Professional Documents
Culture Documents
Asupan Lemak Dan Aktivitas Fi Sik Serta Hubungannya Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan
Asupan Lemak Dan Aktivitas Fi Sik Serta Hubungannya Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan
Asupan Lemak Dan Aktivitas Fi Sik Serta Hubungannya Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan
DIETETIK INDONESIA
lemak dan aktivitas fisik dan Tersedia online
hubungannya pada:
dengan hipertensi pada pasien rawat jalan 139
http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/IJND
kejadian
Vol. 4, No. 3, September 2016: 139-146 DOI : http://dx.doi.org/10.21927/ijnd.2016.4(3).139-146
ABSTRACT
Background: Hypertension is a great health problem in Indonesia. The causes of hypertension are high
fat intake and low physical activity. In Indonesia, the prevalence of hipertension in 2013 was 28.5%, while
in Yogyakarta was 25.7%.
Objectives: To know the correlation between fat intake and physical activity and hypertension among
outpatients in Panembahan Senopati Bantul Hospital, Yogyakarta.
Methods: This was an observasional study with case-control design. Cases were outpatients aged
30–60 years with hypertension. Controls were outpatients aged 30-60 years without hypertension. Data
were analyzed by using univariable (descriptive), bivariable (chi-square test), and multivariable anaysis
(logistic regression).
Results: Bivariate analysis showed that there were significant correlation between fat intake (p=0,009,
OR:3,839, 95% CI: 1,357–10,861), age (p=0,008, OR:3,37, 95% CI:1,340-8,476) and hypertension.
However, no significant correlation between physical activity ( τ=0,075, p=0,451), body mass index
(p=0,065, OR:2,155, 95% CI:0,949–4,893) and hypertension. Multivariate analysis showed that the most
influential variable against hypertension was fat intake (p=0,010, OR (95% CI):4,246 (1,418-12,721)).
Conclusions: There ware significant correlation between fat intake, age, and hypertension, while physical
activity and body mass index failed to prove the correlation with hypertension.
ABSTRAK
Latar belakang: Hipertensi masih menjadi permasalahan kesehatan yang besar di Indonesia. Penyebab
terjadinya hipertensi di antaranya adalah asupan makanan tinggi lemak dan aktivitas fisik yang rendah.
Di Indonesia, tahun 2013 prevalensi stunting sebanyak 28,5 %, dan di Daerah Istimewa Yogyakarta
sebanyak 25,7%.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara asupan lemak dan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi
pada pasien rawat jalan di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.
Metode: Jenis penelitian observasional dengan rancangan kasus kontrol. Kasus adalah pasien rawat
jalan usia 30 – 60 tahun dengan diagnosa hipertensi. Kontrol adalah pasien rawat jalan usia 30 – 60 tahun
yang tidak hipertensi. Analisis data menggunakan analisis univariat (deskriptif), bivariat (uji chi-square),
dan multivariat (uji regresi logistik).
Hasil: Analisis bivariat menunjukkan bahwa asupan lemak ( p=0,009, OR:3,839, 95% CI:1,357–10,861),
dan usia (p=0,008, OR=3,37, 95% CI:1,340-8,476) memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian
hipertensi. Aktivitas fisik (τ=0,075, p=0,451), dan IMT ( p=0,065, OR:2,155, 95% CI:0,949–4,893) tidak
memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian hipertensi. Analisis multivariat menunjukkan variabel
1
Program Studi S1 Ilmu Gizi, akultas Ilmu-ilmu kesehatan, Universitas Alma Ata, Jl. Ring Road Barat Daya No 1, Yogyakart,. e-mail:
luzykartika@gmail.com
2
Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl. Tata Bumi No 3, Banyuraden, Gamping, Sleman
140 Lusi Ayu Kartika, Effatul Afifah, Isti Suryani
yang paling berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi adalah asupan lemak (p=0,010, OR (95% CI):4,246
(1,418–12,721)).
Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara asupan lemak dan usia dengan kejadian hipertensi,
namun aktivitas fisik dan IMT tidak berhasil membuktikan hubungan dengan kejadian hipertensi.
diambil dengan timbangan injak digital dan kelamin perempuan (75%), berusia > 45 tahun
mikrotoa. Analisis bivariat menggunakan uji chi- (81,25%), pendidikan SMA (31,25%), bekerja sebagai
square, dan analisis multivariat menggunakan ibu rumah tangga (60%). Pada responden yang tidak
regresi logistik. mengalami hipertensi, sebagian besar berjenis kelamin
perempuan (77,08%), pendidikan SMA (39,58%), dan
HASIL bekerja sebagai ibu rumah tangga (50%).
Tabel 2. Analisis bivariat hubungan asupan lemak responden dengan kejadian hipertensi
Kasus Kontrol
Asupan (Hipertensi) (Tidak hipertensi ) p OR (95 % CI)
lemak n % n %
Lebih 42 87,50 31 64,58
0,009* 3,839 1,357 - 10,861
Cukup 6 12,50 17 35,42
Total 48 100 48 100
*Signifikan p< 0,05
142 Lusi Ayu Kartika, Effatul Afifah, Isti Suryani
diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan Hubungan indeks massa tubuh (IMT) dengan
antara asupan lemak dengan kejadian hipertensi. kejadian hipertensi
Responden dengan asupan lemak lebih berisiko Analisis bivariat pada Tabel 4 menunjukkan
3,8 kali lebih besar untuk mengalami hipertensi sebagian besar pasien hipertensi memiliki IMT>22
dibandingkan dengan responden dengan asupan (54,17%). Hasil analisis chi-square menunjukkan
lemak yang sedang dan rendah (OR: 3,839, 95% p=0,065 yang berarti tidak terdapat hubungan yang
CI:1,357 – 10,861). signifikan IMT dengan kejadian hipertensi.
Hubungan aktivitas fisik dengan kejadian Hubungan usia dengan kejadian hipertensi
hipertensi
Sebagian besar pasien hipertensi berusia
Analisis bivariat pada Tabel 3, menunjukkan
>45 tahun (81,25%). Hasil analisis chi-square
bahwa sebagian besar pasien hipertensi memiliki
menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan
aktivitas fisik yang rendah (68,75%). Hasil analisis
antara usia dengan kejadian hipertensi (p=0,008)
statistik Kendal tau menunjukkan nilai Kendal tau
dan responden dengan usia ≥ 45 tahun berisiko 3,37
sebesar 0,075 dengan tingkat signifikansi Sig
kali lebih untuk mengalami hipertensi dibandingkan
(2-tailed) 0,451. Dengan demikian dapat dikatakan
dengan responden dengan usia <45 tahun (OR:3,37,
tidak terdapat hubungan signifikan antara aktivitas
95% CI:1,340-8,476) (Tabel 5).
fisik dengan kejadian hipertensi.
Tabel 4. Analisis bivariat hubungan indeks massa tubuh (IMT) responden dengan
kejadian hipertensi
Kasus Kontrol
IMT (Hipertensi) (Tidak hipertensi) p OR (95 % CI)
n % n %
> 22,9 kg/m2 26 54,17 17 35,42
0,065 2,155 0,949 - 4,893
≤ 22,9 kg/m2 22 45,83 31 64,58
Total 48 100 48 100
lemak berhubungan signifikan dengan kejadian faktor risiko peningkatan mortalitas, hipertensi,
hipertensi dengan nilai p=0,002. Selain itu, asupan diabetes, hiperlipidemia, hiperglikemia, dan penyakit
lemak tinggi memiliki 4,3 kali berisiko lebih besar endokrin lainnya (14). Berat badan yang berlebih
untuk hipertensi dibanding asupan lemak normal akan membuat lebih banyak darah yang dibutuhkan
(OR:4,3, 95% CI:1,696–11,069) (9). Hasil penelitian yang menyebabkan tubuh memiliki volume darah
ini juga sesuai dengan penelitian pada tahun 2015 berlebih untuk memasok oksigen dan nutrisi ke
di Minahasa yang menunjukkan adanya hubungan jaringan tubuh. Volume darah yang beredar melalui
yang signifikan antara asupan lemak dengan pembuluh darah akan meningkat, demikian juga
kejadian hipertensi (p=0,000)(10). Konsumsi lemak tekanan pada dinding arteri. Obesitas meningkatkan
yang berlebih akan meningkatkan kadar kolesterol kadar lipid dalam darah (6).
dalam darah terutama kolesterol LDL yang akan
membentuk plaque(6). Hubungan indeks massa tubuh (IMT) dengan
kejadian hipertensi
Hubungan aktivitas fisik dengan kejadian Hasil analisis chi-square didapatkan hasil
hipertensi
p=0,065 yang menunjukkan tidak terdapat
Berdasarkan hasil analisis statistik Kendal hubungan yang signifikan antara indeks massa
tau diketahui bahwa tidak ada hubungan signifikan tubuh (IMT) dengan kejadian hipertensi (Tabel 4).
antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian di
Hal ini ditunjukkan dengan nilai Kendal tau sebesar Semarang tahun 2014 yang menunjukkan tidak
0,75 dengan tingkat signifikansi Sig (2-tailed) 0,451 adanya hubungan yang signifikan antara IMT
(Tabel 3). dengan kejadian hipertensi pada wanita menopause
Aktivitas yang rendah akan menurunkan di Kelurahan Bojongsalam (p =0,08) (5). Hasil
elastisitas sistem jantung dan pembuluh darah (2). penelitian lain pada tahun 2012 menunjukkan tidak
Sebaliknya, aktivitas yang tinggi akan meningkatkan ada hubungan yang signifikan antara IMT dengan
elastisitas sistem jantung dan pembuluh darah (2). tekanan darah pada pasien rawat jalan di Rumah
Setelah beraktivitas fisik, tekanan darah arteri Sakit Tugurejo Semarang (15).
akan meningkat (2). Hal ini dipengaruhi oleh
penurunan curah jantung dan resistentensi perifer Hubungan usia dengan kejadian hipertensi
total (11). Dari Hasil wawancara IPAQ diketahui Hasil analisis chi-square menunjukkan
kecenderungan responden melakukan aktivitas terdapat hubungan yang signifikan antara usia
fisik yang rendah. dengan kejadian hipertensi (p=0,008), Responden
Penelitian ini sejalan dengan penelitian di dengan usia ≥ 45 tahun berisiko 3,37 kali lebih
Semarang tahun 2014 dengan jumlah populasi besar untuk mengalami hipertensi (OR= 3,37, 95%
68 responden (kasus=34 responden, kontrol=34 CI:1,340-8,476) (Tabel 5).
responden) dan metode observasional dengan Risiko hipertensi akan meningkat seiring
desain case control yang menunjukkan tidak ada dengan bertambahnya usia seseorang. Ketika
hubungan yang signifikan antara tingkat aktivitas usia berada di pertengahan awal, atau sekitar usia
fisik dengan kejadian hipertensi pada wanita 45 tahun, tekanan darah tinggi lebih sering terjadi
menopause di Kelurahan Bojongsalam (p=0,77) terutama pada laki-laki. Risiko hipertensi pada
(5). Hasil penelitian ini juga sesuai sebuah meta- wanita lebih sering terjadi setelah wanita mengalami
analisis yang menunjukkan tidak ada hubungan menopause. Wanita menopause berisiko dua kali
antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi (12). lebih besar untuk mengalami hipertensi akibat
Sebaliknya, penelitian di Yogyakarta menunjukkan dari menurunnya hormon esterogen yang dapat
terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas berfungsi sebagai vasodilator(16).
fisik dan hipertensi pada lansia di Kecamatan Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Kasihan Bantul (p=0,004) (13). Obesitas merupakan di Tangerang Banten yang menunjukkan adanya
Asupan lemak dan aktivitas fisik dan hubungannya dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan 145
hubungan yang signifikan antara peningkatan usia (OR:3,839, 95% CI:1,357–10,861). Namun
dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat demikian, terdapat hubungan positif dan signifikan
jalan dewasa (p=0,000). Responden dengan usia antara aktivitas fisik yang kurang dengan kejadian
≥ 45 tahun berisiko 15,48 kali untuk mengalami hipertensi. Hasil analisis chi-square menunjukkan
hipertensi (OR;15,480, 95% CI:5,047– 47,478) terdapat hubungan yang signifikan antara usia
(17). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan dengan kejadian hipertensi (p=0,008). Responden
penelitian pada tahun 2006 pada masyarakat Desa dengan usia ≥ 45 tahun 3,37 kali lebih berisiko
Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kebumen untuk mengalami hipertensi (OR= 3,37, 95%
yang menunjukkan usia merupakan faktor risiko CI:1,340-8,476).
terjadinya hipertensi (18). Penelitian lain tahun Hasil analisis multivariat dengan menggunakan
2012 di Cikarang Barat juga menunjukkan adanya regresi logistik didapatkan variabel yang paling
hubungan usia dengan kejadian hipertensi pada berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi pada
pasien Puskesmas Telaga Murni, Cikarang (19). pasien rawat jalan di RSUD Panembahan Senopati
Peningkatan usia akan menyebabkan meningkatnya Bantul adalah asupan lemak dengan nilai p=0,010
proses-proses degeneratif pada organ-organ dan nilai OR (95 CI):4,246 (1,418 – 12,721).
tubuh terutama organ sirkulasi yaitu jantung dan Bagi ilmu pengetahuan dan institusi pendidikan,
pembuluh darah. Pada usia >45 tahun akan terjadi hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
peningkatan resistensi (tahanan) pembuluh darah informasi tentang hubungan asupan lemak dan
perifer dan aktivitas simpatik (16). aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi di RS
Panembahan Senopati Bantul. Bagi pemerintah
Analisis multivariat daerah dan dinas kesehatan, hasil penelitian ini
Beberapa variabel bebas yang masuk analisis diharapkan dapat menjadi usulan perencanaan dan
mutivariat adalah variabel bebas yang memiliki nilai pengembangan program khususnya dalam upaya
p kurang dari 0,25. Dalam analisis ini, variabel yang untuk menurunkan angka kejadian hipertensi.
memiliki nilai p kurang dari 0,25 adalah asupan
lemak, IMT, dan usia. Berdasarkan Tabel 6, hasil RUJUKAN
analisis multivariat dengan menggunakan regresi
1. B a l i t b a n g k e s ( B a d a n P e n e l i t i a n d a n
logistik didapatkan variabel yang paling berpengaruh
Pengembangan Kesehatan). Riset kesehatan
terhadap terjadinya hipertensi pada pasien rawat
dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
jalan di RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah
Pengembangan Kesehatan RI; 2013.
asupan lemak. Hal ini sejalan dengan penelitian lain
2. WHO. A global brief on hypertension, silent killer,
tahun 2013 di Kudus yang menunjukkan asupan
global public health crisis [Internet]. 2013 [cited
lemak merupakan faktor yang berhubungan dengan
2015 May 25]. Available from: http://ish-world.com/
kejadian hipertensi pada pasien Pusling Desa
downloads/pdf/global_brief_hypertension.pdf
Klumprit UPT Puskesmas Gribig (20).
3. Rekam medis RS Panembahan Senopati.
Laporan diagnosa Unit Rawat Jalan RSUD
KESIMPULAN DAN SARAN Panembahan Senopati. Bantul: RSUD
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis Panembahan Senopati Bantul; 2015.
data yang telah dilakukan selama penelitian di Poli 4. Poedjiadi A, Supriyanti F. Dasar–dasar biokimia.
Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Jakarta: UI Press; 2009.
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang 5. Kartini A, Lidiyawati. Hubungan asupan asam
signifikan antara asupan lemak dengan kejadian lemak jenuh, asam lemak tidak jenuh dan
hipertensi (p=0,009), Responden dengan asupan natrium dengan kejadian hipertensi pada wanita
lemak lebih (> 30% total kalori sehari) berisiko menopause di Kelurahan Bojongsalaman. J Nutr
3,8 kali lebih besar untuk mengalami hipertensi Coll. 2014;3(4):612–9.
146 Lusi Ayu Kartika, Effatul Afifah, Isti Suryani