Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 44-50, 2016 ISSN CETAK.

2443-115X
ISSN ELEKTRONIK. 2477-1821

PENGARUH PROSES PEREBUSAN TERHADAP KADAR


PROTEIN YANG TERKANDUNG DALAM TAUGE BIJI KACANG
HIJAU (Phaseolus Radiatus)
Submitted : 27 April 2016
Edited : 17 Mei 2016
Accepted : 25 Mei 2016

Anita Agustina, Desi Rahmawati

DIII Farmasi Stikes Muhammadiyah Klaten


Email : agustyn_01@yahoo.com

ABSTRACT
Protein is an important or main component of animal and human cells. The source of
vegetable protein can be obtained from soybeans and other legumes, as well as their processed
results. This component can be denatured due to changes in temperature, pH, heavy metal ions,
mechanical movement, alcohol, acetone, ether, and detergent. The main aim of this study was to
determine the effect of boiling on protein in the seeds of mung beans. The samples were
analyzed using the Lowry method. The result of quantitative test showed that the average level
of protein in the samples before boiled was 1.664% w/w, while after boiled was 0632% w/w.
The statistical test showed that t-score of the sample was 43.827 and t-table was 2.920, and p-
score was 0.001. Of the results of the study, it can be concluded that there is a significantly
difference between the levels of protein before and after boiled. Boiling gives effect to the
protein levels in the samples.

K eywords : Protein, Mung Bean Sprouts, Lowry Method.

PENDAHULUAN menyebabkan kondisi yang dinamakan


Dalam kehidupan, protein memegang marasmus(2).
peranan yang penting di dalam tubuh Makanan yang mengandung protein
manusia dan binatang, karena protein antara lain telur, susu, daging, unggas, ikan,
bertanggungjawab untuk menggerakan otot- kerang, kacang kedelai, dan kacang-
otot, protein hemoglobin mempunyai kacangan lain(2). Penggunaan kacang hijau
peranan mengangkut oksigen dari paru-paru untuk bahan makanan manusia harus diolah
ke jaringan seluruh tubuh. Protein sangat terlebih dahulu. Pengolahan kacang hijau
dibutuhkan untuk masing-masing individu(1). menjadi makanan, misalnya untuk tauge(3).
Kekurangan protein banyak terdapat Tauge adalah sayuran yang merupakan
pada masyarakat sosial ekonomi rendah. tumbuhan muda yang baru saja
Kekurangan protein murni pada stadium berkecambah dan dilindungi dari cahaya.
berat menyebabkan kwashiorkor pada anak- Kata tauge sendiri adalah serapan dari dialek
anak di bawah lima tahun (balita). Hokkian, istilah Mandarin-nya adalah douya
Kekurangan protein sering ditemukan secara yang secara harfiah berarti kecambah
bersamaan dengan kekurangan energi yang kacang-kacangan, umumnya berasal dari

44 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 44-50, 2016 ANITA AGUSTINA

kacang hijau dan sering disajikan dalam


menu makanan dari Asia Timur(4).
Protein biji kacang hijau mengandung
asam amino yang cukup lengkap terdiri atas
asam amino asensial dan asam amino
nonesensial(3). Dengan adanya pemanasan,
protein dalam bahan makanan akan
mengalami perubahan dan membentuk
persenyawaan dengan bahan lain, misalnya
antara asam amino hasil perubahan protein
dengan gula-gula reduksi yang membentuk
senyawa rasa dan aroma makanan(3).
Bahkan pemanasan yang tidak begitu
tinggipun dapat menyebabkan perubahan
struktur kimiawi pada berbagai asam amino
esensial, sehingga kehilangan fungsinya bagi
tubuh(6).

METODE PENELITIAN Gambar 1. Cara Pembuatan Sampel(7)


Alat dan Bahan
1. Alat : Spektrofotometri UV-Vis, pipet 3. Perebusan Sampel
volume, labu ukur, timbangan analitik,
pipet tetes, mikropipet, erlenmeyer,
beaker glass, tabung reaksi, water bath,
vortek, centrifuge, corong, wadah
berlubang dengan dasar yang datar.
2. Bahan : aquadest, asam fosfotungstat,
asam fosfomolibdat, Na2CO3, NaOH 1
N, CuSO4.5H2O, kalium natrium
tartrat.4H2O, larutan bovin serum
albumin (BSA), biji kacang hijau, tauge Gambar 2. Proses Perebusan Sampel
kacang hijau. 4. Penyiapan Filtrat Sampel

Jalannya Penelitian
1. Determinasi Tanaman
Tanaman kacang hijau
dideterminasi terlebih dahulu untuk
memastikan bahwa biji yang digunakan
sebagai sampel merupakan biji kacang
hijau. Determinasi tanaman kacang
hijau dilakukan di Fakultas MIPA
Biologi Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
2. Pembuatan sampel
Gambar 3. Cara Penyiapan Filtrat
Sampel

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 45


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 44-50, 2016 ANITA AGUSTINA

5. Analisa Kuantitatif 4) Tambahkan dengan cepat 1.5


Analisa kuantitatif sampel sebelum dan ml reagen Lowry C, gojog
sesudah direbus dilakukan dengan kemudian inkubasi selama 10
metode lowry. Cara kerja metode lowry menit dalam water bath
yaitu : dengan suhu 50ºC. Kemudian
a. Pembuatan reagen dinginkan sampai suhu
Pembuatan reagen Lowry dapat ruangan.
dilakukan dengan cara sebagai 5) Baca absorbansinya (OD)
berikut(8) : pada panjang gelombang 450-
1) Reagen Lowry A 900 nm dengan
Mengandung 2 g kalium Spektrofotometer UV-Vis.
natrium tartrat, 100 g Na2CO3 c. Pembuatan Kurva Baku
, 500 ml NaOH 1 N, aquadest Kurva baku digunakan untuk
hingga 1 L. Reagen ini dapat menentukan persamaan regresi
disimpan 2 sampai 3 bulan. linier. Pembuatan kurva baku
2) Reagen Lowry B dapat dilakukan dengan cara
Mengandung 2 g kalium sebagai berikut(8) :
natrium tartrat, 1 g 1) Siapkan larutan protein bovin
CuSO4.5H2O, 90 ml H2O, 10 serum albumin (BSA) atau
ml NaOH 1 N. Reagen ini albumin serum darah sapi
dapat disimpan 2 sampai 3 dengan konsentrasi bertingkat
bulan. dari 100-500 µg/ml.
3) Reagen Lowry C 2) Ambil 0.5 ml larutan protein
Mengandung 1 bagian reagen standar, masukkan dalam
Folin-Ciocalteau dilarutkan tabung reaksi.
dengan 15 bagian aqua dest. 3) Tambahkan 0.45 ml reagen
b. Pembuatan Kurva Blanko Lowry A, gojog kemudian
Kurva blanko digunakan untuk inkubasi selama 10 menit
menentukan λ maks dan OT dalam water bath dengan suhu
(operating time). Pembuatan kurva 50ºC. Kemudian dinginkan
blanko dapat dilakukan dengan sampai suhu ruangan.
cara sebagai berikut(8) : 4) Tambahkan 0.05 ml reagen
1) Ambil 0.5 ml aquadest, Lowry B, gojog kemudian
masukkan dalam tabung inkubasi selama 10 menit
reaksi. dalam suhu ruangan.
2) Tambahkan 0.45 ml reagen 5) Tambahkan dengan cepat 1.5
Lowry A, gojog kemudian ml reagen Lowry C, gojog
inkubasi selama 10 menit kemudian inkubasi selama 10
dalam water bath dengan suhu menit dalam water bath
50ºC. Kemudian dinginkan dengan suhu 50ºC. Kemudian
sampai suhu ruangan. dinginkan sampai suhu
3) Tambahkan 0.05 ml reagen ruangan.
Lowry B, gojok kemudian 6) Baca absorbansinya (OD)
inkubasi selama 10 menit pada λ maks dan OT yang
dalam suhu ruangan. telah diperoleh.

46 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 44-50, 2016 ANITA AGUSTINA

7) Buat kurva standar pada Keterangan : C = konsentrasi (µg)


kertas grafik yang FP = faktor pengenceran
menunjukkan hubungan V = volume (ml)
antara absorbansi (pada BS= berat sampel (µg)
ordinat) dan konsentrasi (pada Kadar protein sampel sebelum dan
absis). sesudah direbus dianalisa dengan Paired t
d. Penyiapan sampel Test (uji beda rata-rata untuk sampel yang
Sampel sebelum dan sesudah berhubungan). Penggunaan paired t test
direbus disiapkan dengan cara adalah untuk menguji efektifitas suatu
sebagai berikut : perlakuan terhadap suatu besaran variabel
yang ingin ditentukan(9). Perlakuan dalam
penelitian ini berupa perebusan pada salah
satu kelompok sampel. Hipotesis dalam
penelitian ini adalah :
a. Ha : ada beda secara siginifikan antara
kadar protein sebelum dan sesudah
direbus.
b. Ho : tidak ada beda secara siginifikan
antara kadar protein sebelum dan
sesudah direbus.
Penerimaan hipotesis jika :
a. t hitung > t tabel, maka Ha diterima dan
Ho ditolak.
b. Nilai p < 0.05, maka Ha diterima dan
Ho ditolak
Tabel t yang digunakan dengan
derajat bebas (df=db=dk) = n-1.
Dengan taraf kepercayaan yang
digunakan adalah 95%, atau
dengan nilai α 0,05.
Gambar 4. Cara Kerja Penyiapan(8)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Data Determinasi Tanaman
Data yang diperoleh berupa data Setelah dilakukan determinasi di
kuantitatif dari hasil regresi linier data kurva Laboratorium Sistematika Tumbuhan
baku, dengan persamaan Y = bx + a. Dari Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada
data regresi linear digunakan untuk Yogyakarta, diperoleh hasil yang
menentukan konsentrasi atau kadar protein menyatakan bahwa sampel yang digunakan
yang terkandung dalam tauge kacang hijau benar berasal dari tanaman kacang hijau
sebelum dan sesudah direbus. (Phaseolus Radiatus).
Untuk menghitung kadar protein
dalam % b/b dihitung dengan rumus : Uji Kuantitatif
Uji kuantitatif dilakukan dengan
Kadar % b/b = C x FP x V X 100 % mencari persamaan regresi linier dari data
BS kurva baku, terlebih dahulu membuat larutan

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 47


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 44-50, 2016 ANITA AGUSTINA

blanko untuk menentukan λ Maks dan OT perhitungan regresi linier dari data tersebut
(Operating Time). diperoleh persamaan
Hasil penentuan λ maks atau panjang y = 0.001279x + 0.1017.
gelombang maksimum yaitu pada 746.50 a. Data Kadar Protein Sampel Sebelum
nm dengan absorbansi 1.443 dan setelah Direbus
dilakukan pengukuran Operating Time (OT) b. Data Kadar Protein Sampel Sesudah
diperoleh warna biru yang stabil pada 720 Direbus
detik dengan absorbansi 0,4803. Hasil c. Analisa Data

Tabel 1. Data Sampel Sebelum Direbus

No. BS FP Abs. (y) Kadar (x) Rata-rata Kadar (% b/b) Rata-rata (% b/b)

1 50 g 20 0.633 415.403 1.662

2 50 g 20 0.634 416.185 415.924 1.665 1.664

3 50 g 20 0.634 416.185 1.665

Dari data di atas, kadar rata-rata sampel sebelum direbus yaitu 1.664% b/b.

Tabel 2. Data Sampel Sesudah Direbus

No. BS FP Abs. (y) Kadar (x) Rata-rata Kadar (% b/b) Rata-rata (% b/b)

1 50 g 10 0.476 292.651 0.585

2 50 g 10 0.516 323.925 316.628 0.645 0.632

3 50 g 10 0.528 333.307 0.667

Dari data di atas, kadar rata-rata sampel setelah direbus yaitu 0.632% b/b.

Tabel 3. Data Statistik Uji t

Sampel T df Sig.
Sebelum direbus
Sesudah direbus 43.827 2 0.001

Dalam uji statistik diketahui bahwa t hitung yaitu 43.827 dan t tabel 2.920, dan nilai p = 0.001.

48 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 44-50, 2016 ANITA AGUSTINA

Pada penelitian ini sampel yang dengan reagen Lowry A, Lowry B,


digunakan merupakan biji kacang hijau dan Lowry C, kemudian dibaca
(Phaseolus Radiatus). Hal ini dibuktikan absorbansinya dengan
dengan adanya hasil uji determinasi Spektrofotometri UV-Vis dengan
tanaman yang menunjukkan bahwa panjang gelombang maksimal dan
tanaman yang diuji benar merupakan Operatting Time (OT) yang telah
tanaman kacang hijau (Phaseolus diperoleh. Dalam pengukuran
Radiatus). absorbansi sampel perlu dilakukan
Uji kuantitatif dengan metode Lowry pengenceran apabila sampel terlalu
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai pekat. Karena sampel yang terlalu
berikut : pekat, absorbansinya dapat melebihi
1. Penentuan λ maks atau panjang absorbansi maksimum yang telah
gelombang maksimum diperoleh. Dalam uji kuantitatif ini
Panjang gelombang maksimum sampel sebelum direbus diencerkan
digunakan untuk mencari absorbansi sebanyak 20 kali, pengenceran
tertinggi pada panjang gelombang dilakukan dengan mengambil 0.5 ml
tertentu. Kadar protein dapat diukur larutan sampel kemudian ditambahkan
absorbansinya pada panjang dengan aquadest sampai 10 ml.
gelombang 450-900 nm. Panjang Sedangkan sampel yang sudah direbus
gelombang maksimum yang diperoleh diencerkan sebanyak 10 kali,
yaitu 746.50 nm dengan absorbansi pengenceran dilakukan dengan cara
maksimum 1.443. mengambil 1 ml larutan sampel
2. Operating Time (OT) kemudian ditambahkan aquadest
Pengukuran waktu kerja sampai 10 ml.
(Operating Time) protein digunakan Pada uji kuantitatif diperoleh
untuk mengetahui kestabilan hasil rata-rata protein sampel sebelum
absorbansi dan warna pada larutan direbus yaitu 1.664% b/b, sedangkan
blanko yang diukur dari 0-3600 detik hasil rata-rata protein sampel sesudah
atau 0-1 jam. Berdasarkan penentuan direbus yaitu 0.632% b/b. Perbedaan
waktu kerja protein diperoleh hasil kadar protein pada sampel dikarenakan
Operating Time pada waktu 12 menit protein yang terdapat dalam sampel
atau 720 detik. Hasil Operating Time yang sudah direbus mengalami
ini digunakan untuk melakukan denaturasi protein. Denaturasi protein
pengukuran absorbansi sampel yaitu dapat disebabkan oleh : pH, suhu
pada menit ke-12. tinggi, ion logam berat, gerakan
3. Absorbansi larutan protein standar mekanik, alkohol, aseton, eter dan
bovin serum albumin (BSA) detergen(10). Tetapi dalam penelitian
Pengukuran absorbansi larutan ini, perbedaan protein disebabkan
protein standar bovin serum albumin karena proses perebusan pada suhu
(BSA) yang kadarnya telah diketahui yang terlalu tinggi sehingga pada
digunakan untuk mencari persamaan sampel yang belum direbus kadar
regresi linier untuk menentukan proteinnya lebih tinggi.
konsentrasi sampel.
Dalam analisis kuantitatif Analisa Data
metode yang digunakan adalah dengan Dari hasil uji statistik diketahui
metode Lowry. Setelah ditambahkan bahwa t hitung > t tabel, dan p < 0.05

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 49


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 44-50, 2016 ANITA AGUSTINA

sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. 3. Cahyono, bambang. 2007. Teknik


Artinya ada beda secara signifikan antara Budidaya dan Analisis Usaha Tani
kadar protein sebelum dan sesudah direbus. Kacang Hijau. CV.Aneka Ilmu.
Semarang.
SIMPULAN 4. Agoes, azwar. 2010. Buku 1 Tanaman
1. Kadar rata-rata protein yang obat Indonesia. Salemba Medika.
terkandung dalam sampel sebelum Jakarta.
direbus yaitu 1.664 % b/b. 5. Sudarmadji, Haryono, dan Suhardi.
2. Kadar rata-rata protein yang 2003. Analisa Bahan Makanan dan
terkandung dalam sampel sesudah Pertaian. Liberty. Yogyakarta.
direbus yaitu 0.632 % b/b. 6. Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2004.
3. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui Ilmu Gizi Jilid II. Dian Rakyat.
t hitung = 43.827, t tabel = 2.920, dan Jakarta.
nilai p = 0.001. Sehingga ada 7. Anonim. 2013. Pengertian Tauge.
perbedaan secara signifikan antara http://id.wikipedia.org/wiki/Tauge.
kadar protein pada sampel sebelum diakses pada 14/10/2013 15.03
dan sesudah direbus. 8. Anonim. 2014. Protein Dengan
Metode Lowry.
DAFTAR PUSTAKA www.ruf.rice.edu/~bioslabs/methods/p
1. Sastrohamidjojo, Hardjono. 2009. rotein/lowry.html. diakses pada
Kimia organik. Gadjah Mada 07/02/2014 10.06
University Press. Yogyakarta. 9. Riwidikdo, handoko. 2012. Statistik
2. Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta.
Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Poedjiadi dan Supriyanti. 2006. Dasar-
Jakarta. dasar biokimia. Universitas Indonesia
Press. Jakarta

50 AKADEMI FARMASI SAMARINDA

You might also like