Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

‘Oral splint’

Indonesian Journal of Dentistry 2008; 15 (1 ): 36-43 Fakultas Kedokteran Gigi


http//www.fkg.ui.edu Universitas Indonesia

ISSN 1693-9697

PERAN ‘ORAL SPLINT’ PADA BRUXISME


Antonia Tanzil

Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Abstract
Keywords:
Oral splint; Oral splints have been frequently used in the treatment of
Bruxism bruxism to protect teeth and periodontium from damage, but the
mechanism of action and efficacy of oral splints remain
controversial. It has been suggested that they can be used to treat
bruxism, based on the assumption that the device can eliminate or
remove occlusal interference. Currently there are no reliable data
to support the assumption of occlusion as an etiologic factor for
bruxism, because several other factors have a role in bruxism,
such as psychiatric, neurological and systemic disorders. In this
paper, the mechanism of action and efficacy of oral splints in
bruxism are discussed. Conclusions: although oral splint may be
beneficial in protecting the dentition, the efficacy of this device in
reducing bruxism is still not confirmed. There are several aspects
that would support the broad usage of oral splints in the treatment
of bruxism, but there are also limitations associated with each of
these aspects. In conclusion, oral splints can be considered as
useful adjuncts in the management of sleep bruxism but not as a
definitive treatment.

Pendahuluan menghilangkan interferensi oklusi sudah


ditinggalkan, sebab ternyata ‘occlusal
‘Oral splint’ sering digunakan sebagai alat adjustment’ tidak menghentikan bruxisme dan
pelindung untuk mencegah terjadinya kerusakan pemberian penyimpangan oklusi secara
gigi dan jaringan periodontal penderita eksperimental malah mengurangi dan tidak
bruxisme pada waktu tidur (sleep bruxism/SB).1 menambah kegiatan kontraksi otot mastikasi
Anggapan bahwa ‘oral splint’ dapat selama tidur.2
menyembuhkan bruxisme dengan cara

Alamat Korespondensi: Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Jl Salemba Raya
4, Jakarta 10430. Indonesia
Antonia Tanzil

Menurut ‘American Sleep Disorders penyesuaian oklusi (occlusal adjustment) tidak


Association (ASDA) , bruxism waktu tidur menghilangkan bruxisme waktu tidur. Demikian
(sleep bruxism) adalah kelainan gerakan yang juga pada pemberian interferensi oklusi secara
stereotip yang ditandai dengan ‘grinding’ atau eksperimental oleh Rugh dkk.,8 malah
‘clenching’ gigi geligi waktu tidur.3 Akhir- mengurangi dan tidak menggiatkan kontraksi
akhir ini dilaporkan tidak ada data yang reliable otot pengunyahan pada waktu tidur. Penelitian
yang menunjang peran oklusi sebagai penyebab oleh Hiyama dkk.9 dengan menggunakan alat
bruxisme, sebaliknya dibuktikan bahwa susunan interoklusal dan elektromiografi otot temporalis
saraf pusat dan perilaku yang lebih berperan anterior dan masseter , menunjukkan bahwa
daripada sebab perifer. Secara epidemiologik pada pemakaian alat interoklusal, aktivitas otot
dan patofisiologik ternyata ‘sleep bruxism’ pengunyahan pada malam hari menurun dan
dapat terjadi dengan adanya berbagai gangguan alat tersebut dapat membantu relaksasi otot-otot
kejiwaan, neurologik dan sistemik yang dapat pengunyahan.10,11 Penelitian oleh Savabi dkk. 12
dihubungkan dengan peningkatan respons dengan memeriksa EMG otot-otot masseter dan
otonomik atau hasil interaksi antara sistem temporalis pada orang percobaan yang sehat
limbik dan sistem motorik. Di samping itu ada yang memakai ‘oral splint’ selama clenching
juga bukti-bukti yang menyatakan bahwa maksimum menunjukkan tidak ada efek yang
beberapa neurotransmitter ikut berperan dalam bermakna pada aktivitas kedua otot tersebut.
patofisiologi bruxism. Berdasarkan hasil
penelitian lainnya dilaporkan adanya faktor-
faktor eksaserbasi yaitu stress, obat-obatan,
alkohol, penyakit dan kepribadian.4
Berdasarkan data di atas, pendapat bahwa oklusi
sebagai penyebab bruxisme tidak dapat diterima
dan hipotesis bahwa ‘oral splint’ bekerja
menghilangkan interferensi oklusi masih
A
merupakan tanda tanya serta efektifitas ‘oral
splint’ dalam mengurangi bruxisme masih
diperdebatkan.
Maka tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk menelaah mekanisme kerja ‘oral splint’
dan untuk menilai efektifitas pemakaian‘oral
splint’ pada bruxisme.

‘Oral splint’
‘Oral splint’ atau ‘occlusal splint’ adalah
alat yang dapat dilepas dan terbuat dari akrilik
keras, tembus pandang dan menutupi seluruh
oklusal geligi maksila serta mempunyai kontak
sentrik dengan seluruh geligi mandibula (Gb.A-
C ).5,6 Penggunaannya selama ini adalah
sebagai alat pelindung untuk mencegah
terjadinya kerusakan gigi dan jaringan
periodontal pada penderita bruxisme yang
melakukan ‘grinding’ pada waktu tidur. Selain C
itu, alat ini juga menghilangkan bruxisme
karena meniadakan interferensi oklusi. Akan Gambar A. ‘Oral splint’ (bilateral balanced
stabilization splint) tampak depan
tetapi, pendapat ini sudah tidak disetujui lagi,
Gambar B. Tampak oklusal nonoccluding splint.
sebab pada penelitian oleh Bailey dan Rugh7

37 Indonesian Journal of Dentistry 2008; 15(1): 36-43


Gambar C. Canine guidance stabilization splint 6 penggunaan splint jangka panjang. Lebih
penting lagi, penurunan EMG pada
Penggunaan ‘oral splint’ antara lain adalah ‘Oral splint’
kenaikan VDO bukan berarti berkurangnya
pada gangguan sendi rahang ( nyeri otot wajah, VDO menyebabkan peningkatan EMG
gangguan perpindahan discus); sakit kepala/
patologik.
migren; gangguan motorik dan tidur (bruxisme
b. Reposisi sendi temporomandibula. Ada
waktu tidur, apnea waktu tidur, penyakit
teori yang mengatakan bahwa keberhasilan
Parkinson); rehabilitasi oklusal
menggunakan ‘oral splint’ karena terjadi
(dalam perawatan ortodontik, periodontik,
reposisi TMJ yang berubah tempatnya ke
prostodo- ntik); pencegahan trauma jaringan
posisi konsentrik (terapetik) dalam fosa
dan kebiasaan (bruxisme diurnal, dalam
temporalis,18-22 sehingga memperbaiki
olahraga, menggigit kuku).
hubungan maksila-
Sinonim istilah ‘oral splint’ pada perawatan
mandibula dan menghilangkan ketidakseim
gangguan sendi rahang dan bruxisme yang
bangan kontraksi otot dan nyeri yang
sering digunakan antara lain ialah anterior
diakibatkannya. Tetapi konsep ini banyak
repositioning splint, bite splint, mandibular
kelemahannya sebab hanya berdasarkan
repositioning splint, Michigan occlusal splint,
atas pengukuran ruang sendi antara proyeksi
night guard, occlusal correcting splint dan
permukaan kondil dan tepi radiologik fossa
stabilization splint2.
temporalis.23-28
c. Berkurangnya kegiatan otot. Efek ‘oral
Aspek fisiologik mekanisme ‘oral splint’ splint’ dianggap berhubungan dengan
Terdapat banyak asumsi yang mendasari
menurunnya akivitas otot.29 Berbagai
digunakannya ‘oral splint’pada perawatan nyeri
penelitian telah dilakukan antara lain
orofasial atau nyeri pada gangguan sendi
dengan elektromiografi, tetapi hasilnya
rahang.
masih bertentangan, mungkin hal ini
a. Perubahan dimensi vertikal oklusi .
disebabkan oleh berbagai sebab antara lain
Menurut Block13 dan Christensen14 ‘oral
perbedaan dalam protokol klinik selama
splint’ berperan dalam mengurangi nyeri
eksperimen dan heterogenitas kelompok
dan aktivitas otot yang abnormal, dengan
pasien. Meskipun respons pemakaian splint
mengembalikan dimensi vertikal oklusi
berbeda-beda, respons EMG terhadap terapi
(VDO) yang berkurang karena gigi-gigi aus
dengan splint kemaknaan biologiknya
atau hilangnya gigi-gigi posterior. Pendapat
masih belum dimengerti dan masih perlu
ini dipengaruhi oleh hipotesis Costen yang
banyak penelitian.
mengatakan bahwa nyeri wajah dan gejala
d. Mengurangi bruxism dan kaitannya dengan
pada pendengaran disebabkan oleh
gangguan sendi rahang. Telah lama diduga
hilangnya VDO dengan akibat perpindahan
bahwa ‘oral splint’ ikut berperan dalam
kondilus ke posterior dan tertekannya saraf
keberhasilan penanggulangan gangguan
aurikulotemporalis.15 Tetapi kemudian
sendi rahang dengan mengurangi
hipotesis ini ditolak.16 Lagi pula tebal
bruxisme. 30-34 Banyak penderita dengan
splint 8,1 mm yang tampaknya paling
bruxisme waktu tidur (SB) tidak
efisien untuk menghilangkan gejala
mempunyai keluhan nyeri otot
gangguan17 ternyata ketebalan ini jauh
pengunyahan,35-37 dan penderita SB
melebihi kebutuhan untuk meningkatkan
merasakan nyeri hebat pada pagi hari ,
VDO. Dengan EMG memang tercatat
sedangkan penderita nyeri otot wajah
terjadi penurunan kegiatan otot-otot
(myofacial) merasakan sakit yang hebat
elevator pengunyahan dengan
pada sore hari.36 Hal ini membuktikan
meningkatnya VDO pada penggunaan
bahwa bruxisme waktu tidur dan nyeri otot
splint,17 tetapi tidak ada data yang wajah merupakan dua hal yang berbeda
menguatkan bahwa efe k ini bertahan pada
dengan etiologi yang berbeda pula.

Indonesian Journal of Dentistry 2008; 15(1): 36-43 38


Antonia Tanzil

Berdasarkan data ini, maka usaha dilaporkan itu menunjukkan efektivitas


mengurangi bruxisme dengan oral splint splint, yaitu nilai terapetik sebenarnya dari
untuk mengobati gangguan sendi rahang alat splint dan berapa banyak yang
tidak akan berhasil, apalagi kemampuan disebabkan oleh faktor-faktor lainnya
‘oral splint’ mengurangi bruxisme masih misalnya efek placebo, hubungan pasien-
belum mantap. Hal ini diteliti juga oleh dokter dan /atau hal-hal lainnya.
Raphael dkk.37 pada penderita gangguan h. Secara singkat, pasien nyeri otot wajah
sendi rahang dengan nyeri otot wajah (MFP/miofacial pain) dibagi atas 3
(MFP) yang menggunakan ‘oral splint’ kelompok, pertama: kelompok kontrol
untuk mengurangi nyeri otot wajah. pasif yang hanya menggunakan’maxillary
Hasilnya menunjukkan bahwa keparahan splint’ 30 menit pada setiap 7 kali
bruxisme tidak menopang efek terapetik kunjungan selama 11 minggu, kedua:
splint, yang berarti bruxisme yang parah kelompok kontrol aktif yang menggunakan
akan menghambat keberhasilan penggunaan ‘palatal splint’ 24 jam/hari dan ketiga:
splint dalam mengurangi nyeri otot wajah. kelompok terapi, yang menggunakan
Jadi penemuan ini menentang pendapat ‘maxillary stabilizing splint’ 24 jam/hari.
bahwa splint mengurangi MFP dengan Hasilnya memperlihatkan penurunan
mengurangi bruxisme. intensitas rasa nyeri dan ketidaknyamanan
e. Menghilangkan interferensi oklusi . Teori pada ketiga kelompok pasien setelah
yang paling popular mengenai mekanisme perawatan 11 minggu, baik pada waktu
kerja ‘oral splint’di bidang kedokteran gigi istirahat maupun setelah tes pengunyahan,
adalah bahwa splint oklusal efektif karena tetapi tidak ada perbedaan bermakna antara
mengurangi jumlah gigi yang berkontak, ketiga kelompok tersebut. Efektivitas ’oral
dan mengubah rangsang proprioseptif splint’ pada perawatan nyeri otot wajah
periodontal ke susunan saraf pusat38,39 dan masih tanda tanya, jadi timbul pertanyaan
memberi kepada pasien’ oklusal yang ideal’ apakah ‘oral splint’ ini masih akan dipakai
atau ‘bebas interferensi’.38,40-42 Konsep ? Disimpulkan disini bahwa ‘oral splint’
bahwa interferensi oklusi menginduksi masih tetap akan digunakan sebagai
aktivitas otot secara abnormal disertai pelengkap perawatan (adjunct) dalam
nyeri43 bertentangan dengan pendapat penanganan nyeri otot wajah, tetapi hanya
bahwa otot yang hiperaktif adalah sebagai sampai etiologi MFP ditemukan dan terapi
penyebab nyeri otot.44-47 spesifik lainnya dikembangkan.2,50
f. Mekanisme perilaku: Teori kesadaran
kognitif. Menurut teori ini, adanya splint Bruxisme
sebagai benda asing dalam mulut
Bruxisme merupakan aktivitas parafungsio-
diperkirakan akan mengubah rangsang taktil
nal yang terjadi selama waktu tidur atau dalam
oral, memperkecil volume rongga mulut
keadaan sadar termasuk clenching, grinding dan
dan ruang untuk lidah yang akan
/atau menggertakkan gigi geligi.51
menyebabkan si pasien sadar mengenai
Bruxisme waktu tidur (sleep bruxism) adalah
posisi dan penggunaan rahangnya yang
suatu fenomena fisiologik yang dikendalikan
berpotensi merusak.48,49 Tetapi konsep ini
dari pusat dan dipengaruhi oleh tingkat stres.
masih harus dibuktikan.
Besarnya aktivitas otot selama episode
g. Efektivitas dalam klinik. Meskipun
bruxisme bergantung kepada pola oklusi, tetapi
mekanisme kerja ‘oral splint’ belum jelas,
frekuensi episode bruxisme bergantung kepada
tetapi perawatan yang menggunakan alat
tingkat stres.
ini tetap sangat banyak. Yang menjadi
Pada dasarnya dapat dibedakan dua kelompok
pertanyaan adalah bukan apakah perbaikan
faktor penyebab bruxisme, yaitu faktor oklusal
pada pasien dapat diperoleh dengan splint,
perifer dan faktor patopsikofisiologik sentral,
tetapi seberapa banyakkah perbaikan yang

39 Indonesian Journal of Dentistry 2008; 15(1): 36-43


menurut hasil penelitian terakhir ternyata faktor Berbagai penelitian neurofisiologik
oklusi dan bentuk gigi hampir tidak berperan. menunjuk- kan bahwa bruxisme waktu tidur
Meskipun bruxisme dianggap merupakan (sleep bruxism/SB) merupakan kejadian
faktor penyebab paling penting untuk kelainan peningkatan aktivitas yang sangat kuat
sendi (TMJ disorders), disfungsi otot berkaitan dengan susunan saraf pusat dan
pengunyahan , ausnya gigi geligi, gigi ngilu dan susunan saraf otonom pada waktu tidur. Di
kerusakan jaringan periodontal, dalam samping itu faktor stres psikososial turut
penelitian ternyata ditemukan bahwa hilangnya berperan. Menejemen kognitif dan perilaku,
gigi geligi lah yang merupakan faktor paling termasuk menejemen stres dan perubahan pola
penting untuk terjadinya gangguan pada sendi . hidup dapat sangat membantu. Alat ’oral splint’
Bila ada gigi yang hilang, fungsinya diambil berguna untuk melindungi gigi geligi terhadap
alih oleh gigi gigi lainnya sehingga beban pada kerusakan1.
masing-masing gigi tersebut bertambah. Ommerborn dkk.58 membandingkan antara
Bruxisme adalah hal yang normal. Slavicek52 pemakaian ’oral splint’ dengan terapi
melaporkan bahwa pasien yang clenching dan pencatatan perilaku kognitif pada SB, hasilnya
bruxisme menahun menggunakan organ penurunan aktifitas SB secara bermakna pada
pengunyahannya sebagai ’katup’ stres psikis kedua kelompok meskipun efeknya kecil dan
dan ini terjadi di luar kesadarannya. Hal ini tidak ada perbedaan spesifik antara kedua
diteliti oleh Gomez53 yang menguatkan kelompok. Sedangkan Harada T dkk.10 dan
hipotesis bahwa parafungsi oral merupakan Dube dkk.11 meneliti efek antara splint
’jalan keluar’ untuk stres/ agresivitas pada stabilisasi (SS) dan splint palatal (PS) terhadap
manusia, sehingga dapat mengurangi efek stres penderita SB, hasilnya menunjukkan kedua
pada susunan saraf pusat. kelompok menurunkan aktifitas SB segera
Pada kenyataannya fungsi bruxisme pada sesudah pemakaian splint, tetapi tidak ada
organ pengunyahan dapat melindungi manusia penurunan SB setelah 2,4 atau 6 minggu
terhadap berbagai keadaan patologik yang pemakaian splint dan antara kelompok SS dan
disebabkan oleh stres psikis, sehingga PS tidak ada perbedaan efek secara statistik
perawatan oklusi gigi yang baik dapat terhadap SB. Dan kedua jenis splint tersebut
membantu mempertahankan sistem somatik berefek menurunkan aktifitas EMG otot
yang sehat.52,54-56 Hubungan antara bruxisme masseter pada SB, meskipun sifatnya
dengan tidur telah diteliti dengan menggunakan sementara. Dalam suatu penelitian oleh van der
polysomnografi yang dapat merekam kegiatan Zaag J dkk.59 mengenai efektifitas occlusal
motorik otot pengunyahan, parameter otonomik stabilization splint pada SB menggunakan
dan aktifitas kistrik otak (EEG) selama tidur.57 pencatatan polisomnografik, dilaporkan baik
Dalam suatu penelitian dilaporkan bahwa splint stabilisasi oklusal maupun splint palatal
bruxisme yang memperlihatkan peningkatan tidak berpengaruh terhadap variabel SB. Secara
aktifitas EMG otot-otot pengunyahan, perorangan hasilnya 33% terjadi peningkatan,
merupakan akibat timbulnya respons atau 33% tidak ada perubahan dan 19% terjadi
perubahan tiba-tiba pada kedalaman tidur yang penurunan. Dengan tidak adanya efek splint
saat itu terjadi peralihan dari tidur yang dalam pada suatu kelompok menunjukkan perlunya
menjadi tidur yang ringan (LavigneGJ et al pertimbangan dalam menentukan indikasi
1999). Meskipun bruxisme dapat terjadi dalam pengunaan splint, yaitu harus sesuai dengan
semua tingkatan tidur, ia lebih sering terjadi keadaan pasien.
selama tahap 1 dan 2 dari tidur non-rapid eye
movement (NREM) dan selama tidur rapid eye
movement (REM).57 Kesimpulan
Penanganan bruxisme dengan ’oral splint’ Efektifitas ’oral splint’ dalam terapi
bruxisme masih merupakan tanda tanya. Tetapi

Indonesian Journal of Dentistry 2008; 15(1): 36-43 40


Antonia Tanzil

pemakaian ’oral splint’ masih dapat diterima nocturnal EMG recordings. J Dent Res
karena bersifat non invasive, dan dapat 1980;59:317.
memberi semangat pada pasien atas 8. Rugh JD, Barghi N, Drago CJ.
kesembuhan. ’Oral splint’ dapat dipakai untuk Experimental occlusal discrepancies and
nocturnal bruxism. J Prosthet Dent
mengatur kebiasaan, dan sebagai alat proteksi
1984;51:548-53.
untuk mencegah atau membatasi kerusakan gigi 9. Hiyama S, Ono T, Ishiwata Y dkk. First
dan jaringan periodontal terhadap beban yang night effect of an interocclusal appliance on
berlebihan, disamping itu dapat digunakan nocturnal masticatory muscle activity. J
sebagai pelengkap perawatan pada nyeri Oral Rehabil 2003;30(2):139-45.
orofasial akibat gangguan sendi rahang. Splint 10. Harada T, Ichiki R, Tsukiyama Y, Koyano
tidak menyembuhkan tetapi dapat berperan K. The effect of oral splint devices on
sebagai alat pembantu terapi non spesifik sleep bruxism: a 6-week observation with
(healing aid) selama fase rehabilitasi pasien. an ambulatory electromyographic recording
Untuk aplikasi splint perlu penentuan indikasi device. J Oral Rehabil 2006;33(7):482-8.
11. Dube C, Rompre PH, Manzini C dkk. J
yang tepat. Adapun mekanisme kerjanya masih
Dent Res 2004;83(5):398-403.
belum dapat dijelaskan dengan tepat. 12. Savabi O, Nejatidanesh F, Khosravi S.
Quintessence Int 2007;38(2):e129-32.
13. Block LS. Diagnosis and treatment of
Daftar pustaka disturbances of the temporomandibular
joint, especially in relation to vertical
1. Kato T, Thie NM, Montplaisir JY, Lavigne dimension. J Am Dent Assoc 1947;34:253-
GJ. Bruxism and orofacial movements 60.
during sleep. Dent Clin North Am 14. Christensen J. Effect of occlusion-raising
2001;45(4):657-84. procedures on the chewing system.Dent
2. Dao TTT, Lavigne GJ. Oral Splints: The Pract 1970;20:233-8.
Crutches for Temporomandibular Disorders 15. Costen JB. A syndrome of ear and sinus
and Bruxism? Crit Rev Oral Med 1998; symptoms dependent upon disturbed
9(3):345-61. function of temporomandibular-joint.Ann
3. Thorpy MJ, editor American Sleep Otol Rhinol Laryngol 1934;43:1-15.
Disorders Association: Parasomnia: 16. Saphiro HH, Truex RC. The
International classification of sleep temporomandibular Joint and the auditory
disorders: Diagnostic and coding manual. function.J Am Dent Assoc 1943;30:1147-68.
Rochester, MN: ASDA 1990; 142-185. 17. Manns A, Miralles R, Santander H,
4. Lavigne GJ, Montplaisir J. Bruxism. Valdivia J.J Prosthet Dent 1983;50:700-9.
Epidemiology, diagnosis, pathophysiology 18. Weinberg LA. Correlation of
and pharmacology. In: Orofacial pain and temporomandibular dysfunction with
temporomandibular disorders. Friction JR, radiographic findings.J Prosthet Dent
Dubner R, editors. New York: Raven Press, 1972;28:519-39.
1995: 387-404. 19. Weinberg LA.Role of condylar position in
5. Ash MM Jr and Ramfjord SP. An TMJ dysfunction-pain syndrome.J Prosthet
Introduction to Functional occlusion. Dent 1979;41:636-43.
Philadelphia, WB Saunders Company 1982 20. Weinberg LA. Definitive prosthodontic
dalam Ash MM & Ramfjord S. Occlusion therapy for.
4th ed WB Saunders Co 1995: 276. 21. TMJ patients. Part I: anterior and
6. Conti PCR, dos Santos CN, Kogawa EM posteriorcondylar displacement. J Prosthet
dkk. The treatment of painful Dent 1983a;50:544-57.
temporomandibular joint clicking with oral 22. Weinberg LA. Definitive prosthodontic
splints: A randomized clinical trial. J Am therapy for TMJ patients. Part II:posterior
Dent Assoc 2006;137;1108-14. and superior condylar displacement.J
7. Bailey JO, Rugh JD. Effect of occlusal Prosthet Dent 1983b;50: 690-9.
adjustment on bruxism as monitored by 23. Weinberg LA, Lager LA.Clinical report on
the etiologyand diagnosisof TMJ

41 Indonesian Journal of Dentistry 2008; 15(1): 36-43


‘Oral splint’
dysfunction-pain syndrome. J Prosthet dent 37. Dao TTT, Lund JP, Lavigne GJ.
1980;44:642-53. Comparison of pain and qualityof life in
24. Pullinger A, Hollender L, Solberg WK, bruxers and patients with myofascial pain of
Petersson A.A tomographic study of the masticatory muscles.J Orofac Pain
mandibular condyle position in an 1994b;8:350-6.
asymptomatic population. J Prosthet dent 38. Lund JP. Pain asnd the control of muscles.
1985;53:706-13. Adv Pain Res Ther 1995;21:103-15.
25. Brand JW, Whinery JG Jr, Anderson QN, 39. Ramfjord SP, Ash MM. Occlusion 2nd ed.
Keenan KM. The effects of 1971. Philadelphia: W.B. Saunders.
temporomandibular joint internal 40. Yustin D, Neff P, Rieger MR, Hurst T.
derangement and degenerative joint disease Characterization of 86 bruxing patients with
on tomographic and arthrotomographic longterm study of their management with
images. Oral Surg Oral Med Oral Pathol occlusal devices and other forms of therapy.
1989;67:220-3. J Orofac Pain 1993;7:54-60.
26. Eckerdal O, Lundberg M. 41. Posselt U. Physiology of occlusion and
Temporomandibular joint relations as rehabilitation. Oxford: Blackwell Scientific
revealed by conventional radiographic Publications.
techniques. Dentomaxillofac Radiol 42. Ramfjord SP, Ash MM. Reflections on the
1979;8:65-70. Michigan occlusal Splint. J Oral Rehabil
27. Blaschke DD, Blaschke TJ. Normal TMJ 1994;21:491-500.
bony relationships in centric occlusion. J 43. Timm TA, Ash MM. The occlusal bite
Dent Res 1981;60:98-104. plane splint. An adjunct to orthodontic
28. Dumas AL, Moaddab MB, Homayoun NH, treatment. J Clin Orthod 1977;11:383-90.
McDonough J.A three –dimensional 44. Clayton JA. Occlusion and Prosthodontics.
developmental measurement of the Dent Clin North Am 1995;39:313-33.
temporomandibular joints. Cranio 45. Lund JP, Widmer CG. An evaluation of the
1986;4:23-35. use of surface electromyography in the
29. Hatcher DC, Blom RJ, Baker CG. diagnosis, documentation and treatment of
Temporomandibular joint spatial dental patients. J Craniomandib Disord
relationships. Osseous and soft tissues. J Facial Oral Pain 1989;3:125-37.
Prosthet Dent 1986;56:344-53. 46. Lund JP, Widmer CG, Schwartz G. What is
30. Lobbezoo F, van der Glas HW, van the link between myofascial pain and
Kampen FM, Bosman F.The effect of an dysfunction?in: EMG of jaw reflexes in
occlusion stabilization splint and the mode man. Van Steenberghe D, De Latt A editors.
of visual feedback on the activity balance Leuven:leuven University Press, 1989
between jaw-elevator muscles during pp.427-444.
isometric contraction.J Dent Res 47. Lund JP, Donga R, Widmer CG, Stohler
1993;72:876-82. CS. The pain adaptation model: a
31. Ramfjord S, Ash MM. Occlusion 3rd ed discussion of the relationship between
Philadelphia W.B. Saunders 1983. chronic musculoskeletal pain and motor
32. Mongini F. The stomatognathic system. activity. Can J Physiol Pharmacol
Chicago : Quintessence 1984. 1991;69:683-94.
33. Okeson JP. Fundamentals of occlusion and 48. Lund JP, Stohler CS, Widmer CG. The
temporomandibular disorders. St. Louis: relationship between pain and muscle
C.V. Mosby 1985. activity in fibromyalgia and similar
34. Rugh JD, Harlan J. Nocturnal bruxism and conditions. In: Progress in fibromyalgia and
temporomandibular disorders. Adv neurol myofascial pain. Voeroy H, Merskey H,
1988;49:329-41. editors Amsterdam: Elsevier 1993 pp311-
35. Dawson PE. Evaluation, diagnosis and 327.
treatment of occlusal problems. 2nd ed. St. 49. Green CS, Laskin DM. Splint therapy for
Louis: C.V. Mosby 1989. the myofascial pain-dysfunction (MPD)
36. Clark GT, Sakai S. Masticatory muscle syndrome: a comparative study. J Amer
hyperactivity and muscle pain. Adv Pain Dent Assoc 1972;84:624-28.
Res Ther 1990;17:201-12.

Indonesian Journal of Dentistry 2008; 15(1): 36-43 42


50. Rugh JD, Robbins JW. Oral habit disorders. metabolism by the expression of non-
In: Behavioral aspects n dentistry. Ingersoll functional masticatory activity in the rat.
BD, editor New York: Appleton-Century-
Antonia Tanzil Eur J Oral Sci 1999;107:461-7.
Crofts 1982; pp179-202. 55. Sato S, Slavicek R. Bruxism as stress
51. Kato T, Dal-Fabbro C, Lavigne GJ. Current management function of the masticatory
knowledge on awake and sleep bruxism: organ. Bull kanagawa Dent Coll
overview. Alpha Omegan. 2003 2001;29:101-10.
Jul;96(2):24-32. 56. Slavicek R. Occlusal concepts. Inf Orthod
52. McNeil,C. Temporomandibular disorders: Kieferortop 1982;14:253-266.
Guidelines for classification, assessment, 57. Slvicek R, Mack H. Criteria for functional
and management. Chicago: The American occlusion. Inf Orthod Kieferorthop
Academy of Orofacial Pain.Quintessence 1982;14:241-251.
1993 , dalam:Sato S Yuyama N, Tamaki K 58. Macaluso GM, Gurra P, DiGiovanni G dkk.
dkk. The masticatory Organ, brain function, Sleep bruxism is a disorder related to
stress-release, and a proposal to add a new periodic arousals of during sleep. J Dent
category to the taxonomy of the healing Res 1998 Apr;77(4):565-73.
arts: Occlusion Medicine.Bull of Kanagawa 59. Lavigne GJ, Goulet JP, Zuconni M, dkk.
Dent Coll 2002;30(2):117-26. Sleep disorders and the dental patient: an
53. Slavicek, R . Principles of occlusion. Inf overview. OralSurg Oral Med Oral Pathol
Orthod Kieferorthop 1982;14:171-212. Oral Radiol Endod 1999Sep;88(3):257-72.
54. Gomez, FM, Giralt MT, Sainz B, Arrue A 60. van der Zaag J, Lobbezoo F, Wicks DJ,
dkk. A possible attenuation of stress- dkk. J Orofac Pain 2005 Spring;19(2):151-
induced increases in stiratal dopamine 8.

43 Indonesian Journal of Dentistry 2008; 15(1): 36-43

You might also like