Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

Jurnal E-ISSN: 2615-2665

Ilmu Alam Homepage: www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/jia


JIA
Indonesia
Volume X, No X, Juli 2018

Penerapan PBL Terintegrasi Imtaq Untuk Meningkatkan Spiritual Quotient


(SQ) Siswa
Halimatus Sa`diah Jaya1, Anda Juanda2, Yuyun Maryuningsih3
1
Jurusan Tadris IPA-Biologi/ Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon, Jawa Barat, 45132, Indonesia
2
Jurusan Tadris IPA-Biologi/ Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon, Jawa Barat, 45132, Indonesia
3
Jurusan Tadris IPA-Biologi/ Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon, Jawa Barat, 45132, Indonesia

x
Corresponding author: Cipicung Street, Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, Jawabarat, 45652, Indonesia. E-mail addresses:
halimatuscesfour@gmail.com

DOI:LINK

Article history Abstract


The background of this study is the students are less understanding himself, the decline in values that
Received XXXX occur today due to low SQ students. In order to improve students' SQ is by learning through the
Received in revised form XXXX application of PBL integrated imtaq. This study aims to: (1) know the application of PBL integrated
Accepted XXXX imtaq; (2) to examine the significant differences in student SQ improvement; (3) to examine the
difference in the significant increase of student learning outcomes. The design of this research is pretest-
posttest control group design. The sample was chosen by purposive sampling. The data collection
techniques using tests, observations and questionnaires. Data were analyzed including normality test,
homogeneity and hypothesis test. The result of the research shows that Implementation PBL integrated
imtaq model in the class implemented with PBL integrated imtaq reaches 90%. There is a significant
difference in student SQ improvement between the classes that are implemented PBL integrated imtaq
with a class that does not implement an PBL integrated imtaq with a significance of 0.000. There is a
significant difference in the improvement of student learning outcomes between the classes implemented
with PBL integrated imtaq with non-implemented class PBL integrated imtaq with a significance of
0.000.

Keywords: PBL Model, Imtaq, Spiritual Quotient (SQ), Learning Outcomes

Abstrak
Latar belakang penelitian ini adalah siswa kurang memahami dirinya, kemerosotan nilai-nilai yang terjadi
saat ini disebabkan rendahnya SQ siswa. Agar dapat meningkatkan SQ siswa yaitu dengan pembelajaran
melalui penerapan PBL terintegrasi imtaq. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui penerapan PBL
terintegrasi imtaq; (2) mengkaji perbedaan peningkatan SQ siswa yang signifikan; (3) mengkaji
perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan. Desain penelitian ini adalah pretest-posttest
control group design. Sampel dipilih dengan purposive sampling. Adapun teknik pengambilan data
dengan menggunakan tes, observasi dan angket. Data dianalisis meliputi uji normalitas, homogenitas dan
uji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan model PBL terintegrasi imtaq di kelas yang
diterapkan PBL terintegrasi imtaq terlaksana dengan baik mencapai 92%. Terdapat perbedaan
peningkatan SQ siswa yang signifikan antara kelas yang diterapkan PBL terintegrasi imtaq dengan kelas
yang tidak diterapkan PBL terintegrasi imtaq dengan signifikansi 0.000. Terdapat perbedaan peningkatan
hasil belajar siswa yang signifikan antara kelas yang diterapkan PBL terintegrasi imtaq dengan kelas yang
tidak diterapkan PBL terintegrasi imtaq dengan signifikansi 0.000.

Kata Kunci : Model PBL, Imtaq, Spiritual Quotient (SQ), Hasil Belajar

©2018 Jurnal Ilmu Alam Indonesia. All rights reserved.


Penerbit: Tadris IPA Biologi, IAIN Syekh Nurjati Cirebon

1. Pendahuluan/Introduction
Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia mengupayakan perbaikan di berbagai
dimensi kehidupan salah satunya di bidang pendidikan. Menurut Sumaatmaja (2002: 40)
pendidikan memiliki cakupan yang sangat luas meliputi multidisiplin, interdisiplin dan cross
disiplin pengetahuan. Pendidikan diharapkan dapat membentuk karakter setiap siswa menjadi
manusia beriman dan taqwa, memiliki budi pekerti, berwawasan luas dan skill, sehat jasmani dan
rohani (Depdiknas, 2001: 1). Pendidikan memiliki jenis program yang secara umum dibagi menjadi
tiga yaitu pendidikan akademik (kognitif), pendidikan keterampilan (psikomotor) dan pendidikan
nilai (afektif). Salah satu aspek pendidikan nilai yang tidak boleh dilupakan adalah nilai imtaq yang
bersumber dari Al-quran atau hadist.
Pendidikan nilai imtaq bertujuan membentuk kepribadian yang berakhlak mulia, nilai-nilai yang
diperoleh siswa di sekolah dapat menjadi bekal untuk pendidikan yang lebih tinggi. Melalui
pendidikan nilai imtaq yang diterapkan maka diharapkan setiap siswa mampu mengintegrasikannya
ke dalam setiap pelajaran. Tidak ada artinya jika prestasi siswa sangat baik dalam hal akademik
tidak disertai dengan akhlak mulia. Dalam Alqur`an disebutkan bahwa:
)43(‫اس ۖ َو َما يَ ْع ِقلُ َها إِ ََّّل ْالعَا ِل ُمون‬
ِ َّ‫َو ِت ْلكَ ْاْل َ ْمثَا ُل نَض ِْربُ َها ِللن‬
“Perumpamaan-perumpamaan itu Kami lukiskan untuk manusia, tetapi tiadalah yang
memahaminya, melainkan orang-orang yang berilmu,” (Q.S. Al-Ankabut: 43)
Muatan nilai dan sikap dapat diperoleh melalui model tertentu salah satunya adalah Problem
based learning (PBL). Menurut Arends (2007:85) PBL merupakan salah satu strategi pembelajaran
aktif, dalam hal ini siswa dilatih untuk membangun pengetahuan secara mandiri melalui
penyelidikan atas suatu masalah. Penelitian Yew (2016) menunjukan bahwa PBL berpengaruh
secara signifikan terhadap hasil belajar siswa. Penelitian Phungsuk (2017) diperoleh hasil bahwa
PBL dengan menggunakan virtual learning environment mampu meningkatkan kemampuan belajar
siswa dan kemampuan memecahkan masalah siswa. Selain itu, penelitian Winarsih (2012)
menggunakan penerapan PBL dengan hasil Lesson study mampu meningkatkan profesionalisme
guru, proses dan hasil belajar siswa.
Menurut Zohar dan Marshall (2007: 3) spiritual quotient (SQ) merupakan kecerdasan
interpersonal yang berasal dari dalam diri seseorang dan berhubungan dengan kesadaran jiwa. SQ
sangat diperlukan bagi siswa agar lebih siap menghadapi problematika baik dalam tugas belajar
maupun dalam kehidupan masyarakat. Penelitian mengenai kecerdasan spiritual pernah dilakukan
oleh Suryaningsih (2016) dengan hasil terdapat perbedaan rata-rata peningkatan kecerdasan
spiritual antara kelas yang diterapkan pembelajaran terpadu tipe Shared dengan yang tidak
diterapkan. Kalyanasundaram (2014) meneliti pengaruh spiritualitas terhadap kinerja seseorang
hasilnya menunjukan bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap kemampuan kinerja
seseorang.
Berdasarkan studi pendahulaun, egiatan pembelajaran Biologi di SMAN 1 Dukupuntang belum
optimal, karena pembelajaran biologi banyak mengembangkan KI tiga sementara KI satu tidak
dintegrasikan. Pengintegrasian nilai Imtaq perlu dilakukan agar siswa dapat merasakan kehadiran
Allah dalam segala aktivitas. Selama pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa masih pasif,
tidak disiplin dalam tugas dan kurang bersabar dalam mengikuti prosesnya. Hal tersebut terjadi
karena siswa kurang memahami tujuan hidupnya, kurang sabar, dan kurang memahami tanggung
jawab. Selain itu, bagi siswa materi sistem eksresi cukup sulit karena terkait proses-proses yang
sebenarnya bersifat abstrak. Hasil dari tes pada materi sistem eksresi hanya mencapai nilai rata-rata
33.67. Hasil yang jauh untuk mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 73.

2. Metode Penelitian/Method
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu dari bulan Maret sampai April 2018. Sampel
yang dipilih secara purposive sampling, adapun sampel yang dipilih masing-masing sebanyak 35
siswa yaitu siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 pada semester genap tahun ajaran 2017-2018 di
SMAN 1 Dukupuntang. Penelitian ini menggunakan desain pretes-posttest control group design,
kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen yang diterapkan PBL terintegrasi imtaq dan kelas XI IPA
2 sebagai kelas kontrol yang diterapkan metode ceramah dan diskusi. Teknik pengumpulan data
menggunakan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa saat penerapan PBL terintegrasi
imtaq, angket SQ (pretes-posttest) untuk mengukur perbedaan peningkatan SQ siswa dan tes
(pretes-posttest) untuk melihat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang diterapkan PBL
terintegrasi imtaq dengan kelas yang tidak diterapkan PBL terintegrasi imtaq.

3. Hasil dan Pembahasan/Result and Discussion


Penelitian ini merupakan salah satu penelitian penerapan yang menerapkan salah satu model
pembelajaran yaitu PBL terintegrasi imtaq. Model PBL terintegrasi imtaq adalah model
pembelajaran siswa aktif yang dapat membantu siswa belajar secara mandiri melalui proses
penyelidikan untuk menyelesaikan suatu permasalahan kontekstual yang diintegrasikan dengan
nilai-nilai Imtaq. Adapun hasil penelitian yang akan dibahas yaitu 1) penerapan PBL terintegrasi
imtaq di kelas eksperimen, 2) perbedaan peningkatan SQ siswa antara kelas eksperimen dengan
kelas kontrol dan 3) perbedaan peningkatan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dengan
kelas kontrol.
3.1 Penerapan PBL Terintegrasi Imtaq di Kelas Eksperimen
Berdasarkan hasil observasi, kegiatan pembelajaran PBL terintegrasi imtaq tergarmbar ke dalam
9 aktivitas siswa yaitu 1) mengidentifikasi masalah, 2) menemukan konsep, 3) mengumpulkan
informasi, 4) memberikan saran, 5) melakukan tugas penyelidikan, 6) mengerjakan tugas LKS, 7)
mempresentasikan hasil penyelidikan, 8) menanggapi hasil penyelidikan dan 9) mengevaluasi
proses penyelidikan. Adapun aktivitas siswa dalam penerapan PBL terintegrasi imtaq dapat dilihat
sebagai berikut.

100 100 99 100 100 100


92 8699 97 91
90 84 83
76 76 81 79
80
69
70
Prosentase

60
50
Pertemuan Ke-1
40
30 Pertemuan Ke-2
20
10
0
Akt1Akt2Akt3Akt4Akt5Akt6Akt7Akt8Akt9
Aktivitas Siswa

Gambar 1 Grafik Hasil Observasi Aktivitas Siswa


Berdasarkan gambar 1 dapat diketahui bahwa secara umum penerapan PBL terintegrasi imtaq
mengalami peningkatan dari setiap pertemuan, kecuali pada kegiatan mengidentifikasi masalah
yang ketercapaiannya 100% sejak pertemuan pertama sampai pada pertemuan kedua dengan
kategori baik. Keseluruhan aktivitas PBL terintegrasi imtaq tersebut pada pertemuan pertama
terlaksana 87%, sedangkan pada pertemuan kedua terlaksana 92 %, sementara itu dalam dua
pertemuan keterlaksanaan PBL terintegrasi imtaq mencapai 90% dengan kategori baik.
Secara umum aktivitas siswa dalam penerapan PBL terintegrasi imtaq meningkat setiap
pertemuannya, aktivitas siswa pada pertemuan pertama dan kedua memiliki prosentase
keterlaksanaan tertinggi yaitu pada aktivitas mengidentifikasi masalah, karena siswa sudah mampu
memahami permasalahan yang terdapat di LKS, selain itu pada pertemuan kedua keterlaksanaan
aktivitas yang mencapai 100% juga pada saat mengevaluasi proses penyelidikan hal tersebut terjadi
karena siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran berbasis masalah dan mereka bisa menilai
kekurangan selama proses pemecahan masalah. Aktivitas terendah baik pada pertemuan pertama
dan kedua yaitu pada saat mengumpulkan informasi. Hal tersebut terjadi karena siswa belum
terbiasa mengumpulkan informasi dari buku dan artikel penelitian, mereka terbiasa mengumpulkan
informasi hanya dari website.
Melalui PBL terintegrasi imtaq, siswa mampu melakukan identifikasi masalah dengan baik
karena masalah yang terdapat di LKS merupakan masalah yang sering dialami siswa. Menurut
Trianto (2007) PBL dapat menggali kemampuan problem solving siswa. Kemampuan pemecahan
masalah seharusnya dimiliki setiap siswa melalui kegiatan yang aktif dan mandiri dalam pencarian
data sehingga diperoleh penyelesaian masalah. PBL merupakan keseluruhan langkah pembelajaran
yang melibatkan keaktifan siswa dalam kegiatan proses belajar melalui penyajian masalah yang
nyata, siswa menggali informasi yang dibutuhkan dan melakukan penyelidikan untuk mendapatkan
jalan terbaik dari suatu masalah, sehingga diperoleh data.
Hasil penelitian menunjukan bahwa PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir
(metakognitif) mahasiswa karena mahasiswa diberikan kesempatan untuk menggali informasi
sebanyak-banyaknya dan diberikan keleluasaan untuk menggunakan sarana belajar yang diperlukan
sehingga siswa mampu mengkonstruksi pengetahuanya sendiri. Proses pemecahan masalah yang
harus melalui proses penyelidikan menyebabkan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran (Danial,
2010; Sholihah, 2010). Penerapan PBL terintegrasi imtaq mampu mendorong siswa untuk aktif
terlibat dalam kegiatan pembelajaran baik itu pada proses perencanaan, penyelidikan maupun saat
diskusi berlangsung. Pengetahuan diperoleh dengan membangun pengetahuan secara mandiri dari
masalah yang ada didukung dengan berbagai informasi yang digali siswa.
Sesuai dengan Penelitian Maryuningsih (2013) penerapan PBL dapat menumbuhkan
kemandirian belajar, keterampilan kerja ilmiah dan literasi sains pada mahasiswa secara signifikan.
Pada penelitian tersebut PBL dapat mendorong siswa untuk belajar berpendapat dan memunculkan
pertanyaan-pertanyaan, sehingga dapat menggali kemampuan komunikasi mahasiswa. PBL
memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menggali informasi secara mendalam. Selain itu
penerapan PBL bertujuan untuk meningkatkan peran siswa dalam belajar sehingga meningkatkan
prestasi siswa, karena siswa belajar memahami konsep, mengidentifikasi permasalahan,
mengumpulkan informasi serta menemukan hipotesis sesuai informasi yang dihasilkan (Made,
2008: 76).
3.2 Perbedaan Peningkatan SQ Siswa Antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol
Kegiatan pembelajaran di kelas Eksperimen diterapkan PBL terintegrasi imtaq, sedangkan pada
kelas kontrol diterapkan metode ceramah dan diskusi. Perbedaan perlakuan tersebut menyebabkan
terjadinya perbedaan peningkatan SQ siswa yang diperolah masing-masing siswa. Perbedaan
peningkatan SQ siswa berdasarkan acuan indikator SQ yang dikeluarkan Labmend (Laboratory for
Management Development) dengan lima aspek yaitu shiddiq, istiqamah, fathanah, amanah dan
tabligh. Aspek shiddiq dengan indikator jujur. Aspek istiqamah dengan indikator sabar, memiliki
visi. Aspek fathanah terdiri dari indikator diberi hikmah, disiplin, memilih yang terbaik. Aspek
amanah meliputi indikator dapat dipercaya dan tanggung jawab. Aspek tabligh memiliki indikator
komunikasi, bijaksana dan empati (Tasmara, 2001: 232).
Data nilai rata-rata SQ siswa yang diperoleh dari pretest SQ dan postest SQ kelas eksperimen
dan kontrol dapat dilihat pada gambar berikut.
100 86.89 79.40

80 67.2971.66

60

Nilai
EKSPERIMEN
40
KONTROL
20
0
PRETES SQ POSTES SQ
Tes

Gambar 2 Grafik Nilai Rata-rata Pretest-Posttest SQ Siswa


Berdasarkan grafik nilai rata-rata pretest SQ dan postest SQ (gambar 2) yang diperoleh dari tes
SQ sebelum pembelajaran dan tes SQ setelah pembelajaran di kelas eksperimen dan kontrol dapat
diketahui bahwa SQ awal siswa di kelas eksperimen dengan rata-rata 67.29 lebih rendah dibanding
pada SQ awal kelas kontrol yaitu 71.66. Namun berbeda pada saat setelah pembelajaran hasil
perolehan posttest SQ kelas eksperimen lebih tinggi dengan rata-rata 86.89 dibandingkan dengan
posttest SQ kelas kontrol yang mengalami peningkatan hanya mencapai rata-rata 79.40.
Perbedaan peningkatan SQ siswa antara kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat dari nilai
gain yang telah dinormalisasikan dengan nilai tidak melebihi skor 1. Perolehan N gain dari kelas
eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada grafik berikut.

1
0.9
0.8
0.7 0.60
N-Gain

0.6
0.5 Eksperimen
0.4 0.27
0.3 Kontrol
0.2
0.1
0

Kelas

Gambar 3 Grafik N-gain Hasil Tes SQ


Hasil perolehan N-gain dari kelas eksperimen dan kelas kontrol pada grafik N-gain (gambar 3)
menunjukan bahwa pada kelas eksperimen mengalami peningkatan SQ yang lebih tinggi
dibandingkan pada kelas kontrol. Kelas eksperimen mengalami rata-rata peningkatan SQ sebesar
0.60, sedangkan pada kelas kontrol mengalami rata-rata peningkatan sebesar 0.27. Kriteria
diperolah dari N-gain kelas eksperimen adalah sedang, sedangkan kriteria untuk kelas kontrol
adalah rendah. Berikut Hasil peningkatan SQ siswa setiap indikator SQ.
Perbedaan peningkatan SQ siswa tersebut terjadi karena perbedaan perlakuan antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Pembelajaran PBL terintengrasi imtaq mampu membuat siswa
semangat untuk mengikuti pembelajaran dengan baik, melatih kesabaran dengan mengerjakan
tugas penyelidikan yang harus diselesaikan serta mampu melatih daya nalar siswa untuk
memahami permasalahan yang ada dan mengaitkannya dengan nilai iman dan taqwa. Sehingga
langkah-langkah pembelajaran yang dilalui siswa mampu membangun SQ siswa.
1.00
0.90
0.80 0.73 0.71 0.70 0.68
0.70 0.65 0.63 0.64 0.62
0.59 0.56 0.59
0.60
N-gain

0.47
0.50 0.43
0.40 0.32 0.30 0.31 0.30 0.33 0.29 0.29 0.30 EKSPERIMEN
0.30 0.24
KONTROL
0.20
0.10
0.00
SQ 1 SQ 2 SQ 3 SQ 4 SQ 5 SQ 6 SQ 7 SQ 8 SQ 9 SQ SQ
10 11
Indikator SQ

Gambar 4 Grafik N-gain Setiap Indikator SQ


Grafik N-gain diatas menunjukan perbandingan peningkatan tes SQ siswa dari kelas eksperimen
dan kelas kontrol pada setiap indikator SQ. Hasil N-gain pada keseluruhan indikator meliputi
indikator 1) SQ 1 (sikap jujur), 2) SQ 2 (sabar), 3), SQ 3 (memiliki visi), SQ 4 (diberi hikmah), 5)
SQ 5 (disiplin), 6) SQ 6 (memilih yang terbaik, 7) SQ 7 (dapat dipercaya), 8) SQ 8 (tanggung
jawab), 9) SQ 9 (komunikasi), 10) SQ 10 (bijaksana), 11) SQ 11 (empati) baik pada kelas
eksperimen maupun kontrol mengalami peningkatan. Adapun peningkatan SQ setiap indikator
secara keseluruhan pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
Secara keseluruhan untuk semua indikator SQ menunjukan hasil yang berbeda antara dari kelas
yang diterapkan PBL terintegrasi imtaq dengan yang tidak diterapkan PBL terintegrasi imtaq
dengan signifikansi 0.000, hanya satu indikator yang menunjukan tidak terdapat perbedaan yaitu
pada indikator jujur. Hal tersebut menunjukan bahwa baik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
memiliki kecenderungan untuk bersikap jujur, karena pada hakikatnya sikap jujur adalah sikap
yang selalu berasal dari hati. Hati akan selalu berkata baik sehingga setiap orang pada dasarnya
memiliki hati yang baik.
Sesuai dengan penelitian Daryanes et al. (2013) bahwa pembelajaran dengan PBL yang
diterapkan di sekolah mampu meningkatkan kemampuan berkomunikasi antar anggota kelompok
dalam mengerjakan tugas kelompok, selain itu sikap empati siswa akan terbentuk karena siswa
belajar menghargai setiap pendapat orang lain sehingga akan membangun hubungan yang baik
diantara anggota kelompok. Melalui pembelajaran tersebut juga siswa lebih siap dalam
menghadapi berbagai masalah yang ada dengan memanage diri agar selalu termotivasi untuk
menyelesaikan permasalahan dengan baik.
Mengenai SQ, hasil penelitian Khuzaemah (2012) pengembangan model pembelajaran
kooperatif berorientasi kecerdasan spiritual dalam pembelajaran menulis di SMA dapat menggali
SQ siswa dari indikator 1) kesadaran menjadi lebih baik, 2) kesadaran melaksanakan kewajiban, 3)
kesadaran menggunakan waktu dengan baik, 4) kesadaran memperhatikan kehidupan yang abadi,
5) sikap sabar, 6) memperhatikan kebutuhan, 7) ikhlas, 8) menyampaikan ilmu, 9) peduli dan
berbagi, 10) kesadaran menuntut ilmu, 11) bersyukur, 12) menyadari kesalahan, 13) mendekatkan
diri dengan Yang Maha Kuasa, 14) kelembutan hati, 15) tanggung jawab, 16) takut siksa Allah, 17)
pantang menyerah, 18) menghormati orang tua, 19) menyadari kekuasaan dan kebesaran Allah, 20)
memetik hikmah dari ujian kehidupan, 21) berpikir positif, 22) pengendalian diri, 23) memiliki
visi, 24) kesadaran religius, 25) cinta karena Allah, 26) kebenaran hakiki dan 27) kebersamaan.
3.3 Perbedaan Peningkatan SQ Siswa Antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol
Penerapan model PBL terintegrasi imtaq dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada kelas
eksperimen siswa diajak untuk menyelesaikan permasalahan kontekstual yang diangkat dari
masyarakat. Data nilai rata-rata hasil belajar siswa pada eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada
gambar 5.
100
90 86.34
80 73.20
70 57.34
60 50.09
Nilai

50
40 Eksperimen
30
20 Kontrol
10
0
Pretest
Posttest
Tes

Gambar 5 Grafik Nilai Rata-rata Pretest-Posttest


Berdasarkan grafik Nilai rata-rata pretest dan posttest siswa kelas eksperimen dan kontrol
(gambar 5) ,diketahui bahwa pengetahuan awal kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
dengan pengetahuan awal kelas kontrol. Setelah pembelajaran diadakan posttest dengan hasil untuk
kedua kelas mengalami peningkatan. Hasil posttest pada kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol. Perbedaan peningkatan hasil belajar tersebut dapat dilihat dari
grafik berikut ini.

1
0.9 0.68
0.8
0.7
0.6
N-Gain

0.45 Eskperimen
0.5
0.4 Kontrol
0.3
0.2
0.1
0
Kelas
Data

Gambar 6 Grafik N-gain Hasil Belajar Siswa


Grafik di atas menunjukkan bahwa nilai N-gain di kelas ekperimen lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas kontrol. Perolehan hasil N-gain di kelas eksperimen mencapai rata-rata 0.68 dengan
kriteria sedang, untuk kelas kontrol diperoleh rata-rata N-gain 0.45 sehingga termasuk ke dalam
kriteria sedang. Peningkatan hasil tes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda signifikan
dengan hasil uji hipotesis menunjukan nilai signifikansi 0.000.
Melalui pembelajaran berdasarkan masalah siswa diarahkan untuk menemukan orientasi
masalah yang terdapat pada LKS, siswa harus mampu mengorganisasikan tugas belajar yang harus
dilakukan, melakukan kegiatan pengalaman individu atau kelompok, mengembangkan dan
menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi hasil proses pemecahan masalah. Sehingga
siswa bersama kelompoknya harus bisa mandiri dalam menyelesaikan masalah tersebut, serta butuh
pemahaman yang lebih untuk dapat memahami permasalahan dengan tepat. Itulah alasan
peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih meningkat dibanding pada kelas
kontrol.
Salah satu strategi untuk meningkatkan tingkat pemahaman (metakognitif) siswa adalah dengan
menerapkan PBL yang dipadukan dengan Jigsaw. Penerapan PBL yang dikolaborasikan dengan
strategi jigsaw dapat meningkatkan kemampuan metakognitif mahasiswa pada matakuliah Biologi
umum (Setiawan dan Herawati 2015). Selain itu penerapan PBL dapat meningkatkan kemampuan
hasil belajar siswa karena siswa terbiasa melatih kemampuan berpikirnya melalui permasalahan
autentik (Kusumaningtias, 2013; Wahyudi, 2015; Noviar dan Dwi, 2015; Paloloang, 2014; Astuti
dan Iwan, 2013; Mayasari dan Rabiatul, 2015; Juwita, 2017).
Penelitian yang dilakukan oleh (Dewi, Nurul dan Ria 2015) mengenai pembelajaran Biologi
yang diintegrasikan nilai imtaq terbukti dapat meningkatkn hasil belajar siswa di kelas yang
diterapkan pembelajaran Biologi terintegrasi imtaq pada materi ekosistem. Pembelajaran Biologi
yang diterapkan melalui pendekatan SETS berbasis imtaq memiliki perbedaan peningkatan hasil
belajar yang signifikan dibanding pada peningkatan kelas yang tidak diterapkan pendekatan SETS
berbasis imtaq (Komariah, Nurul dan Ria, 2015).

4. Simpulan/Conclusion
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan 1) penerapan model PBL
terintegrasi imtaq di kelas yang diterapkan PBL terintegrasi imtaq terlaksana dengan baik mencapai
90%. Pembelajaran ini membutuhkan partisipasi siswa yang aktif untuk menyelesaikan masalah
melalui proses penyelidikan, 2) terdapat perbedaan peningkatan SQ siswa yang signifikan antara
kelas yang diterapkan PBL terintegrasi imtaq dengan kelas yang tidak diterapkan PBL terintegrasi
imtaq dengan signifikansi 0.000, 3) terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang
signifikan antara kelas yang diterapkan PBL terintegrasi imtaq dengan kelas yang tidak diterapkan
PBL terintegrasi imtaq dengan signifikansi 0.000.

Ucapan Terima Kasih/Acknowledgements


Ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak Dr. H. Anda Juanda, M.Pd dan Ibu Yuyun
Maryuningsih, M.Pd yang telah memberikan banyak arahan untuk penyusunan tugas akhir ini. Tak
lupa ucapan terima kasih kepada seluruh dosen tadris IPA Biologi yang telah banyak memberikan
ilmu yang sangat bermanfaat.

Daftar Pustaka/References
Arends. 2007. Learning to Teach (Seventh Edition). New York: McGraw Hill Co.Inc.
Astuti. R. P. dan Iwan J. 2013. “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Melalui PBL Pada Siswa
Kelas X SMA”. Lembaran Ilmu Pendidikan, 42(2), 93–100.
Danial, M. 2010. “The Effects of PBL Strategy to Students Metacognition Skill and Respon”.
Journal Chemica Vo/. 11 Nomor 2 Desember 2010, 1 – 10.
Daryanes, F., Siti S. dan Didik P. 2013. “Implementasi Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Habits Of Mind, Emotional Intelligence dan Penguasaan Konsep”. Seminar
Nasional Pendidikan dan Saintek, 570–578.
Dewi, F.R; Nurul A. dan Ria Y.G. 2015. “Penerapan Pembelajaran Biologi Berbasis Imtaq Pada
Konsep Ekosistem untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas X SMA Negeri 1
Jamblang”. Scientiae Educatia, 5(2).
Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Juwita, S. dan J. H. 2017. “Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Siswa
pada Materi Suhu dan Kalor di Kelas X Semester II SMAN 1 Hinai Kabupaten Langkit TA
2016/2017”. Jurnal Inovasi Pembelajaran Fisika (INPAFI), 3(2337–4624), 21–27.
Kalyanasundaram. 2014. “Effect of Spirituality on Human Performance a Myth or Reality.” Vol. 7
No.1 March August 2014.
Khuzaemah, E. 2012. “Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan
Spiritual dalam Pembelajaran Menulis di SMA”. Scientiae Educatia, 1(November).
Komariah, S., Nurul A. dan Ria Y.G. 2015. “Penerapan Pendekatan SETS (Science, Environment,
Technology, Society) dalam Pembelajaran Biologi Berbasis Imtaq untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada Konsep Pencemaran Lingkungan di SMA”. Scientiae Educatia, 5(1).
Kusumaningtias, A., Zubaidah, S., Indriwati, S. E. 2013. “Pengaruh Problem Based Learning
Dipadu Strategi Numbered Heads Together Terhadap Kemampuan Metakognitif, Berpikir
Kritis dan Kognitif Biologi”. Jurnal Penelitian Kependidikan, 1, 33–47.
Made, N. 2008. “Penerapan Model Problem Base Learning untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar
dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha”. Laporan
Penelitian. Denpasar: tidak diterbitkan.
Maryuningsih, Y. 2013. "Penerapan Problem Based Learning dalam Pembelajaran sebagai Upaya
Membangun Kemandirian Belajar untuk Meningkatkan Keterampilan Kerja Ilmiah dan Literasi
sains pada Mahasiswa". Scientiae Educatia, 2(April).
Mayasari dan Rabiatul A. 2015. “Pengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada
Pembelajaran Biologi terhadap Hasil Belajar dan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi di
SMA”. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 1(3), 255–262.
Noviar, D. dan Dwi R.H. 2015. “Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Berbasis
Scientific Approach terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X Di SMA N 2 Banguntapan T
. A . 2014 / 2015”. Bioedukasi, 8(1693–2654), 42–47.
Paloloang, M.F.B. 2014. “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Panjang Garis Singgung
Persekutuan Dua Lingkaran di Kelas VIII SMP Negeri 19 Palu”. Jurnal Elektronik Pendidikan
Matematika Tadulako, 2(1), 67–77.
Phungsuk. 2017."Development of a Problem Based Learning Model Via A Virtual Learning
Environment". Kasetsat Journal of Social Scinces 38 (2017) 297-306.
Setiawan, D dan Herawati, S. 2015. “Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2015, yang
diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang,
tema: “Peran Biologi dan Pendidikan Biologi dalam Menyiapkan Generasi Unggul dan Berdaya
Saing Global”, Malang, 21, (2009), 359–369.
Sholihah, I. 2010. “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk
Meningkatkan Partisipasi dan Keaktifan Berdiskusi Siswa dalam Pembelajaran Biologi Kelas
VII SMP Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009”. Skripsi. Surakarta: tidak diterbitkan.
Sumaatmaja. 2002. Pendidikan Pemanusiaan Manusiawi. Bandung: Alfabeta.
Suryaningsih, Y. 2016. "Implementasi Pembelajaran Terpadu Tipe Shared untuk Meningkatkan
Kecerdasan spiritual Siswa". Jurnal Bio Educatio Vol. 1 No. 1 Oktober (2016) hlm 64-71 ISSN
2541.2280.
Tasmara, T. 2001. Kecerdasan Ruhaniah (Transcedental Intelligence). Jakarta: Gema Insani.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher.
Winarsih 2012. "Peningkatan Profesionalisme Guru IPA Melalui Lesson Study dalam
Pengembangan Model Pembelajaran". PBI JPII (1): 43-50.
Yew. E.H.J. 2016. "Problem Based Learning: An Overview of its Process and Impact on
Learning". Health Professions Education 2: 75–79.
Zohar dan Marshal. 2000. Kecerdasan Spiritual (SQ). Bandung: Mizan

You might also like