Mammae Abberans

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN

Payudara itu tidak selalu sama besar, selalu ada perbedaan sedikit. Adakalanya yang
sebelah tidak berkembang sesempurna yang sebelahnya. Ini tidak perlu dikhawatirkan sebagai
suatu hal yang patologik.1

Payudara pada wanita menonjol mulai dari iga ke II / III sampai ke VI/VII dan dari
dekat pinggir sternum sampai garis axillaris anterior. Tetapi jaringan payudara yang
sebenarnya lebih luas lagi, ia bisa sampai klavikula sebagai suatu lapisan jaringan tipis dan ke
medial sampai garis median, ke lateral sampai pinggir m. Latissimus dorsi. Sebagai tonjolan
payudara itu terdiri dari jaringan lemak.1

Keluhan utama penderita kelainan payudara sehingga datang berobat ke dokter adalah
berupa adanya benjolan (78 persen hingga 80 persen), rasa nyeri atau sakit (10 persen hingga
12 persen), adanya cairan keluar dari puting susu (4 persen hingga 6 persen). Ada beberapa
anomali yang terjadi pada mamma, yaitu : Amastia, Jaringan mamma aksesoris
(Supernumerary breast) atau mamma aberrans dan bentuk abnormal dari payudara.1

Mammae Aberrans merupakan hasil dari kegagalan regresi jaringan payudara selama
embriogenesis. Hal ini dapat hadir di mana saja sepanjang garis susu (milk line), dari regio
aksila ke inguinal.2,3

Insiden Mammae Abberans tidak pasti, tetapi umumnya diyakini menjadi sekitar 1%
dalam suatu populasi. Mammae Abberans tanpa kehadiran puting terletak di luar pinggiran
kelenjar didefinisikan sebagai jaringan payudara menyimpang dan sering “misdiagosed”
sebagai, subkutan lesion. Sehingga sebagai dokter umum untuk membedakannya dari penyakit
lain yang berhubungan dengan payudara, dibutuhkan pengetahuan tentang Mamma Aberrans
itu sendiri dan kemampuan untuk mediagnosa serta penatalaksanaan awal dengan baik penyakit
tersebut.2-7

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Embriologi dan Anatomi Mammae


a. Embriologi

Pada minggu ke lima atau enam embrional kehamilan, terdapat dua ventral band
dari penebalan ektoderm (mammary ridges, milk lines). Pada mammalia, penebalan ini
terbentang bilateral dari axila ke vulva.

Pada minggu kesembilan, milk lines ini menjadi atrofi, kecuali di daerah pectoralis
dan mulai tampak tunas putting susu (primordium payudara). Pada minggu ke dua belas
tunas putting susu diinvasi oleh epitel skuamosa ektodermis. Pada bulan ke lima,
jaringan ikat mesenkim menginfiltrasi primordium payudara dan berdiferensiasi menjadi
l5 sampai 20 filamen padat yang terdistribusi simetris dibawah kulit tunas puting susu.
Ductulus mamma berkembang sebagai pertumbuhan ke dalam ventral dari sisa
embriologi ini, yang terbagi ke dalam duktus susu primer dan berakhir dalam tunas
lobulus. Tunas putting susu akan terbuka dan membentuk mammary pit;yang selanjutnya
akan terelevasi dan membentuk puting susu.1

Gambar 1 :milk lines

2
Gambar 2 : mammary bridges (1. mulai tampak primordium payudara, 2. invasi oleh epitel
skuamosa ektodermis, 3. jaringan ikat mesenkim menginfiltrasi primordium payudara dan
berdiferensiasi menjadi l5 sampai 20 filamen padat, 4. Ductulus mamma berkembang
sebagai pertumbuhan ke dalam ventral)

Gambar 3. Perkembangan Payudara

3
b. Anatomi Mammae
Mammae dextra dan mammae sinistra berisi glandula mammaria dan terdapat
dalam fascia superficialis dinding thorax ventral. Pada wanita dan pria memiliki sepasang
mamma, namun pada pria glandula mamma tersebut tidak berkembang dan mengalami
rudimenter.8
Payudara wanita dewasa berlokasi dalam fascia superficial dari dinding depan
dada. Dasar dari payudara terbentang dari iga kedua di sebelah atas sampai iga keenam
atau ketujuh di sebelah bawah, dan dari sternum batas medialnya sampai ke garis
midaksilrasis sebagai batas lateralnya. Duapertiga dasar tersebut terletak di depan
M.pectoralis major dan sebagian M.serratus anterior. Sebagian kecil terletak di atas
M.obliquus externus. Pada bagian mammae yang paling menonjol terdapat sebuah
papilla, dikelilingi oleh daerah yang lebih gelap yang disebut areola. Terdapat Langer
lines pada kompleks nipple(papilla)-areola yang melebar ke luar secara sirkumfranse
(melingkar). Langer lines ini signifikan secara klinis kepada ahli bedah dalam
menentukan area insisi pada biopsi mammae. Pada bagian lateral atasnya jaringan
kelenjar ini keluar dari lingkarannya ke arah aksila, disebut penonjolan Spence atau ekor
payudara. Pada 95% wanita terdapat perpanjangan dari kuadran lateral atas sampai ke
aksila. Ekor ini (tail of Spence) dari jaringan mammae memasuki suatu hiatus (dari
Langer) dalam fascia sebelah dalam dari dinding medial aksilaI. Hanya ini jaringan
mammae yang ditemukan cara normal di bawah fascia sebelah dalam.

Gambar 4. Anatomi mamae dari samping dan depan

4
Mammae berisi 15-20 lobus glandula mammaria yang tiap lobusnya terdiri dari
bebrapa lobulus. Tiap-tiap lobulus memiliki saluran kearah papilla yang disebut ductus
laktiferus. Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar
tersebut mungkin terdapat jaringan lemak yang disebut ruang retromamer. Diantara
lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum suspensorium Cooper yang
berfungsi sebagai penyangga. Ligamentum suspensori Cooper membentuk jalinan yang
kuat, pita jaringan ikat berbentuk ireguler menghubungkan dermis dengan lapisan dalam
dari fascia superfisial, melewati lobus-lobus parenkim dan menempel ke elemen
parenkim dan duktus. Kadang-kadang, fascia superfisial terfiksasi ke kulit, sehingga
tidak mungkin dilakukan total mastectomy subkutan yang ideal. Dengan adanya invasi
keganasan, sebagian dari ligamentum Cooper akan mengalami kontraksi, menghasilkan
retraksi dan fiksasi atau lesung dari kulit yang khas. Ini berbeda dengan penampilan kulit
yang kasar dan ireguler yang disebut peau d'orange, dimana pada peau d'orange
perlekatan subdermal dari folikel-folikel rambut dan kulit yang bengkak menghasilkan
gambaran cekungan dari kulit.

Gambar 5. Dumpling of the breast

Akibat dari terlibatnya ligamentum Cooper pada penyakit yang invasive. Dapat
diperjelas dengan penekanan oleh tangan. Struktur payudara terdiri atas :
- Parenkim epithelial
- Lemak, pembuluh darah, syaraf dan saluran getah bening
- Otot dan fasia

5
Vaskularisasi 1,3
1. Arteri
Payudara mendapat perdarahan terutama dari cabang arteri profantes anterior
dari areteri mammaria interna, arteri torakalis lateralis yang bercabang dari
arteri aksilaris, dan beberapa arteri interkostalis.

2. Vena
Pada payudara terdapat tiga grup vena:
a. Cabang-cabang perforantes v. mammaria intema
b. Cabang-cabang v. aksilaris
c. Vena-vena kecil yang bermuara pada v. Interkostalis

Vena aksilaris, vena thoracica interna, dan vena intercostals 3-5


mengalirkan darah dari kelenjar mammae. Vena-vena ini mengikuti arterinya.
Vena aksilaris terbentuk dari gabungan vena brachialis dan vena basilica,
terletak di medial atau superficial terhadaop arteri aksilaris, menerima juga 1
ata 2 cabang pectoral dari mammae. Setelah vena ini melewati tepi lateral dari
iga pertama, vena ini menjadi vena subclavia. Di belakang, vena intercostalis
berhubungan dengan sistem vena vertebra dimana masuk vena azygos,
hemiazygos, dan accessory hemiazygos, kemudian mengalirkan ke dalam vena
cava superior. Ke depan, berhubungan dengan brachiocephalica. Melaui jalur
kedua jalur pertama, metastasis ca mammae dapat mencapai paru-paru.Melalui
jalurketiga, metastasis dapat ke tulang dan system saraf pusat.

3. Limfe
Penyaluran limfe dan mammae sangat penting peranannya dalam metastases sel
kanker.
A. Bagian terbesar disalurkan ke nodi lymphoidei axillares, terutama ke
kelompok pectoral, tetapi ada juga yang disalurkan ke kelompok apical,
subskapular, lateral, dan sentral.Terdapat enam grup kelenjar getah bening
axilla:

6
Gambar 6. Aliran limfatik payudara

i. Kelenjar getah bening mammaria eksterna, terletak dibawah tepi lateral m.


pectorals mayor, sepanjang tepi medial aksila.
ii. Kelenjar getah bening scapula, terletak sepanjang vasa subskapularis dan
thorakodorsalis, mulai dari percabangan v. aksilaris menjadi v. subskapularis
sampai ke tempat masuknya v. thorako-dorsalis ke dalani m. latissimus dorsi.
iii. Keleniar getah bening sentral (Central node), terletak dalam jaringan lemak
di pusat ketiak. Kelenjar getah bening ini relatif mudah diraba dan
merupakan kelenjar getah bening yang terbesar dan terbanyak.
iv. Kelenlar getah bening interpectoral (Rotter’s node), terletak diantara m.
pektoralis mayor dan minor, sepanjang rami pektoralis v. thorakoakromialis.
v. Kelenjar getah bening v. aksilaris, terletak sepanjang v. aksilaris bagian
lateral, mulai dari white tendon m. lattisimus dorsi sampai ke medial dan
percabangan v. aksilanis — v. thorako-akromalis.
vi. Kelenjar getah bening subklavikula, mulai dari medial percabangan v.
aksilanis — v. thorako-akromialis sampai dimana v. aksilanis menghilang
dibawah tendon m. subklavius. Kelenjar ini merupakan kelenjar axial yang
tertinggi dan termedial letaknya. Semua getah bening yang berasal dan
kelenjar-kelenjar getah bening aksila masuk ke dalam kelenjar ini.

7
B. Sisanya disalurkan ke nodi limphoidei infraclaviculares, supraclaviculares, dan
parasternales.
Dalam staging, bila ditemukan metastasis ke KGB supraclavicular, cervical,
atau contralateral internal mammary dianggap telah mengadakan metastasis jauh
(M1). Yang termasuk KGB regional :

1. KGB aksila (ipsilateral) : interpectoral (Rotter's) nodes dan KGB sepanjang


vena aksilaris dan bagian-bagiannya yang dapat dibagi ke dalam beberapa
tingkat :
a. Level I (low axilla): KGB lateral dari tepi lateral M pectoralis minor
b. Level II (midaxilla): KGB antara tepi medial dan lateral M pectoralis minor
dan KGB interpectoral (Rotter's)
c. Level III (apical axillary): KGB medial dari tepi medial M pectoralis
minor termasuk subclavicular, infraclavicular, or apical Catatan : KGB
intramammary disandikan sebagai KGB aksila.

Gambar 7. Kelompok kelenjar getah bening aksila.

Level I meliputi beberapa kelenjar getah bening yang terletak


lateral dari M. Pectoralis minor, Level II meliputi beberapa kelenjar
getah bening yang terletak di bawah M. Pectoralis minor, Level III
meliputi beberapa kelenjar getah bening yang terletak medial dari M.
Pectoralis minor.

8
2. Internal mammary (ipsilateral): KGB di ruang intercosta sepanjang tepi
sternum dalam fascia endothoracica.

Persyarafan 6
Persarafan kulit mammae diurus oleh cabang pleksus servikalis dan nervus
interkostalis. Jaringan kelenjar mammae sendiri dipersarafi oleh saraf simpatik.

Ada beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubung dengan penyulit
paralisis dan mati rasa pasca bedah, yakni nervus interkostobrakialis, nervus
kutaneus brakialis medialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian
medial lengan atas. Pada diseksi aksila, saraf ini sukar disingkirkan sehingga sering
terjadi mati rasa pada daerah tersebut. 4 syaraf nervus pektoralis yang menginervasi
muskulus pektoralis mayor dan minor, nervus torakodorsalis yang menginervasi
muskulus latissimus dorsi, dan nervus torakalis longus yang menginervasi muskulus
serratus anterior sedapat mungkin dipertahankan pada mastektomi dengan diseksi
aksila.

Gambar 8. Saraf-saraf perifer pada mamae

2.2 Fisiologi 2,3

Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon. Estrogen


diketahui merangsang perkembangan duktus mamilaris. Progesterone memulai
perkembangan lobules-lobulus payudara juga deferensiasi sd epitel. Prolaktin merangsang
laktogenesis.

9
1. Pubertas terjadi pembesaran payudara yang diakibatkan karena bertambahnya
jaringan kelenjar dan deposit jaringan lemak.

2. Siklus menstruasi pada fase premestruasi akan terjadi pembesaran vascular dan
pembesaran kelenjar, kemudian akan terjadi regresi kelenjar pada fase pasca
menstruasi.

3. Kehamilan dan laktasi : pada kehamilan tua dan setelah melahirkan, payudara
kolostrum sampai sekitar 3-4 han postpartum, kemudian sekresi susu dimulai
sebagai respon terhadap rangsang penghisapan dan bayi (sucking refleks).

4. Menopouse : Lobulus beinvolusi. Lemak menggantikan

2.3 Mammae Aberans

2.3.1 Definisi

Mammae aberrans adalah terdapatnya payudara atau papillae mamma yang


lebih dari dua. Letaknya pada garis susu dari axilla sampai ke inguinal tapi
kebanyakan di axilla.

Gambar 9. Mammae Aberans

10
2.3.2 Epidemiologi
Menurut data dari kepustakaan terdapat ± 430 kasus mammae aberans. Menurut
insidensinya 1-2 % pada wanita kulit putih. Tetapi penduduk Asia agaknya lebih
banyak. Pada penelitian lainnya 1,88 % pada pria dan 5,19 % pada wanita. Di
Tionghoa ditemukan 3,8 % pada pria

Mammae aberrans ditemukan 2 kali lebih banyak pada wanita dari pada laki-
laki, yang ditemukan di Bandung hampir selalu wanita.9

2.3.3 Etiologi
Mammae Aberrans merupakan sebuah kelainan anomali
Anomali tersebut ada hubungannya dengan keturunan. Terdapat pada keluarga -
keluarga tertentu.9

Umumnya, mammae aberrans terjadi secara sporadis, tetapi dilaporkan kedalam


kasus-kasus familial

2.3.4 Patogenesis
Pada minggu ke lima atau enam embrional kehamilan, terdapat dua ventral
band dari penebalan ektoderm (mammary ridges, milk lines). Pada mammalia,
penebalan ini terbentang bilateral dari axila ke vulva.1

Pada minggu kesembilan, mammary ridges ini menjadi atrofi, kecuali di


daerah pectoralis. Disepanjang milk lines terdapat rudimen multipel untuk
perkembangan payudara dikemudian hari. Rudimen multiple tersebut akan
berkembang dikemudian hari jika terdapat pengaruh hormonal baik pada masa
pubertas ataupun kehamilan. Hasil kegagalan regresi mammary ridges pada
mamma aberrans memiliki berbagai tingkat ekspresi klinis termasuk jaringan
payudara dengan puting tanpa memiliki areola, jaringan kelenjar dengan areola tapi
tanpa puting, atau hanya dengan jaringan payudara bukan merupakan areola atau
nipple.1,7,10,11

11
2.3.5 Klasifikasi
Mamma aberrans memiliki beberapa bentuk dan telah diklasifikasikan sebagai
berikut :

a. payudara lengkap dengan puting, areola, dan jaringan kelenjar,


b. jaringan payudara tanpa areola tapi dengan puting dan jaringan kelenjar,
c. payudara tanpa puting tapi dengan jaringan areola dan kelenjar,
d. payudara tanpa puting atau areola,
e. pseudomamma dengan puting dan areola tapi tanpa kelenjar jaringan
(jaringan payudara digantikan oleh lemak),
f. polythelia (Adanya puting saja);
g. polythelia areolaris (keberadaan dari areola saja),
h. polythelia pilosa (kehadiran hanya sepetak rambut) 2,7,12

Tabel 1. Klasifikasi Mammae Aberans

2.3.6 Manifestasi Klinis


Ectopic breast tissue mungkin muncul sebagai sesuatu dari jaringan subkutan
dan memiliki fungsi penuh.16 Secara histologi, supernumerary breast mungkin
memiliki sistem duktal yang terorganisir pada kulit eksternal, sedangkan ectopic
breast tissue sendiri tidak memiliki perkembangan duktus tersebut dan tidak

12
terhubung ke payudara ipsilateral. Jaringan ini mengikuti kontrol hormon normal
dan dapat menjadi klinis yang jelas saat perempuan memasuki masa puber atau
selama kehamilan. Payudara ektopik dengan kompleks areolar lengkap akan
berfungsi sebagai payudara normal, termasuk menyusui. Gejala pada jaringan
payudara aksila dilaporkan memburuk dengan kehamilan berikutnya,
menyebabkan rasa sakit meningkat dan iritasi lokal. Namun, beberapa studi
menunjukkan bahwa jaringan mungkin tanpa gejala.
Polythelia dihubungkan dengan kelainan pada saluran kemih. Kelainan ginjal
tersebut termasuk kegagalan pembentukan ginjal dan karsinoma ginjal. Hubungan
polythelia dan anomali ginjal tidak begitu kuat tetapi sangat didukung oleh
beberapa studi. Sebuah studi dari Israel melaporkan 40% dari anak-anak dengan
polythelia memiliki anomali ginjal obstruktif atau duplikasi dari sistem ekskretoris.
Kehadiran puting ekstra pada anak-anak harus meningkatkan kecurigaan klinisi
anomali ginjal.

Umumnya, mamma aberrans terjadi secara sporadis, tetapi kasuskasus


familial dilaporkan. Dalam keluarga, mamma aberrans dapat dilihat pada saudara
kandung. Toumbis-Ioannou dan Cohen menggambarkan seorang wanita dengan
sisi kiri polythelia dan ginjal kanan ektopik. Kakaknya memiliki sisi kiri polythelia,
dan kakaknya memiliki payudara supernumerary lengkap di sisi kirinya. 12,13,14

2.3.7 Diagnosis
1. Anamnesis15,16
 Anamnesis Untuk Benjolan :
1. letak benjolan
2. sejak kapan mulai timbulnya benjolan
3. Bentuk Benjolan dan jumlahnya
4. kecepatan pertumbuhan benjolan, apakah semakin membesar?
5. Apakah disertai keluhan seperti nyeri
6. Benjolan keras apa lunak?

 Anamnesis Untuk Kulit Disekitarnya :


1. Warna kulit payudara pada umumnya?
2. Apakah kulit seperti kulit jeruk?
13
 Anamnesis Untuk Keluhan Nyeri :
1. Apakah nyeri payudara?
2. Sejak kapan tersa nyeri?
3. Apakah dipengaruhi siklus haid?
4. Nyeri menetap atau hilang timbul?
5. Apakah nyeri menjalar?

 Anamnesis Untuk Aerola Mammae :


1. Apakah puting susu tertarik kedalam?

2. Apakah mengeluarkan cairan? (Harus dipencet/keluar dengan sendirinya)

 Lain-lain
1. Pernah mengalami hal yang sama?

2. Terjadi penurunan BB?

3. Adakah keluarga yang menderita hal yang sama?

4. Adakah riwayat keganasan dalam keluarga?

2. Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi
1. Pemeriksaan dilakukan pada posisi duduk berhadapan dengan Dokter dengan
posisi lengan disamping, diatas kepala dan kacak pinggang.
2. Inspeksi dimulai dengan membandingkan kedua payudara baik ukuran, bentuk dan
simetrisasinya.
3. perhatikan kelainan pada kulit payudara (penebalan, kemerahan, seperti kulit jeruk,
venektasis, dimpling, ulkus dan tonjolan tumor)
4. kelainan nipple/areola (eksem, discharge, retraksi), kelainan di aksila (kelenjar
getah bening, mammary aberran)
5. dan kelainan di leher. Perlekatan kulit, skin dimplingdan retraksi puting yang
merupakan salah satu tanda keganasan, bisa juga disebabkan kelainan jinak yaitu:
abses kronis dengan mastitis periduktal kista atau fibroadenoma yang besar.15,16

14
 Palpasi
1. Raba payudara dengan telapak jari-jari tangan berhenti sebentar, lalu raba dengan
gerakan memutar dengan sedikit penekanan pada payudara Lalu geser ke daerah
lain, berhenti lagi sambil diraba dengan gerakan memutar. Lakukan hal ini
berulang-ulang sampai seluruh bagian payudara selesai diperiksa.

2. Lakukan pemeriksaan pada daerah ketiak dengan gerakan memutar seperti saat
memeriksa payudara. Perhatikan ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening.

3. Pemeriksaan terakhir adalah gerakan mengurut dari arah dasar payudara ke arah
puting, lalu beri sedikit penekanan di puting susu terus ke depan. Tidak perlu
khawatir bila dengan gerakan ini keluar beberapa tetes cairan jernih.15,16

Gambar 10. Pemeriksaan Payudara

15
2.3.8 Pemeriksaan Penunjang

1. USG

Salah satu kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa kistik.


Serupa dengan mamografi, American College of Radiology juga menyusun
bahasa standar untuk pembacaan dan pelaporan USG sesuai dengan BIRADS
(Breast Imaging-Reporting and Data System). Ini adalah suatu standar untuk
penilaian kualitas yang awalnya hanya dipakai untuk pemeriksaan mamografi,
tetapi akhir-akhir ini juga dipakai untuk MRI dan ultrasonografi payudara.

Standar pelaporan pencitraan pada payudara: Penggunaan


ultrasonografi untuk tambahan mamografi meningkatkan akurasinya sampai
7,4%. Namun ultrasonografi tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai
modalitas skrining karena didasarkan penelitian ternyata ultrasonografi gagal
menunjukan efikasinya.Pemeriksaan ini berguna untuk: Klarifikasi ada
tidaknya lesi abnormal, mengidentifikasi kista yang dalam, Penuntun untuk
Aspirasi biopsi.16,17

2. Mamografi

Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan


payudara yang dikompresi. Untuk memperoleh interpretasi hasil pencitraan
yang baik, dibutuhkan dua posisi mammogram dengan proyeksi berbeda 45
derajat (kraniokaudal dan mediolateralobligue). Mamografi dikerjakan pada
wanita usia di atas 35 tahun, namun karena payudara orang Indonesia lebih
padat maka hasil terbaik mamografi didapat pada usia >40 tahun. Mamografi
dilakukan pada hari ke 7-10 dihitung dari hari pertama haid.
Gambaran mamografi untuk lesi ganas dibagi atas tanda primer dan
sekunder.16,17

Tanda primer berupa:

1. densitas yang meninggi pada tumor


2. batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke jaringan
sekitarnya atau batas yang tidak jelas (comet sign)
16
3. gambaran translusen di sekitar tumor
4. gambaran stelata
5. adanya mikrokalsifikasi sesuai kriteria Egan
6. ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis.

Tanda sekunder :

1. retraksi kulit atau penebalan kulit


2. bertambahnya vaskularisasi
3. perubahan posisi puting
4. kelenjar getah bening aksila (+)
5. keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur
6. kepadatan jaringan subareolar yang berbentuk utas

3. Pemeriksaan Biopsi
A. FNAB

Pemeriksaan yang bersifat sitologi adalah FNAB, imprint, dan


analisa cairan (nipple discharge dan kista). Pemeriksaan ini merupakan
bagian dari triple diagnostic untuk tumor payudara yang teraba atau
pada tumor yang tidak teraba dengan bantuan penuntun pencitraan.16,17

Gambar 11. FNAB

17
B. Biopsi insisi, Biopsi eksisi, Core Biopsi
Pemeriksaan histopatologi merupakan standar baku untuk diagnosis
definitif. Pemeriksaan ini dilakukan pada spesimen biopsi jaringan (core
biopsy, potong beku, insisi, eksisi) dan spesimen mastektomi.16,17

Gambar 12. Core Biopsi

Gambar 13. Biopsi insisi

Gambar 14. Biopsi Eksisi

18
2.3.9 Penatalaksanaan
Mamma aberrans untuk sebagian besar kasus hadir sebagai masalah kosmetik
dan mungkin pembedahan. Mereka juga dapat dibuang ketika menyebabkan
ketidaknyamanan karena terasa mengganjal , menseksresikan cairan susu atau
bahkan adanya kekuatiran bila terjadi karsinoma yang tidak mudah diketahui .
Dalam kasus mamma aberrans ektirpasi yang direkomendasikan.
Operasi tersebut harus dilakukan dengan tenang dan sebaliknya dengan narkose
agar yang dianggap benar-benar jaringan kelenjar payudara yang dimaksud, bukan
jaringan lemak subkutan.15

Teknik Pembedahan15

• Ekstirpasi
Adalah tindakan pengangkatan seluruh massa tumor beserta kapsul atau
pembunngkusnya
• Indikasi :
- Untuk diagnostik
- Indikasi Kosmetik
- Rasa nyeri dan mengganggu

2.3.10 Komplikasi
Seperti disebutkan, jaringan mamma aberrans dapat menjalani perubahan
patologis yang sama seperti payudara normal. Kasus mamma aberrans dengan
perubahan kistik jinak, tumor jinak (adenoma dan fibroadenoma), dan karsinoma
telah dilaporkan. Ketika massa terletak di sepanjang “milk lines”, kemungkinan
adanya jaringan payudara harus dipertimbangkan. Massa tersebut, misalnya di
ketiak, mungkin pada pemeriksaan awal keliru untuk kelenjar getah bening yang
membesar.
Sejumlah kasus kanker payudara yang timbul pada jaringan payudara ektopik
telah dilaporkan. Kasus tersebut dapat menyajikan sebuah tantangan untuk kedua
dokter dan ahli patologi dalam membuat diagnosis yang benar

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Langman J: Medical embryology, 5th ed. Williams & Wilkins, Baltimore, MD, 1985
2. Fracchioli S, Puopolo M, De La Longrais IA, Scozzafava M, Bogliatto F, Arisio R,
Micheletti L, Katsaros D: Primary “breast-like” cancer of the vulva: a case report and
critical reviewof the literature. Int J Gynecol Cancer

3. Paksoy N: Ectopic lesions as potential pitfalls in fine needle aspiration cytology: a


report of 3 cases derived from the thyroid, endometrium and breast. Acta Cytol

4. Ganaraj A, Petrek JA: Diagnosis and treatment of cancer arising in ectopic breast tissue.
Clin Rev

5. Rho JY, Juhng SK, Yoon KJ: Carcinoma originating from aberrant breast tissue of the
right upper anterior chest wall. J Korean Med Sci

6. Gutermuth J, Audring H, Voit C, Haas N: Primary carcinoma of ectopic axillary breast


tissue. J Eur Acad Dermatol Venereol

7. Evans DM, Guyton DP: Carcinoma of the axillary breast. J Surg Oncol

8. Chung-ParkM, Zheng Liu C, Giampoli EJ, Emery JD, Shalodi A:Mucinous


adenocarcinoma of ectopic breast tissue of the vulva. Arch Pathol Lab Med

9. Marshall M, Moynihan J, Frost A, Evans R. Ectopic breast cancer: case report and
literature review.

10. Burdick AE, Thomas KA,Welsh E: Axillary polymastia. J Am Acad Dermatol

11. Alghamdi H: Accessory breasts: When to excise? Breast J,

12. Nakao A, Saito S, Inoue F, Notohara K, Tanaka N. Ectopic breast cancer: a case report
and review of the literature. Anticancer Res

13. Lesavoy M, Gomez-Garcia A, Nejdl R, Yospur G, Syiau T-J, Chang P. Axillary breast
tissue: clinical presentation and surgical breast treatment. Ann Plast Surg

14. Das D, Gupta S, Mathew S, Sheikh Z, Al-Rubah N. Fine needle aspiration cytology
diagnosis of axillary accessory breast tissue, including its physiologic changes and
pathologic lesions. Acta.

20
15. Morrow monica. Physical Examination of the Breast. In Harris JR, Morrow monica,
Lippman ME, Osborn CK. Disease of the Breast. 5th edition. Philadelphia. Wolthers
Kluwers Health. 2014

16. Purwanto Heru, Handojo Djoko, Haryono SJ, Harahap Wisma Arif (editor). Panduan
Penatalaksanaan Kanker Payudara. PERABOI. Jakarta. 2014

17. Kurnia Ahmad, Ramli Muchlis. Albar Zafiral Azdi. Suyatno. Kanker Kepala, Leher,
Payudara dan Rekonstruksi. 2008. 294

21

You might also like