Professional Documents
Culture Documents
Journal Reading Fany
Journal Reading Fany
Disusun Oleh:
Defany Novita Sary
130100431
DEPARTEMEN/SMF
MEDAN
2018
Manajemen terhadap tonsilitis berulang pada anak
Diaa El Din El Hennawi a, Ahmed Geneid b, Salah Zaher c, Mohamed Rifaat
Ahmed a
Abstrak
Metode: penelitian ini terdiri dari 350 anak yang memiliki tonsilitis streptococal
berulang, 284 diantaranya berhasil menjalani masa penelitian ini dan 162 anak
menerima pengobatan bedah konvensional. Sisa anak-anak lainnya, 122, dibagi
secara acak menjadi dua kelompok umum. Anak pada kelompok A menerima satu
kali intramuscular BP (600,000 IU untuk anak 27 kg dan 1,200,000 IU untuk anak
27kg) setiap dua minggu selama enam bulan. Anak pada kelompok B menerima
satu kali oral AZT (250 mg untuk anak 25 kg dan 500 mg untuk anak 25 kg)
setiap satu minggu selama enam bulan.
2.3.Rencana studi
Anak akan dibagi secara acak dan rata kedalam dua kelompok. Proses
pengacakan yang dilakukan sebelum pelaksanaan studi seperti berikut: amplop
buram telah diberi angka berturutan dari 1 sampai 350. Tabel angka acak yang
dihasilkan komputer digunakan untuk penentuan kelompok; jika angka terakhir dari
angka acak yang dihasilkan adalah dari 0 sampai 4, pengelompokkan ditujukan
pada kelompok 1 (menerima tonsillectomy konvensional), dan jika digit terakhir
adalah dari 5 sampai 9, maka pengelompokkan ditujukan pada kelompok 2
(menerima BP atau AZT). Kelompok 2 diacak lagi menggunakan teknik yang sama
dan dikelompokkan menjadi kelompok A dan B. penunjukkan kemudian
dimasukkan kedalam amplop buram dan amplop tersebut disegel. Pada saat peserta
memasuki masa percobaan, amplop tersebut dibuka berurutan untuk
pengelompokkan para peserta. Amplop dibuka oleh spesialis ORL atas persetujuan
pasien dan sebelum metode pengobatan dilakukan; kelompok A mendapatkan
pengobatan medis menggunakan BP dan kelompok B mendapatkan pengobatan
menggunakan AZT. Subkelompok A menerima satu kali intramuscular.
Dari total 350 anak, hanya 284 yang dapat menyelesaikan studi ini. Anak-
anak tersebut memiliki median umur 7.4 1.6 tahun.
2.5.Analisis statistik
Data yang dikumpulkan diolah menggunakan SPSS versi 18 (SPSS Inc.,
Chicago, IL, USA). Data kuantitatif dinyatakan dengan median SD sedangkan
data kualitatif dinyatakan dengan angka dan persentase. T-test siswa digunakan
untuk membandingkan signifikasi dari perbedaan variabel kuantitatif yang diikuti
dengan distribusi normal.
2.6.Pertimbangan etik
Protokol penelitian disetujui oleh komite etik fakultas dan pernyataan
persetujuan diperoleh dari orang tua anak yang ikut dalam penelitian ini setelah
penjelasan tentang desain penelitian dan manfaat serta resiko yang termasuk
kedalam pengobatan resimen.
3. HASIL
3.1.Tingkat ASOT dan ESR
Kelompok tonsillectomy memiliki level median ESR 70.3 13.1 ml/h
selama episode terakhir tonsilitis sebelum tonsillectomy. Enam bulan setelah
operasi level tersebut turun menjadi 8.7 1.9 ml/h (P = 0.005). Median ASOT
untuk kelompok tonsillectomy adalah 436 IU/ml sebelum operasi dan menurun
menjadi 115IU/ml setelah enam bulan dengan perkembangan signifikan secara
statistik (P = 0.006).
Dalam hal efek samping yang ditemukan pada kelompok AZT, tiga pasien
memiliki gejala ringan seperti pusing, muntah, dan kram perut disertai diare. ECG
dilakukan untuk semua pasien sebagai tolak ukur dan semua pasien emnunjukkan
ritme sinus yang normal. Pada tindak lanjut ECG umum, 50 pasien (82%) dari
kelompok AZT menunjukkan perpanjangan QT dan 11 pasien (18%) menunjukkan
pengurangan. Median QT naik secara signifikan dari 41.6 + 1.7 ms sebelum
pengobatan menjadi 43.8 + 2.9 ms (P= 0.007). tidak terdapat perbedaan signifikan
secara statistik terhadap jenis kelamin pada perubahan interval QT. selain itu, enzim
liver tidak menunjukkan kenaikan signifikan pada saat sebelum pengobatan sampai
setelah pengobatan, dan juga tidak ada perbedaan pada kelompok A dan kelompok
B. Tidak terdapat reaksi efek samping yang serius pada kedua kelompok tersebut.
Tidak ada pasien yang mengalami aktivitas rheumatic selama penelitian dan masa
tindak lanjut.
4. DISKUSI
Tonsilitis berulang dianggap sebagai salah satu alasan umum untuk kunjungan
rawat primer ke dokter. Tonsilitis berulang pada anak-anak memiliki pengaruh
besar pada kualitas hidup anak, tidak hanya karena efek terhadap anak namun juga
menjadi beban orang tua ketika anaknya menderita. Tonsillectomy tetap menjadi
prosedur umum, terutama pada negara bagian barat[12]. Namun, beberapa studi
immunological pada efek tonsillectomy menunjukkan pentingnya sikap konservatif
dari sudut pandang immunological terhadap adenotonsllectomy [13].
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari alternatif pengobatan dari
tonsillectomy, terutama ketika kriteria tonsillectomy tidak terpenuhi, tidak
tersedianya sumber daya ataupun orang tua lebih memilih untuk pengobatan medis.
Kedua alternatif tersebut adalah BP dan AZT.