Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO.

4, JUNI 2014, ISSN : 2302-9579

PENGARUH PENAMBAHAN PEMBANGKIT BARU (WIKA 25MW)


TERHADAP KUALITAS TEGANGAN DAN RUGI DAYA PADA JARINGAN
DISTRIBUSI 20kV PENYULANG KOTA AMBON
Marceau A. F. Haurissa1), Djon Kafiane Elwarin2)
1,2)
Teknik Elektro Politeknik Negeri Ambon
Email : mxih@ymail.com

Abstract

Electricity is one of the infrastructure related tolives of many people. There for e,the provision ofelectric
power source must be able to guarantee the availability ofelectrical power in sufficient quantities. The addition of the
new plantis placed in the base of the feeder out put in general may affect the quality of the voltage changes but had
no impacton the improvement of the voltage drop and power loss improvement. How ever,with the addition of feeder
express scenarios of new plants placed into the center of the load, can certainly affect the quality of voltage that
impact press the power loss in the 20 kV network. But the extent necessary to analyze the flow of power to see these
changes.
The study was conducted by means of load flow analysis on six feeder sare feeders Ahuru Ambon city,
karpan 1, karpan 2, Tantui above, rijali and feeder planes 3. Intended load flow analysis using ETAP simulation to
see the effect ofthe addition of new generation (WIKA 25MW) and express feeder to the improvement of power
quality improvements that have an impact on loss of electrical power feeders Ambone specially feeders and feeder
Ahuru karpan1.
Quality PLT after using generator voltage wika 25 mW, an average increase of 1.06% voltage improvement
compared to the quality of the voltage before using wika plants. The average increase of the absorbed power
(received power) plants use wika post is of 2.04% from the previous condition. The addition of new generating
WIKA does not affect the repair of electrical power loss, but by using the express feeder which is placed into the
middle of the load can fix the power loss, this scenario can be able to reduce power loss on feeders Ahuru up to
28.6% from the previous 0.215 mW, while feeders karpan 1 37.2% from the previous 0,116 mW.

Key words: Voltage quality, electrical power, feeders Express

1. Pendahuluan beban-beban mengakibatkan jaringan tersebut semakin


Penyediaan tenaga listrik harus memperhatikan panjang, akibatnya kualitas tegangan dan kontinuitas
kualitas tegangan dan efisiensi daya listrik pada jaringan pelayanan daya relatif menurun dan rugi saluran
distribusi selain pemenuhan kapasitas daya. Kualitas semakin tinggi.
tegangan diperlukan bagi pelanggan karena peralatan Penambahan pembangkit baru yang keluarannya
listrik mengacu pada tegangan nominal suplai listrik. ditempatkan di pangkal penyulang secara umum dapat
Kualitas tegangan dan efisiensi energi listrik pada suatu mempengaruhi perubahan kualitas tegangan namun
sistem kelistrikan sangat dipengaruhi oleh adanya rugi- tidak berdampak pada perbaikan jatuh tegangan dan
rugi yang terjadi baik disisi pembangkitan, penyaluran perbaikan rugi daya listrik. Namun dengan skenario
ataupun pendistribusian melalui suatu jaringan penambahan penyulang ekspres dari pembangkit WIKA
distribusi. yang ditempatkan ke tengah beban, dipastikan dapat
Jaringan distribusi 20 kV yang berada di kota mempengaruhi kualitas tegangan yang berdampak
Ambon (penyulang ke kota Ambon), terdiri dari 6 menekan rugi daya pada jaringan 20 kV tersebut.
penyulang yaitu penyulang ahuru, penyulang karpan 1, Namun sejauhmana perlu dilakukan analisa aliran daya
penyulang karpan 2, penyulang rijali, penyulang tantui untuk melihat perubahan tersebut.
atas yang disuplai oleh PLTD Hative Kecil, dan
penyulang galala 3 yang disuplai oleh PLTD Poka yang 2. Tinjauan Pustaka
tadinya dilayani PLTD Poka, Hative Kecil dan
Jatuh tegangan pada jaringan distibusi primer
Sewatama, kini mengalami penambahan PLTD
menurut Syukri, 2005., dalam proses penyaluran energi
WIKA25MW. Penyaluran tenaga listrik tersebut
listrik ke beban terjadi rugi-rugi, yaitu rugi daya, rugi
menggunakan sistem radial dengan sistem distribusi
energi dan jatuh tegangan mulai dari pembangkit,
yang panjang. Sistem jaringan distribusi 20 kV pada
transmisi hingga distribusi yang dapat merusak peralatan
penyulang kota Ambon, merupakan sistem jaringan tipe
listrik. Bus-bus yang letaknya langsung berhubungan
radial yang ditarik dari sumber dan dicabangkan ke
30
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 4, JUNI 2014, ISSN : 2302-9579

dengan sumber pembangkit mengalami jatuh tegangan


yang sangat kecil. Menurutnya jatuh tegangan paling
besar sering terjadi pada bagian tengah hingga ke ujung
jaringan.
Penggunaan metode matrix impendans Zbus dan
matrix admitans Ybus dapat mengetahui profil tegangan
pada penyulang distribusi, baik jaringan tegangan
rendah maupun jaringan tegangan menengah 20kV. Jika Gambar 2.2 Bentuk Lain JTM Radial dengan Penyulang
tegangan disemua titik telah diperoleh, maka arus dan Expres
aliran daya dapat dihitung, demikian pula rugi-rugi
dayanya (Sukmawidjaja, 2008). 2.2 Resistans Penghantar
Menurut Sukoco B., 2004, rugi daya listrik teknis
yang terjadi pada JTM akibat drop tegangan, akan Resistans penghantar saluran distribusi adalah
menyebabkan berkurangnya daya listrik pada sisi penyebab terpenting dari rugi daya teknis pada saluran
tegangan rendah. Rugi daya listrik secara teknis dapat distribusi. Resistans efektif dari suatu penghantar adalah
diperhitungkan dari data ukur, panjang saluran dan :
parameter-parameter jaringan tegangan menengah.
. . . (1)
2.1 Konfigurasi Jaringan Ditribusi dengan : R = Tahanan Penghantar ()
Secara umum konfigurasi jaringan distribusi sesuai Pr = Rugi Daya Penghantar (Watt)
struktur jaringan yaitu struktur radial, kalang (loop), dan I = Arus pada penghantar (Ampere)
anyaman (mesh atau grid). Dalam prakteknya
penggunaan macam struktur jaringan dapat berupa Rugi daya dinyatakan dalam watt dan I adalah arus
kombinasi dari struktur tersebut diatas. Jaringan Radial RMS pada penghantar dinyatakan dalam ampere.
adalah bentuk jaringan yang paling sederhana yang Resistansi efektif sama dengan resistansi arus searah.
menghubungkan beban-beban ketitik sumber, biayanya Resistansi arus searah diberikansebagai berikut:
relatif murah. Bentuk yang paling umum sistem radial (Stevenson,WD.Jr., 1983)
seperti digambarkan dalam gambar 2.1 disini terlihat
bahwa sebuah penyulang memasok sejumlah gardu . . . (2)
distribusi. dengan : ρ = resistivitas penghantar (.mm2/m)
 = panjang saluran penghantar (m)
A = luas penampang penghantar (mm2)

2.2 Induktans Saluran


Penghantar dialiri arus akan menimbulkan fluks
yang berada diluar konduktor, induktans yang
disebabkan oleh arus mengalir pada penghantar sistem
tiga fasa adalah : (Stevenson, WD.Jr.,1983).

2 10 . . . (3)
dengan :
L = induktans penghantar (H/m)
Dm = jarak rata-rata geometris (m)
Ds = jari-jari rata-rata geometrik (m)
Gambar 2.1 Jaringan Tegangan Menengah sistem radial

Sebagian penyulang radial juga merupakan 2.3 Jatuh Tegangan pada Sistem Distribusi
modifikasi tipe radial dari penyulang primer yang
dilengkapi dengan saklar pemutus/pemisah antar Saluran distribusi primer 20kV sering mengalami
penyulang. Bentuk lain dari tipe radial menurut “Hasan jatuh tegangan dan rugi daya, hal ini disebabkan karena
Basri (Sistem Distribusi Daya Listrik), diperlihatkan tahanan (R) pada penghantar yang rugi-ruginya
dalam gambar 2.2 disini sebuah penyulang yang biasa terdisipasi menjadi panas dan faktor induksi pada
disebut penyulang ekspres mencatu ke satu titik, dimana penghantar berupa induktif dan capasitif yang akan
titik tersebut merupakan pusat beban. menyebabkan perbedaan fasa antara arus dan tegangan
sistem. Selain itu panjang jaringan dan ukuran
penghantar juga sangat mempengaruhi profil tegangan.
31
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 4, JUNI 2014, ISSN : 2302-9579

Panjang jaringan listrik juga mengakibatkan perbedaan maupun pembebanan. Analisis ini juga memerlukan
tegangan antara sisi kirim dan sisi penerima menjadi informasi aliran daya dalam kondisi normal maupun
berbeda. Makin panjang jaringan, maka perbedaan darurat.
tegangan semakin besar demikian juga rugi daya listrik Masalah aliran daya mencakup perhitungan aliran
teknis pada jaringan tersebut. dan tegangan pada terminal tertentu atau bus tertentu.
Untuk saluran udara yang kapasitansinya dapat Representasi fasa tunggal selalu dilakukan karena sistem
diabaikan disebut saluran pendek yang secara umum dianggap seimbang. Dalam studi aliran daya, bus-bus
yang rangkaian ekivalennya terdiri dari tahanan dan dibagi dalam 3 macam, yaitu :
reaktansi yang terhubung seri seperti ditampilkan dalam a. Slack bus atau swing bus atau bus referensi
gambar 1. b. Voltage controlled bus atau bus generator
c. Load bus atau bus beban.
Pada tiap-tiap bus terdapat 4 besaran, yaitu :
a. Daya real atau daya aktif P
b. Daya Reaktif Q
c. Harga skalar tegangan |V|
d. Sudut fasa tegangan Ɵ
Tiga tipe bus tersebut diatas direpresentasikan
dalam perhitungan aliran daya dan pada setiap bus
(a) rangkaian ekivalen terdapat dua besaran yang diketahui yaitu :
a. Slack bus ; tegangan V dan sudut fasa θ
b. Voltage controlled bus ; daya aktif P dan tegangan
V
c. Load bus ; daya aktif P dan daya reaktif Q
Slack bus berfungsi untuk menyuplai kekurangan daya
real P dan daya reaktif Q pada sistem.

2.5 Persamaan Aliran Daya


Sistem tenaga listrik tidak hanya terdiri dari dua
(b) Diagram Fasor bus, melainkan terdiri dari beberapa bus yang akan
Gambar 1. Saluran distribusi jarak pendek diinterkoneksi satu sama lain. Daya listrik yang
diinjeksikan oleh generator kepada salah satu bus, bukan
Sesuai rangkaian ekivalen seperti ditampilkan hanya dapat diserap oleh beban bus tersebut, melainkan
dalam gambar1a, hukum tegangan Kirchhoff diterapkan dapat juga diserap oleh beban dibus yang lain.
sebagai berikut : (William H.K, 2007) Kelebihan daya pada bus akan dikirimkan melalui
saluran transmisi ke bus-bus lain yang kekurangan daya.
. . . . . . (4) Sistem distribusi tenaga listrik sebagaimana
diperlihatkan dalam gambar 2 adalah model saluran
Diagram fasor untuk persamaan 4 seperti distribusi direpresentasikan dengan model π, dimana
ditampilkan dalam gambar 1b, garis putus-putus impedansi telah dirubah ke dalam bentuk admitansi per
merupakan bagian real dan imajiner dari impendansi unit dalam MVA (Cekdin, C., 2007).
drop ZI. Jatuh tegangan didefinisikan sebagai selisih
antara besaran sumber dan tegangan beban sebagai
berikut :

| | | | . . .(5)

dengan : Vdrop = jatuh tegangan (volt)


Vs = tegangan sumber (volt)
VL = tegangan beban (volt)

2.4 Studi Aliran Daya Gambar 2. Model suatu bus dari sistem tenaga
Studi aliran daya adalah studi yang dilakukan
untuk mendapatkan informasi mengenai aliran daya atau Keterangan Gambar :
tegangan sistem dalam kondisi operasi tunak. Informasi Ii = Arus yang Mengalir menuju bus i
ini sangat dibutuhkan guna mengevaluasi unjuk kerja Vi = Tegangan pada bus i
sistem tenaga dan menganasilis kondisi pembangkitan V1 = Tegangan pada bus 1
32
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 4, JUNI 2014, ISSN : 2302-9579

V2 = Tegangan pada bus 2 gambar 2.7. Arus saluran Iij dihitung pada bus i yang
Vn = Tegangan pada bus n ditandai positif. (Cekdin, C., 2007)
yi1 = Admitans yang berada pada saluran bus i
sampai bus 1 i  j diberikan oleh :
yi2 = Admitans yang berada pada saluran bus i
sampai bus 2 … (11)
yin = Admitans yang berada pada saluran bus i
sampai bus n

Apalikasi hukum arus Kirchhoff pada bus seperti


diperlihatkan dalam gambar 2 diberikan dalam
persamaan berikut :


Gambar 2.7 Model saluran distribusi untuk perhitungan
aliran dayadan rugi-rugi daya pada saluran

⋯ … (6) Keterangan Gambar :
Iij = Arus yang mengalir dari bus i menuju bus j
atau Iji = Arus yang mengalir dari bus j menuju bus i
∑ ∑ … (7) Vi = Tegangan pada bus i
Vj = Tegangan pada bus j
Daya aktif dan daya reaktif pada bus i adalah : yij = Admitans saluran dari bus i sampai bus j
Iio = Arus mengalir dari bus i menuju admitans io

… (8) Ijo = Arus mengalir dari bus j menuju admitans jo

Atau Aliran arus Iijyang diukur pada bus j dan ditandai positif
dalam arah j I yang ditunjukkan oleh persamaan 18 :

∗ … (9)
… (12)

subtitusi untuk Ii pada persamaan 7, hasilnya pada Daya kompleks Sij dari bus i sampai j dan Sji dari bus j
persamaan10. sampai i adalah :

∗ . . . 10 ∗ ∗ ∗ ∗ ∗ ∗
… (13)

∗ ∗ ∗ ∗ ∗ ∗
… (14)
Persamaan nonlinier ini dapat diselesaikan dengan
menggunakan metode teknik iterasi. Penyelesaian studi
aliran daya disaat kini umumnya telah menggunakan Rugi-rugi daya pada saluran i-j merupakan penjumlahan
komputer terutama untuk sistem yang besar. aljabar dari aliran daya dari persamaan 13 dan 14
Penyelesaian yang paling banyak digunakan adalah adalah sebagai berikut :
menggunakan bentuk admitans bus (YBUS). Salah satu
metode iterasi yang menjadi pilihan adalah metode … (15)
Newton Raphson. Keunggulan metode ini bila
dibandingkan metode lain karena memiliki konvergensi 3. Metodologi Penelitian
yang tinggi, akurat dan presisi. Jumlah iterasi yang
dibutuhkan untuk memperoleh pemecahan ditentukan Penelitian ini dilakukan dengan bantuan perangkat
berdasarkan ukuran sistem, serta jumlah iterasi lebih lunak Electrical Transient Analysis Program (ETAP.
sedikit. Perhitungan jatuh tegangan dan rugi dayalistrik
dilakukan setelah pelaksanaan inputan data ke ETAP
2.6 Persamaan Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya selesai. Perhitungan ini dilakukan dengan metode iterasi
pada Saluran Newton raphson pada program ETAP, setelah itu akan
menghasilkan nilai-nilai baik berupa tegangan, arus dan
Setelah penentuan bus tegangan, langkah daya pada setiap penghantar, bus, dan beban tiap
berikutnya adalah perhitungan aliran daya dan rugi-rugi penyulang serta arah arusnya.
daya pada saluran. Misalkan saluran dihubungkan
dengan dua bus i dan j, seperti ditampilkan dalam
33
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 4, JUNI 2014, ISSN : 2302-9579

Untuk melakukan analisis sistem distribusi


tenaga listrik menggunakan ETAP, sistem tersebut
harus dimodelkan terlebih dahulu. Pemodelan
mencakup sektor pembangkit/grid, saluran dan
beban. Kelengkapan data masukan untuk
pemodelan tergantung dari asumsi, tingkat
ketelitian dan fokus pengamatan. Selanjutnya
sistem tenaga listrik tersebut digambarkan dalam
diagram satu garis pada main windows ETAP.
Analisis yang dilakukan meliputi profil
tegangan dan rugi daya dari hasil perhitungan
simulasi ETAP. Analisis dilakukan secara
beratahap meliputi :
1) Analisa kualitas tegangan dan rugi daya listrik
pada 6 jaringan penyulang Ahuru, Karpan 1,
Karpan 2, Tantui Atas, Rijali dan Galala-3
dengan kondisi sebelum menggunakan
pembangkit wika.
2) Analisa kualitas tegangan dan rugi daya listrik
pada 6 jaringan penyulang tersebut pada saat
menggunakan pembangkit wika, dengan asumsi
Gambar 1. Diagram alir Jalan Penelitian pembangkit dalam kondisi normal.
3) Analisa kualitas tegangan dan rugi daya listrik
3.1 Perhitungan Jatuh Tegangan dan Rugi Daya pada 6 penyulang tersebut saat menggunakan
Listrik
pembangkit wika dengan skenario penyulang
Perhitungan jatuh tegangan dan rugi dayalistrik ekspres dengan asumsi pembangkit dalam
dilakukan setelah pelaksanaan inputan data ke ETAP kondisi normal.
selesai. Perhitungan ini dilakukan dengan menjalankan
perhitungan aliran daya pada program ETAP setelah itu
akan menghasilkan nilai-nilai baik berupa tegangan, arus 4. Hasil dan Pembahasan
dan daya pada setiap penghantar, bus, dan beban tiap 4.1 Kualitas Tegangan sebelum Pembangkit WIKA
penyulang serta arah arusnya. Berdasarkan nilai-nilai 25mW
tersebut, kemudian dilakukan evaluasi terhadap profil
tegangan dan rugi daya listrik teknis yang terjadi pada Sebelum pembangkit wika jaringan distribusi pulau
jaringan distribusi 20 kV penyulang kota Ambon Ambon disuplai oleh pembangkit sewatama 1, sewatama
tersebut. 2 dan pembangkit milik PT. PLN baik yang ada di
Hative Kecil maupun di Poka. Kondisi pembangkit
ketika itu telah dijelaskan sebelumnya dibagian gambar
3.2 Analisis Hasil umum diatas.
ETAP merupakan sebuah software komputer Simulasi load flow pada enam penyulang tersebut,
yang ditujukan untuk menganalisis sebuah sistem dilakukan untuk melihat kualitas tegangan dan rugi daya
listrik jaringan distribusi 20 kV dengan kondisi
tenaga listrik. Program ETAP menyediahkan
pembangkit sebelum pembangkit wika 25mW. Simulasi
beberapa fasilitas yang berguna dalam analisis perhitungan dengan ETAP dilakukan pada dua kondisi
sistem tenaga listrik. Fasilitas tersebut diantaranya berbeda yaitu pada kondisi luar waktu beban puncak
adalah untuk melakukan analisa aliran daya. (LWBP) dan waktu beban puncak (WBP) dengan
Analisis aliran daya tersebut dapat dilakukan menghasilkan kondisi tegangan pada jaringan distribusi
dengan beberapa pilhan metode iterasi seperti Gaus 20 kV khusus enam penyulang ke arah kota Ambon
Seidel, Fast decouple dan Newton raphson. Namun sebagai berikut :
dalam analisis ini digunakan metode Newton
raphson.

34
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 4, JUNI 2014, ISSN : 2302-9579

Tabel 4.5 Kualitas tegangan saat LWBP sebelum WIKA Beban yang semakin besar mengakibatkan arus
25mW semakin besar, sedangkan impedans saluran akan besar
jika saluran tersebut semakin panjang. Jatuh tegangan
diakibatkan adanya selisih antara tegangan dikirim
dengan tegangan yang diterima. Gambar 4.4
meperlihatkan bagaimana persentase Jatuh tegangan saat
LWBP dan WBP dengan pembangkit sebelum wika
25mW.

Gambar 4.2 Grafik level tegangan saat LWBP tanpa


WIKA 25mW Gambar 4.4 Persentase (%) Jatuh tegangan saat LWBP
dan WBPSebelum menggunakan
Berdasarkan gambar 4.2, tegangan ujung terendah pembangkit WIKA
dari hasil perhitungan simulasi ETAP pada kondisi
LWBP terlihat pada penyulang Ahuru GRD SR02 4.2 Rugi Daya Listrik sebelum Pembangkit WIKA
sebesar 19,078 kV. Kondisi yang sama juga terlihat pada 25mW
kondisi WBP dimana ujung penyulang Ahuru (GRD Hasil simulasi perhitungan rugi daya pada jaringan
SR02) memiliki kondisi tegangan terendah yaitu distribusi 20kV kota Ambon untuk kondisi LWBP dan
mencapai 18,286 kV seperti diperlihatkan dalam WBP sebelum menggunakan pembangkit wika 25mW
gambar 4.3. Kondisi yang sama terjadi juga pada diperlihatkan dalam tabel 4.7. Berdasarkan hasil
penyulang karpan 1 dimana Jatuh tegangan (jatuh simulasi perhitungan ETAP, rugi daya LWBP mencapai
tegangan) mencapai 19,38 kV saat LWBP dan 18,8 kV 67 kW atau 3,86% dan diikuti rugi daya pada penyulang
saat WBP. Kedua penyulang tersebut mengalami Jatuh karpan 1 mencapai 33 kW atau 1,65%, sedangkan
tegangan terbesar dibandingkan dengan empat penyulang Galala 3 yaitu 41 kW dengan pencapaian
penyulang lainnya. Jatuh tegangan saat LWBP maupun 1,62%. Rugi daya listrik terendah dari pada kondisi
WBP dapat disebabkan karena 2 hal yaitu besar arus dan LWBP adalah penyulang tantui atas dengan rugi daya
impedans saluran. Terutama saat WBP dan terutama sebesar 4 kW atau 0,67%.
pada penyulang ahuru yang memiliki jaringan Kondisi WBP, rugi daya listrik tertinggi ada pada
terpanjang dan beban yang sangat besar. penyulang ahuru sebesar 211 kW atau 3,86%. Rugi daya
listrik tertinggi kedua adalah penyulang karpan 2 sebesar
Tabel 4.6 Kualitas tegangan saat WBP sebelum WIKA 113 kW atau mencapai 3,11% dan rugi daya listrik
25mW terendah adalah penyulang tantu atas hanya mencapai 14
kW atau 1,19%.
Tabel 4.7 Hasil simulasi Daya LWBP dan WBP
sebelum WIKA 25mW

LWBP WBP
No. PENYULAN KIRI TERIM
URUT G LOSSES KIRIM TERIMALOSSES
M A (%)
(MW) (MW) (MW) (MW)
(MW) (MW)
1 Ahuru 3,179 3,112 0,067 5,47 5,259 0,211 3,86
2 Karpan-1 1,996 1,963 0,033 3,633 3,520 0,113 3,11
3 Karpan-2 1,409 1,396 0,013 2,618 2,570 0,048 1,83
4 T-Atas 0,596 0,592 0,004 1,173 1,159 0,014 1,19
5 Rijali 1,806 1,790 0,016 3,482 3,419 0,063 1,81
6 Galala-3 2,528 2,487 0,041 4,290 4,178 0,112 2,61
Total : 11,514 0,174 20,666 0,561

Gambar 4.3 Grafik level tegangan saat WBP tanpa


WIKA 25mW

35
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 4, JUNI 2014, ISSN : 2302-9579

Tabel 4.8 Hasil simulasi tegangan LWBP dengan


WIKA 25MW
Tegangan (kV) Jatuh
Penyulang Arus (A)
Pangkal Tengah Ujung (kV) (%)

Ahuru 110 PLTD 19,874 GH A11 Batu 19,528 GRD SR02 19,19 0,684 3,44
Karpan-1 69,38 s.d.a 19,874 GH. A5 BELSO 19,609 GRD 29B pjk 19,494 0,380 1,91
Karpan-2 49,17 s.d.a 19,874 GH. Karpan 19,764 GRD 35C soema 19,709 0,165 0,83
Tantui Atas 20,84 s.d.a 19,874 GRD BA02B 19,841 GRD 57B 19,831 0,043 0,22
Rijali 67,16 s.d.a 19,874 GRD BM03 19,749 GRD pjk wainitu 19,71 0,164 0,83
Gambar 4.5 Kondisi daya listrik pada penyulang Galala-3 82,37 PLTD Poka 19,856 GH A3 Tnh. 19,668 GRD 33 RST 19,639 0,217 1,09
saat LWBP

Berdasarkan grafik hasil pengolahan data simulasi


perhitungan dengan ETAP, terlihat bahwa penyulang
ahuru merupakan penyulang dengan rugi daya listrik
tertinggi baik pada kondisi LWBP maupun WBP.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh karena pengiriman
daya pada penyulang ahuru paling besar dibandingkan
dengan penyulang lainnya.
Gambar 4.8 Grafik level tegangan saat LWBP dengan
WIKA 25 mW

Jatuh tegangan saat menggunakan pembangkit


wika tidak banyak berpengaruh disebabkan penyulang
keluar pembangkit wika untuk percobaan ini dimasukan
ke pangkal penyulang Hative Kecil. Namun demikian
ada sedikit perubahan kualitas tegangan dibandingkan
Gambar 4.6 Kondisi daya listrik dengan kondisi sebelumnya dimana pada kondisi LWBP
pada penyulang saat WBP penyulang ahuru tegangan pangkal 19,758 kV dan ujung
19,078 kV sedangkan dengan pembangkit wika,
Persentase rugi daya saat kondisi LWBP dan WBP tegangan pangkal mencapai 19,874 kV dan tegangan
tanpa pembangkit WIKA 25mW diperlihatkan dalam ujung mencapai 19,190kV. Ini menunjukkan ada
gambar 4.7 dibawah ini. perubahan kenaikan namun tidak terjadi perbaikan Jatuh
tegangan dimana Jatuh tegangan pada kondisi LWBP
sebelum pembangkit wika 0,680 mW sedangkan dengan
menggunakan pembangkit wika 0,684 mW atau 3,44%.

Gambar 4.7 Persentase (%) Rugi daya listrik pada


penyulangsaat kondisi LWBP dan WBP
Gambar 4.9 Jatuh Tegangan saat LWBP
4.3 Kualitas Tegangan Menggunakan Pembangkit
WIKA 25mW Kondisi WBP sebelum pembangkit wika, tegangan
Pembangkit wika merupakan pembangkit baru pangkal penyulang ahuru 19,511 kV dan tegangan ujung
dengan kapasitas 25 mW yang disewakan PT. PLN di mencapai 18,286 kV dengan Jatuh tegangan sebesar
Ambon untuk memperkuat pasokan daya listrik 1,225 kV. Tegangan pangkal kondisi WBP
mengingat kapasitas daya listrik terus meningkat. Suplai menggunakan pembangkit wika 19,742 kV dan tegangan
daya pembangkit listrik wika ini dihubungkan ke ujung mencapai 18,505 kV dengan Jatuh tegangan
pangkal penyulang dari PLTD Hative Kecil. Kondisi mencapai 1,237 kV atau mencapai 6,27%. Perubahan
tegangan LWBP dan WBP hasil simulasi perhitungan kualitas tegangan dengan menggunakan pembangkit
ETAP diperoleh tegangan pangkal, tengah dan ujung wika dapat dikatakan sangat kecil. Walaupun demikian
jaringan setelah menggunakan pembangkit WIKA secara umum dengan menggunakan pembangkit wika
ditampilkan dalam tabel 4.8 dan tabel 4.9. ada terjadi perubahan level tegangan terutama pada

36
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 4, JUNI 2014, ISSN : 2302-9579

bagian ujung jaringan pada ke enam penyulang yang


mengarah ke kota Ambon.

Tabel 4.9 Hasil simulasi tegangan WBP dengan WIKA


25 mW
Tegangan (kV) Jatuh
Penyulang Arus (A)
Pangkal Tengah Ujung (kV) (%)
Gambar 4.12 Kualitas tegangan pada kondisi WBP saat
Ahuru 195,9 PLTD 19,742 GH A11 Batu 19,117 GRD SR02 18,505 1,237 6,27 menggunakan pembangkit wika dan sebelum
Karpan-1 130,2 s.d.a 19,742 GH. A5 BELSO 19,242 GRD 29B pjk 19,023 0,719 3,64
Karpan-2 93,95 s.d.a 19,742 GH. Karpan 19,528 GRD 35C soema 19,42 0,322 1,63
menggunakan wika
Tantui Atas 42,12 s.d.a 19,742 GRD BA02B 19,672 GRD 57B 19,648 0,094 0,48
Rijali 124,1 s.d.a 19,742 GRD BM03 19,51 GRD pjk wainitu 19,442 0,3 1,52 4.4 Rugi Daya Listrik Setelah menggunakan
Galala-3 149,9 PLTD Poka 19,681 GH A3 Tnh. 19,34 GRD 33 RST 19,286 0,395 2,01
Pembangkit WIKA
Hasil simulasi daya pada enam penyulang kota
Ambon dengan kondisi LWBP dan WBP dengan
menggunakan pembangkit baru WIKA/25mW
diperlihatkan dalam tabel 4.10. berdasarkan hasil
simulasi ini, terlihat bahwa persentase rugi daya terbesar
terjadi pada penyulang ahuru yaitu sebesar 3,84% atau
mencapai 0,215mW. Sedangkan rugi daya terendah
terjadi pada penyulang tantui atas yaitu 1,17% atau
Gambar 4.10 Grafik level tegangan saat WBP 0,014mW. Total rugi daya WBP dengan menggunakan
dengan WIKA 25 mW pembangkit wika adalah 584 kW, jauh lebih baik ketika
sebelum menggunakan pembangkit wika yang rugi daya
Jatuh tegangan saat kondisi WBP yang terjadi pada mencapai 561kW.
ke enam penyulang yang mengarah ke kota Ambon
diperlihatkan dalam gambar 4.11. berdasarkan grafik Tabel 4.10 Hasil simulasi daya LWBP dan WBP
tersebut, terlihat bahwa penyulang ahuru adalah dengan WIKA 25mW
penyulang yang memiliki Jatuh tegangan tertinggi yaitu No.
LWBP WBP
PENYULANG KIRIM TERIMA LOSSES KIRIM TERIMA LOSSES
sebesar 1,237 kV dan Jatuh tegangan terkecil pada URUT
(MW) (MW) (MW) (MW) (MW) (MW) (%)
penyulang tantui atas yaitu 0,094 kV. Hal ini disebabkan 1 Ahuru 3,215 3,147 0,068 5,596 5,381 0,215 3,84
karena penyulang ahuru merupakan penyulang 2 Karpan-1 2,019 1,986 0,033 3,719 3,603 0,116 3,12
3 Karpan-2 1,425 1,411 0,014 2,68 2,631 0,049 1,83
terpanjang dan memiliki beban yang besar. Sedangkan 4 T-Atas 0,603 0,599 0,004 1,2 1,186 0,014 1,17
penyulang tantui atas merupakan penyulang terpendek 5 Rijali 1,231 1,211 0,020 3,564 3,499 0,065 1,82
6 Galala-3 2,406 2,368 0,038 4,325 4,2 0,125 2,89
dengan kapasitas beban yang kecil. Total : 10,899 0,177 21,084 0,584

Gambar 4.11 Jatuh Tegangan saat WBP


Gambar 4.13 Kondisi daya listrik pada penyulang saat
LWBP dengan menggunakan pembangkit WIKA
Jika dibandingkan dengan sebelum menggunakan
pembangkit wika, kualitas atau level tegangan disaat
menggunakan pembangkit wika 25 mW jauh
memberikan perubahan level tegangan terutama pada
perbaikan ujung jaringan dengan rata-rata perbaikan
1,06% dari level tegangan sebelumnya. Kondisi ini
sangat membantu beban di ujung jaringan penyulang
tersebut.

Gambar 4.14 Kondisi daya listrik pada penyulang saat


WBP dengan menggunakan pembangkit WIKA
37
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 4, JUNI 2014, ISSN : 2302-9579

Berdasarkan hasil perhitungan ETAP, rugi daya


listrik tertinggi pada kondisi LWBP maupun WBP
terjadi pada penyulang ahuru yaitu LWBP 68 kW dan
WBP 215 kW sedangkan rugi daya listrik terendah
terjadi pada penyulang tantui atas dimana LWBP 4 kW
dan WBP 14 kW.

Gambar 4.15 Rugi daya listrik pasca penggunaan


Gambar 4.17 Skenario penyulang ekspres ke tengah
pembangkit WIKA
jaringanpenyulang ahuru dan penyulang karpan 1
Hasil simulasi perhitungan dengan ETAP untuk
Perbandingan daya terima kondisi WBP sebelum
skenario pembangkit baru WIKA menggunakan
menggunakan pembangkit wika dan setelah
penyulang ekspres ke tengah beban penyulang kota
menggunakan pembangkit wika diperlihatkan dalam
Ambon, diperlihatkan dalam tabel 4.11 dan 4.12 untuk
gambar 4.16. Secara umum daya terima mengalami
kondisi LWBP dan WBP. Sedangkan kualitas tegangan
kenaikan walaupun tidak besar. Rata-rata Kenaikan daya
diperlihatkan dalam gambar 4.17 dan 4.18 untuk kondisi
terima pada penyulang kota Ambon setelah pembangkit
LWBP. Simulasi penyulang ekspres dengan
wika adalah 2,04 % dari kondisi sebelumnya. Kenaikan
menggunakan pembangkit wika diskenariokan untuk
daya ini tidak berpengaruh kepada perubahan rugi daya
menginjeksi hanya ke penyulang ahuru dan penyulang
listrik karena panjang jaringan dengan beban tidak
karpan 1. Hal ini dimaksudkan agar dapat memperbaiki
mengalami perubahan atau dapat dikatakan struktur
kualitas tegangan dan Jatuh tegangan pada kedua
jaringan tidak mengalami perubahan. Dengan demikian
penyulang tersebut. Selain itu perbaikan rugi daya listrik
hanya berpengaruh pada kualitas daya terima.
pada kedua penyulang tersebut diharapkan mengalami
perbaikan.

Tabel 4.11 Hasil simulasi tegangan LWBP


(WIKA 25 mW & ekspres)
Tegangan (kV) Jatuh
Penyulang Arus (A)
Pangkal Tengah Ujung (kV) (%)

Ahuru 56,12 PLTD 19,874 GH A11 Batu 19,736 GRD SR02 19,396 0,478 2,41
Karpan-1 29,85 s.d.a 19,874 GH. A5 BELSO 19,781 GRD 29B pjk 19,693 0,181 0,91
Karpan-2 49,17 s.d.a 19,874 GH. Karpan 19,764 GRD 35C soema 19,709 0,165 0,83
Gambar 4.16 Daya terima sebelum dan sesudah Tantui Atas 20,84 s.d.a 19,874 GRD BA02B 19,84 GRD 57B 19,83 0,044 0,22
Rijali 67,16 s.d.a 19,874 GRD BM03 19,748 GRD pjk wainitu 19,71 0,164 0,83
menggunakan pembangkit WIKA 25mW Galala-3 82,37 PLTD Poka 19,856 GH A3 Tnh. 19,668 GRD 33 RST 19,639 0,217 1,09

4.5 Kualitas Tegangan Menggunakan Pembangkit


WIKA dengan Skenario Penyulang Ekspres
Gambar 4.17 memperlihatkan skenario penyulang
ekspres dari pembangkit wika, diarahkan ke tengah
jaringan penyulang ahuru dan penyulang karpan 1.
Skenario ini untuk melihat seberapa besar perubahan
kualitas tegangan dengan perubahan rugi daya listrik
pada kedua jaringan tersebut.
Gambar 4.17 Grafik level tegangan saat LWBP (WIKA
25 mW & ekspres)

Hasil simulasi perhitungan ETAP memperlihatkan


perubahan pasca penggunaan penyulang ekspres dalam
38
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 4, JUNI 2014, ISSN : 2302-9579

hal ini pada kedua penyulang ahuru dan karpan 1 yang Perbandingan Jatuh tegangan untuk kondisi
mengalami kenaikan 1% dari kondisi sebelumnya. sebelum menggunakan pebangkit wika, setelah
Dalam skenario ini menggunakan pembangkit wika dan menggunakan pembangkit wika dan dengan skenario
penyulang ekspres yang di tarik dari pembangkit wika penyulang ekspres pada penyulang ahuru dan penyulang
ke tengah beban. Sedangkan penyulang karpan 2, tantui karpan 1 diperlihatkan dalam gambar 4.20. Berdasarkan
atas, rijali dan galala 3 tidak mengalami perubahan grafik ini terlihat bahwa dengan menggunakan
karena tidak diberikan penyulang ekspres. pembangkit wika kapasitas 25 mW tidak berpengaruh
terhadap perbaikan jatuh tegangan (voltage drop)
kecuali menaikan kualitas tegangan baik pada pangkal
penyulang maupun pada ujung jaringan distribusi. Oleh
karena itu penyulang ekspres yang di tempatkan di
tengah beban dapat memberikan solusi perbaikan jatuh
tegangan tersebut seperti diperlihatkan dalam gambar
4.21 penyulang ahuru dan penyulang karpan 1. Skenario
ini mampu menekan jatuh tegangan dari 1,237 kV
Gambar 4.18 Kualitas tegangan LWBP menggunakan menjadi 0,872 kV dan penyulang karpan 1 dari 0,719
pembangkit wika dengan Penyulang ekspres pada
kV menjadi 0,347 kV atau menekan jatuh tegangan
penyulang ahuru dan karpan 1
hingga 29,5% untuk penyulang ahuru dan 51,7% untuk
penyulang karpan 1. Besar perubahan perbaikan jatuh
Tabel 4.12 Hasil simulasi tegangan WBP (WIKA 25
tegangan tersebut sangat bergantung pada lokasi dimana
mW & ekspres) diletakannya ujung penyulang ekspres tersebut.
Tegangan (kV) Jatuh
Penyulang Arus (A)
Pangkal Tengah Ujung (kV) (%)

Ahuru 100,3 PLTD 19,741 GH A11 Batu 19,491 GRD SR02 18,869 0,872 4,42
Karpan-1 56,51 s.d.a 19,741 GH. A5 BELSO 19,564 GRD 29B pjk 19,394 0,347 1,76
Karpan-2 93,94 s.d.a 19,741 GH. Karpan 19,528 GRD 35C soema 19,419 0,322 1,63
Tantui Atas 42,11 s.d.a 19,741 GRD BA02B 19,671 GRD 57B 19,647 0,094 0,48
Rijali 124,1 s.d.a 19,741 GRD BM03 19,51 GRD pjk wainitu 19,441 0,3 1,52
Galala-3 149,9 PLTD Poka 19,68 GH A3 Tnh. 19,339 GRD 33 RST 19,286 0,394 2,00

Gambar 4.21 Jatuh tegangan saat WBP pada kondisi


sebelum dan setelah menggunakan pembangkit wika
serta penyulang ekspres.
Berdasarkan simulasi perhitungan menggunakan
ETAP ini terlihat bahwa pengaru penambahan
pembangkit baru dengan kapasitas daya besar dapat
Gambar 4.19 Grafik level tegangan saat WBP memperbaiki kualitas tegangan baik pada pangkal
(WIKA 25 mW & ekspres) maupun pada ujung jaringan, tetapi tidak dapat
memperbaiki jatuh tegangan. Sebagai solusi perbaikan
Kualitas tegangan pada ujung jaringan saat WBP
dalam skenario penyulang ekspres juga mengalami jatuh tegangan tersebut dapat dilakukan menggunakan
penyulang ekspres ke tengah beban atau ke tengah
kenaikan rata-rata 2% dari kondisi sebelumnya, terutama
jaringan. Kondisi ini terbukti dengan penyulang ekspres
pada kedua penyulang ahuru dan penyulang karpan 1.
yang di tempatkan pada penyulang ahuru lokasi GRD 11
Sedangkan penyulang lainnya tidak mengalami
Batu Gajah yang lebih ke tengah jaringan begitu pula
perubahan karena tidak dihubungkan ke penyulang
ekspres. penyulang karpan 1 pada lokasi GRD A. Yani.

4.6 Rugi Daya Listrik Menggunakan Pembangkit


WIKA dengan Skenario Penyulang Ekspres

Tabel 4.13 Hasil simulasi tegangan LWBP


(WIKA 25 mW & ekspres)
LWBP WBP
PENYULANG KIRIM TERIMA LOSSES KIRIM TERIMA LOSSES
(MW) (MW) (MW) (MW) (MW) (MW) (%)
Ahuru 3,247 3,199 0,048 5,697 5,543 0,154 2,70
Karpan-1 1,989 1,969 0,021 3,781 3,708 0,073 1,93
Gambar 4.20 Kualitas tegangan pada kondisi WBP Karpan-2 1,425 1,412 0,014 2,68 2,631 0,049 1,81
T-Atas 0,603 0,599 0,004 1,2 1,186 0,014 1,18
menggunakan pembangkit wika dan Penyulang ekspres Rijali 1,955 1,935 0,020 3,563 3,498 0,065 1,82
Galala-3 2,406 2,368 0,038 4,325 4,200 0,125 2,90

39
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 4, JUNI 2014, ISSN : 2302-9579

Perhitungan daya dan rugi daya listrik peningkatan hingga mencapai 3,708 MW dari
menggunakan pembangkit wika dengan skenario sebelumnya 3,603 mW.
penyulang ekspres pada penyulang ahuru dan karpan 1
diperlihatkan dalam tabel 4.13. Jika dibandingkan
dengan hasil sebelumnya (dibandingkan dengan daya
terima setelah pembangkit wika), daya WBP yang
diterima pada skenario penyulang ekspres lebih baik
(daya meningkat) mencapai 5,543 mW untuk penyulang
ahuru dan 3,708 mW untuk penyulang karpan 1.
Peningkatan daya terima untuk kedua penyulag ekspres
tersebut adalah sebesar 3,02% untuk penyulang ahuru
dan 2,92% untuk penyulang karpan 1 dari daya terima Gambar 4.24 Daya terima WBP sebelum pembangkit
menggunakan pembangkit wika tanpa penyulang wika, setelah pembangkit wika
ekspres. dan dengan penyulang ekspres

Perbandingan rugi daya listrik pada jaringan


penyulang kota ambon, diperlihatkan dalam gambar
4.25. Penambahan pembangkit baru wika dalam
perhitungan load flow tidak mempengaruhi perbaikan
rugi daya listrik. Namun dengan menggunakan
penyulang ekspres yang ditempatkan ke tengah beban
dapat memperbaiki rugi daya tersebut seperti pada
penyulang ahuru dan penyulang karpan 1yang diberi
penyulang ekspres.
Gambar 4.22 Kondisi daya listrik saat LWBP
setelah menggunakan pembangkit WIKA
dengan penyulang ekspres

Grafik daya kirim, daya terima dan rugi daya saat


LWBP dan WBP pasca penyulang ekspres pada kedua
penyulang ahuru dan penyulang karpan 1 diperlihatkan
dalam gambar 4.22 dan 4.23.
Gambar 4.25 Rugi daya WBP sebelum pembangkit
wika, setelah pembangkit wika dan dengan penyulang
ekspres

Skenario ini mampu menekan rugi daya listrik dari


0,215 mW menjadi 0,154 mW dan penyulang karpan 1
dari 0,116 mW menjadi 0,037 mW atau menekan rugi
daya listrik 28,6% untuk penyulang ahuru dan 37,2%
untuk penyulang karpan 1.
Gambar 4.23 Kondisi daya listrik saat WBP setelah
menggunakan pembangkit WIKA 5. Penutup
dengan penyulang ekspres
5.1 Kesimpulan
Pengaruh perubahan kapasitas daya terima pada
keenam penyulang kota Ambon pasca penggunaan 1. Kualitas tegangan WBP pada ujung jaringan kota
pembangkit wika dan dengan penyulang ekspres terlihat ambon yang terdiri dari penyulang ahuru, karpan 1,
dalam gambar 4.24. Peningkatan rata-rata daya terima karpan 2, tantui atas, rijali dan penyulang galala 3,
pada penyulang ahuru dan penyulang karpan 1 pasca mengalami penurunan yang sangat besar terutama
penggunaan pembangkit wika mencapai 2,97%. pada penyulang ahuru hingga mencapai 18,286 kV
Penyulang ahuru mengalami peningkatan sebesar 0,162 dan penyulang karpan 1 18,8 kV, level tegangan ini
mW dari daya terima sebelumnya 5,381 mW sehingga hampir mendekati ketentuan batas bawah sesuai
total daya terima pasca penyulang ekspres adalah 5,543 SPLN yaitu -10% (18 kV).
mW. Sedangkan penyulang karpan 1 mengalami

40
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 4, JUNI 2014, ISSN : 2302-9579

2. Rugi daya listrik teknis WBP tertinggi sebelum 0,215 mW, sedangkan penyulang karpan 1 37,2%
menggunakan pembangkit wika 25 mW yaitu dari sebelumnya 0,116 mW.
penyulang ahuru sebesar 0,211 mW atau 3,86%, 5.2 Saran
diikuti oleh penyulang karpan 1 yaitu 0,113 mW atau
1. Menggunakan pembangkit wika 25mW tidak
3,11%.
berpengaruh terhadap perbaikan jatuh tegangan
3. Kualitas tegangan WBP setelah menggunakan
(voltage drop) kecuali menaikan level tegangan dan
pembangkit wika 25 mW, mengalami kenaikan rata-
kapasitas daya baik di pangkal maupun di ujung
rata perbaikan tegangan 1,06% dibandingkan dengan
jaringan distribusi, namun tidak memperbaiki jatuh
kualitas tegangan sebelum menggunakan
tegangan pada ujung jaringan maupun rugi daya
pembangkit wika.
listrik yang hilang disepanjang jaringan distribusi.
4. Persentase jatuh tegangan rata-rata WBP yang terjadi
Oleh karena itu penyulang ekspres yang ditempatkan
pasca pembangkit wika 25 mW sama dengan
pada lokasi yang tepat merupakan solusi perbaikan
persentase jatuh tegangan sebelum menggunakan
jatuh tegangan dan berdampak pada perbaikan rugi
pembangkit wika yaitu sebesar 2,59%.
daya listrik jaringan.
5. Rugi daya WBP setelah menggunakan pembangkit
2. Solusi lain adalah dengan menambah pembangkit
wika 25 mW secara keseluruhan, sedikit mengalami
terdistribusi (DG) pada sisi beban sehingga dapat
kenaikan mencapai 0,584 mW atau naik 3,94% dari
memperbaiki kualitas tegangan terutama pada ujung
sebelum menggunakan pembangkit wika yang hanya
jaringan distribusi dan perbaikan rugi daya listrik.
0,561 mW.
6. Rugi daya WBP tertinggi setelah menggunakan
pembangkit wika terjadi pada penyulang ahuru
6. Daftar Pstaka
sebesar 3,84% atau 0,215mW, sedangkan rugi daya
terendah terjadi pada penyulang tantui atas sebesar
Cekdin C., 2007. Sistem Tenaga Listrik Contoh Soal
1,17% atau 0,014 mW.
dan Penyelesaiannya Menggunakan Matlab.
7. Rata-rata kenaikan daya terima pasca penggunaan
Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.
pembangkit wika adalah sebesar 2,04% dari kondisi
sebelumnya, kenaikan daya ini tidak berpengaruh
Fayyadl M., Sukmadi T., Winardi B., Rekonfigurasi
pada perbaikan rugi daya listrik, karena struktur
Jaringan Distribusi Daya Listrik dengan Metode
jaringan pasca penambahan pembangkit wika tidak
Algoritma Genetika.
mengalami perubahan.
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/kantu_8_.pdf
8. Kualitas tegangan pada ujung jaringan saat WBP
dalam skenario penyulang ekspres dari dengan
Gonen, T., 1986, “Electric Power Distribution System
pembangkit wika 25 mW, mengalami kenaikan rata-
Engineering”, McGraw-Hill.
rata 2%, kenaikan ini terjadi pada kedua penyulang
ahuru dan penyulang karpan 1.
9. Menggunakan pembangkit wika 25mW tidak Haryadi, 2007. Rekonfigurasi Jaringan Tegangan
berpengaruh terhadap perbaikan jatuh tegangan Menengah 20 kV PT. PLN UPJ Wates untuk
(voltage drop) kecuali menaikan level tegangan baik Memperkecil Rugi Teknik. Thesis Universitas
di pangkal maupun di ujung jaringan distribusi, Gadjah Mada.
namun tidak memperbaiki jatuh tegangan pada ujung
jaringan. Kersting W. H., 2007. Distribution System Modeling
10. Penyulang ekspres dalam skenario ini mampu and Analysis, Second Edition. CRC Press.
menekan jatuh tegangan pada kondisi WBP hingga
mencapai 0,872 kV dari 1,237 kV atau mampu Stevenson, W.D., and Grainger, J.J, 1994, “Analysis
menekan sebesar 29,5% untuk penyulang ahuru, Power System”, Singapura McGraw Hill
sedangkan untuk penyulang karpan 1 mampu
menekan hingga 51,7% atau mencapai 0,347 kV dari Syukri M., 2005. Perhitungan Drop Tegangan pada
0,719 kV. Jaringan Distribusi Primer Banda Aceh. Jurnal
11. Penambahan pembangkit baru wika tidak Rekayasa Elektrika, Volume 4 No. 2.
mempengaruhi perbaikan rugi daya listrik, namun
dengan menggunakan penyulang ekspres yang Tahir U., 2008. Analisa Rugi daya Teknik pada Sistem
ditempatkan ke tengah beban dapat memperbaiki Kelistrikan. Jurnal Dinamis Volume 2. No. 12.
rugi daya tersebut, sebab dengan skenario ini dapat
mampu menekan rugi daya listrik pada penyulang
ahuru hingga mencapai 28,6% dari sebelumnya

41

You might also like