Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 24

LAPORAN KASUS

BRONKOPNEUMONIA

Disusun Oleh :
Sydney Putiany Salean
1261050243
Pembimbing :
dr. Mas Wisnuwardhana, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI
PERIODE 13 DESEMBER – 24 FEBRUARI 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
BEKASI
LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat,
Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 13
Desember – 24 Februari 2018 dengan judul “Bronkopneumonia” yang disusun oleh :
Nama : Sydney Putriany Salean
NIM : 1261050243
Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth :
Pembimbing :
dr. Mas Wisnuwardhana, Sp.A

Menyetujui,

(dr. Mas Wisnuwardhana, Sp.A)

2
BAB I
ILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS
Data Pasien Ayah Ibu
Nama An. T Tn. H Ny. M
Umur 9 bulan 28 tahun 25 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki Perempuan
Alamat Pekayon Jaya RT 003 RW 001
Agama Islam Islam Islam
Suku bangsa Jawa Jawa Jawa
Pendidikan - D1 SMA
Pekerjaan - Pegawai Ibu Rumah Tangga
Penghasilan - - -
Hubungan dengan
Keterangan orang tua : Anak
kandung

II. ANAMNESIS
Dilakukan secara Alloanamnesis pada hari Sabtu tanggal 6 Januari 2018
a. Keluhan Utama
Sesak nafas sejak ± 3 hari SMRS
b. Keluhan Tambahan
batuk, demam
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dari rujukan RS Rawa Lumbu dengan keluhan Sesak nafas sejak
± 3 hari SMRS. Sesaknya dirasakan tiba-tiba dan semakin lama semakin memberat,
namun tidak disertai dengan bunyi “ngik”. Pasien juga mengalami demam naik turun,
menggigil (-), kejang (-).
Menurut ibunya, pasien juga mengeluh batuk semenjak demam muncul, batuk
terus menerus, berdahak, dengan dahak berwarna putih kekuningan tetapi sulit untuk
dikeluarkan.
Semenjak sakit nafsu makan menurun, tetapi masih mau untuk minum air putih
dan ASI. Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK) dalam batas normal.
3
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi - Difteria - Jantung -
Cacingan - Diare - Ginjal -
DBD - Kejang - Darah -
Thypoid - Maag - Radang paru -
Otitis - Varicela - Tuberkulosis -
Parotis - Asma - Morbili -

e. Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang serupa.

f. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran :


KEHAMILAN Morbiditas kehamilan Tidak ditemukan kelainan
Perawatan antenatal Setiap bulan periksa ke dokter
kandungan
KELAHIRAN Tempat kelahiran Rumah sakit
Penolong persalinan Dokter
Cara persalinan Caesar
Masa gestasi 9 bulan
Berat lahir 5200 g
Panjang badan 50 cm
Keadaan bayi Lingkar kepala tidak ingat
Langsung menangis
Nilai apgar tidak tahu
Tidak ada kelainan bawaan

Kesan : Riwayat kehamilan dan persalinan pasien baik

g. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :


Pertumbuhan gigi I : 6 bulan (normal: 5-9 bulan)
Psikomotor
Tengkurap : 3 bulan (normal: 3-4 bulan)
4
Duduk : 6 bulan (normal: 6 bulan)
Berdiri :- (normal: 9-12 bulan)
Berjalan :- (normal: 13 bulan)
Bicara :- (normal: 9-12 bulan)
Baca dan Tulis :-
Kesan : Riwayat pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai usia.

h. Riwayat Makanan
Umur ASI/PASI Buah/biskuit Bubur susu Nasi tim
(bulan)
0-2 +
2-4 +
4-6 + +
6-8 + + + -
8-10 + + + -
Kesan : kebutuhan gizi pasien terpenuhi cukup baik

i. Riwayat Imunisasi :
vaksin Dasar (umur) Ulangan (umur)
BCG Lahir
DPT 2 bln 4 bln 6 bln
POLIO Lahir 2 bln 4 bln
CAMPAK 9 bln
HEPATITIS B Lahir 1 bln 6 bln
Kesan : Imunisasi dasar lengkap

j. Riwayat Keluarga
Ayah Ibu Anak pertama
Nama Tn. H Ny. M An. T
Perkawinan ke Pertama Pertama -
Umur 28 tahun 25 tahun 9 bulan
Keadaan kesehatan Baik Baik
Kesan : Keadaan kesehatan kedua orang tua dalam keadaan baik.

5
k. Riwayat Perumahan dan Sanitasi :
Tinggal dirumah sendiri. Terdapat tiga kamar. Ventilasi baik, cahaya matahari cukup,
air minum dan air mandi berasal dari air tanah.
Kesan : Kesehatan lingkungan tempat tinggal pasien cukup baik.

III. PEMERIKSAAN FISIK


a. Keadaan umum : tampak sakit sedang
b. Tanda Vital
- Kesadaran : compos mentis
- Frekuensi nadi : 121x/menit
- Frekuensi pernapasan : 48x/menit
- Suhu tubuh : 38 oC
c. Data antropometri
- Berat badan : 8,2 kg
- Tinggi badan : 68 cm
- IMT : BB/TB2 = 8,2/ (0,68)2 = 17,7
- BB/U : 8,2 / 9,3 x 100% = 88%
- TB/U : 68 / 73 x 100% = 93%
- BB/TB : 8,2 / 8,2 x 100% = 100%
- Kesan : Gizi Baik
d. Kepala
- Bentuk : normocephali
- Rambut : rambut hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata
- Mata : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor,
RCL +/+, RCTL +/+
- Telinga : normotia, membran timpani intak, serumen -/-
- Hidung : bentuk normal, sekret -, nafas cuping hidung (+)
- Mulut : faring hiperemis (-) , T1-T1
e. Leher : KGB tidak membesar, kelenjar tiroid tidak membesar
f. Thorax
- Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris
- Palpasi : gerak napas simetris, vocal fremitus simetris
- Perkusi : sonor dikedua lapang paru
- Auskultasi : Pulmo SN vesikuler, ronki +/+, wheezing -/-

6
Cor BJ I & II normal, murmur -, gallop -
g. Abdomen
- Inspeksi : perut datar
- Auskultasi : bising usus 3x/menit
- Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
membesar
- Perkusi : nyeri ketok (-)
h. Kulit : ikterik (-), petechie (-)
i. Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-), edema (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Laboratorium darah tanggal 4 Januari 2018
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
KIMIA KLINIK
ANALISIS GAS DARAH
pH 7,532 7,35 – 7,45
PCO2 39,2 mm Hg 35 – 45
PO2 96,8 mm Hg 83 - 108
O2 saturasi (SO2%) 98,2 % 95 - 98
HCO3 33,4 mmol/L 22 - 26
TCO2 34,6 mmol/L 23 – 27
BE ecf 10,3 mmol/L -2 – 3
BE blood 10,4 mmol/L -2 – 3
Std HCO3 (SBC) 34,1 mmol/L 22 – 26

b. Rontgen Thorax PA (rs rawa lumbu 21/12/17)

7
Expertise : Tampak infiltrat dikedua lapang paru
Kesan : Pneumonia

V. RESUME
a. Anamnesis
Pasien datang dari rujukan RS Rawa Lumbu dengan keluhan Sesak nafas sejak ±
3 hari SMRS. Sesaknya dirasakan tiba-tiba dan semakin lama semakin memberat,
namun tidak disertai dengan bunyi “ngik”. Pasien juga mengalami demam naik turun,
menggigil (-), kejang (-).
Menurut ibunya, pasien juga mengeluh batuk semenjak demam muncul, batuk
terus menerus, berdahak, dengan dahak berwarna putih kekuningan tetapi sulit untuk
dikeluarkan.
Semenjak sakit nafsu makan menurun, tetapi masih mau untuk minum air putih
dan ASI. Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK) dalam batas normal.
b. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Tanda Vital
- Kesadaran : compos mentis
- Frekuensi nadi : 121x/menit
- Frekuensi pernapasan : 48x/menit
- Suhu tubuh : 38 oC
Thorax : Ronki +/+
c. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium darah

8
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
KIMIA KLINIK
ANALISIS GAS DARAH
pH 7,532 7,35 – 7,45
PCO2 39,2 mm Hg 35 – 45
PO2 96,8 mm Hg 83 - 108
O2 saturasi (SO2%) 98,2 % 95 - 98
HCO3 33,4 mmol/L 22 - 26
TCO2 34,6 mmol/L 23 – 27
BE ecf 10,3 mmol/L -2 – 3
BE blood 10,4 mmol/L -2 – 3
Std HCO3 (SBC) 34,1 mmol/L 22 – 26

Rontgen thorax PA (rs rawa lumbu 21/12/17)


Kesan : Pneumonia

VI. DIAGNOSIS KERJA (IGD)


Bronkopneumonia sedang - berat

VII. PENATALAKSANAAN (IGD)


a. Non medikamentosa
- Tirah baring
- Edukasi kepada orangtua tentang penyakit yang diderita
- Pro PICU
- Co Rontgen thorax PA
b. Medikamentosa
- O2 2 lpm
- IVFD KaEN 3A 50 cc/jam
- Vicilin 2 x 400 mg
- Ranitidin 2 x 1/2 cc
- Nebu / 6 jam ( vent: 1cc , Nacl: 3cc)

VIII. PROGNOSIS
- Ad vitam : Dubia ad bonam
9
- As fungsionam : Dubia ad bonam
- Ad sanationam : Dubia ad bonam

Tanggal FOLLOW UP
5/1/18 S/ sesak (+) , batuk (+), demam (-)
O/ ku: TSS , Kes: CM
Suhu: 36 C , Nadi:115
RR:37 , saturasi:99% , TD: 145/78
L:7,4 , Hb:11,1 , Ht:35,1
Tromb:570 , alb:2,6 , GDS:100
Ureum:10 , kreatinin:0,14
Na:141 , K:2,7 , Cl:90
Rontgen thorax PA

Expertise : terdapat infiltrat disuprahiler , parahiler dan parakardial bilateral


Kesan : Bronkhopneumonia duplex

A/ Bronkhopneumonia
P/ IVFD KaEN 3B 30cc/jam + Kcl 8cc
Susu 30 – 50 cc/3 – 4 jam
Vicilin 2 x 400 mg
Ranitidin 2 x 1/2 cc
Nebu / 6 jam ( vent: 1cc , Nacl: 3cc)
Diflucan 1 x 75 mg
Albumin 20% 50cc
6/1/18 S/ sesak berkurang
O/ ku: TSS , kes: CM
Suhu:35,6 , nadi:134
RR:30 , saturasi:100% , TD:154/92
L:7,3 , Hb:12,0 , Ht:37,8 , Tromb:475
Alb:3,48 , GDS:80 , Na:137 , K:5,9 , Cl:95
A/ Bronkhopneumonia
P/ Terapi lanjut

10
11
12
BAB II
ANALISA KASUS

Diagnosis BP menurut WHO : Pada pasien ini ditemukan :


 BP sangat Berat : Sianosis
sentral dan tidak bisa minum  Sesak nafas
 BP Berat : Ada retraksi  Demam
tanpa sianosis, masih bisa minum
 BP : Tidak ada retraksi tapi  Batuk
Takhiepnea  Pernapasan cuping
 Bukan BP: Hanya batuk tanpa
gejal diatas hidung
Dx BP Berat Batuk dan Kesulitan  Ronki
bernafas + minimal salah satu tanda
dbwh ini :  Suara pernapasan
 Kepala terangguk-angguk melemah
 Pernafasan cuping hidung
 Foto rontgen menunjukan
gambaran pneumonia
 Napas cepat :
 < 2 bulan : ≥ 60
x/menit
 2-11 bulan : ≥ 50
x/menit
 1-5 tahun : ≥ 40
x/menit
 ≥ 5 tahun : ≥ 30
x/menit
 Suara merintih
 Pada auskultasi terdengar
 Ronki
 Suara pernapasan menurun
 Suara pernapasan bronkial

13
Pada pemeriksaan penunjang Pada pasen ini ditemukan :
bronchopneumonia dapat ditemukan :
 Pemeriksaan darah menunjukkan  Leukositosis : 7,3
leukositosis dengan predominan ribu/UL
PMN atau dapat ditemukan
leukopeni yang menandakan  Dan pada foto rontgen
prognosis buruk ditemukan : Infiltrat
 Pada pemeriksaan radiologi dapat
ditemukan infiltrat dan yang luas di kedua
konsodlidasi yang luas. paru

Tatalaksana Bronchopneumonia : Tatalaksana yang diberikan


 Pemberian Oksigen merupakan
terapi suportif yang diberikan pada pasien ini adalah:
sesuai derajat sesaknya.  IVFD KaEN 3B
 IVFD dekstrose 10% : NaCl
0,9% ; 3:1 + KCl 10 mEq/500 ml 30cc/jam + Kcl 8cc
cairan.  Vicilin 2 x 400 mg
 Pemberian antibiotik sesuai
dengan kelompok umur.  Ranitidin 2 x 1/2 cc
- Untuk bayi < 3 bulan : golongan  Nebu / 6 jam ( vent:
penisillin dan aminoglikosid.
- Untuk usia > 3 bulan : ampisilin 1cc , Nacl: 3cc)
+ kloramfenikol merupakan obat  Diflucan 1 x 75 mg
pilihan pertama.
- Bila keadaan pasien berat atau  Albumin 20% 50cc
terdapat empiema, antibiotik pilihan  Susu 30 – 50 cc/3 – 4
adalah golongan sefalosporin.
 Bila diduga penyebab pneumonia jam
adalah S.aureus, kloksasilin
dapat segera diberikan. Bila
alergi terhada penisilin dapat
diberikan cefazolin. Klindamisin,

14
atau vancomicin. Lama
pengobatan untuk stafilokokal
adalah 3-4 minggu.
 Inhalasi diberikan untuk transpor
mukosilier.

15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Bronkopneumonia
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis, yaitu suatu peradangan pada
parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus sampai ke alveolus dan
sekitarnya.1 Bronkopneumonia adalah suatu infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah
dari parenkim paru yang melibatkan bronkus/bronkiolus yang ditandai oleh adanya distribusi
berbentuk bercak-bercak infiltrat. Berbagai spesies bakteri, virus, klamidia, riketsia, fungi,
parasit dan benda asing dapat menjadi penyebab terjadinya bronkopneumonia. Pada
pemeriksaan histologis terdapat reaksi inflamasi dan pengumpulan eksudat yang dapat
ditimbulkan oleh berbagai penyebab dan berlangsung dalam jangka waktu yang bervariasi.
Bronkopneumina ditandai dengan gejala batuk produktif yang lama, biasanya suhu
meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat. Pneumonia adalah infeksi saluran
pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Pneumonia pada anak
dibedakan menjadi: 1

Gambar 1: Jenis - Jenis Pneumonia


B. Patofisiologi
Proses patogenesis terkait dengan 3 faktor, yaitu imunitas host, mikroorganisme yang
menyerang, dan lingkungan yang berinteraksi. Cara terjadinya penularan berkaitan dengan
jenis kuman, misalnya infeksi melalui droplet sering disebabkan Streptococcus pneumonia,

16
melalui selang infus oleh Staphylococcus aureus, sedangkan infeksi pada pemakaian
ventilator oleh Enterobacter dan P. aeruginosa.

Environment Hygiene lingkungan


Ventilasi udara
Eksposure sinar matahari

Agent Host

Jumlah mikroorganisme Imunitas


Virulensi Status gizi
Resistensi
Paru terlindung dari infeksi dengan beberapa
mekanisme pertahanan saluran napas: 2
- Filtrasi partikel di hidung
- Pencegahan aspirasi dengan refleks epiglottis
- Ekspulsi benda asing melalui refleks batuk
- Pembersihan kearah kranial oleh mukosiliar
- Fagositosis kuman oleh makrofag alveolar
- Netralisasi kuman oleh substansi imun lokal
- Drainase melalui sistem limfatik.

Sebagian besar pneumonia timbul melalui mekanisme aspirasi kuman atau penyebaran
langsung kuman dari respiratorik atas. Hanya sebagian kecil merupakan akibat sekunder dari
bakterimia atau viremia atau penyebaran dari infeksi intra abdomen. Bakteri yang masuk ke
paru melalui saluran nafas masuk ke bronkioli dan alveoli, menimbulkan reaksi peradangan
hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan
interstitial. Setelah mencapai alveoli, maka bakteri penyebab menimbulkan respon:1

1. Stadium I / Kongesti (4 – 12 jam pertama)


Eksudat serosa masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan
meningkatnya permeabilitas vascular. Hal ini mengakibatkan terjadi pembengkakan dan
edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di alveolus menganggu perpindahan
gas CO2 dan O2 yang mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.

17
2. Stadium II / Hepatisasi merah (48 jam berikutnya)
Paru-paru tampak merah dan bergranula (hepatisasi: seperti hepar) karena sel-sel darah
merah, fibrin, dan leukosit polimorfonuklear mengisi alveoli. Pada stadium ini udara alveoli
tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak.
3. Stadium III / Hepatisasi kelabu (3 – 8 hari)
Paru-paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam
bronkiolus yang terserang.
4. Stadium IV / Resolusi (7 – 11 hari)
Eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi oleh makrofag (sel pembersih pada reaksi
peradangan) sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.

Bronchopneumonia Bakteri, virus,


Pathway jamur, protozoa, dll.

Inhalasi
Hematogen Resiko penyebaran infeksi
Limfogen

Peningkatan suhu Masuk alveoli


tubuh
Kongestif (4-12 jam)
Penumpukan cairan dalam
alveoli
Hepatisasi merah (48 jam)

Hepatisasi kelabu (3-8 hari) Resolusi (7-11 hari)

Berkeringat Metabolisme
Konsolidasi jaringan paru Gangguan
meningkat
pertukaran gas

Resiko Resiko nutrisi Sputum Compliance Suplai O2


kekurangan kurang dari kental paru menurun menurun
volume cairan kebutuhan
tubuh

Gangguan bersihan Gangguan Intoleransi


jalan nafas pola nafas aktivitas

18
C. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis pneumonia diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang lainnya.3
Anamnesis:
a. Batuk yang awalnya kering, kemudian menjadi produktif dengan dahak purulen bahkan
bisa berdarah
b. Sesak nafas atau nafas cepat, dengan kriteria:
 Umur < 2 bl : ≥ 60x/menit
 2 bl - < 12 bl : ≥ 50x/menit
 12 bl - 5 th : ≥ 40x/menit
 ≥ 5 tahun : ≥ 30x/menit
c. Demam
d. Kesulitan untuk makan atau minum
e. Tampak lemah
f. Serangan pertama yang berulang, digunakan untuk membedakan dengan kondisi
imunokompromais, kelainan anatomi bronkus, atau asma
Pemeriksaan Fisik:
a. Penilaian keadaan umum anak, frekuensi nafas, dan frekuensi nadi harus dilakukan pada
saat awal pemeriksaan sebelum pemeriksaan lain yang dapat menyebabkan anak gelisah
atau rewel.
b. Penilaian keadaan umum antara lain meliputi kesadaran dan kemampuan makan /
minum.
c. Gejala distress pernapasan seperti takipnea, retraksi subskostal, batuk, krepitasi, dan
penurunan suara paru
d. Adanya ronkhi pada auskultasi paru
e. Demam dan sianosis
f. Anak dibawah 5 tahun dapat tidak menunjukkan gejala pneumonia yang klasik. Namun
gejala yang nampak demam dan infeksi saluran nafas atas. Pada bayi muda, terdapat
gejala pernapasan tidak teratur dan hipopnea.

Klasifikasi pneumonia (berdasarkan WHO):3


- Bayi kurang dari 2 bulan
- Pneumionia berat: napas cepat atau retraksi yang berat.

19
- Pneumonia sangat berat: tidak mau menetek/minum, kejang, letargis, demam atau
hipotermia, bradipnea atau pernapasan ireguler.
- Anak umur 2 bulan – 5 tahun
- Pneumonia ringan: napas cepat
- Pneumonia berat: retraksi
- Pneumonia sangat berat: tidak dapat minum/makan, kejang, letargis, malnutrisi
Pemeriksaan Penunjang:
 Pemeriksaan Radiologi:
a) Pemeriksaan foto dada direkomendasikan pada penderita pneumonia yang dirawat
inap atau bila tanda klinis yang ditemukan membinggungkan.
b) Pemeriksaan foto dada follow up hanya dilakukan bila didapatkan adanya kolaps
lobus, kecurigaan terjadinya komplikasi, pneumonia berat, gejala yang menetap atau
memburuk, atau tidak merespon terhadap antibiotik.
 Pemeriksaan Laboratorium:
a) Pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit perlu dilakukan untuk
membantu menentukan pemberian antibiotik.
b) Pemeriksaan kultur dan pewarnaan Gram sputum dengan kualitas yang baik
direkomendasikan dalan tatalaksana anak dengan pneumonia yang berat.
c) Kultur darah direkomendasikan pada pasien rawat inap dengan kondisi berat dan pada
setiap anak yang dicurigai menderita pneumonia bakterial.
d) Pada anak kurang dari 18 bulan, dilakukan pemeriksaan untuk mendeteksi antigen
virus dengan atau tanpa kultur virus jika fasilitas tersedia.
e) Jika ada efusi pleura, dilakukan pungsi cairan pleura dan dilakukan pemeriksaan
mikroskopis, kultur, serta deteksi antigen bakteri (jika fasilitas tersedia) untuk
penegakkan diagnosis dan menentukan mulainya pemberian antibiotik.
f) Pemeriksaan uji tuberkulin

Dapat juga dipakai kriteria paling sedikit 3 dari 5 gejala/tanda berikut :


1. Sesak nafas disertai pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada.
2. Demam.
3. Ronki basah sedang nyaring pada bronkopneumonia atau suara pernafasan bronkial
(pada daerah yang dengan perkusi bernada pekak) pada pneumonia lobaris.
4. Foto toraks menunjukkan adanya infiltrat berupa bercak-bercak (pacthyinfiltrat) difus
merata (lober) pada satu atau beberapa lobus.

20
5. Leukositosis pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit predominan,
dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil dominan.

D. Tatalaksana
Tatalaksana Umum 3
Pasien dengan saturasi oksigen ≤ 92% pada saat bernapas dengan udara kamar harus
diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head box, atau sungkup untuk mempertahankan
saturasi oksigen > 92%.
- Pada pneumonia berat atau asupan per oral kurang, diberikan cairan intravena dan
dilakukan balans cairan ketat.
- Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan pasien dan
mengontrol batuk
- Nebulisasi dengan β2 agonis dan/atau NaCl dapat diberikan untuk memperbaiki
mucocilliary clearance.
- Pasien yang mendapatkan terapi oksigen harus diobservasi setidaknya setiap 4 jam
sekali, termasuk pemeriksaan saturasi oksigen.
- Pada anak dengan distress pernapasan berat, pemberian makanan peroral harus
dihindari. Makanan dapat diberikan lewat nasogastric tube (NGT) atau intravena.
Tetapi harus diingat bahwa pemasangan NGT dapat menekan pernapasan, khususnya
pada bayi/anak dengan ukuran lubang hidung kecil. Jika memang dibutuhkan,
sebaiknya menggunakan ukuran yang terkecil.

Pemberian Antibiotik 3
- Amoksisilin merupakan pilihan pertama untuk antibiotik oral pada anak < 5 tahun
karena efektif melawan sebagian besar pathogen yang menyebabkan pneumonia pada
anak, ditoleransi dengan baik, dan murah. Alternatifnya adalah co-amoxiclav,
cefaclor, eritromisin, claritromisin, dan azitromisin.
- M. pneumoniae lebih sering terjadi pada anak yang lebih tua maka antibiotik
golongan makrolid diberikan sebagai pilihan pertama secara empiris pada anak ≥ 5
tahun.
- Antibiotik intravena diberikan pada pasien pneumonia yang tidak dapat menerima
obat per oral (misal karena muntah) atau termasuk dalam derajat pneumonia berat.
- Antibiotik intravena yang dianjurkan adalah: ampisilin dan kloramfenikol, co-
amoxiclav, ceftriaxone, cefuroxime, dan cefotaxime.
21
Antibiotik untuk community acquired pneumonia:3
- Neonatus – 2 bulan: Ampisilin + gentamisin
- > 2 bulan:
- Lini pertama Ampisilin, bila dalam 3 hari tidak ada perbaikan dapat
ditambahkan kloramfenikol.
- Lini kedua Seftriakson.
Bila klinis perbaikan, antibiotic intravena dapat diganti preparat oral dengan antibiotic
golongan yang sama dengan antibiotik intravena sebelumnya.

Indikasi rawat
Kriteria rawat inap, yaitu :
Pada bayi
- Saturasi oksigen ≤ 92 %, sianosis
- Frekuensi napas > 60 x/menit
- Distress pernapasan, apneu intermitten, atau grunting
- Tidak mau minum / menetek
- Keluarga tidak bisa merawat dirumah
Pada anak
- Saturasi oksigen ≤ 92 %, sianosis
- Frekuensi napas ≥ 50 x/menit
- Distress pernapasan
- Grunting
- Terdapat tanda dehidrasi

22
- Keluarga tidak bisa merawat dirumah
Kriteria pulang:
- Gejala dan tanda pneumonia menghilang
- Asupan peroral adekuat
- Pemberian antibiotik dapat diteruskan dirumah (peroral)
- Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol
- Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan dirumah

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 6.Jakarta :EGC.2014


2. Supriyanto Bambang. Infeksi Respiratorik Bawah Akut Pada Anak. Sari Pediatri, Vol.8,
No.2, September 2009: 100-106
3. Pedoman Pelayanan Medik Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009

24

You might also like