Ind. Kebijakan Publik Dan Apresiasi Terhadap Konsep Megapolitan

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

RUANG KAJIAN

KEBIJAKAN PUBLIK DAN APRESIASI TERHADAP KONSEP


MEGAPOLITAN

Oleh : Riyadi Santoso

Abstract

Megapolitan concept is very interesting both in theory and in practice, because dealing with social
realities Jabodetabekjur spatial region is very complex. As one of public policy, we can give a
critical assessment with respect to both support and criticism of various parties. However, the
concept and that policy needs to gain appreciation and good response, given the reality of complex
problems in the region Jabodetabekjur. For that megapolitan concept is expected to be the key
public policy solutions. As a key, megapolitan should be formulated in a comprehensive manner at
the level of public policy, and needs to be translated into operational kebijalan technically with
respect to all parties involved. To follow up on megapolitan concept, representing the central
government's Ministry of Home Affairs, took the initiative to invite sitting with Provincial
Government of DKI Jakarta, Banten province and West Java Provincial Government, including all
the regents and mayors in the region Jabodetabekjur to unify perception and concrete measures in
an integrated manner, in order to formulate a plan parent (master plan) megapolitan. Regional
Development Planning Board (Bappeda) in all regions are invited synergistically integrated plan,
operational and technical plans for each territory. To implement the master plan, contingency plan
and technical plan in the region Jabodetabekjur, we can infer the main thing is the presence of
leadership (managerial) are capable, proactive and effective. Of course, the effective leadership of
human resources need to support reliable and adequate sources of financing.

Keyword: megapolitan, Integrated Planning, Leadership Effectiveness, and Human Resources.

1. Pengantar kita cermati adalah “Konsep


Salah satu kebijakan publik Megapolitan”, bagi warga Jakarta
yang amat sangat menarik untuk dan sekitarnya, bahkan secara
nasional konsep ini perlu kita Kajian sederhana berikut ini
berikan apresiasi. Megapolitan akan coba kita lakukan dengan
merupakan gagasan dari Gubernur mencermati beberapa hal, antara
Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) lain mengenai dukungan publik
Jakarta, Soetiyoso di Kawasan atas konsep megapolitan, adanya
Jabodetabekjur (Jakarta-Bogor- kritik-kritik dari berbagai pihak, juga
Depok-Tangerang-Bekasi dan adanya respon dan kebijakan
Cianjur), sebenarnya secara pemerintah pusat, konsep lanjutan
konsep bukanlah yang pertama. serta catatan Bang Ali atas
Konsep Megapolitan sebelumnya megapolitan tersebut. Untuk
pernah dilontarkan dan menutup kanjian ini, penulis coba
diperjuangkan oleh Gubernur Ali sampaikan catatan-catatan
Sadikin (Bang Ali). Bahkan kesimpulan dan rekomendasi atas
menurut penjelasan Bang Ali, sejak beberapa hal yang terkait betapa
awal digagas, konsep megapolitan pentingnya konsep megapolitan
tidak ada pencaplokan wilayah, untuk dapat diaplikasikan.
tetapi membangun wilayah Ibukota
Negara secara terpadu di wilayah 2. Dukungan Publik
Jabodetabek. Berdasarkan hasil survey dari
Gubernur Sutiyoso (Bang Pusat Kajian Kebijakan dan
Yos) sebenarnya memiliki Pembangunan Strategis
kesamaan konsep dengan (Puskaptis) dari tanggal 1 s.d 3
pendahulunya, bahwa konsep Maret 2006, yang diberi judul :
megapolitan Jabodetabekjur harus “Survey Persepsi Masyarakat
dijadikan pedoman sebagai konsep Jabodetabekjur Terhadap Konsep
pembangunan yang terpadu di Megapolitan Jabodetabekjur”, telah
Jabodetabekjur. Kalau konsep ini menunjukkan hasil bahwa sebesar
tidak segera diterapkan, maka 79 persen warga menyetujui
dikawatirkan Ibukota Jakarta akan pembentukan kawasan
menjadi Kota yang memiliki megapolitan Jabodetabekjur,
kelebihan beban dan dampak sedangkan sebanyak 20 persen
negatifnya akan dipikul oleh responden menyatakan tidak setuju
generasi pada masa yang akan dan hanya 1 persen yang tidak
datang. Namun demikian gagasan mejawab. Bila kita cermati lebih
yang baik tersebut telah mendapat lanjut, bahwa mayoritas responden
tanggapan pro dan kontra dari pendukung pembentukan kawasan
berbagai kalangan, dan dari Jabodetabekjur berasal dari luar
kebanyakan tanggapan yang warga Jakarta. Ini sangat menarik,
kontra tersebut berawal dari mengingat selama ini pada
kekurangpahaman dan dapat kenyataannya warga di luar Jakarta
dikatakan miss-interpretasi serta telah merasakan buruknya kondisi
kekawatiran-kekawatiran yang infrastruktur dan kondisi fasilitas
berlebihan. umum ataupun fasilitas sosial.

2
Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2006
Responden sebagai warga sangat pemerintahan (manajemen
berharap bahwa kondisi pemerintahan), nampaknya
infrastruktur dan kondisi fasilitas Pemerintah Provinsi (Pemprov)
umum akan bisa sama seperti yang Banten dan Pemprov Jawa Barat
ada di Jakarta, misalnya : kondisi menolak, tetapi bila
jalan dan jembatan, transportasi mengintegrasikan tata ruang dan
massal, lapangan kerja, dan lain- perencanaan kota, mereka mulai
lainnya, (Media Indonesia, 7 Maret menerima, (Pos Kota, 7 Maret
2006). 2006). Penolakan dua Pemprov
Stevanus Subagijo (2007), tersebut, menurut penulis sangat
peneliti dari Centre for National wajar sebagai bentuk ketakutan,
Urgency Studies Jakarta menilai kawatir kehilangan wilayah-wilayah
bahwa gagasan Sutiyoso untuk (teritorial) penyangga Jakarta yang
mengaplikasikan Megapolitan secara ekonomi sangat
Jabodetabekjur merupakan menguntungkan. Wilayah-wilayah
langkah positif, mengingat seperti Tanggerang, Depok,
progresivitasnya dalam melihat Bekasi, Bogor merupakan tambang
sense of urban masa depan emas, yang berkontribusi besar
Jakarta dan wilayah kota dalam memberikan income atau
penyangga di sekitarnya. Kawasan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Jabodetabekjur membutuhkan bagi kedua provinsi tersebut.
keleluasaan kesatuan komando Ernan Rustiadi (2006), Kepala
politik-administrasi pemerintahan, Pusat Pengkajian Perencanaan
seperti perencanaan megapolitan, Pengembangan Wilayah (P4W)
tata ruang dan pembangunannya. Institute Pertanian Bogor (IPB),
Hal itu yang diperhatikan memberikan penilaian bahwa
sebagaimana dilakukan di kota- gagasan Gubernur Sutiyoso yang
kota bear di Eropa dan Amerika bertekad akan menerapkan
Serikat, bahkan kecenderungan megapolitan Jabodetabekjur
penerapan konsep megapolitan di merupakan langkah yang benar
sana, tidak hanya antar kota, dan dapat segera direalisasikan,
melainkan juga antar Negara. karena penduduk Jabodetabek
Para pengamat yang lain juga pada saat ini telah mencapai
menilai, dengan dibentuknya sekitar 20 Juta Jiwa, Sembilan juta
kawasan megapolitan, dapat Jiwa diantaranya tinggal di Jakarta.
dipastikan akan meningkatkan Dengan penduduk sebanyak itu,
kualitas daerah penyangganya dan sebenarnya sudah harus stagnan
akan meningkatkan kesejahteraan atau berhenti bertumbuh mengingat
masyarakatnya. Pembangunan keterbatasan ruang Jakarta, namun
infrastruktur di kawasan tersebut untuk penduduk Bodetabekjur
akan lebih cepat, lebih baik. masih akan terus berkembang,
Menyangkut penggabungan daerah (Catatan : Urbanisasi saat ini di
penyangga dan administrasi wilayah Bodetabekjur terus

3
Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2006
berjalan, apalagi dengan halnya dengan kawasan Gelora
tumbuhnya daerah industri Bung Karno (GBK) di Senayan, di
manufaktur, barang dan jasa, juga sana ada alasan heritage Gedung
kawasan property (perumahan- MPR/DPR RI. Bila konsep
perumahan) yang sangat pesat). megapolitan diarahkan agar
Masyarakat kelompok ekonomi dipimpin oleh pejabat setingkat
menengah ke atas akan memilih menteri, maka juga akan
menjadi masyarakat commuter, bertentangan dengan daerah
dengan tetap memilih tinggal di otonom di sekitarnya.
kota penyangga namun bekerja di Fajrul Falaakh (2006), Pakar
Jakarta. Sementara kaum urban Hukum Tata Negara UGM juga
yang langsung ke Jakarta adalah mengkritisi dan mengkritik bahwa
kelompok masyarakat ekonomi Ibukota Negara dalam administrasi
bawah yang akan menjadi beban pemerintahan tidak membutuhkan
sosial dan lingkungan Jakarta akan konsep megapolitan, seperti
kumuh. Oleh karenanya, perlu Washington DC (Ibukota Amerika
segera diterapkan megapolitan Serikat) atau Amsterdam (Ibukota
untuk mengatur sistem urban di Belanda), yang tidak
Jabodetabekjur. dikembangkan istilah megapolitan.
Karena megapolitan adalah tempat
3. Kritik Berbagai Pihak multifungsi, yang biasanya lebih
Pakar Imu Administrasi cenderung pada pertimbangan
Negara Fisip UI, Eko Prasojo bisnis, perdagangan dan
(2006), menyampaikan kritik dan perkembangan penduduk. Namun
penilaian bahwa batas demikian ada juga pihak yang
kewenangan antara Pemerintah memilih berpendapat biarlah
Pusat dengan Pemerintah Provinsi megapolitan menjadi wacana
DKI Jakarta dalam pengelolaan Gubernur Sutiyoso dalam
Ibukota Negara nampaknya tidak mengembangkan kerjasama
jelas diatur dalam perundang- dengan Pemerintah Daerah
undangan. Sebagai contoh salah sekitarnya, seperti diamanatkan
satu akibat dari ketidakjelasan dalam otonomi daerah (UU Nomor
kewenangan tersebut, adalah 32 Tahun 2004 tentang
dalam pengelolaan kawasan Pemerintahan Daerah). Untuk itu
kemayoran seluas 420 ha, yang Pemerintah Pusat sepatutnya
seharusnya ditangani dapat menanyakan kepada
pengelolaannya oleh Pemprov DKI Pemprov DKI Jakarta tentang
Jakarta, namun yang terjadi masih peran apa saja yang perlu
ditangani oleh Sekretariat Negara dilakukan sebagai pemegang
(Setneg). Sebenarnya tidak ada wilayah Ibukota Negara Jakarta,
alas an lagi bagi pusat untuk tetap (Kompas, 3 Maret 2006).
mempertahankan pengelolaan Sementara itu, DPRD
kawasan kemayoran tersebut. Lain Provinsi Banten dan DPRD

4
Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2006
Provinsi Jawa Barat, dapat menteri, (Sinar Harapan, 7 Februari
membentuk Kelompok Kerja atau 2006).
Tim Khusus Bersama untuk Selanjutnya berdasarkan hasil
mensikapi gagasan Gubernur survey Puskaptis (2006),
Sutiyoso tentang Megapolitan di ditemukan terdapat perbedaan
Jabodetabekjur. Mereka yang cukup mencolok dalam
nampaknya menyadari bahwa mensikapi gagasan megapolitan
secara alamiah dan sosiologis, Jabodetabekjur. Kalangan pejabat
megapolitan cepat atau lambat Pemerintah Daerah di Pemprov
akan terwujud. Seperti Jawa Barat dan Banten cenderung
dikemukakan oleh Ketua Komisi A menolak konsep megapolitan,
DPRD Provinsi Banten, bahwa Sedangkan dari kalangan warga
DPRD Banten siap dan setuju Jabodetabekjur, justru
duduk bersama guna menghendaki konsep megapolitan
membicarakan konsep megapolitan segera diterapkan, hal ini dapat
dalam kedudukan sebagai mitra dipahami bahwa masyarakat
kerja yang sejajar, egaliter dan sangat mengharapkan perbaikan
saling menghormati serta sejauh kesejahteraan bagi kehidupan
tidak mengubah-ubah kedaulatan sosialnya, dimana selama ini
administrasi wilayah masing- mereka tinggal di kawasan-
masing Provinsi. DPRD Provinsi kawasan perbatasan maupun
banten mengusulkan agar bekerja di Jakarta. Ini sangat
megapolitan memiliki payung menarik dan dapat diartikan, bahwa
hukum khusus tentang ternyata jajaran pejabat Pemprov
megapolitan untuk mengatur tata Jabar dan Banten, resisten
ruang di kawasan Jabodetabekjur (menolak) terhadap kebijakan
dan terpisah dari UU Nomor 32 megapolitan yang akan merugikan
Tahun 2004. Kritik senada juga status quo mereka yang selama
disampaikan Asisten I Pemprov ini sangat diuntungkan dengan
banten, jika urusan megapolitan limpahan rejeki bahkan
diserahkan kepada Gubernur DKI menjamurnya korupsi di kawasan
Jakarta, pemerintah pusat harus Bodetabekjur. Para pejabat kedua
mengubah Sembilan undang- Pemprov tersebut, takut kehilangan
undang tentang Pembentukan kawasan-kawasan tambang emas
Pemerintah Daerah di sumber-sumber ekonomi di
Bodetabekjur. Ada juga yang kawasan Bodetabekjur yang
menyarankan untuk mengatasi selama ini telah membuat mereka
problem di Jabodetabekjur, agar kaya raya atau tebal kantong-
peran Badan Kerja Sama kantongnya. Inilah yang
Pemerintah (BKSP) Jabotabek seharusnya pemerintah pusat kritis,
supaya ditingkatkan statusnya dan dan lebih memihak terhadap
sebaiknya dipimpin oleh pejabat kepentingan kesejahteraan
yang kewenangannya setingkat masyarakat luas di Jabodetabekjur.

5
Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2006
4. Respon dan Kebijakan Tabel : 1
Pemerintah Pusat. Jumlah Penduduk dan Luas
Konsep Megapolitan Wilayah Jabodetabekjur
Jabodetabekjur hingga saat ini No. Provinsi/Kab Jumlah Luas
nampaknya masih menjadi wacana upaten/Kota Penduduk Wilaya
(juta jiwa) h
dan bahan kajian Pansus DPR RI (Km 2)
yang sedang melakukan 1 DKI Jakarta 8.603,776 661,62
pembahasan Rancangan Undang- 2 Kabupaten 3.798,212 2.237,0
Undang tentang DKI Jakarta Bogor 9
3 Kota Bogor 816,860 108,98
sebagai Ibu Kota Negara, sebagai
4 Kota Depok 1.324,452 212,24
revisi UU Nomor 34 Tahun 1999. 5 Kabupaten 3.186,690 1.110,3
Direktur Eksekutif Center Of Tangerang 8
Indonesia Regional and Urban 6 Kota 1.466,884 164,31
Studies (CIRUS), Andrinov Tangerang
7 Kabupaten 1.797,900 1.065,3
Chaniago (Fisip UI), Bekasi 6
mengemukakan bahwa konsep 8 Kota Bekasi 1.814,316 209,55
megapolitan merupakan konsep 9 Kabupaten 2.058,134 2.977,4
yang bagus dan perlu diterapkan di Cianjur 4
Jabodetabekjur karena TOTAL 23.249,11 8.746,9
4 7
penduduknya telah mencapai lebih Sumber : BPS, Provinsi DKI Jakarta dan
dari 23 juta jiwa dan permasalahan Provinsi Jawa Barat, 2005.
publik yang sangat kompleks.
Untuk itu diperlukan adanya Respon Pemerintah Pusat
perencanaan pembangunan yang atas konsep megapolitan muncul
komprehensif di Jabodetabekjur. dari Menteri Dalam Negeri. Untuk
Sehubungan dengan itu pula, mensikapi wacana megapolitan
seharusnya yang mengambil yang terus berkembang, Mendagri
kebijakan adalah pemerintah pusat mefasilitasi untuk mempertemukan
melalui Depdagri (Departemen para Gubernur dan Walikota/Bupati
Dalam Negeri), karena menyangkut se Jabodetabekjur di Kantor
masalah kota yang sangat besar Mandagri, Jalan Merdeka Utara,
(megapolitan) dan merupakan Jakarta. Pertemuan
masalah nasional yang diselenggarakan pada tanggal 21
menyangkut kepentingan beberapa Maret 2006 tersebut menyimpulkan
kota. bahwa ketiga Gubernur serta para
Walikota dan Bupati telah satu
persepsi yakni setuju dengan
konsep Megapolitan
Jabodetabekjur yang meliputi :
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,
Bekasi dan Cianjur. Pada intinya,
para pihak yang terkait dapat
memahami dan menyetujui

6
Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2006
pembangunan megapolitan konsep tata ruang wilayah
Jabodetabekjur. Dan karena telah megapolitan Jabodetabekjur. Dan
satu persepsi, langkah selanjutnya apabila kelak konsep megapolitan
adalah menindaklanjuti dengan dapat terwujud, dimana policy
membentuk Tim Bersama, dengan maker dan politisi daerah dapat
melibatkan Badan Perencanaan menerima, maka dukungan serta
Daerah (Bappeda) masing-masing. partisipasi masyarakat akan lebih
Pada kesempatan tersebut, melengkapi tekad tersebut. Dalam
Gubernur Jawa Barat mengusulkan perpaduan dua kota atau lebih
Tata Ruang Terpadu Megapolitan yang mendukung megapolitan,
itu dikendalikan secara effektif oleh tentu pemerintah diharapkan
manajerial yang kompeten dari berpartisipasi aktif untuk dapat
Pemerintah Pusat untuk dapat menjadi perekat, bahkan
menyelesaikan kendala yang akan mengambil inisiatif sepenuhnya,
ditemui di lapangan pada saat sehingga megapolitan
mengembangkan Megapolitan Jabodetabekjur dapat menjadi
Jabodetabekjur, antara lain kenyataan implementasi kebijakan
persoalan keuangan untuk publik. Harapan lebih lanjut tentu
infrastruktur megapolitan. saja adalah harapan akan
Sementara itu, Walikota Depok terwujudnya kesejahteraan bagi
(Dr.Ir.Nur Mahmudi Ismail, M.Sc.), masyarakat Jakarta dan sekitarnya
menyatakan bahwa konsep serta tampilnya Ibukota Negara
megapolitan akan lebih akan menjadi kebanggaan
mempermudah koordinasi antar nasional.
wilayah atau kota. Namun untuk Konsep ataupun langkah-
mengimbangi pembangunan langkah ke depan tentu harus
infrastruktur di Kota Depok, perlu disusun secara komprehensif dan
ada tambahan DAU setidaknya bersama, terpadu dan sinersis
lima kali lipat dari yang ada dengan koordinasi operasional
sekarang, (Rakyat Merdeka, 27 yang baik, baik koordinasi dari
Februari 2006). tingkat policy hingga koordinasi
teknis operasional di tingkat bawah
5. Konsep Lanjutan Teknis atau lapangan. Apabila payung
Untuk membahas konsep hukum secara politik telah
lanjutan yang bersifat teknis, dalam diputuskan dan terbentuk maka
upaya mewujudkan konsep sangat dibutuhkan langkah-langkah
megapolitan, maka akan dilakukan lanjutan yang bersifat teknis.
pertemuan-pertemuan antar Kepala Dalam kaitan ini maka Badan
Daerah se Jabodetabekjur dengan Perencanaan Pembangunan
melibatkan Badan Perencanaan Daerah (Bappeda) masing-masing
Pembangunan dari wilayahnya daerah akan bertemu secara
masing-masing. Tujuan utamanya periodik (berkala) untuk
adalah untuk mensinergikan merencanakan pembangunan

7
Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2006
terpadu dan secara teknis wilayah Provinsi Banten.
operasional, guna menyongsong Sebagai gambaran, bahwa
tantangan perkembangan Rencana Induk (master plan)
pembangunan ke depan yang pembangunan Jabodetabek
berkelanjutan. sudah dirintis sejak tahun
1954, pada saat periode
6. Catatan Ali Sadikin Atas Walikota Sudiro, dan
Kawasan Megapolitan penyusunannya mendapat
Mantan Gubernur DKI Jakarta bantuan teknik dari PBB.
Tahun 1970an, Ali Sadikin, yang Dalam rencana induk tersebut
sangat dikenal dengan sebutan antara lain dinyatakan bahwa
Bang Ali, terhadap konsep Jakarta adalah suatu kota
Megapolitan Jabodetabekjur juga yang cepat meluap,
memberikan tanggapan yang melampaui batas-batas kota
sangat menarik untuk kita cermati, semula. Oleh karena itu,
sebagai berikut : rencana induk Jakarta harus
a. Kawasan Megapolitan memperhitungkan pengaruh
merupakan kawasan timbal-balik antar daerah, baik
“perkotaan” Jabodetabek dalam wilayah kota Jakarta
(Jakarta, Bogor, Depok, maupun dengan daerah-
Tangerang, dan Bekasi). daerah sekitarnya. Dalam
Artinya bukan wilayah pendekatan tersebut, Rencana
Bodetabek menjadi bagian Induk Jakarta Raya (saat itu),
dari Provinsi DKI Jakarta, sudah mempertimbangkan
tetapi rencana pembangunan keterkaitannya dengan
di kawasan tersebut disusun rencana pembangunan di
secara menyeluruh dan Bogor, Tangerang dan Bekasi,
terpadu dengan yang kemudian dikenal
memperhatikan segala aspek sebagai “Rencana
dan factor dalam satu Pembangunan Regional
rangkaian yang bersifat Jabotabek”. Pada tahun
komprehensif yang disebut 1976 dilakukan kerjasama
Rencana Induk Magapolitan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
Jabodetabek, yang disusun dengan Gubernur Provinsi
sesuai dengan pola dan Jawa Barat dengan
karakter masing-masing membentuk Badan Kerjasama
daerah. Dengan demikian, Pembangunan (BKSP)
Kabupaten/Kota Bekasi, Kota Jabotabek berdasarkan Surat
Depok, Kabupaten/Kota Keputusan Bersama (SKB)
Bogor, tetap merupakan Pemerintah Provinsi Jawa
wilayah Provinsi Jawa barat, Barat dan Pemerintah Provinsi
serta Kabupaten/Kota DKI Jakarta.
Tangerang tetap merupakan

8
Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2006
b. Pembangunan Megapolitan dilakukan revisi (perubahan)
Jabodetabek dilaksanakan sesuai dengan tuntutan dan
atas prinsip-prinsip kebutuhan, serta
perencanaan yang mendapat permasalahan yang terjadi di
dukungan dari seluruh lapisan Jakarta serta daerah-daerah
masyarakat termasuk sekitarnya. Berarti maksud
didalamnya DPRD serta dan tujuan dibentuknya UU
Pemerintah Pusat, baik tersebut, adalah untuk
eksekutif maupun legislatif. mengatasi berbagai masalah
Bila dukungan tersebut tidak yang terjadi di Jakarta dan
ada, betapa baik dan indahnya daerah-daerah sekitarnya
rencana yang disusun akan (Jabodetabek) dalam satu
mengalami kegagalan. Oleh rencana pembangunan yang
karena itu, diperlukan terarah dan terpadu dalam
“peraturan perundang- satu kawasan Magapolitan
undangan” dan “lembaga” Jabodetabek.
yang jelas dan diberi Sehubungan dengan itu,
kekuasaan penuh, baik formal undang-undang tersebut tidak
maupun politis dalam saja mengatur tentang
mengambil keputusan, serta kekhususan Jakarta sebagai
mengakomodir semua Ibukota Negara Republik
kepentingan. Indonesia, tetapi juga
mengatur rencana induk
Atas dasar dua point pembangunan Megapolitan
pandangan tersebut diatas, Jabodetabek, yng dapat
pembangunan Megapolitan dijadikan dasar hokum bagi
Jabodetabek tidak hanya Pemerintahan Daerah yang
tanggungjawab Gubenur DKI berada di kawasan
Jakarta saja, tetapi juga Jabodetabek dan
menjadi tanggungjawab masyarakatnya. Undang-
Gubernur Provinsi Jawa Barat undang tersebut bukan saja
dan Gubernur Provinsi ditujukan kepada Pemerintah
Banten. Untuk itu perlu Provinsi DKI Jakarta, tetapi
dibentuk “lembaga khusus” juga kepada Pemerintah
untuk menangani Megapolitan Daerah Bogor, DEpok,
Jabodetabek yang Tangerang dan Bekasi. Oleh
bertanggungjawab langsung sebab itu judul undang-
kepada Presiden. Berkenaan undang perlu direvisi menjadi
dengan hal itu, Undang- “Undang-Undang
undang Nomor 34 Tahun 1999 Megapolitan Jabodetabek”.
tentang Provinsi Daerah Keterkaitan dengan
Khusus Ibukota Negara pengaturan kekhususan
Republik Indonesia perlu Jakarta sebagai Ibukota

9
Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2006
Negara merupakan sebagai Ibukota Negara,
pelaksanaan dari amanat harus diikuti dengan “dana”
Pasal 18 b ayat (1) UUD 1945, dan “sumber daya lainnya”,
bahwa : “Negara mengakui agar tugas dan
dan menghormati satuan- tanggungjawab tersebut
satuan pemerintahan daerah dapat dilaksanakan.
yang bersifat khusus dan
bersifat istimewa yang diatur Pengaturan rencana
dengan undang-undang”. induk Megapolitan
Menyangkut adanya 3 (tiga) Jabodetabek sesuai dengan
kekhususan dalam urusan ketentuan Pasal 227 ayat (3)
pemerintahan sebagai huruf c UU Nomor 32 Tahun
implikasi kedudukan Jakarta 2004 tentang Pemerintahan
sebagai Ibukota Negara yang Dearah, bahwa keterpaduan
tidak terdapat di daerah rencana umum tata ruang
lainnya di Republik Indonesia, Jakarta dengan rencana
dapat dijelaskan sebagai umum taat ruang daerah
berikut : sekitarnya sangat diperlukan.
Berbagai permasalahan yang
a. Pertama adalah urusan terjadi di kota-kota besar
keamanan dan ketertiban seperti Jakarta dan sekitarnya
Ibukota Negara dalam dari tahun ke tahun semakin
rangka menciptakan kompleks, dan tidak akan
kelancaran mampu untuk diselesaikan
penyelenggaraan Negara, oleh seorang Gubernur,
pemerintahan, dan karena terkait dengan
lembaga internasional. berbagai sektor di luar
b. Kedua, pengendalian jangkauan tugas dan
masalah sosial, budaya, tanggungjawabnya.
politik, ekonomi, jasa, tata
ruang dan lingkungan. 7. Penutup dan Rekomendasi
c. Ketiga, penyelenggaraan Gagasan Gubernur DKI
otonomi daerah di Provinsi Jakarta Sutiyoso tentang
DKI Jakarta yang berada di Megapolitan Jabodetabekjur,
lingkup provinsi bukan di telah mendapat tanggapan yang
kotamadya sebagaimana luas dari berbagai kalangan
diatur dalam UU masyarakat dan elite politik di
sebelumnya. Sehubungan Indonesia, baik di tingkat lokal
dengan tugas dan (Jakarta, Bogor, Depok,
tanggungjawab Pemerintah Tangerang, Bekasi dan Cianjur),
Provinsi DKI Jakarta dalam maupun para elite politik lintas
penyelenggaraan partai di DPR RI. Tanggapan
kekhususan Jakarta publik yang muncul atas gagasan

10
Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2006
megapolitan Jabodetabekjur daerah dalam satu kesatuan tata
sangat beragam, sebagian telah ruang administrasi pemerintahan
memberikan apresiasi yang positif (wilayah administrasi
atau mendukung konsep Jabodetabekjur), melalaui
megapolitan, namun sebagian perencanaan pembangunan
mempertanyakan konsep dan kewilayahan, seperti penataan
operasionalisasinya. Hal ini masih jaringan infrastruktur (sarana dan
menunjukkan bahwa gagasan prasarana) secara terpadu.
Gubernur Sutiyoso tentang Fungsi-fungsi kewilayahan dapat
megapolitan Jabodetabekjur telah dikoordinasikan dan dilakukan
banyak memberikan inspirasi pembagian tugas secara tepat
berbagai pihak untuk lebih tahu, dan disiplin berdasarkan
memahami dan mendalami kewenangan masing-masing dan
pentingnya konsep megapolitan dengan tanggungjawab yang
tersebut untuk kemudian terkoordinasi dengan effektif.
dirumuskan dalam kebijakan Masyarakat tentu akan
publik yang komprehensif mendukung apabila antar pemda-
(rencana induk/master plan) pemda Jabodetabekjur
serta kemudian dijabarkan dalam bekerjasama dengan proaktif dan
rencana-rencana operasionalisasi efektif. Sesungguhnya tidak
kebijakan (rencana bidang dan hanya masyarakat yang akan
rencana teknis). memetik manfaat, namun pemda-
pemda akan mendapat
Nampaknya, wacana keuntungan „pertumbuhan
megapolitan akan terus menjadi ekonomi regional‟ secara
pembelajaran yang sangat bersama-sama maupun masing-
berharga bahwa permasalahan masing. Prinsipnya kesejahteraan
yang kompleks di Jakarta dan dan pertumbuhan ekonomi pada
kawasan sekitarnya sebagai gilirannya akan menaikan PAD
kawasan penyangga (buffer) (Pendapatan Asli Daerah),
Ibukota Negara RI, haruslah pertumbuhan PDRB (Product
segera diberikan solusi dan kunci Domestic Regional Brutto).
pemecahannya. Konsep
megapolitan dapat diyakini akan Rekomendasi yang dapat
dapat diterapkan dengan penulis sampaikan pada
memadukan (mensinergiskan) kesempatan ini dengan
pendekatan manajemen public memperhatikan berbagai analisis
(public management) dan diatas dan hasil-hasil kajian serta
kebijakan publik (public policy). penelitian yang dilakukan oleh
Konsep megapolitan, dengan beberapa pihak, yang terutama
pendekatan manajemen public adalah :
akan mampu mensinergiskan (1) Perlunya menggalang
hubungan antar pemerintahan kerjasama secara proaktif di

11
Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2006
tiga provinsi wilayah pemerintahan daerah dan
Jabodetabekjur, yaitu pemerintahan pusat, terutama
Pemprov DKI Jakarta, yang mendesak adalah
Pemprov Jawa Barat dan infrastruktur (sarana dan
Pemprov Banten. Inisiatif ini prasarana) jalan. Masalah
bisa datang dengan infrastruktur ini sangat serius
komunikasi antara pemprov untuk ditangani secara
dimaksud, dengan program terpadu dan terkoordinasi
aksinya. dengan baik.
(2) Untuk memprakarsai tindak (5) Dukungan dan kesiapan SDM
lanjut atas konsep (personil) di Jabodetabekjur,
megapolitan, sebagai tentu SDM yang dinantikan
leadernya sangat dinantikan adalah yang berkualitas,
inisiasi Departemen Dalam mempunyai keahlian dan
Negeri RI (Ditjen Bangda dan kredibel dibidangnya. Antar
Ditjen Otda) dan Badan pemprov dan pemda dapat
Perencanaan Pembangunan melakukan kerjasama dengan
Nasional (Bappenas), tentu pelatihan bersama dan tukar
sangat diharapkan dapat pengalaman dan ketrampilan.
mempertemukan ketiga (6) Kunci penentu keberhasilan
pemprov, menyusun rencana penerapan megapolitan
induk Jabodetabekjur, beserta sesungguhnya adalah
rencana operasional bersama kehadiran kepemimpinan
dengan distribusi wewenang (leaderships) yang proaktif,
dan tanggungjawabnya. efektif dan konsisten dalam
(3) Perpaduan implementasi implementasi rencana induk
Kebijakan Publik dengan megapolitan di seluruh
Manajemen Publik atas kawasan Jabodetabekjur.
Rencana Induk (master plan) Syarat inilah yang akan
Megapolitan, agar konsisten membawa kemajuan dan
dilaksanakan oleh setiap keberhasilan megapolitan, dan
pemerintah provinsi dan tentu saja kepemimpinan yang
pemerintah kabupaten/kota tidak korupsi dan menjadi
jabodetabekjur, dan Depdagri teladan bagi rakyatnya.
dan Bappenas melakukan
pendampingan aktif serta
pengawasan dan evaluasi
setiap
progress/perkembangan yang
telah dicapai.
(4) Dukungan dan kesiapan
pembiayaan perlu
diselesaikan bersama antar

12
Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2006
Daftar Bacaan : 13. Harian Pos Kota, tanggal 7 Maret
2006.
1. Adisasmita, HR., Pembangunan 14. Harian Sinar Harapan, tanggal 7
Ekonomi Perkotaan. (Yogyakarta : Februari 2006.
Penerbit Graha Ilmu, 2005). 15. Harian Rakyat Merdeka, tanggal 6
2. Badan Pusat Statistik (BPS) Maret 2006.
Jakarta, Jakarta Dalam Angka,
(BPS Jakarta, 2005). Daftar Pustaka :
3. Budiharjo, Eko dan Sujarto, D.,
Daerah Istimewa Yogyakarta, KPH.
Kota Berkelanjutan, (Bandung :
Soedarisman Poerwokoesoemo,
Penerbit Alumni, 1999).
Gadjah Mada University Press.1980.
4. _____________________, Tata
Ruang Perkotaan, Bandung : Sri Sultan, Hari-hari Hamengku
Penerbit Alumni, 2005). Bhuwono IX sebuah presentasi
5. Gallion, Arthur B. Dan Simon Majalah Tempo.
Eisner, Pengantar Perancangan
Kota, Desain dan Perencanaan Tahta untuk Rakyat, PT. Gramedia
kota, (terjemahan), (Jakarta : Palmerah Selatan 22 Lantai IV,
Jakarta Pusat.
Erlangga, 1996).
6. Priatmojo, Danang, Megapolitan : Rapat-rapat Komisi II DPR tahun
Tata Ruang Wilayah Vs 2009.
Administrasi Wilayah, Bahan
Diskusi panel “Telaah Konsep Rapat DPRD-DIY tanggal 30 Juni
Megapolitan, Tinjauan Multi Disiplin 2008.
Ilmu, DPD KNPI Jakarta, 2006. Pisowanan Agung Rakyat DIY pada
7. Nugroho, I dan Rochimin Dahuri, bulan April 2008.
Pembangunan Wilayah Perspektif
Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan, Undang-Undang Dasar 1945.
Jakarta : LP3ES, 2004.
8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan
Daerah.
9. Undang-Undang Nomor 34 Tahun
1999 tentang Ibukota Negara DKI
Jakarta.
10. Peraturan Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 6 tahun 1999
tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah DKI Jakarta.
11. Harian Kompas, tanggal 3 Maret
2006.
12. Harian Media Indonesia, tanggal 7
Maret 2006.

13
Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2006

You might also like