Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 61

BAB I

PENDAHULUAN
A. Skenario
Tinea Corporis
Seorang mahasiswa 19 tahun, datang ke dokter spesialis kulit
dengan keluhan gatal pada kulit sekitar abdomen. Apabila, digaruk kulit
terlihat berubah warna menjadi keputih-putihan. Pada pemeriksaan KOH
ditemukan hifa (+). Pasien tinggal sekamar dengan 2 teman lainnya dan
sering bertukar baju.

Step 1. Identifikasi Kata Sukar dan Kalimat Kunci


 Kata Sukar :
1. Pemeriksaan KOH
Merupakan pemeriksaan kulit dengan Potassium Hydroxide (KOH)
10%.
2. Hifa
Merupakan sel-sel jamur tersusun dari ujung ke ujung untuk
membentuk filamen-filamen benang.

 Kalimat Kunci :
1. Mahasiswa 19 tahun.
2. Datang ke dokter spesialis kulit dengan keluhan gatal pada kulit
sekitar abdomen
3. Apabila digaruk kulit terlihat berubah warna menjadi keputih-
putihan
4. Pada pemeriksaan KOH ditemukan hifa (+)
5. Pasien tinggal sekamar dengan 2 teman lainnya
6. Sering bertukar baju dengan temannya

1
Step 2. Identifikasi Masalah
1. Apakah ada hubungan dengan sering bertukar baju dengan
penyakit kulit yang dialami?
2. Apa yang menyebabkan kulit pasien menjadi gatal?
3. Faktor apakah yang menyebabkan apabila digaruk berubah warna
menjadi keputih-putihan?
4. Apakah ada hubungannya jika sering bertukar baju dengan teman
dan keluhan yang diderita?
5. Mengapa keluhan gatal hanya pada kulit di sekitar abdomen saja?
6. Anatomi kulit?
7. Struktur histologi kulit?
8. Fisiologi kulit?
9. Proses terjadinya gatal?
10. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi hifa (+) pada kulit
disekitar abdomen?

Step 3. Brain Storming


1. Gatal disebabkan oleh bertumbuhnya jamur pada tubuh. Pada
skenario dijelaskan bahwa penderita sering berganti pakaian
dengan sesama teman sehingga jamur tersebut menular ke
penderita melalui pakaian yang dipakai secara bergantian.
Sehingga, apabila digaruk warna pada kulit yang gatal tersebut
akan mengalami perubahan yang ditandai dengan warna kulit
menjadi keputih-putihan.

2. Gatal pada kulit pasien disebabkan oleh infeksi jamur pada


dermasitosis yang jenis jamurnya yaitu microporium canis yang
disebabkan oleh keadaan lembab oleh keringat dan kurang menjaga
kebersihan tubuh.

2
3. Karena kulit tidak menghasilkan pigemn melanin dengan
sempurna.

4. Gatal disebabkan oleh bertumbuhnya jamur pada tubuh terutama


dibagian kulit. Pada skenario dijelaskan bahwa penderita sering
berganti pakaian dengan sesama teman sehingga jamur tersebut
menular ke penderita melalui pakaian yang dipakai secara
bergantian. Sehingga, apabila digaruk warna pada kulit yang gatal
tersebut akan mengalami perubahan yang ditandai dengan warna
kulit menjadi keputih-putihan.

5. Karena, biasanya tinea (infeksi jamur di superficial) menyearang


daerah yang tidak berambut, dan daerah yang tidak berambut yaitu
daerah di abdomen maupun sekitarnya.

6. Kulit tediri dari 3 lapisan :


1. Lapisan epidermis, terdiri dari :
a. Stratum korneum
b. Stratum lusidum
c. Stratum granulosum
d. Stratum spinosum
e. Stratum basalis
2. Lapisan dermis, terdiri dari :
a. Pars pailare = ada serabut saraf dan pembuluh darah
b. Pars retikulare = ada kolagen dan fibroblas
3. Lapisan subkutis
Lapisan paling dalam terdiri dari jaringan ikat longgar, saraf,
pembuluh darah, dan sel lemak

3
7. Sel epidermis terdiri dari beberapa lapisan yaitu stratum basal,
stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lusidum, dan
stratum korneum. Stratum basal terletak di atas membran basalis
dan berfungsi sebagai sel induk bagi epidermis dan sel bermigrasi
ke atas di peidermis dan menghasikan filamen keratin intermediet.
Stratum spinosum yaitu lapisan keduat kulit yang terdiri dari empat
sampai 6 tumpukan sel. Sel menyintesis filamen keratin yang
tersusun menjadi tonofilamen. Stratum granulosum yaitu sel yang
terletak di atas stratum spinosum dan terdiri dari tiga sampai lima
lapisan sel gepeng. Stratum lusidum terletak di atas stratum
granulosum dan hanya ditemukan di kulit tebal dan sulit dilihat.
Sel ini tidak memiliki nukleus atau organel dan dipenuhi oleh
filamen keratin. Sedangkan stratum korneum yaitu lapisan paling
luar yang mengalami keratinisasi terus menerus dan digantikan
oleh sel baru. Selama proses keratinisasi, enzim hidrolitik
mengeliminasi nukleus dan organel.

8. Fungsi utama kulit yaitu


1. Perlindungan
Epitel berlapis dengan lapisan tanduk melindungi permukaan tubuh
terhadap patogen dan mikroorganisme asing
2. Regulasi suhu
Berfungsi meningkatkan pengeluaran panas, sedangkan di daerah
dingin panas tubuh dipertahankan dengan konstriksi pembuluh
darah dan penurunan aliran darah ke kulit.
3. Persepsi sensorik
4. Banyak ujung saraf sensorik terbungkus dan bebas di dalam
kulit berespons terhadap suhu, sentuhan, neyri, dan tekanan.
5. Ekskresi

4
A. DERMIS
Bagian terbesar kulit yang memberikan kekuatan dan struktur pada
kulit. Pada lapisan ini terdapat kapiler darah, kandung rambut, dan
ujung saraf. Pada kulit terdapat beberapa reseptor yaitu badan
ruffini untuk mendeteksi rasa panas, badan paccini mendeteksi
adanya tekanan, badan krause untuk deteksi rasa dingin, ujung
saraf bebeas untuk reseptor rasa sakit dan nyeri, dan badan
meissner yang mendeteksi adanya sentuhan.

B. EPIDERMIS
Bagian terluar kulit yang tersusun dari epitel skuamosa bertingkat
yang mengalami keratinisasi. Pada jaringan ini tidek terdapat
pembuluh darah dan sel-selnya sangat rapat. Pada lapisan ini
tedapat melanosit yang menetukan pigmen warna kulit seseorang.
Warna kulit normal bergantung pada ras asal daerah. Melanosit ini
dapat melindungi kulit dari sinar ultraviolet matahari.

C. HIPODERMIS
Bagian paling dalam dari kulit. Terdapat jaringan adipose yang
berfungsi sebagai bantalan antar lapisan. Jaringan ini
memungkinkan terjadinya mobilitas kulit dan perubahan kontur
tubuh.

9. Gatal yaitu keadaan tidak nyaman pada kulit yang menimnulkan


rasa ingin menggaruk.
Ketika terjadi gatal, pada kulit terdapat reseptor nyeri yang bisa
mencapai bagian bawah epidermis. Rasa gatal dapat timbul karena
pruriseptor terangsang sehingga timbul rasa ingin menggaruk. Rasa
gatal dihantarkan oleh serabut A (penghantar sinyal saraf paling
cepat) dan serabut C (penghantar sinyal saraf lambat). Setelah

5
garukan dihentikan polimodal nosiseptor berhenti terangsang
sehingga berhenti menggaruk.

10. - Kurang menjaga kebersihan


- Keadaan kulit yang lembab akibat banyak keringat
- Sering berganti pakaian dengan orang lain.

6
Step 4. Klarifikasi Masalah dan Mind Mapping
Klarifikasi masalah : -
Mind Mapping

Seorang
mahasiswa 19
tahun
Tumbuh-
Bertukar
baju kembang
jamur

Gatal pada Proses


Dermatosit gatal
abdomen

Tinea
Berubah warna Faktor: tidak
menyerang
menjad keputih- menghilangkan
tidak
putihan pigmen melanin
berambut

Pemeriksaan
KOH, hifa (+)
Jamur: Tinea
corporis

Tinea: Infeksi pada


superficial

Jenis: microporium
canis

7
Step 5. Learning Objective
1. Struktur Anatomi Kulit
2. Struktur Histologi Kulit
a. Struktur kulit dan lapisannya.
b. Sel-sel yang ada pada kulit.
c. Susunan sel pada jaringan.
3. Fisiologi
a. Reseptor-reseptor pada kulit.
b. Fungsi kulit.
c. Mekanisme regenerasi kulit
4. Biokimia
a. Komposisi kimia kulit.
b. Transport membran dan nutrisi
5. Mekanisme gatal
6. Pertahanan kulit dari patogen

8
BAB III

PEMBAHASAN

A. Struktur Anatomi Kulit

Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang melindungi tubuh dari


pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas
ukurannya, yaitu 15% dari berat tubuh dan luasnya 1,50 – 1,75 m. Rata- rata tebal
kulit 1-2 mm. Paling tebal (6 mm) terdapat di telapak tangan dan kaki dan paling
tipis (0,5 mm) terdapat di penis. Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok yaitu
epidermis, dermis atau korium, dan jaringan subkutan atau subkutis.1,2

Gambar 1.1. Struktur kulit


Sumber : Martini FH., Nath JL., Bartholomew EF Fundamentals of Anatomy &
Physiology. 9th ed.1

9
EPIDERMIS

Epidermis adalah lapisan yang berada pada permukaan kulit dan terdiri dari
epitel skuamosa berlapis. Epidermis dipisahkan dari dermis oleh membran basal.
Epidermis tidak memiliki suplai darah secara langsung, epidermis ini sangat
bergantung pada nutrisi dalam cairan interstitial yang berada di dalam kapiler
yang terletak di dermis.1,2

Epidermis memiliki 4 tipe atau jenis sel yaitu sel keratinosit, sel melanosit,
sel merkel dan sel langerhans. Selain empat jenis sel, epidermis juga memiliki
empat lapisan yaitu lapisan basal atau stratum germinativum, lapisan malpighi
atau stratum Spinosum, lapisan granular atau sratum granulosum, lapisan tanduk
atau stratum korneum.1,2,3

Pada telapak tangan dan kaki terdapat lapisan tambahan di atas lapisan
granular yaitu stratum lusidium atau lapisan-lapisan jernih. Stratum Lusidium,
selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum ialah sel-selnya sudah banyak
yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus
sinar. Dalam lapisan terlihat seperti suatu pita yang bening, batas- batas sel sudah
tidak begitu terlihat, disebut stratum lusidium. Lapisan basal atau germinativum,
disebut stratum basal karena sel-selnya terletak di bagian basal. Stratum
germinativum menggantikan sel-sel yang di atasnya dan merupakan sel-sel induk.
Bentuknya silindris (tabung) dengan inti yang lonjong. Di dalamnya terdapat
butir-butir yang halus disebut butir melanin warna. Sel tersebut disusun seperti
pagar (palisade) di bagian bawah sel tersebut terdapat suatu membran yang
disebut membran basalis. Sel-sel basalis dengan membran basalis merupakan
batas terbawah dari epidermis dengan dermis. Ternyata batas ini tidak datar tetapi
bergelombang. Pada waktu kerium menonjol pada epidermis tonjolan ini disebut
papila kori (papila kulit), dan epidermis menonjol ke arah korium. Tonjolan ini
disebut Rete Ridges atau Rete Pegg (prosessus interpapilaris).1,2,3

Lapisan Malpighi atau lapisan spinosum/akantosum, lapisan ini


merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8

10
lapisan. Sel–selnya disebut spinosum karena jika kita lihat di bawah mikroskop
sel–selnya terdiri dari sel yang bentuknya poligonal (banyak sudut) dan
mempunyai tanduk (spina). Disebut akantosum karena sel–selnya berduri.
Ternyata spina atau tanduk tersebut adalah hubungan antara sel yang lain disebut
Interceluler Bridges atau jembatan interseluler. Lapisan granular atau stratum
granulosum, stratum ini terdiri dari sel–sel pipih seperti kumparan. Sel–sel
tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit. Dalam
sitoplasma terdapat butir–butir yang disebut keratohiolin yang merupakan fase
dalam pembentukan keratin oleh karena banyaknya butir–butir stratum
granulosum. Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel (inti
selnya sudah mati) dan mengandung zat keratin.1,2
Epidermis juga mengandung kelenjar ekrin, kelenjar apokrin, kelenjar
sebaseus, rambut dan kuku. Kelenjar keringat ada dua jenis, ekrin dan apokrin.
Fungsinya mengatur suhu tubuh, menyebabkan panas dilepaskan dengan cara
penguapan. Kelenjar ekrin terdapat di semua daerah di kulit, tetapi tidak terdapat
pada selaput lendir. Seluruhnya berjumlah antara 2 sampai 5 juta, yang terbanyak
di telapak tangan. Sekretnya cairan jernih, kira–kira 99% mengandung klorida,
asam laktat, nitrogen, dan zat lain. Kelenjar apokrin adalah kelenjar keringat besar
yang bermuara ke folikel rambut. Tardapat di ketiak, daerah anogenital, puting
susu, dan areola. Kelenjar sebaseus terdapat di seluruh tubuh, kecuali di tapak
tangan, tapak kaki, dan punggung kaki. Terdapat banyak kulit kepala, muka,
kening, dan dagu. Sekretnya berupa sebum dan mengandung asam lemak,
kolesterol, dan zat lain.1,2,3
Rambut terdapat diseluruh tubuh, rambut tumbuh dari folikel rambut di
dalamnya epidermis. Folikel rambut dibatasi oleh epidermis sebelah atas, dasrnya
terdapat papil tempat rambut tumbuh. Akar berada di dalam folikel pada ujung
paling dalam dan bagian sebelah luar disebut batang rambut. Pada folikel rambut
terdapat otot polos kecil sebagai penegak rambut. Rambut terdiri dari rambut
panjang di kepala, pubis dan jenggot, rambut pendek dilubang hidung, liang
telinga dan alis, rambut bulu lanugo diseluruh tubuh, dan rambut seksual di pubis
dan aksila (ketiak).1,2,3

11
Kuku merupakan lempeng yang terbuat dari sel tanduk yang menutuoi
permukan dorsal ujung jari tangan dan kaki. Lempeng kuku terdiri dari 3 bagian
yaitu pinggir bebas, badan, dan akar yang melekat pada kulit dan dikelilingi oleh
lipatan kulit lateral dan proksimal. Fungsi kuku menjadi penting waktu mengutip
benda–benda kecil.2,3

DERMIS
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi
oleh membran basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis tetapi
batas ini tidak jelas hanya kita ambil sebagai patokan ialah mulainya terdapat sel
lemak. Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu bagian atas, pars papilaris (stratum
papilar) dan bagian bawah, retikularis (stratum retikularis). Batas antara pars
papilaris dan pars retikularis adalah bagian bawahnya sampai ke subkutis . baik
pars papilaris maupun pars retikularis terdiri dari jaringan ikat longgar yang
tersusun dari serabut–serabut yaitu serabut kolagen, serabut elastis dan serabut
retikulus. Serabut ini saling beranyaman dan masing–masing mempunyai tugas
yang berbeda. Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan kepada kulit, dan
retikulus, terdapat terutama di sekitar kelenjar dan folikel rambut dan memberikan
kekuatan pada alai tersebut.1,2,3

12
Gambar 1.2. Pembagian pembelahan baris kulit
Sumber : Martini FH., Nath JL., Bartholomew EF Fundamentals of Anatomy &
Physiology. 9th ed.1

Sebagian besar kolagen dan serat elastis pada setiap lokasi disusun dalam
bundel paralel yang berorientasi untuk menahan kekuatan yang diterapkan pada
kulit selama gerakan normal. Pola yang dihasilkan dari bundel serat dalam kulit
menetapkan pembelahan (ketegangan) baris kulit.2

13
Gambar 1.3. Sirkulasi dermal
Sumber : Martini FH., Nath JL., Bartholomew EF Fundamentals of Anatomy &
Physiology. 9th ed.1

Pada jaringan kulit, arteri akan masuk untuk memperdarahi hipodermis


pada sepanjang perbatasan dengan lapisan reticular dari dermis. Jaringan ini
disebut pleksus kulit. Cabang dari arteri ini akan memvascularisasi kedua jaringan
adiposa dari lapisan subkutan dan jaringan integumen. Kemudian arteri kecil akan
berjalan menuju epidermis, cabangnya akan memvascularisasi folikel rambut,
kelenjar keringat, dan struktur lainnya di dermis. Pada mencapai lapisan papiler,
arteri kecil membentuk jaringan percabangan lain, pleksus papiler, yang
menyediakan darah arteri ke kapiler loop yang mengikuti kontur batas epidermis-
dermis. Kapiler ini akan ke jaringan pembuluh darah kecil yang membentuk
pleksus vena dalam ke pleksus papiler. Jaringan ini pada gilirannya terhubung ke
pleksus vena yang lebih besar di hipodermis. Trauma pada kulit sering
menyebabkan memar, atau memar. Sebagai akibat dari pecahnya pembuluh darah

14
dermal, kebocoran darah ke dermis, dan daerah mengembangkan akrab yaitu
warna "hitam dan biru".1,2

SUBCUTIS
Subkutis terdiri dari kumpulan–kumpulan sel–sel lemak dan di antara
gerombolan ini berjalan serabut–serabut jaringan ikat dermis. Sel–sel lemak ini
bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir, sehingga membentuk seperti
cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama
pada tiap–tiap tempat dan juga pembagian antar laki–laki dan perempuan tidak
sama (berlainan). Guna penikulus adiposus adalah sebagai shock braker atau
pegas bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau
untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan
tubuh. Di bawah subkurtis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot.1,2,3

INNERVASI PADA KULIT


Integumen atau kulit ini terdapat banyak reseptor sensorik, dan apa pun
yang datang dalam kontak dengan kulit dari sentuhan ringan dari nyamuk dengan
berat dimuat ransel, akan memulai untuk menstimulasi mpuls saraf yang dapat
mencapai kesadaran kita. Serat saraf dalam aliran darah di kontrol oleh kulit dan
akan menyesuaikan dengan berapa banyak sekresi kelenjar, kemudian memantau
reseptor sensorik di dermis dan lapisan yang lebih dalam dari epidermis. Lapisan
yang lebih dalam dari epidermis mengandung sel-sel taktil; terminal sensorik
dikenal sebagai disc taktil. Epidermis juga mengandung ekstensi neuron sensorik
yang menyediakan sensasi nyeri dan suhu. Dermis mengandung reseptor yang
sama, serta, reseptor yang lebih khusus lainnya. Reseptor yang termasuk peka
terhadap sel-sel sentuhan-sentuhan ringan, yang terletak di dermal papila-dan
reseptor sensitif terhadap tekanan dalam dan sel-sel getaran-lamellated di lapisan
reticular.2

15
B. Struktur Histologi Kulit
Kulit merupakan sistem integumen pada manusia. Kulit atau integumen terdiri
dari dua daerah yang berbeda yaitu epidermis dan dermis, dimana kedua daerah
tersebut yang letaknya pada dikulit, tapi memiliki perbedaan yaitu, epidermis
yang merupakan jaringan epitel berlapis denga lapisan gepeng di sebelah luar.
Sedangkan, dermis merupakan jaringan yang berada disebelah dalam yang
merupakan jaringan ikat. Epidermis dan dermis saling mengunci dengan
membentuk struktur yang disebut rigi epidermis dan rigi dermis. Keduanya
dipisahkan oleh membrana basalis.4,5

Di bawah dermis terdapat hipodermis, atau jaringan subkutan, yaitu


jaringan ikat longgar yang dapat mengandung bantalan adiposit. Jaringan
subkutan mengikat kulit secara longgar pada jaringan di bawahnya dan sesuai
dengan fasia superfisial pada anatomi makro. Interdigitasi dermal-epidermal
memiliki variasi "pasak dan lubang" (peg-and-socket) pada sebagian besar kulit,
tetapi dijumpai berupa alur (groove) dan rabung (ridge) yang terbentuk baik di
kulit telapak tangan dan kaki yang tebal, yang lebih tahan terhadap gesekan.
Rabung tersebut dan sulkus di antaranya membentuk pola yang unik untuk setiap
individu, yang tampak sebagai kombinasi gelungan lekuk dan uliran yang disebut
dermatoglyph, yang juga dikenal sebagai sidik jari dan jejak kaki.6
Kulit bersifat elastis dan dapat cepat meregang untuk menufupi area yang
membengkak dan seperti lapisan usus, memperbarui diri seumur hidup. Dasar
molecular penyembuhan kulit semakin dipahami dan memberikan dasar
pemahaman yang lebih baik mengenai perbaikan dan regenerasi organ lain.
Histologi dasar kulit di berbagai bagian tubuh serupa, kecuali ketebalan
epidermis. Telapak tangan dan kaki secara terus menerus terpapar terhadap
gesekan, tarikan, dan abrasi. Akibatnya, epidermis di daerah ini tebal, terutama
lapisan terluar yaitu lapisan bertingkat keratin. Kulit di daerah ini disebut kulit
tebal. Kulit tebal juga mengandung banyak keleniar keringat (glandula
sudorifera), namun tanpa folikel rambut, kelenjar sebasea, atau serat otot polos.
Sisa permukaan tubuh lainnya ditutupi oleh kulit tipis. Di daerah ini, epidermis
lebih tipis, dan komposisi selnya lebih sederhana daripada kulit tebal. Pada kulit

16
tipis terdapat folikel rambut (folliculus pili), kelenjar sebasea (glandula sebacea),
dan keleniar keringat4,5.

Gambar 2.1 Kulit: epidermis, dermis dan hipodermis. Pulasan:


hematoksilin dan eosin. Pembesaran lemah.
Sumber: Eroschenko Victor P. Atlas histologi diFiore: dengan korelasi fungsional. Ed 11.
Jakarta: EGC; 2010.

1) Epidermis
Epidermis merupakan epitel permukaan daerah kulit. Epidermis terdiri atas
empat jenis sel yaitu sel keratonosit, melanosit, sel Langerhans dan sel merkel
atau sel taktil epitelial. Epidermis menimbulkan perbedaan utama antara kulit
tebal yang terdapat pada telapak tangan dan kaki, dengan kulit tipis yang terdapat
pada bagian tubuh lainnya. Pemakaian kata "tebal" dan "tipis" merujuk pada
ketebalan lapisan epidermis. Ketebalan total kulit (epidermis ditambah dermis)

17
juga bervariasi menurut tempatnya. Contohnya, kulit punggung memiliki tebal
sekitar 4 mm, sedangkan pada kulit kepala lebih kurang setebal 1,5 mm. Manfaat
lapisan epidermis ini dalam menahan cairan tubuh menjadi jelas setelah luka
bakar luas. Infeksi bakteri dapat terjadi di jaringan tak terproteksi di bawahnya,
tetapi konsekuensi sistemik yang bahkan lebih serius lagi adalah hilangnya air
tubuh dan protein plasma, yang keluar melalui permukaan luka bakar yang
terpajan. Gangguan sirkulasi yang diakibatkannya dapat mengancam nyawa.
Demikian juga, sawar kulit menghambat masuknya sebagian besar bahan yang
berkontak dengan permukaan tubuh ke dalam tubuh, termasuk bakteri dan bahan
kimia toksik. Pada banyak kasus, kulit memodifikasi senyawa yang berkontak
dengannya. Sebagai contoh, enzim-enzim epidermis dapat mengubah banyak
karsinogen potensial menjadi senyawa tak berbahaya. Namun, sebagian bahan,
terutama bahan larut lemak, dapat menembus kulit utuh melalui lapis ganda lemak
membran plasma sel epidermis. Dari dermis ke atas, epidermis terdiri atas lima
lapisan keratinosit, kelima lapisan di kulit tebal.6,7
a. Lapisan basal (stratum basale)
Terdiri atas selapis sel kuboid atau kolumnar basofilik yang terletak di atas
membran basal pada perbatasan epidermis-dermis. Hemidesmosom, yang terdapat
di plasmalema basal membantu mengikat sel-sel ini pada lamina basal dan
desmosom mengikat sel-sel di lapisan ini bersama-sama di permukaan atas dan
lateralnya. Stratum basale ditandai dengan tingginya aktivitas mitosis dan
bertanggung jawab, bersama dengan bagian awal lapisan berikutnya atas produksi
sel-sel epidermis secara bersinambungan. Meskipun sel punca untuk keratinosit
ditemukan di lapisan basal, lokus untuk sel tersebut juga ditemukan di tonjolan
khusus selubung folikel rambut yang bersambung dengan epidermis. Epidermis
manusia diperbarui setiap 15-30 hari, bergantung pada usia, bagian tubuh, dan
faktor lain. Semua keratinosit dalam stratum basale mengandung filamen keratin
intermediat berdiameter 10 nm yang terdiri atas keratin. Sewaktu sel berpindah ke
atas, jumlah dan tipe filamen keratin juga bertambah sehingga mencapai setengah
jumlah protein total di lapisan terluar5.

18
b. Lapisan spinosa (stratum spinosum)
Lapisan spinosa yang normalnya lapisan epidermis paling tebal, terdiri atas
sel-sel kuboid atau agak gepeng dengan inti di tengah dengan nukleolus dan
sitoplasma yang aktif menyintesis filamen keratin. Tepat di atas lapisan basal,
sejumlah sel masih membelah dan zona kombinasi ini terkadang disebut stratum
germinativum. Filamen keratin membentuk berkas yang tampak secara
mikroskopis, disebut tonofibril yang berkonvergensi dan berakhir pada sejumlah
desmosom yang menghubungkan sel bersama-sama secara kuat untuk
menghindari gesekan. Sitoplasma ditarik ke dalam juluran sel pendek di sekitar
tonofibril pada kedua sisi di setiap desmosom (dan juluran tersebut memanjang
jika sel mengerut sedikit ketika mengalami proses histologis), yang menimbulkan
tampilan spina atau duri kecil di permukaan sel. Epidermis di area yang rentan
mengalami gesekan dan tekanan secara kontinu (seperti telapak kaki) memiliki
stratum spinosum yang lebih tebal dengan lebih banyak tonofibril dan
desmosom.4,5

c. Lapisan granular (stratum granulosum)


Terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang mengalami diferensiasi
terminal. Sitoplasmanya berisikan massa basofilik intens yang disebut granul
keratohialin. Struktur tersebut tidak berikatan dengan membran dan terdiri atas
massa filaggrin dan protein lain yang berhubungan dengan keratin tonofibril yang
menghubungkannya dengan struktur sitoplasma besar pada proses keratinisasi
yang penting. Gambaran khas lainnya yang hanya terlihat dengan mikroskop
elektron (TEM) pada sel-sel lapisan granular adalah granul lamela berselubung-
membran suatu struktur lonjong yang mengandung banyak lamel yang dibentuk
oleh berbagai lipid. Granula lamella mengalami eksositosis dan mencurahkan
isinya ke dalam ruang antar sel di stratum granulosum. Di tempat ini, materi yang
kaya lipid membentuk lembaran-lembaran yang melapisi sel, yang kini lebih kecil
daripada kantong pipih yang terisi dengan keratin dan protein terkait. Lapisan
selubung lipid merupakan komponen utama sawar epidermis terhadap kehilangan
air dari kulit. Pembentukan sawar tersebut yang terlihat pertama kali pada reptile,

19
merupakan salah satu peristiwa evolusi penting yang memungkinkan hewan
berkembang biak di darat. Bersama-sama, keratinisasi dan produksi lapisan yang
kaya lipid juga memiliki efek pelindung yang penting di kulit, yang membentuk
sawar terhadap penetrasi sebagian besar benda asing.5

d. Stratum lusidum
Hanya dijumpai pada kulit tebal, dan terdiri atas lapisan tipis translusen sel
eosinofilik yang sangat pipih. Organel dan inti telah menghilang dan sitoplasma
hampir sepenuhnya terdiri atas filamen keratin padat yang berhimpitan dalam
matriks padat elektron. Desmosom masih tampak di antara sel-sel yang
bersebelahan.6

e. Stratum korneum
Terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng berkeratin tanpa inti dengan sitoplasma
yang dipenuhi keratin filamentosa birefringen. Filamen keratin sekurang-
kurangnya mengandung enam macam polipeptida dengan massa molekul antara
40 kDa sampai 70 kDa. Komposisi tonofilamen berubah sewaktu sel epidermis
berdiferensiasi dan ketika massa tonofibril bertambah dengan protein lain dari
granula keratohialin. Setelah mengalami keratinisasi, sel-sel hanya terdiri atas
protein amorf dan fibrilar dan membran plasma yang menebal dan disebut sisik
atau sel bertanduk. Sel-sel tersebut secara kontinu dilepaskan pada permukaan
stratum korneum.5,6

20
Gambar 2.2. Lapisan-lapisan epidermis.
Sumber: Gartner LP, Hiatt JL. Atlas berwarna histologi. Edisi 5. Tangerang:
Binarupa Aksara; 2012.

21
Gambar 2.3 Lapisan epidermis pada kulit tebal. 100x. HE.
Sumber : Mescher AL. Histologi Dasar Junqueira Teks dan Atlas. Edisi 12. Jakarta: EGC; 2011 2.

Gambar 2.4 Lapisan epidermis pada kulit tipis, stratum korneum (C), stratum
granulosum (G), stratum spinosum (S), papilla dermis (PD), epidermal pegs (EP),
stratum basale (B), dermis (D). 240x. HE.
Sumber : Mescher AL. Histologi Dasar Junqueira Teks dan Atlas. Edisi 12. Jakarta: EGC; 20112.

22
2) Dermis
Dermis adalah jaringan ikat padat kolagen yang tidak beraturan. Ketebalan
dermis bervariasi, bergantung pada daerah tubuh, dan mencapai tebal maksimum
4 mm di daerah punggung. Permukaan dermis sangat iregular dan memiliki
banyak tonjolan (papilla dermis) yang saling mengunci dengan juluran-juluran
epidermis (rabung epidermis). Papilla dermis ini lebih banyak terdapat di kulit
yang sering mengalami tekanan, tempat papilla ini menguatkan taut dermis-
epidermis. Selama perkembangan embrional mesenkim dermis menentukan
nasib epidermis di atasnya. Contohnya pada tikus percobaan dermis yang
diambil dari telapak kaki selalu menginduksi pembentukan epidermis dengan
keratin tebal, yang tidak bergantung pada tempat asal sel epidermisnya.
Membran basal selalu dijumpai antara stratum basale dan lapisan papilar dermis
dan mengikuti kontur interdigitasi antara kedua lapisan tersebut. Membran basal
merupakan struktur majemuk yang terdiri atas lamina basal dan lamina retikular
dan biasanya dapat terlihat dengan mikroskop cahaya. Nutrien untuk keratinosit
harus berdifusi ke dalam epidermis yang avaskular dari vaskular dermis melalui
membran basal tersebut. Dermis dibagi menjadi dua lapisan yaitu lapisan
papilaris dan lapisan retikularis.4,5
a) Lapisan Papilaris
Rigi dermis (papila dermis) dan rigi dermis sekunder saling
berhubungan dengan rigi epidermis dari epidermis. Serat kolagen
ramping dibandingkan dengan lapisan dermis yang lebih dalam.
Rigi dermis ditempati lengkung kapiler dan korposkulum
Meissner.
b) Lapisan Retikularis
Lapisan retikularis terdiri atas berkas serat kolagen yang kasar.
Lapisan ini terdapat pleksus vasskular dan hubungan dengan
lapisan hipodermis di bawahnya. Pada lapisan ini terdapat folikel
rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat yang merupkan
turunan dari kulit.

23
1. Rambut
Rambut adalah suatu pertumbuhan ke bawah epidermis dan
terbenam ke dalam dermis atau hipodermis. Rambut
mempunyai batang rambut bebas yang dikelilingi oleh lapisan
sarung silindiris dari sel-sel. Ujung akhir folikel rambut
melebar sabagai bulbus pili, terdiri dari papila jaringan ikat dan
akar rambut.4,6

Gambar 2.5 Folikel rambut.


Sumber: Gartner LP, Hiatt JL. Atlas berwarna histologi. Edisi 5. Tangerang: Binarupa
Aksara; 2012.

24
2. Kelenjar Sebasea
Kelenjar sebasea dalam bentuk kantong kecil berkaitan dengan
folikel rambut. Kelenjar sebasea adalah kelenjar holokrin
alveolar bercabang yang menghasilkan sebum seperti minyak.
Sekretnya dilepaskan ke leher folikel rambut melalui duktus
yang pendek dan lebar. Sel-sel basal merupkan sel-sel
regeneratif kelenjar sebasea, terletak di tepi kantong kecil
(sakulus).5,6

Gambar 2.6 Kelenjar sebasea


Sumber: Gartner LP, Hiatt JL. Atlas berwarna histologi. Edisi 5. Tangerang: Binarupa
Aksara; 2012.

3. Kelenjar Keringat
Kelenjar keringat merupakan kelenjar tubulosa, sederhana,
berkelok-kelok dimana bagian sekretoriknya terdiri atas epitel

25
selapis kubis. Sel gelap dan sel terang ada dengan kanalikuli
interselularis di antara sel-sel. Sel mioepitel mengelilingi
bagian sekretorik.5,6,

Gambar 2.7 Kelenjar keringat ekrin.


Sumber: Gartner LP, Hiatt JL. Atlas berwarna histologi. Edisi 5. Tangerang: Binarupa
Aksara; 2012.

Dari lapisan ini, fibril penambat dari kolagen tipe VII menyelip ke dalam
lamina basal dan mengikat dermis pada epidermis. Lapisan retikular lebih tebal,
yang terdiri atas jaringan ikat padat iregular (terutama kolagen tipe I), dan
memiliki lebih banyak serat dan lebih sedikit sel daripada lapisan papilar. Jalinan
serat elastin juga ditemukan yang menghasilkan elastisitas kulit. Ruang antara
serat kolagen dan elastin terisi dengan proteoglikan yang kaya akan dermatan
sulfat. Dermis merupakan tempat turunan epidermis berupa folikel rambut dan
kelenjar. Terdapat banyak serabut saraf dalam dermis. Saraf efektor yang berjalan

26
ke struktur dermis merupakan serabut pasca ganglionik ganglia simpatis; tidak
terdapat persarafan parasimpatis. Serabut saraf aferen sensorik membentuk jalinan
di papilla dermis dan sekitar folikel rambut, yang berakhir di sel taktil epithelial,
pada reseptor sensorik bersimpai di dermis, dan sebagai ujung saraf bebas (tidak
bersimpai) di antara sel-sel epidermis.5,6,7

3) Jaringan Subkutan

Lapisan subkutan terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengikat kulit
secara longgar pada organ-organ di bawahnya, yang memungkinkan kulit bergeser
di atasnya. Lapisan tersebut, yang juga disebut hipodermis atau fascia
superficialis, sering mengandung sel-sel lemak yang jumlahnya bervariasi sesuai
daerah tubuh dan ukuran yang bervariasi sesuai dengan status gizi. Endapan
lemak di seluruh tubuh ini secara kolektif disebut sebagai jaringan adiposa. Suplai
vaskular yang luas di lapisan subkutan meningkatkan ambilan insulin dan obat
yang disuntikkan ke dalam jaringan ini secara cepat.5,6

Gambar 2.8 Lapisan subkutis kulit. Pembesaran lemah. HE.


Sumber : Eroschenko VP. Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional. Edisi 11. Jakarta:
EGC; 20081.

27
A. Sel-sel pada Jaringan Kulit

1. Melanosit

Warna kulit ditentukan berbagai faktor, dan yang terpenting adalah


kandungan melanin dan karoten dalam keratinosit dan sejumlah pembuluh darah
dalam dermis. Eumelanin adalah pigmen hitam kecokelatan yang dihasilkan oleh
melanosit, suatu sel khusus epidermis yang terdapat di antara sel-sel lapisan basal
dan dalam folikel rambut. Pigmen serupa yang ditemukan dalam rambut merah
disebut feomelanin. Melanosit berasal dari krista neural yang bermigrasi ke
stratum basal yang berkembang dan ditempat ini akhirnya menetap untuk setiap
lima atau enam keratinosit basal. Melanosit memiliki badan sel yang bulat dan
membentuk hemidesmosom dengan lamina basal, tetapi tanpa desmosom dengan
keratinosit yang bersebelahan. Juluran dendritik panjang yang irregular dari setiap
melanosit bercabang ke dalam epidermis, yang berjalan di antara sel-sel lapisan
basal dan spinosa serta berakhir dalam bentuk invaginasi lima sampai sepuluh
keratinosit yang bersebelahan. Secara ultrastruktural, sebuah melanosit adalah sel
yang terpulas pucat dengan sejumlah besar mitokondria kecil, sisterna pendek
reticulum endoplasma kasar (RER), dan apparatus Golgi yang berkembang baik.
Melanin disintesis dalam melanosit dengan tirosinase yang berperan penting pada
proses ini. Tirosinase dan protein terkait-tirosinase merupakan protein
transmembran yang disintesis dalam retikulum endoplasma kasar, yang
menumpuk di vesikel yang terbentuk di kompleks Golgi. Aktivitas tirosinase
mula-mula mengubah tirosin menjadi 3,4 - dihidroksifenilalanin (DOPA), yang
kemudian diubah dan berpolimerisasi menjadi melanin. Pigmen tersebut lalu
terikat pada matriks protein struktural di vesikel. Melanin menumpuk di vesikel
tersebut sampai membentuk granul matang yang disebut melanosom, yang
merupakan struktur elips berukuran panjang. Begitu dibentuk, granula melanin
diangkut melalui kinesin di sepanjang mikrotubulus ke ujung dendrit melanosit
yang kaya akan aktin. Keratinosit terkait di lapisan basal dan spinosa
memfagositosis ujung dendrit tersebut dan materi yang masuk menyatu dengan
lisosom. Ujung dendrit ini diangkut di sepanjang mikrotubulus keratinosit via

28
dinein ke regio di dekat inti, tempat melanosom dilepaskan. Di dalam setiap
keratinosit, ujung dendrit tersebut berakumulasi sebagai suatu tudung
supranuklear yang menyerap dan menyebarkan sinar matahari, yang melindungi
DNA inti dari efek radiasi UV yang membahayakan. Walaupun melanosit
membentuk melanin, keratinosit berfungsi sebagai depot dan mengandung lebih
banyak pigmen ini ketimbang sel yang membuatnya. Satu melanosit plus
keratinosit yang menjadi tempat transfer melanosom membentuk suatu unit
melanin epidermal. Densitas unit tersebut serupa pada semua manusia. Melanosit
orang dengan nenek moyang yang hidup di dekat katulistiwa, di mana kebutuhan
akan perlindungan terhadap sinar matahari paling besar, menghasilkan granul
melanin lebih cepat dan menumpuknya dalam keratinosit lebih banyak. Radiasi
UV menyebabkan keratinosit menyekresi berbagai faktor parakrin yang
merangsang aktivitas melanosit. Menggelapnya kulit setelah terpajan sinar
matahari (panjang gelombang 290-320 nm) adalah hasil proses dua tahap. Mula-
mula, suatu reaksi fisikokimiawi menggelapkan melanin yang ada. Kemudian
kecepatan sintesis melanin dalam melanosit dan transfer ke keratinosit meningkat,
yang menambah jumlah pigmen ini.4,5

Gambar 2.9 Melanosit. 400x. HE.


Sumber : Mescher AL. Histologi Dasar Junqueira Teks dan Atlas. Edisi 12. Jakarta: EGC; 2011 2.

29
2. Sel Dendritik (Langerhans)

Sel dendritik (sel Langerhans) penyaji-antigen ini, yang biasanya terlihat


paling jelas di lapisan spinosa, dan mewakili 2-8% sel-sel epidermis. Prossesus
sitoplasma terjulur dari sel dendritik ini di antara kerafinosit pada semua lapisan,
yang membentuk suatu jalinan padat di epidermis. Sel Langerhans merupakan sel
darah turunan sumsum tulang yang mampu mengikat, mengolah, dan menyajikan
antigen kepada limfosit T dengan cara yang sama sebagai sel dendritik imun pada
organ lain. Mikroorganisme tidak dapat mempenetrasi epidermis tanpa memberi
peringatan kepada sel dendritiknya dan mencetuskan suatu respons imun. Sel
Langerhans, beserta limfosit epidermal yang tersebar dan sel imun yang serupa di
dermis membentuk komponen utama imunitas adaptif kulit. Karena lokasinya,
kulit secara kontinu berkontak erat dengan banyak molekul antigen. Berbagai
gambaran epidermis berperan pada imunitas alami dan imunitas adaptif, yang
menyediakan komponen imunologis pada keseluruhan fungsi perlindungan kulit.5

3. Sel Merkel (Taktil)


Sel taktil epithelial (yang umum disebut sel Merkel) adalah
mekanoreseptor yang menyerupai keratinosit terpulas-pucat dengan filamen
keratin di sitoplasmanya tetapi dengan sedikit melanosom. Selain berasal dari sel
krista neuralis, sel Merkel berlokasi di lapisan epidermal basal di area sensitivitas
taktil yang tinggi dan pada dasar folikel rambut, karena sel ini berhubungan erat
dengan akson aferen (sensorik) tidak bermielin Permukaan basolateral sel
berkontak dengan cakram terminal serabut sensorik tak bermielin yang
mempenetrasi lamina basal. Sel taktil memiliki fungsi yang berkaitan dengan
sistem neuroendokrin difus selain kontribusinya sebagai mekanoreseptor untuk
sensasi sentuhan.5,6

30
Gambar 2.10 Sel Merkel. Ujung saraf (N), granula (G). TEM.61.500x.
Sumber : Mescher AL. Histologi Dasar Junqueira Teks dan Atlas. Edisi 12. Jakarta: EGC; 2011 2

C. Fisiologi Kulit
1. Reseptor-reseptor pada kulit
Berdasarkan fungsinya, reseptor pada kulit dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yakni:8
1. Mechanoreceptor: adalah receptor yang peka terhadap rangsangan mekanik.
2. Nociceptor: adalah receptor yang mendeteksi rangsangan nyeri.
3. Thermoceptor: adalah receptor yang peka terhadap perubahan suhu.

Secara morfologi, reseptor pada kulit terbagi atas 2 jenis, yakni: (1)
Reseptor tidak bersimpai, dan (2) Reseptor bersimpai.6,8

Reseptor tidak bersimpai mencakup:


1. Cakram taktil
Receptor ini berada epidermis berhubungan dengan sel taktill. Berfungsi
sebagai receptor sentuhan ringan.6
2. Ujung saraf bebas

31
Ujung saraf bebas terdapat di dermis papilar dan terjulur ke dalam lapisan
epidermis. Receptor ini menanggapi rangsangan mekanik, suhu atau zat
bersifat toksin. Dihantarkan oleh serabut saraf Aδ dan serabut saraf C.6,8,9

Gambar 3.1 Ujung saraf bebas


Sumber: Neuroscience for Kids. The Skin or Hey Your Epidermis Is Showing [Internet]. 2016
[updated 2016 March 16; cited 2016 March 10]. Available from
https://faculty.washington.edu/chudler/receptor.html.9

3. Pleksus akar rambut


Berada mengelilingi dasar folikel rambut di dermis retikuler. Berfungsi
dalam mendeteksi gerakan rambut. Dihantarkan oleh serabut saraf Aβ.6,8,9

Gambar 3.2 Pleksus akar rambut


Sumber: Neuroscience for Kids. The Skin or Hey Your Epidermis Is Showing [Internet]. 2016
[updated 2016 March 16; cited 2016 March 10]. Available from
https://faculty.washington.edu/chudler/receptor.html.9

32
Reseptor yang bersimpai mencakup:6
1. Korpuskel taktil (Meissner)
Receptor ini berada di dermal papilar dan dijumpai di bagian kulit tidak
berambut seperti bibir dan ujung jari. Receptor ini menanggapi sentuhan dan
tekanan dinamik. Dihantarkan oleh serabut saraf Aβ. Lebih sensitive pada 20-40
Hz.1,2,3

Gambar 3.4 Korpuskel meissner


Sumber: Neuroscience for Kids. The Skin or Hey Your Epidermis Is Showing [Internet]. 2016
[updated 2016 March 16; cited 2016 March 10]. Available from
https://faculty.washington.edu/chudler/receptor.html.9

2. Korpuskel lamelar (Pacini)


Receptor ini berada di lapisan dermis kulit yang berambut maupun tidak.
Berfungsi dalam mendeteksi sentuhan kasar, tekanan yang dalam, dan
getaran yang dinamik. Dihantarkan oleh serabut saraf Aβ. Lebih sensitive
pada 150-300 Hz.6,8,9

33
Gambar 3.5 Korpuskel pacini
Sumber: Neuroscience for Kids. The Skin or Hey Your Epidermis Is Showing [Internet]. 2016
[updated 2016 March 16; cited 2016 March 10]. Available from
https://faculty.washington.edu/chudler/receptor.html.9

3. Korpuskel krause
Receptor ini berada di bibir, lidah dan genital. Merespon stimulus tekanan.
Dihantarkan oleh serabut saraf Aβ.6,8,9

Gambar 3.6 Korpuskel krause


Sumber: Neuroscience for Kids. The Skin or Hey Your Epidermis Is Showing [Internet]. 2016
[updated 2016 March 16; cited 2016 March 10]. Available from
https://faculty.washington.edu/chudler/receptor.html.9

34
4. Korpuskel ruffini
Receptor ini berada di dermis, juga terdapat di selaput sendi. Berfungsi
dalam mendeteksi raba tekanan progresif dan memberat.6,8,9

Gambar 3.7 Korpuskel ruffini


Sumber: Neuroscience for Kids. The Skin or Hey Your Epidermis Is Showing [Internet]. 2016
[updated 2016 March 16; cited 2016 March 10]. Available from
https://faculty.washington.edu/chudler/receptor.html.9

2. Fungsi Kulit

Beberapa fungsi kulit, antara lain:

1. Fungsi proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis,
misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimia yang dapat menimbulkan
iritasi (seperti lisol, karbol, dan asam kuat). Gangguan panas misalnya radiasi,
sinar ultraviolet, gangguan infeksi dari luar misalnya bakteri dan jamur.10
Karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut saraf
serabut jaringan penunjang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis.

35
Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit dari infeksi terhadap sinar
matahari dengan mengadakan tanning (pengobatan dengan asam asetil).10

2. Fungsi kulit sebagai pengatur panas.


Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal
ini karena adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkn oleh pusat pengatur
panas, medulla oblongata. Suhu normal dalam tubuh yaitu suhu visceral 36-37,5
derajat.10
Pengendalian persarafan dan vasomotorik dari arterial kutan ada dua cara
yaitu vasodilatasi (kapiler melebar, kulit menjadi panas dan kelebihan panas
dipancarkan ke kelenjar keringat sehingga terjadi penguapan cairan pada
permukaan tubuh) dan vasokontriksi (pembuluh darah mengkerut, kulit menjadi
pucat dan dingin, hilangnya keringat dan hidrasi, dan panas suhu tubuh tidak
dikeluarkan).10,11
Kulit melakukan peran ini dengan mengeluarkan keringat, kotraksi otot
dan pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga
memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup baik. Tonus vascular
dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi dinding pembuluh
dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin).11
Pada bayi dinding pembuluh darah belum terbentuk sempurna sehingga
terjadi pergeseran cairan ke jaringan ekstra vaskuler, karena itu kulit bayi tampak
lebih edema karena lebih banyak banyak mengandung air dan natrium.10

3. Fungsi ekskresi.
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lahi atau
zat sisa metabulisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan ammonia.
Sebum yang diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena lapisan
sebum (bahan berminyak yang melindungi kulit ) ini menahan air yang berlebihan
sehingga kulit tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat
menyebabkan keasman pada kulit.11

36
4. Fungsi persepsi.10,11
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
Respon terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis, terhadap
dingin diperankan dermis, perabaan diperankan oleh papila dermis dan markel
renvier. Sedangkan tekanan diperankan oleh epidermis. Serabut saraf sensorik
lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotic.

5. Fungsi keratinisasi11
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan. Sel basal
yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuk menjadi sel spinosum.
Makin ke atas semakin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Semakin
lama intinya menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf.
Proses ini berlangsung terus-menerus seumur hidup. Keratinosit melalui
proses sintesis dan degenerasi menjadi lapisan tanduk yang berlangsung kira-kira
14-21 hari dan memberikan perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis-
fisiologik.

6. Fungsi pembentukan vitamin D.10


Proses ini terjadi dengan mengubah dehidrosi kolestrol dengan pertolongan
sinar matahari. Tetapi pembentukan vitamin D tidak cukup dengan hanya proses
tersebut. Pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.

3. Mekanisme Regenerasi Kulit


Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu keratinosit, sel
langerhans, melanosit. Dimana lapisan ini yang sering mengalami regenerasi atau
proses keratinisasi. Proses keratinisasi merupakan suatu proses pembentukan
lapisan tanduk yang terdiri dari sel-sel mati dan berfungsi sebagai pelindung
terdapat pada permukaan epidermis. Adapun proses pembentukan lapisan tanduk
disebut sebagai “keratinisasi”, proses keratinisasi ini menyangkut perubahan
morfologik sel dan perubahan biokimia yang berkaitan dengan sintesa keratin.12

37
Proses keratinisasi adalah proses dimana sel-sel hidup distratum basalis
berdeferensiasi, bergerak ke atas lalu menjadi sel-sel mati berisi keratin pada
stratum korneum, sel-sel mati yang mengalami keratinisasi disini sifatnya kering
dan terisi oleh protein hidrofobik yang berfungsi membatasi hilangnya air dari
tubuh dan membatasi atau mencegah masuknya substansia berbahaya dan
mikroorganisme ke dalam tubuh.12
Tingkatan proses keratinisasi:12
1. Sel-sel basal bermitosis
2. Sel-sel hasil mitosis berdiferensiasi
3. Setelah berdiferensiasi pada stratum basalis dan spinosum menghasilkan
protein pada filamen dan granula keratohialin.
4. Akibat banyaknya protein diatas dibentuk akhirnya sel-sel mati dengan
tanda inti dari organel hilang.
Maltosy berpendapat mungkin keratinosit melalui proses sintesis dan degradasi
menjadi lapisan tanduk. Proses ini berlangsung normal selama kira-kira 14-21 hari
dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.13

D. Biokimia
c. Komposisi kimia kulit.

Kulit terdiri dari 3 lapisan yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis.


Lapisan dermis dan hipodermis berisi pembuluh darah, saraf, serta kelenjar-
kelenjar seperti kelenjar minyak dan kelenjar keringat. Semuanya berfungsi baik
dalam menutrisi, proteksi, dan menjaga homeostatis. Lapisan paling luar yang
menjadi pertahanan pertama terhadap dunia luar yaitu lapisan epidermis. Lapisan
epidermis tersusun atas 5 lapisan, dari luar ke dalam yaitu:14,15

1. Stratum Korneum (lapisan tanduk) : terdapat sel gepeng mati, keratin.


Pada permukaan terjadi pengelupasan dan menjadi gepeng (desquamatio)
sehingga disebut stratum disjunctivum.

38
2. Stratum Lusidum : terdapat sel gepeng tanpa inti, serta sitoplasmanya
mengandung eleidin.
3. Stratum Granulosum (lapisan keratohialin) : tersusun atas 2-3 lapis sel
gepeng. Pada sitoplasma terdapat butir-butir kasar keratohialin.
4. Stratum Spinosum (stratum malphigi) : terdapat sel polygonal dengan
protoplasma berisi glikogen jernih. Ada intercellular bridges
(tonofibril/keratin) yang berfungsi dalam transport antar sel, dan terdapat
Sel Langerhans (rangsang limfosit T) yang berfungsi dalam pertahanan
tubuh.
5. Stratum Basalis : terdiri atas sel kolumnar palisade (pagar) dan melanosit
yang menghasilkan melanin sebagai pigmen warna kulit.

Yang membentuk pertahan pada lapisan epidermis yaitu sel-selnya.


Komposisi kimia dari sel yang dapat berfungsi sebagai pertahanan terdapat pada
membran selnya. Membran plasma setiap sel sebagian besar terdiri dari lemak dan
protein ditambah sedikit karbohidrat. Lemak membran yang paling banyak adalah
fosfolipid, dengan kolesterol dalam jumlah yang lebih sedikit. Pada membran
plasma sebuah sel manusia diperkirakan terdapat milyaran molekul fosfolipid.
Fosfolipid memiliki satu ujung/kepala polar (bermuatan listrik) yang mengandung
gugus fosfat bermuatan negatif dan dua ekor asam lemak nonpolar (bermuatan
netral). Ujung polar bersifat hidrofilik (menyukai air) karena dapat berinteraksi
dengan molekul air, yang juga polar, sedangkan ujung nonpolar bersifat
hidrofobik (takut air) dan tidak akan bercampur dengan air. Molekul bersisi dua
tersebut menyusun diri membentuk lapis ganda lemak, suatu lapisan rangkap
molekui-molekul lemak, jika berkontak dengan air. Ekor hidrofobik
membenamkan diri di tengah menjauhi air, sedangkan kepala hidrofilik berjajar di
kedua sisi dan berkontak dengan air. Permukaan luar lapisan terpajan ke cairan
ekstrasel sementara permukaan dalam berkontak dengan cairan intrasel.14

39
Gambar 4.1 Komponen membran
Sumber: Sherwood L. Fisiologi Manusia: Dari Sel Ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2012.

Lapis ganda lemak membentuk sawar struktural utama yang membungkus


sel. Lapis ganda lemak memiliki tiga fungsi penting:14,15

1. Fosfolipid membentuk struktur dasar membran.


2. Bagian dalamnya yang hidrofobik berfungsi sebagai sawar bagi bahan
larut air antara cairan intrasel dan cairan ekstrasel. Bahan larut air tidak
dapat larut dan menembus lapis ganda lemak. Melalui sawar ini, sel dapat
mempertahankan berbagai campuran dan konsentrasi zat terlarut di dalam
dan di luar sel.
3. Menentukan sifat cair membran.

Protein membran juga melaksanakan beragam fungsi membran spesifik.


Beragam jenis protein membran melaksanakan fungsi-fungsi khusus berikut:14,15

40
1. Sebagian protein terbentang menembus seluruh ketebalan membran untuk
membentuk jalur berisi air, atau saluran (kanal), menembus lapis ganda
lemak. Bahan larut air yang cukup kecil untuk masuk ke suatu saluran
dapat menembus membran dengan cara ini tanpa berkontak langsung
dengan bagian interior lemak yang hidrofobik. Saluran bersifat sangat
selektif. Contohnya seperti channel ion Na.
2. Kelompok protein lain yang membentang ke seluruh ketebalan membran
berfungsi sebagai molekul pembawa/pengangkut, yang memindahkan
bahan tertentu menembus membran yang tidak dapat ditembus oleh bahan
itu sendiri.
3. Protein lain yang terletak di permukaan dalam membran berfungsi sebagai
akseptor penanda penambatan yang mengikat (seperti kunci dan anak
kunci) penanda penambatan di vesikel sekretorik. Sekresi dimulai ketika
sinyal stimulatorik merangsang fusi membran vesikel sekretorik dengan
permukaan dalam membran plasma melalui interaksi antara penanda-
penanda di atas. Vesikel sekretorik kemudian membuka dan menuangkan
isinya ke luar dengan eksositosis.
4. Protein yang lain lagi berfungsi sebagai molekul perekat sel (cell adhesion
molecule, CAM). Banyak CAM menonjol dari permukaan membran luar
dan membentuk lengkung atau kait yang digunakan sel-sel untuk saling
memegang serta untuk melekat ke serat jaringan ikat yang teranyam di
antara sel-sel (membentuk tight junction sebagai pertahanan dari benda-
benda asing/impermeable). Sebagai contoh, kadtrin, salah satu CAM, di
permukaan sel-sel yang berdekatan saling mengikat seperti risleting
(zipper) untuk membantu menahan sel-sel dalam jaringan atau organ.
Yang terakhir, protein-protein lain di permukaan membran luar, terutama
yang berkaitan dengan karbohidrat.

41
Gambar 4.2 Taut erat (tight junction)
Sumber: Sherwood L. Fisiologi Manusia: Dari Sel Ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2012.

Karbohidrat pada membran berfungsi sebagai penanda identitas diri.


Rantai-rantai pendek gula di permukaan membran luar berfungsi sebagai penanda
identitas-diri yang memungkinkan sel mengenali dan berinteraksi satu sama lain
melalui cara-cara berikut:14

1. Berbagai jenis sel memiliki penanda yang berbeda. Kombinasi unik rantai-
rantai gula yang menonjol dari protein membran permukaan berfungsi
sebagai penanda jenis sel yang bersangkutan, yang memungkinkan suatu
sel mengenali sel lain sebagai sesama jenis.
2. Penanda permukaan yang mengandung karbohidrat ini juga berperan
dalam pertumbuhan jaringan, yang secara normal ditahan dalam batas-
batas tertentu densitas sel. Sel-sel tidak rnenerobos melewati batas
jaringan sekitar (sel-sel tidak tumbuh melebihi teritorialnya).

d. Transport membran dan nutrisi

Perbedaan komposisi cairan di dalam maupun di luar sel dipengaruhi oleh


adanya membran plasma, yaitu suatu lapisan lemak dan protein yang sangat tipis

42
serta membentuk batas luar setiap sel dan membungkus kandungan intrasel. Selain
fungsi tersebut, membran plasma juga berperan aktif menentukan komposisi sel
dengan secara efektif mengizinkan bahan-bahan tertentu berpindah antara sel dan
lingkungan. Membran plasma mengontrol masuknya nutrien dan keluarnya
produk sekretorik dan bahan sisa, serta mempertahankan perbedaan konsentrasi
ion antara interior dan sekretorior sel.15
Membran plasma setiap sel sebagian besar terdiri dari lemak dan protein
yang ditambah sedikit karbohidrat. Lemak membran yang paling banyak adalah
fosfolipid. Fosfolipid mempunyai satu ujung atau kepala polar yang bermuatan
listrik dan mengandung gugus fosfat yang bermuatan negatif dan dua ekor asam
lemak nonpolar yang bersifat netral. Ujung polar ini bersifat ini bersifat hidrofilik
yang menyukai air karena dapat berinteraksi dengan air, serta polar. Sedangkan
ujung bersifat nonpolar dan tidak bercampur dengan air.1Membran plasma hampir
seluruhnya terdiri atas lapisan lipid ganda, namun membran sel juga mengandung
banyak sekali molekul protein dalam lipid. Molekul tersebut banyak yang
menembus membran sepenuhnya. Lapisan lipid ganda berfungsi sebagai sawar
yang menghambat pergerakan molekul air dan zat larut atau air antara
kompratemen cairan ekstrasel dan intrasel. Lapisan ganda lipid ini bukanlah suatu
struktur kaku, namun bersifat cair. Fosfolipid yang tidak disatukan oleh ikatan
kimiawi yang kuat dapat berputar cepat dan bergerak di sebagian lapisan
bagiannya. Pergerakan fosfolipid ini menguntungkan sebagian besar sifat cair
membran.14,15

43
Gambar 4.3 struktur dan susunan molekul fosfolipid dalam lapisan ganda lipid
Sumber: Sherwood, Lauralee. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2011.1

Sifat cair lapis ganda lemak memungkinkan banyak protein membran


mengapung bebas dalam larutan lemak yang bergerak,meskipun sitoskeleton
membatasi mobilitas protein yang melakukan fungsi khusus di daerah tertentu sel.
sifat cair membran dan pola mosaik membuat protein-protein terbenam didalam
lapis ganda lemak yang terus menerus berubah.14

Semua bahan yang berpindah antara sebuah sel dan cairan ekstrasel di
sekitarnya harus menembus membran plasma. Jika suatu bahan dapat menembus
membran dikatakan permeabel terhadap bahan tersebut, sebaliknya jika bahan
tersebut tidak dapat lewat maka membran bersifat impermeabel terhadapnya.
Membran plasma bersifat permeabel selektif yaitu memungkinkan sebagian
partikel lewat sementara mencegah yang lain.15

44
Sedangkan, Nutrisi pada kulit berasal dari pembuluh darah. Namun
pembuluh darah hanya mencapai lapisan dermis. Oleh karena itu transport nutrisi
antar sel melalui intercellular bridge dan antar membran sel, atau transpot dengan
cara difusi. Semua bahan yang berpindah antara ekstrasel di sekitarnya harus
mampu menembus membran sel. plasma. Jika suatu bahan dapat menembus
membran, maka membran dikatakan permeabel terhadap bahan tersebut,
sebaliknya jika bahan tersebut tidak dapat lewat maka membran bersifat
impermeabel terhadapnya. Membran plasma bersifat permeabel selektif yaitu
memungkinkan sebagian partikel lewat sementara mencegah yang lain.15

Difusi melalui membran sel terbagi atas dua yaitu difusi sederhana dan
dfusi terfasilitasi. Difusi sederhana berarti bahwa gerakan kinetik molekul atau ion
terjadi melalui suatu celah membran atau melalui ruang antarmolekul tanpa
berinteraksi dengan protein pembawa dalam membran. Kecepatan difusi
ditentukan oleh jumlah zat yang tersedia, kecepatan gerakan kinetik, dan jumlah
serta ukuran celah pada membran yang dapat dilalui oleh molekul atau ion.
Contohnya yaitu difusi oksigen, karbon dioksida, serta air. Difusi sederhana dapat
terjadi melalui membran sel dengan dua cara yaitu melalui celah pada lapisan
lipid ganda, jika zat yang berdifusi larut dalam lipid, dan melalui kanal berair
yang menembus beberapa protein transpor yang besar.14

Difusi terfasilitasi membutuhkan interaksi dengan suatu protein pembawa.


Protein pembawa membantu lewatnya molekul atau ion melalui membran dengan
mengikat molekul atau ion tersebut secara kimiawi sehingga dapat keluar-masuk
membran. Contohnya pompa ion yang berfungsi dalam penghantaran listrik,
endositosis (membran plasma mengelilingi bahan yang akan ditelan, kemudian
menyatu di atas permukaan bahan sedemikian sehingga bahan tersebut
terperangkap dan membentuk vesikel), dan eksositosis (pengeluaran zat dari sel,
kebalikan dari endositosis).15

45
Gambar 4.4 Transport tak terfasilitasi (Difusi karena perbedaan gradien
listrik, tekanan, dan konsentrasi. Contohnya perpindahan oksigen ke dalam sel
dari lingkungan luar yang tinggi kadar oksigen)
Sumber: Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penterjemah: Irawati,
Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.

Gambar 4.5 Transport terfasilitasi (oleh protein pembawa)


Sumber: Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penterjemah: Irawati,
Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.

46
5. Mekanisme Gatal
Gatal terjadi akibat adanya rangsangan yang bermacam-macam salah satunya
akibat dari sengatan atau gigitan serangga contohnya nyamuk. Ketika ada
rangsangan maka salah satu reseptor pada tubuh kita akan mendeteksi rangsangan
tersebut yaitu ujung saraf bebas karena fungsinya untuk mendeteksi rasa nyeri
(nosiseptor) yang dimana gatal akan dipersepsikan di otak sebagai nyeri yang
tergolong kedalam nyeri yang ringan. Ujung saraf bebas terbagi atas dua serabut
saraf, yaitu serabut saraf A bermielin (nosiseptor) dan serabut saraf C tidak
bermielin. Serabut saraf C terdiri dari 80% mekanosensitif yang merupakan
ppolimodal nosiseptor dan 20% menoinsensitif. Polimodal nosiseptor merupakan
serabut saraf yang merespon terhadap semua jenis stimulus mekanik maupun
kimiawi. Sedangkan, mekanoinsensitif tidak merespon terhadap stimulus mekanik
hanya kimiawi saja. Mekanoinsensitif ini juga merupakan pruriseptor yaitu
reseptor yang menimbulkan rasa gatal, terutama dipengaruhi oleh histamin.
Serabut saraf A merupakan penghantar sinyal saraf yang cepat dengan kecepatan
hantarannya 5-30 m/detik, sedangkan untuk serabut saraf C merupakan
penghantar sinyal yang lambat dengan kecepatan hantarannya sekitar 2-
12m/detik.7
Stimulus pada serabut saraf C melalui ganglion dorsalis dan menyilang pada
saraf tulang belakang ke sisi kontralateral dan akan masuk ke jalur spinotalamikus
lateral menuju thalamus dan akhirnya mencapai korteks serebri sensoris.Dan akan
mengakibatkan rasa gatal apabila pruriseptor terangsang dan reseptor lainnya
tidak terangsang, saat pruriseptor terangsang, seseorang akan mulai merasakan
sensasi gatal sehingga timbul hasrat untuk menggaruk. Saat menggaruk, ketika
polimodal nosiseptor terangsang tetapi pruriseptor berhenti terangsang, sehingga
rasa atau sensasi gatal akan mulai menghilang. Hal ini menjelaskan bahwa
mengapa ketika seseorang menggaruk tubuhnya yang gatal, maka rasa tersebut
akan menghilang.7,11

47
6. Pertahanan Kulit dari Patogen

Tubuh manusia memiliki suatu sistem pertahanan terhadap benda asing dan
patogen yang disebut sebagai sistem imun. Respon imun timbul karena adanya
reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul terhadap mikroba dan bahan
lainnya. Sistem imun terdiri atas sistem imun alamiah atau non spesifik
(natural/innate/native) dan didapat atau spesifik (adaptive/acquired). Baik sistem
imun non spesifik maupun spesifik memiliki peran masing-masing.16

Gambar 6.1 mekanisme imunitas innate dan adaptif


Sumber: Abbas AK, Lichtman AH. Basic immmdogy: functions and disorders of the immune
system. Ed 2.2004
Pertahanan pertama adalah barier mekanik, seperti kulit yang menutupi
permukaan tubuh.. Kulit termasuk lapisan epidermis, stratum korneum, keratinosit
dan lapisan basal bersifat sebagai barier yang penting, mencegah mikroorganisme
dan agen perusak potensial lain masuk ke dalam jaringan yang lebih dalam.

48
Misalnya asam laktat dan substansi lain dalam keringat mengatur pH permukaan
epidermis dalam suasana asam yang membantu mencegah kolonisasi oleh bakteri
dan organisme lain.16,17
Kulit merupakan barier fisik yang dapat mempertahankan tubuh dari agen
patogen. Apabila terdapat kerusakan kulit, maka kulit akan mempertahankan
tubuh dengan proses imunologik yang cepat terhadap agen patogen tersebut dan
mengeluarkan mikroorganisme tersebut dari epidermis dan dermis. Sistem imun
berkembang dengan fungsi yang khusus dan bekerja pada kulit. Sel Langerhans,
dendrosit kulit, sel endotel, keratinosit dan sel lainnya semuanya ikut
berpartisipasi dalam skin associated lymphoid tissue (SALT) yang mempunyai
sistem imun pada kulit. Ketika mikroorganisme menembus barier kulit akan
merangsang respons imun. Kulit seperti halnya organ lain akan merusak
mikroorganisme tersebut dan mengeliminasi antigen.18
Sebelum masuk ke dalam tubuh, patogen harus menembus tubuh manusia.
Kulit merupakan garis pertahanan pertama tubuh terhadap patogen. Kulit yang
utuh terdiri atas epidermis yang tersusun atas sel-sel epitel yang sangat rapat.
Kondisi ini menyulitkan mikroorganisme untuk masuk ke dalam tubuh. Akan
tetapi, jika kulit mengalami kerusakan sedikit saja, akan menyebabkan masuknya
patogen seperti bakteri atau virus. Selain kulit, membran mukosa yang melapisi
saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan saluran kelamin dapat menghalangi
masuknya mikroba yang berbahaya. Selain pertahanan fisik, kulit dan membran
mukosa dapat berfungsi sebagai pertahanan kimiawi. Sekresi dari kelenjar minyak
dan kelenjar keringat akan memberikan suasana pH kulit antara 3–5. Kisaran pH
tersebut mencegah kolonisasi mikroorganisme di kulit. Koloni mikroorganisme
ini dapat pula dihambat oleh aktivitas air liur, air mata, dan sekresi mukosa yang
membasahi permukaan epitelium. Sekresi tersebut mengandung salah satu protein
pelindung, yaitu lisozim. Lisozim merupakan enzim yang dapat mencerna dinding
sel dari banyak jenis bakteri atau dengan kata lain enzim pembunuh bakteri.18

Kulit terbagi menjadi tiga lapisan utama: epidermis , dermis dan


hipodermis (jaringan subkutan):

49
1. Epidermis16,18
Epidermis terbentuk dari lima lapisan sel epithelial squamosa, diantaranya
yang paling umum adalah keratinosit. Keratinosit adalah sel-sel yang
bertanggung-jawab untuk pembentukan keratin, protein struktural dari
kulit, rambut, dan kuku. Sel-sel ini diyakini terlibat dalam proses imun
dengan pertama kali melepaskan immunoglobulin A dan kemudian
interleukin-1, yang memicu pengaktifan sel-sel T. selain itu sel Sel
Langerhans merupakan jenis sel ketiga terbanyak pada epidermis. Sel-sel
ini ditemukan pada stratum spinosum, di atas lapisan basal. sel-sel
Langerhans tetap terlibat dalam beberapa aktivitas signifikan, termasuk
produksi interleukin-1 sebagai bagian dari respon imun, induksi penolakan
transplantasi kulit, dan pembentukan dermatitis alergi kontak.

2. Dermis 17
Lapisan kedua kulit, dermis, biasanya 40 kali lebih tebal dari epidermis
dan tersusun dari bahan mukopolisakarida. Pada dermis terdapat sel-sel
mast dan fibroblast. Sel mast memiliki situs reseptor untuk
immunoglobulin E dan mengandung sejumlah senyawa penting, seperti zat
yang bereaksi lambat pada proses anafilaksis, prostaglandin E2, dan
histamin. Fibroblast mensintesis komponen penunjang struktural dari kulit
(yaitu: serat-serat elastik,kolagen, dan serat reticulum). Serat elastik
(jaringan elastik) diberi nama demikian karena serat ini yang memberi
sifat elastisitas pada kulit. Komponen utama dari serat ini adalah elastin,
suatu protein amorf/tanpa bentuk tertentu. Kolagen, suatu protein fibrosa
(berbentuk serat), merupakan komponen utama kulit, mencakup lebih dari
70% total beratnya. Dikenal sebagai jaringan penghubung, kolagen
memberikan kekuatan yang diperlukan ligamen dan tendon untuk
menahan otot dan tulang ke tempat perlekatannya. Dan dengan demikian
juga mendukung tulang rangka untuk dapat berfungsi. Selain itu, kolagen
bertanggung-jawab untuk member resistensi/ketahanan pada kulit terhadap
cedera akibat kekuatan eksternal. Serat-serat retikulum, yang juga

50
merupakan bagian dari sistem jaringan penghubung, berukuran lebih kecil
dibandingkan kolagen tetapi berfungsi kurang lebih sama.
3. Subcutis 17,18
Lapisan ketiga dari kulit, hipodermis atau subkutis) tersusun atas sel-sel
lemak (jaringan adiposa), kolagen, dan pembuluh-pembuluh darah yang
lebih besar. Jaringan berlemak mempengaruhi regulasi panas tubuh dan
memberikan efek bantalan terhadap tekanan eksternal dan cedera.

51
BAB III

PENUTUP

A. Ringkasan
a. Struktur Anatomi Kulit
1. Kulit merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu
15% dari berat tubuh dan luasnya 1,50 – 1,75 m. Rata- rata tebal kulit
1-2 mm.
2. Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok yaitu epidermis, dermis atau
korium, dan jaringan subkutan atau subkutis.
3. Epidermis memiliki 4 tipe atau jenis sel yaitu sel keratinosit, sel
melanosit, sel merkel dan sel langerhans. Selain empat jenis sel,
epidermis juga memiliki empat lapisan yaitu lapisan basal atau stratum
germinativum, lapisan malpighi atau stratum Spinosum, lapisan
granular atau sratum granulosum, lapisan tanduk atau stratum
korneum.
4. Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu bagian atas, pars papilaris
(stratum papilar) dan bagian bawah, retikularis (stratum retikularis).
Terdiri dari jaringan ikat longgar yang tersusun dari serabut–serabut
yaitu serabut kolagen (memberikan kekuatan kepada kulit), serabut
elastis dan serabut retikulus (memberikan kekuatan pada
adneksa/rambut dan kelenjar).
5. Subkutis terdiri dari kumpulan–kumpulan sel–sel lemak bulat dengan
inti ke pinggir dan di antara gerombolan ini berjalan serabut–serabut
jaringan ikat dermis. Berfungsi sebagai shock braker atau pegas bila
tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau
untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk
kecantikan tubuh.
6. Rambut tumbuh dari folikel rambut di dalamnya epidermis. Folikel
rambut dibatasi oleh epidermis sebelah atas, dasrnya terdapat papil
tempat rambut tumbuh.

52
7. Kuku terbuat dari sel tanduk yang menutupi permukan dorsal ujung
jari tangan dan kaki. Lempeng kuku terdiri dari 3 bagian yaitu pinggir
bebas, badan, dan akar yang melekat pada kulit dan dikelilingi oleh
lipatan kulit lateral dan proksimal.
8. Terdapat banyak ekstensi neuron sensorik sebagai reseptor sensorik
yang peka terhadap suhu, tekanan, nyeri, dan sentuhan, serta serat saraf
aliran darah yang juga mengatur sekresi kelenjar.

b. Struktur Histologi Kulit


1. Lapisan Sel Epidermis
a. Stratum Basal (Germinativum)
 Lapisan sel terdalam atau lapisan sel basal yang terletak di atas membrana
basalis.
 Sel melekat satu sama lain melalui desmosom dan pada membrana basalis
melalui hemidesmosom.
 Sel berfungsi sebagai sel indukbagi epidermis dan memperlihatkan mitosis
 Sel bermigrasi ke atas di epidermis dan menghasilkan filamen keratin
intermediate.

b. Stratum Spinosum
 Adalah lapisan kedua di atas stratum basal yang terdiri dari empat sampai
enam tumpukan sel.
 Selama pembuatan sediaan histologik, sel menciut dan ruang interselular
tampak seperti duri.
 Sel menyintesis filamen keratin yang tersusun menjadi tonofilamen.
 Spina (duri) mencerminkan tempat perlekatan desmosom pada
tonofilamen keratin.

c. Stratum Granulosum

53
 Sel terletak di atas stratum spinosum dan terdiri dari tiga sampai lima
lapisan sel gepeng.
 Sel terisi oleh granula keratohialin padat dan granula lamellosum
terbungkus-membran.
 Granula keratohialin berikatan dengan tonofilamen keratin untuk
membentuk keratin lunak.
 Granula lamellosum rnengeluarkan material lemak di antara sel-sel dan
menyebabkan kulit kedap air.

d. Stratum Lusidum
 Terletak di atas stratum granulosum, hanya ditemukan di kulit tebal,
translusen dan sulit dilihat.
 Sel tidak memiliki nukleus atau organel dan dipenuhi oleh filamen
keratin.

e. Stratum Korneum
 Lapisan paling luar dan terdiri dari sel gepeng mati yang berisi keratin
lunak.
 Sel yang mengalami keratinisasi terus menerus terlepas atau mengalami
deskuamasi dan digantikan oleh sel baru.
 Selama keratinisasi, enzim hidrolitik mengeliminasi nukleus dan organel.

2. Dermis
a. Stratum papillare
 Adalah lapisan superfisial di dermis dan mengandung jaringan ikat
longgar tidak teratur.
 Papillae dan cristae cutis (epidermal ridges) membentuk evaginasi dan
interdigitasi.
 Jaringan ikat terisi oleh serat, sel, dan pembuluh darah.

54
 Reseptor sensorik corpusculum tactile (Meissner) ditemukan di papillae.

b. Stratum reticulare
 Adalah lapisan yang lebih dalam dan tebal di dermis, terisi oleh jaringan
ikat padat tidak teratur.
 Jumlah sel sedikit dan kolagennya adalah kolagen tipe I.
 Tidak terdapat batas yang jelas antara stratum papillare dan stratum
reticulare.
 Menyatu di sebelah inferior dengan hipodermis atau lapisan subkutis
(hipodermis) fasia superfisial.
 Mengandung anastomosis arteriovenosa dan reseptor sensorik
corpusculum lamellosum (Pacinian corpuscle).
 Akson bermielin di corpusculum lamellosum dikelilingi oleh lamela
konsentrik serat kolagen.

3. Jaringan Subkutan

Lapisan subkutan terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengikat kulit
secara longgar pada organ-organ di bawahnya, yang memungkinkan kulit
bergeser di atasnya.

4. Sel Kulit
a. Melanosit
 Berasal dari sel krista sarafdan terletak antara stratum basal dan stratum
spinosum.
 Memiliki juluran panjang sitoplasma yang tidak teratur dan bercabang ke
dalam epidermis.
 Menyintesis pigmen coklat tua, melanin, dari asam amino tirosin.
 Melanin diangkut ke keratinosit di lapisan sel basal.

55
 Melanin menyebabkan warna kulit lebih gelap dan melindungi kulit dari
radiasi ultraviolet.

a. Sel Langerhans
 Terutama dijumpai di stratum spinosum; bagian dari sistem imun tubuh
 Adalah sel penyaji-antigen di kulit.

b. Sel Merkel
Terdapat di lapisan basal epidermis dan berfungsi sebagai
mekanoreseptor

c. Fisiologi kulit
1. Reseptor pada kulit antara lain:
No Receptor Serabut Lokasi Fungsi
Saraf
1 Cakram taktil Epidermis Sentuhan ringan
2 Ujung saraf Aδ dan C Dermis papilar Mekanik, suhu, dan
bebas menjulur ke epidermis zat toksin
3 Pleksus akar Aβ Folikel rambut Gerakan rambut
rambut
4 Korpuskel Aβ Dermal papilar, bagian Sentuhan dan
meissner kulit tidak berambut tekanan dinamik
(bibir, ujung jari)
5 Korpuskel Aβ Dermis Sentuhan kasar,
pacini tekanan yang dalam,
adn getaran dinamik
6 Korpuskel Aβ Bibir, lidah, genital Tekanan
krause
7 Korpuskel Dermis, selaput sendi Tekanan progresid
ruffini Dan memberat

56
2. Fungsi Kulit
1. FungsiProteksi
Bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang,
melindungi dari gangguan :
– fisis/mekanis
– kimiawi : iritan (lisol, karbil, asam, alkali kuat)
– panas : radiasi, sengatan sinar UV
– infeksi luar
– Beberapa macam perlindungan :
– Melanosit => lindungi dari pajanan sinar matahari
(tanning/penggelapan kulit)
– Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air.
– Keasaman kulit > ekskresi keringat dan sebum => perlindungan
kimiawi (infeksi bakteri/jamur)
– Proses keratinisasi => sebagai sawar (barrier) mekanis.

2. Fungsi Ekskresi : mengeluarkan NaCl, urea, asam urat, dan


amonia.

3. Fungsi Persepsi : saraf sensorik

4. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi) : dengan cara


mengeluarkan keringat dan konstriksi/dilatasi pembuluh darah
kulit.

5. Fungsi Keratinisasi : Keratinosit dimulai dari sel basal yang


mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke
atas dan berubah menjadi sel spinosum, makin ke atas sel makin
gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti
makin menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf.

57
Proses ini berlangsung 14-21 hari dan memberi perlindungan
terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.

6. Fungsi Pembentukan Vitamin D : kulit mengubah 7 dihidroksi


kolesterol dengan sinar matahari.

3. Mekanisme regenerasi kulit

Tingkatan proses keratinisasi (regenerasi kulit):


1. Sel-sel basal bermitosis
2. Sel-sel hasil mitosis berdiferensiasi
3. Setelah berdiferensiasi pada stratum basalis dan spinosum menghasilkan
protein pada filamen dan granula keratohialin.
4. Akibat banyaknya protein diatas dibentuk akhirnya sel-sel mati dengan
tanda inti dari organel hilang.
Proses keratinisasi ini berlangsung normal selama kira-kira 14-21 hari dan
memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.

d. Biokimia Kulit

Lapis ganda lemak (fosfolipid bilayer) membentuk sawar struktural utama


yang membungkus sel. Bagian luar hidrofobik terhadap cairan ekstrasel dan
bagian dalam hidrofilik terhadap cairan intrasel. Lapis ganda lemak memiliki tiga
fungsi penting:

1. Fosfolipid membentuk struktur dasar membran.


2. Sebagai sawar bagi bahan larut air antara cairan intrasel dan cairan
ekstrasel. Bahan larut air tidak dapat larut dan menembus lapis ganda
lemak.
3. Menentukan sifat cair membran.

58
Protein membran melaksanakan fungsi-fungsi khusus berikur:

1. Membentuk jalur berisi air, atau saluran (kanal), menembus lapis ganda
lemak.
2. Membentang ke seluruh ketebalan membran berfungsi sebagai molekul
pembawa/pengangkut.
3. Sebagai akseptor penanda penambatan yang mengikat (seperti kunci dan
anak kunci) penanda penambatan di vesikel.
4. Protein yang lain lagi berfungsi sebagai molekul perekat sel (cell adhesion
molecule, CAM). Membentuk tight junction sebagai pertahanan dari
benda-benda asing/impermeable.

Karbohidrat pada membran berfungsi sebagai penanda identitas diri yang


memungkinkan sel mengenali dan berinteraksi satu sama lain melalui cara-cara
berikut:

1. Kombinasi unik rantai-rantai gula yang menonjol dari protein membran


permukaan berfungsi sebagai penanda jenis sel yang bersangkutan, yang
memungkinkan suatu sel mengenali sel lain sebagai sesama jenis.
2. Penanda permukaan berperan dalam pertumbuhan jaringan, yang secara
normal ditahan dalam batas-batas tertentu densitas sel. Sel-sel tidak
rnenerobos melewati batas jaringan sekitar (sel-sel tidak tumbuh melebihi
teritorialnya).

Transport nutrisi antar sel-sel kulit didapat dari intercellular bridge atau
jembatan antar sel, yang kemudian masuk melalui membran ke dalam sel. Difusi
sederhana dapat terjadi melalui membran sel dengan dua cara yaitu melalui celah
pada lapisan lipid ganda, jika zat yang berdifusi larut dalam lipid, dan melalui
kanal berair yang menembus beberapa protein transpor yang besar. Contohnya
yaitu difusi oksigen, karbon dioksida, serta air.

Sedangkan difusi terfasilitasi membutuhkan interaksi dengan suatu protein


pembawa. Protein pembawa membantu lewatnya molekul atau ion melalui
membran dengan mengikat molekul atau ion tersebut secara kimiawi sehingga

59
dapat keluar-masuk membran. Contohnya endositosis (membran plasma
mengelilingi bahan yang akan ditelan, kemudian menyatu di atas permukaan
bahan sedemikian sehingga bahan tersebut terperangkap dan membentuk vesikel),
dan eksositosis (pengeluaran zat dari sel, kebalikan dari endositosis).

e. Mekanisme Gatal
Serangga (cth: nyamuk) > Sengatan atau gigitan serangga > Ujung saraf
bebas > Serabut saraf A bermielin (nosiseptor) dan serabut saraf C tidak
bermielin > Serabut saraf C terdiri dari 80% mekanosensitif (polimodal
nosiseptor) dan 20% mekanoinsensitif (pruriseptor, dipengaruhi histamin)
> Stimulus serabut saraf C > ganglion dorsal > menyilang pada saraf
tulang belakang ke sisi kontralateral > jalur spinotalamikus lateral >
thalamus > korteks serebri sensori > Pruriseptor terangsang > Polimodal
nociseptor tidak terangsang > Timbul hasrat menggaruk > Polimodal
nosiseptor terangsang > pruritoseptor berhenti terangsang > rasa gatal
menghilang.

f. Pertahanan Kulit dari Patogen

Kekebalan tubuh yaitu keadaan tubuh yang resisten terhadap suatu penyebab
infeksi
tertentu. Fungsi dari system kekebalan tubuh adalah mengenali setiap benda asing
yang masuk ke dalam tubuh dan menghancurkannya. sistem pertahanan tubuh
digolongkan menjadi dua, yaitu sistem pertahanan tubuh nonspesifik dan sistem
pertahanan tubuh spesifik. Pertahanan tubuh dimulai dengan adanya kulit dan
membran mukosa sebagai pertahanan pertama. Selain menghalangi patogen yang
masuk secara fisik, kulit dan membran mukosa mampu menghalangi atau
mengeluarkan sekret, seperti minyak, keringat, air ludah, air mata, dan sekret
membran mukosa.
Epidermis saat ini tidak lagi dapat dipandang hanya sebagai barier fisik
sederhana saja. Demikian pula dermis tidak dapat lagi dianggap sebagai satu-

60
satunya area tempat terjadinya proses imunologik di kulit. Kulit secara
keseluruhan berperan aktif sebagai sistem imun terhadap bermacam-macam
antigen. Sel yang aktif secara imunologik meliputi sel Langerhans, keratinosit, sel
T, sel endotel, dan makrofag. Sel efektornya adalah limfosit, natural killer cell, sel
mast dan fagosit. Mediator yang ada meliputi IL-1, IL-2, IL-3, produk sel mast,
limfokin, sitokin lain, sejumlah besar dihasilkan oleh keratinosit. Interaksi antara
antigen dan sel epidermis serta dermis dapat mengindukasi dan menimbulkan
respons imun. Reaksi yang timbul merupakan dasar dari berbagai proses inflamasi
pada kulit.

B. Kesimpulan
Dari skenario, kelompok kami dapat mengambil kesimpulan bahwa rasa
gatal dan kulit menjadi keputih-putihan ketika digaruk yang dialami oleh pasien,
disebabkan oleh infeksi jamur (Tinea Corporis). Pasien yang suka bertukar baju
dengan temannya menyebabkan perpindahan jamur menjadi lebih mudah. Akibat
rangsangan pruriceptor, maka akan timbul sensasi gatal akibat jamur tersebut
sehingga pasien menggaruk bagian tubuhnya yang gatal. Akibat menggaruk,
lapisan epitel pada epidermis menjadi tipis dan robek sehingga hifa dari jamur
bias menjalar menembus lapisan epidermis kulit pasien dan menyebabkan infeksi
yang lebih dalam.

61

You might also like