Rute Intravena

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

Rute Intravena (IV) memanfaatkan sistem peredaran darah untuk menyebarkan baik cairan,

elektrolit, zat makanan maupun obat, termasuk juga darah dan komponen-komponennya.
Beberapa keuntungan menggunakan rute Intravena ni adalah merupakan rute yang langsung
dapat menyebarkan terapi ke seluruh tubuh, dapat dilakukan pada pasien tidak sadar maupun
yang tidak kooperatif, absorbsi obat langsung ke aliran darah. Namun rute ini mempunyai dapat
menuai kerugian, yaitu : dapat terjadi kelebihan cairan, embolus udara, septikemia maupun
infeksi setempat, thrombophlebitis, hematom, nyeri dan juga reaksi hipersensitifitas.

Secara umum suntikan Intravena mempunyai arti pemberian pengobatan dalam jumlah sedikit
yang langsung dimasukan ke dalam aliran vena. Metode ini mengharapkan reaksi obat yang
cepat. Biasanya, obat intravena akan diberikan dalam lingkungan di mana unit darurat dan
peralatan resusitasi tersedia. Karena risiko anafilaksis, epinefrin harus tersedia.

Rute ini menggunakan jarum 20G – 23G dan sebuah torniquet yang berguna untuk membendung
vena.

Relasi : Reaksi Anafilaksis yang mengancam jiwa

Risiko Anafilaksis ada pada Rute Intravena

Rute Intradermal/Intrakutan

Rute intradermal lebih mengutamakan efek lokal daripada sistemik, dan lebih digunakan untuk
tujuan diagnostik seperti pengujian alergi atau tuberkulin atau untuk anestesi lokal.
Untuk memberikan suntikan intradermal digunakan jarum 25G yang ditusukan dengan sudut 10-
15 °, bevel up, sampai tepat di bawah epidermis, dan selanjutnya cairan disuntikan 0.5 ml sampai
gembungan muncul di permukaan kulit. Lokasi yang cocok untuk suntikan intradermal sama
dengan untuk suntikan subkutan, termasuk juga lengan bagian dalam dan tulang belikat.

Perhatikan Gelembung yang Muncul pada Injeksi Intrakutan

Rute Subdermal/Subkutan

Rute subkutan digunakan untuk penyerapan obat yang lambat dan berkelanjutan. Biasanya cairan
yang diberikan sebanyak 1-2 ml disuntikan ke dalam jaringan subkutan. Rute ini sangat ideal
untuk obat-obatan seperti insulin, yang memerlukan pelepasan obat yang lambat dan stabil, dan
juga karena relatif bebas dari nyeri, sangat cocok untuk suntikan yang sering dilakukan.

Suntikan Subkutan dilakukan dengan sudut 45 ° pada kulit yang sedikit diangkat. Namun,
dengan adanya jarum insulin yang lebih pendek (5, 6 atau 8 mm), direkomendasi suntikan
dengan sudut 90 ° untuk insulin. Pengangkatan kulit dilakukan dengan mencubit kulit untuk
mengangkat jaringan adiposa menjauhi otot yang berada di bawahnya, terutama pada pasien
kurus.
Mengangkat Jaringan Lemak Menjauhi Otot

Jika suntikan diberikan terlalu dalam dan masuk ke dalam otot, insulin diserap lebih cepat dan
dapat menyebabkan ketidakstabilan glukosa dan potensi hipoglikemia. Episode hipoglikemik ini
dapat juga terjadi jika lokasi anatomis suntikan dipindah, seperti insulin diserap pada tingkat
yang bervariasi dari lokasi anatomi yang berbeda. Oleh karena itu suntikan insulin harus
sistematis diputar dalam lokasi anatomi misalnya, menggunakan lokasi pada lengan atas atau
perut selama beberapa bulan, sebelum dipindah ke tempat lain di tubuh.

Aspirasi sebelum pemberian heparin meningkat risiko pembentukan hematoma

Aspirasi yang dilakukan sebelum suntikan Subkutan masih diperdebatkan. Peragallo-Dittko


(1997) melaporkan hasil penelitian yang mengemukakan darah tidak tersedot pada aspirasi
sebelum suntikan subkutan, menunjukan bahwa menusuk pembuluh darah dalam suntikan
subkutan merupakan kejadian yang sangat langka. Selain itu, produsen perangkat insulin tidak
menganjurkan aspirasi sebelum suntikan.

Rute Intramuskular

Suntikan Intramuskular (IM) merupakan teknik memasukan obat dengan memanfaatkan perfusi
otot, memberikan penyerapan sistemik yang cepat dan menyerap dosis yang relatif besar. Pilihan
lokasi dalam suntikan Intramuskular ini harus mempertimbangkan keadaan umum pasien, usia,
dan jumlah obat yang diberikan. Lokasi yang direncanakan untuk suntikan harus diperiksa untuk
mencari tanda-tanda adanya peradangan, dan harus bebas dari lesi kulit. Demikian pula, 2-4 jam
setelah suntikan, lokasi suntikan harus diperiksa untuk memastikan tidak ada reaksi yang
merugikan. Dokumentasi berupa foto dan notifikasi diperlukan pada suntikan yang dilakukan
berulang atau sering, untuk memastikan rotasi yang seimbang. Hal ini dapat mengurangi
ketidaknyamanan pasien akibat suntikan yang berlebihan dari salah satu lokasi, dan mengurangi
kemungkinan komplikasi, seperti atrofi otot atau abses steril yang dihasilkan dari jeleknya
absorbsi jaringan.
2-4 jam setelah suntikan, lokasi suntikan harus diperiksa untuk memastikan tidak ada reaksi yang merugikan

Relasi : Prosedur Injeksi Intramuskular

Pasien yang telah berumur dan pasien kurus cenderung memiliki lebih sedikit otot daripada yang
lebih muda atau pasien yang aktif. Oleh karena itu lokasi suntikan harus dinilai banyaknya massa
otot. Pada pasien yang memiliki massa otot sedikit lebih baik melakukan penggembungan otot
sebelum penyuntikan.

Pemberian Vaksinasi pada Muskulus Deltoideus


Ada lima lokasi yang tersedia untuk suntikan Intramuskular, yaitu:

 Otot deltoid lengan atas, yang digunakan untuk vaksin seperti hepatitis B dan tetanus
toksoid.
 Lokasi dorsogluteal memanfaatkan musculus Gluteus maximus. Catatan, ada komplikasi
yang terkait dengan lokasi ini, karena ada kemungkinan merusak nervus sciatic atau
arteri Gluteal superior jika penusukan jarum salah. Beyea dan Nicholl (1995)
melaporkan suntikan ke lokasi dorsogluteal, cairan yang disuntikan lebih sering masuk ke
dalam jaringan adiposa daripada otot, dan akibatnya memperlambat laju penyerapan obat.
 Lokasi ventrogluteal merupakan pilihan yang lebih aman dalam mengakses musculus
Gluteus medius. Lokasi ini merupakan lokasi utama untuk suntikan Intramuskular karena
menghindari semua saraf utama dan pembuluh darah dan tidak ada komplikasi
dilaporkan. Selain itu, jaringan adiposa pada lokasi ventrogluteal memiliki ketebalan
yang relatif konsisten, yaitu: 3.75 cm dibandingkan dengan 1-9 cm pada lokasi
dorsogluteal, sehingga memastikan bahwa ukuran jarum 21G akan menembus area otot
gluteus medius.
 Vastus lateralis adalah otot paha depan terletak di sisi luar tulang paha. Lokasi ini
umunya dipilih pada pasien anak-anak. Risiko yang terkait dengan otot ini adalah cedera
pada nervus femoralis dan atrofi otot dikarenakan suntikan yang sering. Beyea dan
Nicholl (1995) mengemukakan bahwa lokasi ini aman untuk pasien anak-anak sampai
usia tujuh bulan.
 Musculus Rektus femoris adalah otot paha anterior yang jarang digunakan, tetapi mudah
dicapai jika menyuntik diri sendiri atau untuk bayi.

Teknik Injeksi

Sudut masuk jarum dapat berkontribusi pada nyeri yang dirasakan pasien. Suntikan
intramuskular harus dilakukan dengan sudut 90° untuk memastikan jarum mencapai otot, dan
mengurangi rasa sakit. Tangan non dominan diposisikan dekat dengan lokasi penyuntikan,
berguna untuk fiksasi lokasi dan meningkatkan akurasi. Oleh karena itu, untuk memastikan
suntikan masuk dengan sudut yang tepat, penyuntikan dimulai dengan bantalan telapak tangan
(yang dekat dengan pergelangan) diletakan pada ibu jari tangan non-dominan, dan memegang
suntik antara ibu jari dan jari telunjuk, selanjutnya dorong masuk jarum ke dalam kulit dengan
tegas dan akurat pada sudut yang tepat.

Untuk rute Intravena perlunya pembendungan vena untuk memunculkan vena ke superfisial
sehingga akan mempermudah penyuntikan. Dan jika perlunya suntikan yang sering dan
berkelanjutan, perlu dipertibangkan untuk pemasangan kanul bercabang (three way).
Teknik Z untuk Injeksi Intramuskular

Teknik Z

Teknik Z awalnya diperkenalkan untuk obat yang meninggalkan noda pada kulit atau
menyebabkan iritasi. Sekarang ini direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai obat
Intramuskular dan diyakini dapat mengurangi rasa sakit, serta kejadian kebocoran.

Pada teknik suntikan ini, kulit ditarik ke salah satu sisi pada lokasi yang dipilih. Dengan ini kulit
dan jaringan subkutan bergerak sekitar 1-2 cm. Penting untuk diingat, bahwa kulit yang bergerak
akan mengalihkan perhatian dari tujuan jarum yang akan disuntikan. Oleh karena itu, setelah
lokasi permukaan pertama kali diidentifikasi, selanjutnya adalah memvisualisasikan otot yang
akan menerima suntikan, dan arah tujuan ke lokasi itu, bukan tanda pada kulit. Jarum dimasukan
dan suntikan diberikan. Biarkan sepuluh detik sebelum mencabut jarum untuk memungkinkan
obat untuk berdifusi ke otot. Setelah jarum dicabut, kulit yang tadinya ditarik sekarang dapat
dilepaskan. Jaringan kemudian akan menutup deposit obat dan mencegah kebocoran.
Menggerak-gerakan ekstremitas setelah penyuntikan diyakini membantu penyerapan obat
dengan meningkatkan aliran darah ke lokasi tersebut.
Prosedur Aspirasi sebelum Injeksi

Meskipun aspirasi tidak lagi direkomendasikan untuk suntikan Subkutan, aspirasi harus
dilakukan pada suntikan Intramuskular. Jika jarum masuk dalam pembuluh darah, obat akan
diberikan secara intravena dan dapat menyebabkan embolus sebagai akibat dari komponen obat.
Setelah penyisipan ke dalam otot, aspirasi harus dipertahankan selama beberapa detik untuk
memungkinkan darah muncul, terutama jika diameter jarum kecil. Jika darah yang tersedot,
jarum suntik harus dibuang dan obat baru yang disiapkan. Jika darah tidak tersedot, lanjutkan
untuk menyuntikan obat dengan tingkatan sekitar 1 ml setiap sepuluh detik. Suntikan yang
lambat ini memungkinkan waktu untuk serat otot untuk memperluas dan menyerap cairan. Ada
beberapa obat yang harus menunggu sepuluh detik sebelum jarum dapat ditarik keluar, untuk
memungkinkan obat untuk berdifusi ke otot. Jika ada rembesan dari lokasi, tekan lokasi suntikan
menggunakan kasa. Rekatkan plester kecil pada lokasi penyuntikan. Pijatan atau menggosok
setelah penyuntikan sebaiknya dihindari karena dapat menyebabkan obat bocor dari lokasi
masuknya jarum dan akan mengiritasi jaringan sekitar.

Aspirasi pada suntikan Intravena berguna untuk memastikan jarum telah masuk ke dalam
pembuluh vena, maka berbeda dengan Intramuskular pada suntikan Intravena yang diharapkan
adalah tersedotnya darah

Pembersihan kulit sebelum Injeksi

Meskipun diketahui bahwa membersihkan lokasi dengan kapas alkohol sebelum suntikan
parenteral mengurangi bakteri, ada perdebatan dalam prakteknya. Pembersihan dengan
menggunakan alkohol sebelum penyuntikan insulin Subkutan akan membuat kulit mengeras oleh
alkohol. Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa pembersihan tersebut tidak selalu diperlukan
dan bahwa kurangnya persiapan kulit tidak mengakibatkan infeksi.

Beberapa ahli percaya bahwa jika pasien secara fisik telah membersihkan kulitnya dengan baik
dan tenaga medis mempertahankan standar yang tinggi dalam kebersihan tangan dan asepsis
selama prosedur, pembersihan kulit sebelum suntikan Intramuskular tidak perlu dilakukan. Jika
pembersihan kulit diputuskan untuk dilakukan, kulit harus dibersihkan dengan kapas alkohol
selama 30 detik, dan kemudian dibiarkan kering selama minimal 30 detik. Selain itu, jika
suntikan diberikan sebelum alkohol mengering, tidak hanya dapat meningkatkan rasa sakit bagi
pasien, bakteri belum benar-benar tidak aktif dan dapat masuk ke dalam tempat suntikan.

Peralatan Injeksi

Untuk penyuntikan Intramuskular, jarum harus cukup panjang untuk menembus otot dan masih
memungkinkan seperempat jarum untuk tetap di luar kulit. Ukuran yang paling umum untuk
suntikan Intramuskular adalah nomor 21G (hijau) atau 23G (biru) dengan panjang 1,25-2 inchi.
Pada pasien gemuk yang memiliki banyak jaringan adiposa, jarum yang lebih panjang diperlukan
untuk memastikan suntikan mencapai otot sasaran. Cockshott et al (1982) menemukan bahwa
pada lokasi dorsogluteal, wanita memiliki jaringan adiposa hingga 2,5 cm lebih banyak dari pada
laki-laki, oleh karena itu dengan menggunakan jarum nomor 21G dengan panjang 1,5 inci (hijau)
hanya akan mencapai otot gluteus maximus pada 5% perempuan dan 15% laki-laki.

Beyea dan Nicholl (1995) merekomendasikan jarum harus diganti setelah pengambilan obat,
untuk memastikan bahwa jarum itu kering dan tajam. Pada pengambilan obat yang berasal dari
botol kaca, jarum yang mempunyai penyaring dianjurkan untuk digunakan, hal ini menghindari
potensi terhisapnya pecahan kaca yang masuk ke obat. Jika obat dari ampul plastik, jarum dapat
tumpul. Begitu juga pada penusukan karet penutup obat. Jarum yang tumpul itu dapat
menyebabkan trauma jaringan lokal, dan kontaminasi obat selama persiapan akan meningkatkan
sensitivitas jaringan, dan akibatnya nyeri bagi pasien.

Ukuran barel suntik ditentukan oleh jumlah cairan yang diperlukan untuk mengisi obat. Untuk
suntikan kurang dari 1 ml, barel suntik kecil (dosis rendah) harus digunakan untuk memastikan
dosis yang akurat. Untuk suntikan dari lebih 5 ml, disarankan agar dosis dibagi sama rata untuk
dua lokasi penyuntikan.

Sarung Tangan untuk Melindungi Diri

Sarung tangan dan Apron


Ada kebijakan di beberapa institusi yang mengharuskan penggunaan sarung tangan dan celemek
selama prosedur suntikan untuk perlindungan. Tetapi harus diingat bahwa sarung tangan dapat
melindungi tenaga medis dari cairan tubuh atau alergi, tetapi tidak untuk perlindungan terhadap
luka tusuk jarum.

Beberapa orang akan canggung saat menggunakan sarung tangan dalam melaksanakan prosedur,
terutama jika pertama kali melaksanakan prosedur itu. Tetapi perlu lebih berhati-hati jika
mempersiapkan dan memberikan suntikan tanpa sarung tangan untuk memastikan bahwa
tumpahan obat tidak terjadi. Jarum langsung dibuang ke pembuangan setelah prosedur selesai.
Sadarilah bahwa jarum bisa jatuh dari nampan ke seprai ketika memposisikan pasien selama
prosedur dan mungkin secara tidak sengaja menyebabkan cedera tertusuk jarum suntik baik staf
maupun pasien.

Celemek dapat dipakai untuk melindungi seragam dari tumpahan selama persiapan obat dan
untuk mencegah transfer organisme antara pasien. Selanjutnya membuang celemek setelah
prosedur untuk memastikan tumpahan tidak kontak dengan kulit tenaga medis.

Mengurangi rasa sakit saat Injeksi

Pasien sering takut untuk disuntik karena mereka menganggap bahwa suntik itu sakit. Rasa sakit
dari suntikan Intramuskular dapat menjalar ke reseptor nyeri di kulit, atau reseptor tekanan di
otot. Torrance (1989) mencantumkan sejumlah faktor yang menyebabkan rasa sakit:

 Jarum
 Komposisi kimia dari obat.
 Teknik
 Kecepatan suntikan.
 Volume obat.

Dengan teknik yang baik dan informasi yang sesuai juga sikap tenaga medis yang tenang dan
percaya diri akan membantu untuk mengurangi kecemasan pasien. Teknik pengalihan perhatian
atau modifikasi perilaku dapat berguna, terutama untuk program pengobatan yang panjang, juga
persiapan yang dilakukan tidak terlihat oleh pasien dapat mengurangi kecemasan.

Tenaga medis perlu menyadari bahwa pasien dapat saja mengalami sinkop atau pusing setelah
suntikan rutin. Dengan memastikan riwayat respon pasien terhadap suntikan dan memastikan
lingkungan aman, akan mengurangi risiko cedera. Yang paling rentan untuk terjadinya pingsan
adalah kelompok umur remaja.

Komplikasi Injeksi
Komplikasi yang terjadi sebagai akibat dari infeksi dapat dicegah dengan tindakan aseptik ketat
dan praktek cuci tangan yang baik. Abses steril dapat terjadi sebagai hasil dari seringnya
suntikan diberikan pada satu lokasi atau miskinnya aliran darah lokal. Lokasi yang edema atau
lumpuh memiliki kemampuan yang terbatas untuk menyerap obat dan tidak boleh digunakan
sebagai lokasi penyuntikan.

Pemilihan lokasi yang hati-hati akan mengurangi kemungkinan cedera saraf, suntikan intravena
dan embolus yang dihasilkan dari komposisi obat. Rotasi sistematis dari lokasi akan mencegah
miopati atau lipohipertrofi. Ukuran jarum yang tepat dan pemilihan loksi pada lokasi
ventrogluteal, akan memastikan bahwa obat disuntik ke otot, bukan jaringan adiposa.
Penggunaan teknik Z akan mengurangi rasa sakit dan perubahan warna kulit yang terkait dengan
beberapa obat.

Tanggung jawab Profesional

Setelah obat parenteral telah disuntikan, obat itu tidak dapat diambil kembali. Identifikasi pasien
yang tepat untuk obat yang tepat, dalam dosis yang tepat, pada waktu yang tepat, melalui rute
yang tepat sangat penting untuk mencegah kesalahan pengobatan. Semua obat harus disiapkan
menurut petunjuk pabrik, dan tenaga medis harus memastikan mereka menyadari tindakan,
kontraindikasi dan efek samping obat yang diberikan.

You might also like