Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 14

JENIS-JENIS SYOK

JENIS-JENIS SYOK DAN PENGERTIANNYA

Berdasarkan etiloginya maka syok digolongkan atas beberapa macam yaitu :Syok Hipovolemik,
Syok Kardiogenik, Syok Distributif, dan Syok Obstruktif

SYOK HIPOVOLEMIK

Pengertian

Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan penurunan volume
intravascular. Cairan tubuh terkandung dalam kompartemen intraseluler dan ekstraseluler. Cairan
intraseluler menempati hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan cairan tubuh ekstraseluler
ditemukan dalam salah satu kompartemen intavaskular dan interstitial. Volume cairan interstitial
adalah kira-kira 3-4x dari cairan intravascular. Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume
intavaskuler 15% sampai 25%. Hal ini akan menggambarkan kehilangan 750 ml sampai 1300 ml
pada pria dgn berat badan 70 kg.

Etiologi

Kondisi-kondisi yang menempatkan pasien pada resiko syok hipovolemik adalah (1) kehilangan
cairan eksternal seperti : trauma, pembedahan, muntah-muntah, diare, diuresis, (2) perpindahan
cairan internal seperti : hemoragi internal, luka baker, asites dan peritonitis

SYOK KARDIOGENIK

Pengertian

Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang mengakibatkan curah
jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali.

Etiologi

Penyebab syok kardiogenik mempunyai etiologi koroner dan non koroner. Koroner, disebabkan
oleh infark miokardium, Sedangkan Non-koroner disebabkan oleh kardiomiopati, kerusakan
katup, tamponade jantung, dan disritmia.

SYOK DISTRIBUTIF

Pengertian
Syok distributif atau vasogenik terjadi ketika volume darah secara abnormal berpindah tempat
dalam vaskulatur seperti ketika darah berkumpul dalam pembuluh darah perifer.

Etiologi

Syok distributif dapat disebabkan baik oleh kehilangan tonus simpatis atau oleh pelepasan
mediator kimia ke dari sel-sel. Kondosi-kondisi yang menempatkan pasien pada resiko syok
distributif yaitu (1) syok neurogenik seperti cedera medulla spinalis, anastesi spinal, (2) syok
anafilaktik seperti sensitivitas terhadap penisilin, reaksi transfusi, alergi sengatan lebah (3) syok
septik seperti imunosupresif, usia yang ekstrim yaitu > 1 thn dan > 65 tahun, malnutrisi

Berbagai mekanisme yang mengarah pada vasodiltasi awal dalam syok distributif lebih jauh
membagi klasifikasi syok ini kedalam 3 tipe :

1. Syok Neorugenik

Pada syok neurogenik, vasodilatasi terjadi sebagai akibat kehilangan tonus simpatis. Kondisi ini
dapat disebabkan oleh cedera medula spinalis, anastesi spinal, dan kerusakan sistem saraf. Syok
ini juga dapat terjadi sebagai akibat kerja obat-obat depresan atau kekurangan glukosa (misalnya
: reaksi insulin atau syok). Syok neurogenik spinal ditandai dengan kulit kering, hangat dan
bukan dingin, lembab seperti terjadi pada syok hipovolemik. Tanda lainnya adalah bradikardi.

2. Syok Anafilaktik

Syok anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien yang sebelumnya sudah membentuk
anti bodi terhadap benda asing (anti gen) mengalami reaksi anti gen- anti bodi sistemik.

3. Syok Septik

Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributuf dan disebabkan oleh infeksi yang
menyebar luas. Insiden syok septik dapat dikurangi dengan melakukan praktik pengendalian
infeksi, melakukan teknijk aseptik yang cermat, melakukan debriden luka ntuk membuang
jarinan nekrotik, pemeliharaan dan pembersihan peralatan secara tepat dan mencuci tangan
secara menyeluruh
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Syok


Syok adalah kondisi yang mengancam kehidupan dimana aliran darah tubuh menurun sehingga
suplai nutrisi dan oksigen yang didistribusikan ke sel dan organ berkurang. Syok adalah kondisi
klinis yang ditandai dengan hipotensi (tekanan darah sistol <90 mmHg atau MAP <60 mmHg
atau menurun >30% selama 30 menit), oliguria (haluaran urin <20ml/jam atau 0,3 ml/kg/jam),
dan perfusi perifer buruk (CRT > 2 detik) (Worthley, 2000). Awalnya syok akan menimbulkan
cidera seluler yang mula-mula reversible dan kemudian bila keadaan shock berlangsung lama
menjadi irreversible (Isselbacher, dkk, 1999 dalam Fitria, 2010).

2.2 Derajat Syok


Berat dan ringannya syok (Tambunan Karmel, dkk, 1990, dalam Fitria, 2010).
1. Syok Ringan
Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan organ non-vital seperti kulit, lemak, otot rangka, dan
tulang. Jaringan ini relative dapat hidup lebih lama dengan perfusi rendah, tanpa adanya
perubahan jaringan yang menetap (irreversible). Kesadaran tidak terganggu, produksi urin
normal atau hanya sedikit menurun, asidosis metabolik tidak ada atau ringan.
2. Syok Sedang
Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun (hati, usus, ginjal, dan lainnya). Organ-
organ ini tidak dapat mentoleransi hipoperfusi lebih lama seperti lemak, kulit, dan otot. Oligouria
bisa terjadi dan asidosis metabolic. Akan tetapi kesadaran relatif masih baik.
3. Syok Berat
Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme kompensasi shock beraksi untuk
menyediakan aliran darah ke dua organ vital. Pada syok lanjut terjadi vasokonstriksi di semua
pembuluh darah lain. Terjadi oligouria dan asidosis berat, ganguan kesadaran dan tanda- tanda
hipoksia jantung (EKG Abnormal, curah jantung menurun).

2.3 Klasifikasi Syok

1. Syok Kardiogenik

Syok kardiogenik terjadi karena kerusakan pada jantung yang berat sehingga jantung tidak
mampu menyuplai cukup darah ke seluruh tubuh. Shock kardiogenik ini akibat depresi berat
kerja jantung sistolik. Shock kardiogenik dapat disebabkan kerusakan miokardium atau
penghambat mekanisme kontraktilitas jantung. Syok kardiogenik ditandai dengan tinggi CVP,
PAoP (> 18 mmHg), resistensi perifer, CO turun yang disertai kandungan oksigen pada vena
(Worthley, 2000).

1. Syok Hipovolemik

Syok hipovolemik adalah perdarahan dan kehilangan cairan yang banyak akibat sekunder dari
muntah, diare, luka bakar, atau dehidrasi menyebabkan pengisian ventrikel tidak adekuat, seperti
penurunan preload berat, direfleksikan pada penurunan volume, dan tekanan end diastolic
ventrikel kanan dan kiri. Perubahan ini yang menyebabkan shock dengan menimbulkan isi
sekuncup (stroke volume) dan curah jantung yang tidak adekuat. Syok hipovolemik dapat
menyebabkan kerusakan pada berbagai organ (Fitria, 2010).

1. Syok Anafilatik

Syok anafilatik adalah shock yang mengancam jiwa diakibatkan reaksi alergi. Syok anafilatik ini
terjadi akibat reaksi alergi yang dimediasi oleh IgE pada sel mast dan basofil yang diakibatkan
oleh antigen tertentu yang menyebabkan terjadinya pelepasan mediator - mediator sepagai
respon imun. Hal ini mengakibatkan terjadinya vasodilatasi perifer, konstriksi bronkhus, ataupun
dilatasi pembuluh darah lokal. Mediator yang terlepas terdiri dari primer dan sekunder. mediator
primer meliputi histamin, serotonin, Eosinofil chemotactic factor dan enzim proteoitik.
Sedangkan mediator sekunder meliputi PAD, bradikinin, prostagandin, dan leukotriene.

1. Syok Sepsis

Syok sepsis adalah kondisi serius yang terjadi karena penyebaran infeksi dalam tubuh telah
meluas sehingga tekanan darah menurun drastis. Syok sepsis sering terjadi pada usia sangat
muda atau sangat tua karena sistem imunnya lebih rentan.

1. Syok Neurogenik

Syok neurogenik adalah salah satu jenis dari syok distributif. Syok neurogenik ditandai dengan
kurangnya volume darah intravaskular. Sistem saraf simpatis tidak dapat untuk mengatur
distribusi aliran darah sehingga terjadi vasodilatasi. Vasodilatasi pembuluh darah menyebabkan
preload menurun dan tekanan darah menurun. Penurunan tekanan darah akan mengakibatkan
perfusi jaringan menurun sehingga sel gagal untuk bermetabolisme.

2.4 Etiologi Syok

1. Syok Kardiogenik

a. Cidera miokardium

1. Infark miokard
Penyebab paling sering adalah 40% lebih karena infark miokard ventrikel kiri, yang
menyebabkan penurunan kontraktilitas ventrikel kiri yang berat, dan kegagalan pompa ventrikel
kiri (Fitria, 2010).

2. Kardiomiopati

3. Bypass jantung

4. Trauma jantung

5. Miokarditis

6. Gangguan mekanisme ventrikel

Regurgitasi aorta atau mitral akut, biasanya disebabkan oleh infark miokard akut, dapat
menyebabkan penurunan yang berat pada curah jantung forward (aliran darah keluar melalui
katub aorta ke dalam sirkulasi arteri sistemik) dan karenanya menyebabkan shock kardiogenik
(Fitria, 2010).

b. Mekanisme kontraksi terhambat

1. Keracunan obat

a. Antiaritmia, lokal anastesi


b. Antihistamin
c. Tricyclic antidepresan
d. β-adrenergic bloker
e. Calcium-channel inhibitor

2. Anafilatik

3. Septikemia

4. Pankreatitis

5. Peritonitis bilier

6. Gangguan endokrin

a. Krisis Addison
b. Apopleksi pituitary
c. Miksoedema
1. Syok Hipovolemik

a. Excessive perspiration
b. Kehilangan darah:

1. Hemotorak
2. Laserasi hati, ginjal, limpa
3. Perdarahan gastrointestinal
4. Ruptur aorta
5. Fraktur

c. Kehilangan plasma:

1. Pankreatitits
2. Peritonitis
3. Luka bakar
4. Diare
5. Muntah
6. Terapi diuretik

1. Syok Anafilatik

a. Alergi obat, misal antibiotik (penicillin, tetracycline, streptomycin, dan erythromycin)


b. Alergi makanan
c. Gigitan binatang, yaitu gigitan anjing (rabies), tawon, laba-laba, dan bisa ular

1. yok Sepsis

a. Bakteri
b. Jamur
c. Virus

1. Syok Neurogenik

a. Cidera pada tulang belakang (T6 keatas)


b. Trauma psikologis (ketakutan berlebih, ansietas, dan stres) menyebabkan hilangnya sistem
saraf otonomi hingga menyebabkan vasodilatasi berlebih
c. Stimulasi saraf vagus hingga merusak SSO hingga sistem parasimpatis lebih dominan dan
menyebabkan vasodilatasi.

2.5 Manifestasi Klinis


.1 Tabel Manifestasi Klinis Syok

1. Syok Kardiogenik

a. Nyeri dada
b. Koma
c. Oliguri (kurang dari 20 ml/ jam)
d. Nadi cepat
e. Pernapasan cepat dan dangkal
f. Agitasi
g. Diaphoresis
h. Akral dingin
i. Kulit pucat
j. Sianotik (Fitria, 2010)

1. Syok Hipovolemik

a. Ansietas
b. Akral dingin
c. Penurunan haluaran urin
d. Pallor
e. Napas cepat
f. Diaphoresis
g. Tidak sadar
h. Takikardi

i. Hipotensi
j. Pucat
k. Sianosis (Tambunan Karmel, dkk, 1990, dalam Fitria, 2010).

1. Syok Anafilatik

a. Nyeri abdomen
b. Ansietas
c. Batuk
d. Diare
e. Sulit bernapas dan menelan
f. Sakit kepala
g. Gatal
h. Kongestif nasal
i. Mual dan muntah
j. Palpitasi
k. Bengkak pada wajah, mata dan lidah

l. Sesak
m. Tidak sadar
n. Kulit kemerahan

1. Syok Sepsis

1. Fase Hiperdinamik/ Shock panas (warm shock):

Gejala dini:

a. Hiperventilasi
b. Tekanan vena sentral meninggi
c. Indeks jantung naik
d. Alkalosis
e. Oligouria
f. Hipotensi
g. Daerah akral hangat
h. Tekanan perifer rendah
i. Laktikasidosis

2. Fase Hipodinamik:

a. Tekanan vena sentral menurun


b. Hipotensi
c. Curah jantung berkurang
d. Vasokonstriksi perifer
e. Daerah akral dingin
f. Asam laktat meninggi
g. Keluaran urin berkurang (Fitria, 2010).

1. Syok Neurogenik
Tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bradikardi, sesudah pasien menjadi tidak sadar,
barulah nadi bertambah cepat. Pengumpulan darah di dalam arteriol, kapiler, dan vena, maka
kulit terasa agak hangat dan cepat berwarna kemerahan. (Firtia, 2010).

a. Efek cardioinhibitor: bradyarrhythmias dan kemungkinan asistol


b. Vasodepresi: dilatasi pembuluh darah perofer, menurunkan resistensi sistem vascular,
hipotensi
c. Bradikardi
d. Hipotermia
e. Kulit kering, hangat, dan merah
f. Paralisis
g. Hilangnya distensi vena jugularis
h. pH darah asam

2.6 Komplikasi

1. Syok Kardiogenik

a. Sebagian besar otot jantung tidak mampu untuk berkontraksi


b. Ruptur pada otot jantung
c. Ventrikular takikardi, ventrikular fibrilasi, dan SVT
d. Perkardial tamponade
e. Kerusakan pada katup mitral
f. Kerusakan pada septum ventrikel kanan dan kiri
g. Bradikardia
h. Gangguan sistem elektrik jantung

1. Syok Hipovolemik

a. Kerusakan ginjal
b. Gangguan fungsi otak
c. Henti jantung dan henti napas
d. Kerusakan organ
e. Kematian

1. Syok Anafilatik

a. Bronkospasme
b. Henti jantung
c. Henti napas
1. Syok Sepsis

a. Henti napas
b. Henti jantung
c. Gangren dapat terjadi dan dapat memungkinkan untuk tindakan amputasi
d. MODS

1. Syok Neurogenik

a. Penumpukan darah vena di ekstremitas bawah memicu terjadinya DVT (Deep Vein
Thrombosis) yang berakhir pada emboli paru. Semua pasien yang berisiko DVT diberi
terapi profilaksis.
b. MODS (Multiple Organ Dysfunction Syndromes)

1. Langkah Pertolongan Pertama dalam Menangani Syok

Pertolongan pertama ketika terjadi shock menurut Alexander R H, Proctor H J. Shock., (1993,
dalam Fitria, 2010)
1. Posisi Tubuh

1. Posisi tubuh penderita diletakkan berdasarkan letak luka. Secara umum posisi penderita
dibaringkan telentang dengan tujuan meningkatkan aliran darah ke organ-organ vital.
2. Apabila terdapat trauma pada leher dan tulang belakang, penderita jangan digerakkan
sampai persiapan transportasi selesai, kecuali untuk menghindari terjadinya luka yang
lebih parah atau untuk memberikan pertolongan pertama seperti pertolongan untuk
membebaskan jalan napas.
3. Penderita yang mengalami luka parah pada bagian bawah muka, atau penderita tidak
sadar, harus dibaringkan pada salah satu sisi tubuh (berbaring miring) untuk memudahkan
cairan keluar dari rongga mulut dan untuk menghindari sumbatan jalan nafas oleh muntah
atau darah. Penanganan yang sangat penting adalah meyakinkan bahwa saluran nafas tetap
terbuka untuk menghindari terjadinya asfiksia.
4. Penderita dengan luka pada kepala dapat dibaringkan telentang datar atau kepala agak
ditinggikan. Tidak dibenarkan posisi kepala lebih rendah dari bagian tubuh lainnya.
5. Kalau masih ragu tentang posisi luka penderita, sebaiknya penderita dibaringkan dengan
posisi telentang datar.
6. Pada penderita-penderita shock hipovolemik, baringkan penderita telentang dengan kaki
ditinggikan 30 cm sehingga aliran darah balik ke jantung lebih besar dan tekanan darah
menjadi meningkat. Tetapi bila penderita menjadi lebih sukar bernafas atau penderita
menjadi kesakitan segera turunkan kakinya kembali.
2. Pertahankan Respirasi

1. Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan, bila ada sekresi atau muntah.
2. Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan nafas
(Gudel/oropharingeal airway).
3. Berikan oksigen 6 liter/menit
4. Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan pompa sungkup
(Ambu bag) atau ETT.

3. Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau nadi, tekanan darah, warna kulit,
isi vena, produksi urin, dan (CVP).

DAFTAR PUSTAKA

https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000167.htm
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000039.htm
Fitria, Nur. 2010. Shock dan Penanganannya. GASTER, Vol.7 No.2. http://www.jurnal.stikes-
aisyiyah.ac.id/index.php/gaster/article/view/60/57 diakses pada tanggal 12 Maret 2016 pukul
13.15 WIB
Hardisman. 2014. Gawat Darurat Medis Praktis. Jakarta : EGC
King, Kenneth J., Olson, DaiWai M. What You Should Know About Neurogenic Shock.
American Nurse Today. Februari 2007.
Mack, Elizabeth H. Neurogenic Shock. The Open Pediatric Journal, 2013, 7 16-18.
Worthley, L. I. G. Shock: A review of Pathophisiology and Management. Part I. Critical Care
and Resuscitation 2000; 2: 55-65
Penanganan Syok

Penanganan Syok
Posted by yusuf wempie Posted on 03:23 with 5 comments

Pengertian :

1. Syok adalah kondisi hilangnya volume darah sirkulasi efektif. Kemudian diikuti perfusi
jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya gangguan metabolik selular.
Pada beberapa situasi kedaruratan adalah bijaksana untuk mengantisipasi kemungkinan
syok. Seseorang dengan cidera harus dikaji segera untuk menentukan adanya syok.
Penyebab syok harus ditentukan (hipovolemik, kardiogenik, neurogenik, atau septik
syok).(Bruner & Suddarth,2002).
2. Syok adalah suatu keadaan serius yang terjadi jika sistem kardiovaskuler (jantung dan
pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang
memadai; syok biasanya berhubungan dengan tekanan darah rendah dan kematian sel
maupun jaringan. Syok terjadi akibat berbagai keadaan yang menyebabkan berkurangnya
aliran darah, termasuk kelainan jantung (misalnya serangan jantung atau gagal jantung),
volume darah yang rendah (akibat perdarahan hebat atau dehidrasi) atau perubahan pada
pembuluh darah (misalnya karena reaksi alergi atau infeksi).
3. Syok adalah kondisi kritis akibat penurunan mendadak dalam aliran darah yang melalui
tubuh. Ada kegagalan sistem peredaran darah untuk mempertahankan aliran darah yang
memadai sehingga pengiriman oksigen dan nutrisi ke organ vital terhambat. Kondisi ini
juga mengganggu ginjal sehingga membatasi pembuangan llimbah dari tubuh.

Macam-macam Syok :

1. Syok kardiogenik (berhubungan dengan kelainan jantung)


2. Syok hipovolemik ( akibat penurunan volume darah)
3. Syok anafilaktik (akibat reaksi alergi)
4. Syok septik (berhubungan dengan infeksi)
5. Syok neurogenik (akibat kerusakan pada sistem saraf).
Patofisiologi Syok :

Penyebab :

1. Perdarahan (syok hipovolemik)


2. Dehidrasi (syok hipovolemik)
3. Gagal jantung (syok kardiogenik)
4. Trauma atau cedera berat
5. Serangan jantung (syok kardiogenik)
6. Cedera tulang belakang (syok neurogenik)
7. Infeksi (syok septik)
8. Reaksi alergi (syok anafilaktik)
9. Sindroma syok toksik.

Tanda-tanda syok :

1. Gelisah, pucat, keringat berlebihan dan kulit lembab


2. Bibir dan kuku jari tangan tampak kebiruan
3. Nyeri dada
4. Kulit Lembab Dan Dingin
5. Pembentukan Air Kemih Berkurang Atau Sama Sekali Tidak Terbentuk Air Kemih
6. Pusing
7. Pingsan
8. Tekanan Darah Rendah (Hipotensi), tapi Tidak semua hipotensi adalah syok
9. Denyut nadi yang cepat,pernafasan dangkal , Lemah dan sampai tidak sadarkan diri
Penanganan Syok

1. Secara umum yaitu sebagai penolong yang berada di tempat kejadian, hal yang pertama-
tama dapat dilakukan apabila melihat ada korban dalam keadaan syok adalah :
2. Melihat keadaan sekitar apakah berbahaya (danger) , baik untuk penolong maupun yang
ditolong (contoh keadaan berbahaya : di tengah kobaran api)
3. Buka jalan napas korban, dan pertahankan kepatenan jalan nafas (Airway)
4. Periksa pernafasan korban (Breathing)
5. Periksa nadi dan Cegah perdarahan yang berlanjut (Circulation)
6. Peninggian tungkai sekitar 8-12 inchi jika ABC clear
7. Cegah hipotermi dengan menjaga suhu tubuh pasien tetap hangat (misal dengan selimut)
8. Lakukan penanganan cedera pasien secara khusus selama menunggu bantuan medis tiba.

Periksa kembali pernafasan, denyut jantung suhu tubuh korban (dari hipotermi) setiap 5 menit.

Pengobatan :

1. Penderita dijaga agar tetap merasa hangat dan kaki sedikit dinaikkan untuk
mempermudah kembalinya darah ke jantung.
2. Setiap perdarahan segera dihentikan dan pernafasan penderita diperiksa.
3. Jika muntah, kepala dimiringkan ke satu sisi untuk mencegah terhirupnya muntahan.
4. Jangan diberikan apapun melalui mulut.
5. Tenaga kesehatan bisa memberikan bantuan pernafasan mekanis.
6. Obat-obatan diberikan secara intravena.
7. Obat bius (narkotik), obat tidur dan obat penenang biasanya tidak diberikan karena
cenderung menurunkan tekanan darah.
8. Cairan diberikan melalui infus. Bila perlu, diberikan transfusi darah.
9. Cairan intravena dan transfusi darah mungkin tidak mempu mengatasi syok jika
perdarahan atau hilangnya cairan terus berlanjut atau jika syok disebabkan oleh serangan
jantung atau keadaan lainnya yang tidak berhubungan dengan volume darah.
10. Untuk menambah aliran darah ke otak atau jantung bisa diberikan obat yang
mengkerutkan pembuluh darah.

Demikianlah pengetahuan mengenai syok ini, semoga bermanfaat bagi sobat sekalian.

You might also like