomena bullwhip effect dan keputusan membeli. Ketidakpastian kuantitas
dampaknya terhadap manajemen perguruan produk, sebagaimana dijelaskan pada faktor-
tinggi. Dengan menggunakan metode studi faktor sebelumnya, dapat menimbulkan bullwhip
literatur, analisis deskriptif komparatif, dan effect.
pengamatan lapangan, diharapkan dapat Menurut Farhan HM. Saleh (2008), ditemukan
menemukan hasil sesuai tujuan dari penelitian. bahwa untuk hal-hal yang spesifik pada struktur
Hasil dari penelitian bullwhip effect dapat dijadikan tata kelola Perguruan Tinggi dimungkinkan terjadi
sebagai literatur acuan tambahan dalam fenomena yang sejenis Bullwhip Effect. Oleh
penelitian terkait bullwhip effect dengan lingkup karena itu, fenomena Bullwhip Effect dapat
non-profit organization. menjadi alternatif informasi dalam memperkaya
pengelolaan Perguruan Tinggi. Selain hal
tersebut, ditemukan juga bahwa kelima faktor
2.1. Kajian Pustaka
utama penyebab terjadinya Bullwhip Effect,
Menurut Luong dan Phien (2007), terdapat 5 merupakan faktor penyebab terjadinya fenomena
faktor utama penyebab Bullwhip Effect yaitu Bullwhip Effect pada struktur tata kelola
Perguruan Tinggi, walaupun dengan definisi yang yang besar, seperti berlebihnya inventory atau
relatif berbeda. penumpukan barang di gudang, pengadaan
barang terlambat, kurang baiknya layanan
2.2. Landasan Teori pelanggan (customer service), penentuan
perencanaan kapasitas yang salah, penjadwalan
Supply Chain Management
produksi tidak tepat, pendapatan terbuang dan
Supply Chain adalah jaringan perusahaan- tidak efektifnya transportasi.Bullwhipeffect
perusahaan yang bekerja secara bersama-sama merupakansalah satu permasalahan yang timbul
untuk menciptakan dan menghantarkan suatu pada supply chain. Bullwhip effect menyebabkan
produk ke tanganend user. Perusahaan- distorsi informasi permintaan dari rantai paling
perusahaan tersebut biasanya termasuk supplier, bawah (endcustomer) ke rantai yang berada di
pabrik distributor, toko, atau ritel, serta atasnya. Perusahaan mendasarkan pada
perusahaan-perusahaan pendukung seperti peramalan, perencanaan kapasitas, pengendalian
perusahaan jasa logistik (Pujawan: 2005). persediaan dan penjadwalan produksi terhadap
Fisher membuat klarifikasi kegiatan pada rantai data penjualan dari arah hilir. Hal ini
pasok menjadi 2 yaitu: (1) kegiatan mediasi pasar, mengakibatkan terjadinya variasi yang besar dari
bertujuan untuk mencari titik temu antara apa data permintaan ini. Retailer sering melebih-
yang diinginkan konsumen dengan apa yang lebihkan permintaan kepada pemasok, dan
dibuat dan dikirim oleh rantai pasok, dan (2) pemasok juga berproduksi dalam jumlah yang
kegiatan fisik, menitikberatkan kepada kegiatan- dilebih-lebihkan untuk dapat menghindari apabila
kegiatan mendapatkan bahan baku, terjadi lonjakan permintaan. Apabila dalam satu
mengkonversi bahan baku dan komponen periode produk tersebut tidak dapat mencapai
komponen menjadi produk jadi, penyimpanan target penjualannya, maka pemasoklah yang akan
serta mengirimkan sampai ke tangan konsumen menjadi korban, seperti membengkaknya
(Fisher: 1997). inventory.
Definisi dari supply chain management adalah
serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk
mengintegrasikan supplier, pengusaha, gudang Penyebab Bullwhip Effect
(warehouse) dan tempat penyimpanan lainnya Terdapat 5 hal yang menjadi penyebab utama
secara efisien sehingga produk dihasilkan dan timbulnya bullwhip effect (Lee et al,1997), antara
didistribusikan dengan kuantitas, lokasi dan waktu lain :
yang tepat untuk memperkecil biaya dan 1. Demand Forecasting
memuaskan kebutuhan konsumen.(Simchi-Levi et Demandforecastingmerupakan tingkat dan
al. (1999,P.l)). jumlah permintaan produk–produk yang
diharapkan akan terealisir untuk jangka waktu
Bullwhip Effect tertentu pada masa yang akan datang.
Definisi Bullwhip effect menurut Christer Carlsson 2. Lead Time
dan Robert Fuller (2001) adalah “Suatu fenomena Lead time adalah tenggang waktu antara saat
dimana permintaan kepada supplier memiliki pemesanan dengan saat pesanan itu datang.
variansi yang besar daripada penjualan yang Dengan keadaan lead time(tenggang waktu)
dilakukan kepada buyer dan terjadi distorsi yang lebih panjang, mengakibatkan perubahan
kepada level supply chain yang lebih tinggi.” secara signifikan pada safety stock, reorder
Bullwhip effect menurut Davids Simchi-levi, Dkk, level, dan order quantities. Perubahan tersebut
2000, dalam buku Designing and managing the tentu saja dapat meningkatkan variabilitas
supply chain, adalah sebagai berikut: yang terjadi dalam suatu supply chain.
“Peningkatan variability dari level bawah menuju 3. Batch Ordering
level atas dan dalam suatu network supply chain.” Batch ordering ialah penumpukan sejumlah
Menurut Indrajit dan Djokopranoto, 2002, Supply order yang jumlahnya relatif kecil, kemudian
Chain pada umumnya terdiri dari beberapa sekumpulan order tersebut diberikan ke
elemen pokok dimana masing-masing elemen pemasoknya setelah beberapa waktu.
mempunyai fungsi tersendiri. Dengan Akibatnya terjadi pemesanan besar-besaran
perkembangan arus perdagangan, sekarang bisa pada suatu waktu dan kosongnya pemesanan
saja supply chain tidak hanya terdiri dari 4 chain : pada periode tertentu. Pola pemesanan yang
supplier, wholesaler, retailer, customer. Rantai terjadi akan sangat berfluktuasi tinggi, juga
tersebut mulai berkembang seperti mengakibatkan meningkatnya variabilitas
ditambahkannya distributors, manufacturer yang dalam supply chain.
terpisah dari pemasok dan sebagainya.Distorsi 4. Fluktuasi Harga
informasi dari salah satu unsur kepada unsur
lainnya dapat mengakibatkan ketidakefisienan
3.2 Pembahasan
dianggap sama, ceteris paribus. Oleh karena pelaksanaan program masa lalu dan estimasi
adanya variasi antara ekspektasi mahasiswa, kemampuan sistem dalam melaksanakan
ekspektasi jurusan atau prodi, dan penilaian atas program yang telah disusun sebelumnya.
dasar kenyataan memungkinkan adanya bullwhip Kesalahan analisis program masa lalu dan
effect. estimasi kemampuan capaian mutu menyebabkan
Diilustrasikan bahwa penilaian terhadap kinerja target capaian underestimate atau overestimate.
dosen rendah, ini menunjukkan ketidaktepatan Ilustrasi ini sesuai dengan faktor penyebab
peramalan kebutuhan mahasiswa oleh jurusan bullwhip effect pada chain bisnis yaitu order
atau prodi. Berdasar faktor penyebab bullwhip batching dan supply shortages. Adapun kondisi
effect, ketidaktepatan ini akan menyebabkan eksternal dan internal yang tidak pasti (price
gelembung informasi secara upstream dan fluctuation) dapat menyebabkan terjadi revisi
menimbulkan ketidakpastian terhadap target mutu program. Terlihat bahwa, setiap faktor
ketersediaan pemenuhan kebutuhan mahasiswa. saling mempengaruhi pada entitas non-profit dan
Oleh karena itu, bullwhip effect sangat mungkin menimbulkan efek domino antarfaktor tersebut.
terjadi. Demikian juga dengan efek domino dari Berdasar kelima faktor penyebab bullwhip
bullwhip effect tersebut adalah ketidakpercayaan effect entitas bisnis, terlihat bahwa kelima faktor
mahasiswa terhadap pengajar yang berimbas tersebut juga merupakan penyebab bullwhip effect
kepada ketidakpercayaan terhadap sistem entitas non-profit yaitu perguruan tinggi. Namun,
manajemen pengajaran. Sistem tersebut supply chain management internal perguruan
merupakan analogi chain, sehingga ketika sistem tinggi menyebabkan faktor bullwhip effect tersebut
tersebut gagal maka perbaikan sistem akan saling mempengaruhi satu sama lain dan
mempengaruhi sistem lain secara signifikan. menimbulkan adanya efek berantai atau disebut
Memperhatikan 5 faktor penyebab bullwhip efek domino.
effect pada entitas bisnis, maka secara analogis Adapun efek dominoakan mempengaruhi
dapat dijelaskan faktor penyebab bullwhip effect di kinerja manajemen secara keseluruhan. Setiap
perguruan tinggi. Terlebih lagi, efek domino dari chain yang terkena bullwhipeffect akan
bullwhip effect tersebut dikarenakan supply chain mempengaruhi chain lainnya sehingga apabila
di perguruan tinggi bersifat internal. Setiap tahun sebuah chain mengalami ketidakakuratan dalam
perguruan tinggi menyusun program tahunan pengambilan keputusannya terhadap program,
untuk dilaksanakan pada tahun tersebut atau maka chain lain akan mengalami masalah
jangka panjang dan ditetapkan capaian setiap ketidakakuratan yang sama.
tahunnya. Setiap program disusun berdasar Apabila sebuah chain berlaku secara tidak
pengalaman dan data tahun sebelumnya dan efektif, maka chain lain akan tidak efektif.
perkiraan situasi ke depan. Ketidaktepatan Perlakuan tersebut akan terus berlanjut sepanjang
mengidentifikasi permasalahan sesungguhnya aliran upstream dalam supply chain. Efek
dari data dan pengalaman masa lalu dan dominoberdampak signifikan terhadap
kesalahan dalam mengidentifikasi kondisi yang kelangsungan supply chain manajemen STMIK
akan terjadi setahun ke depan merupakan faktor Lombok. Adanya efek domino bullwhip effect
yang dapat menyebabkan fenomena sejenis membuat manajemen STMIK Lombok kesulitan
bullwhip effect. Adapun dampaknya akan dalam memenuhi kebutuhan sesuai yang
mempengaruhi chain lain secara signifikan karena diinginkan mahasiswa (lihat gambar 2). Dalam
dalam supply chain internal kesalahan pada kasus tersebut, tidak terjalin kesinambungan
sebuah chain menular pada chain lain disebabkan antar-chain sehingga setiap chain kesulitan
tidak adanya alternatif chain. menganalisis kebutuhan sebenarnya dari
Waktu antara penyusunan dan pelaksanaan mahasiswa.
program umumnya dalam waktu berbeda. Dapat dikatakan bahwa efek domino tersebut
Penyusunan terjadi terlebih dahulu sebelum mempengaruhi kinerja manajemen STMIK
pelaksanaan. Semakin lama lead time antara Lombok dalam hal pemenuhan kebutuhan
penyusunan dan pelaksanaan maka keakuratan mahasiswa terkait efektivitas manajemen.
esensi program semakin berkurang karena Manajemen akan kesulitan atau bahkan tidak
adanya informasi baru. Informasi baru ini dapat dapat secara tepat memenuhi kebutuhan
berupa informasi kegagalan chain (program) lain mahasiswa. Manajemen akan diklaim gagal dalam
pada tenggang waktu antara penyusunan dan melaksanakan tugas manajerial.
pelaksaan program tersebut. Terlihat jelas bahwa
efek domino saling mempengaruhi antar-chain.
Penetapan capaian target mutu setiap
indikator program didasarkan pada data
Pustaka
[1] Chopra, Sunil and Meindl, Peter, 2000,
Supply Chain Management : Strategy,
Planning, and Operation, Prentice Hall,
New Jersey.
[2] Carlsson, Christer and Fuller, Robert,
1999, Soft Computing and the Bullwhip
Effect, Economic & Complexity, Vol 2,
pp.1-26.
[3] Donovan, R. Michael, 2000, Supply Chain
Management: Cracking the Bullwhip
Effect, Performance Improvement,
Framingham.
[4] Fransoo J.C, Wouters M.J.F, 2002,
Measuring the Bullwhip Effect in the
Supply Chain, Supply Chain
Management, Bradford.
[5] Indrajit, R.E, dan Djokopranoto, 2002,
Konsep manajemen supply chain,
Gramedia,Jakarta.
[6] Luong, H.T., 2007., Measure of bullwhip
effect in supply chains with autoregresive
demand process, EuropeanJournal of
Operational Research 180, p. 1086-1097
[7] Luong, H.T. dan Phien, N.H., 2007.,
Measure of bullwhip effect in supply
chains: The case of high order