Professional Documents
Culture Documents
Penyajian P1 Daun
Penyajian P1 Daun
Penyajian P1 Daun
Bagian-bagian daun
Organ daun dapat memiliki bagian-bagian antara lain:
1. Pangkal daun (leaf base), yaitu bagian yang berhubungan dengan batang
tumbuhan.
2. Pelepah atau upih daun (vagina), yaitu bagian daun yang memeluk batang.
3. Tangkai daun (petiole), yaitu bagian daun yang pada umumnya berbentuk
silinder.
4. Helaian daun (lamina), yaitu bagian daun yang berbentuk pipih dorso-
ventral, berguna untuk fotosintesa.
Pangkal tangkai daun pada golongan tumbuhan tertentu dapat memiliki pengikut
daun atau pelengkap daun, dapat berupa daun penumpu (stipula), terdapat di pangkal
tangkai daun, berdasarkan pada tata letaknya dibedakan:
1. Daun penumpu bebas (liberae), daun penumpu dikanan kiri pangkal tangkai
daun, misalnya pada waru (Hibiscus tiliaceus).
Disamping itu daun pengikut dapat berupa: selaput bumbung (orchrea) yang
merupakan pelindung kuncup, membalut batang, misalnya pada tumbuhan anggota
suku Polygonaceae, dan lidah daun (ligula) merupakan tonjolan di ujung upih daun,
dan berguna untuk melindungi kuncup dari air, misalnya pada semua jenis anggota
suku Poaceae (Gramineae).
Tata Letak Daun Pada Batang atau Duduk Daun (Phyllotaxis atau Dispositio
Foliolum)
Tata letak daun adalah aturan mengenai letak daun pada batang. Berdasarkan
jumlah daun pada setiap buku, maka duduk daun dikatakan:
1. duduk daun tersebar (sparsa), apabila jumlah daun satu.
Pada tumbuhan yang memiliki batang dengan ruas yang pendek, dapat memiliki
duduk daun yang berjejal di ujung batang (roset batang), misalnya kelapa (Cocos
nucifera),
atau di pangkal batang (roset akar), misalnya tapak liman (Elephantopus scaber).
Daun Tunggal (folium simplex)
Daun tumbuhan dapat lengkap atau tidak lengkap. Bagi daun yang lengkap
dipersyaratkan memiliki bagian upih daun, tangkai daun dan helaian daun, misalnya
daun pisang (Musa paradisiaca), daun pinang (Areca catechu), daun talas
(Colocasia esculenta).
Daun tidak lengkap adalah daun yang tidak memiliki salah satu atau dua bagian
utama, dapat memiliki kenampakan sebagai:
1. Daun bertangkai, adalah daun yang hanya memiliki bagian tangkai dan
helaian daun, misalnya daun ketapang (Terminalia cattapa), nangka
(Artocarpus integra).
2. Daun berupih, adalah daun yang hanya memiliki bagian upih dan helaian
daun, misalnya daun jagung (Zea mays).
3. Daun duduk (sessile), adalah daun yang hanya memiliki helaian daun saja,
dan daun duduk memiliki tipe yang duduk tetapi pangkal helaian memeluk
batang (amplexicaulis), misalnya daun generatif pada tempuyung (Sonchus
arvensis).
4. Daun semu (filodia), adalah daun yang berkembang dari tangkai daun yang
melebar, dimiliki oleh tumbuhan schlerophyllous misalnya akasia (Acacia
mengium).
Bentuk daun (circumscriptio)
Penentuan bentuk daun berdasarkan pada bentuk dari helaian daun, sedangkan
tangkai dan upih daun tidak menentukan bentuk daun. Bentuk daun dapat dibagi
menjadi empat seri atau pola, yaitu:
a. Seri elip, yaitu helaian daun yang memiliki bagian terlebar ditengah-tengah
helaian daun, bentuk-bentuk turunannya ditentukan berdasarkan perbandingan
panjang dan lebar helaian daun, misalnya:
b. Seri bulat telur (ovate), yaitu bentuk helaian daun yang memiliki bagian terlebar
di bawah tengah-tengah helaian daun, penentunya bukan berdasarkan ukuran,
tetapi berdasarkan pengibaratan dengan bentuk benda, dibagi menjadi 2 tipe:
b.1. Pangkal helaian daun tidak bertoreh, memiliki empat variasi bentuk,
antara lain:
1. Bentuk bulat telur (ovate), menyerupai bentuk telur 2 dimensi
dengan pangkal membulat, misalnya pada daun lombok (Capsicum
annuum).
2. Bentuk segitiga (triangulare), menyerupai bentuk dua dimensi
segitiga sama kaki, misalnya daun bunga ashar (Mirabilis jalapa).
2. Bentuk pita (ligulate), seperti bangun garis tetapi helaian daun lebih lebar
dan lemas, misalnya daun jagung (Zea mays).
3. Bentuk pedang (ensiformis), helaian daun dengan ukuran relatif panjang,
dengan penampang helaian elip dan tebal, misalnya daun lidah buaya (Aloe
vera).
4. Bentuk paku atau dabus (subulate), helaian daun dengan ukuran pendek
seperti sisik keras, dengan penampang helaian silindris, ujung runcing, dan
berkayu, misalnya north folk (Araucaria cuninghamii).
7. berekor kecil (mucronate), ujung daun ditutupi oleh duri keras, misalnya
daun nenas sebrang (Agave amaricana).
8. berekor (caudate), ujung daun seperti meruncing tetapi berukuran panjang
serta membelok, misalnya daun pohon bodi (Ficus religiosa)
Keterangan:
a–h : bentuk-bentuk ujung daun.
a. runcing; b. meruncing; c. tumpul; d. membulat; e. rompang; f. terbelah; g. berduri; h. berekor.
i–l : bentuk-bentuk pangkal daun.
i. pangkal miring; j. pangkal meruncing panjang; k. pangkal tertembus batang; l. pangkal perisai.
-sinonim: foliolum.
- sesungguhnya adalah taju-taju atau pancung dari
helaian daun toreh yang dalam dan besar
mengakibatkan daun menjadi terpisah menjadi
anak daun.
-umumnya mempunyai tangkai pendek, kadang-
kadang hampir duduk pada ibu tangkai, misalnya
daun Apium graveolens L.; ada yang bertangkai
cukup panjang misalnya daun mangkokan
(Nothoponax scutellarium Merr.).
-sinonim: petiololus.
-merupakan cabang-cabang dari ibu tangkai.
- mendukung anak daun.
- dapat dianggap sebagai penjelmaan dari pangkal
suatu tulang cabang pada daun tunggal dalam
ketiak daun majemuk tidak pernah terdapat suatu
kuncup.
Berdasarkan pada posisi anak daunnya terhadap aksis pokok, daun majemuk
menyirip dapat dibedakan menjadi:
1. Daun majemuk menyirip berpasangan, pasangan anak daun berhadapan pada
aksis pokok.
2. Daun majemuk berseling, anak daun tidak berpasangan dan berhadapan, tetapi
berseling pada aksis pokok.
3. Daun majemuk menyirip berselang-seling (interuptepinnate), anak daun
berpasangan dengan posisi berhadapan, tetapi setiap pasangan memiliki
ukuran yangberbeda,misalnya daun kentang (Solanum tuberosum).
Umumnya ditemukan pada bermacam-macam jenis jeruk misalnya jeruk besar (Citrus maxima
Merr.), jeruk nipis (Citrus aurantifolia Sw.).
3. Daun majemuk menyirip gasal (imparipinnatus), jika terdapat satu anak daun yang menutup
ujung ibu tangkai, misalnya daun pacar (Aglaia odorta Lour.), mawar (Rosa sp).
Daun Majemuk Menjari (Palmate atau Digitalis)
Daun majemuk menjari dibedakan berdasarkan pada jumlah anak daun, yaitu daun
majemuk menjari beranak daun:
1. Dua (bifoliate), misalnya daun nam-nam (Cynometra cauliflora)
Kondisi ganda pada daun majemuk menjari terdapat pada jenis tumbuhan
Aquilegia vulgaris, yang bersifat ganda dua (biternatus).
Keterangan: a. gasal; b. genap; c. beranak daun satu; d. daun majemuk menyirip rangkap dua tidak
sempurna; e. daun majemuk menyirip rangkap dua sempurna; f. tangkai induk karangan; g. kuncup; h.
tangkai anak daun; i. anak daun.
Skema tepi daun:
TEPI DAUN (MARGO FOLII).
Dapat dibedakan 2 macam, yaitu:
1. Rata ( integer), misalnya daun nangka (Artocarpus integra Merr.)
2. Bertoreh (divisus), dibedakan:
Toreh-toreh pada tepi daun dibedakan dalam 2 golongan:
a. Toreh-toreh yang tidak mempengaruhi atau mengubah bangun asli daun, umumnya toreh tidak
begitu dalam dan letaknya tidak bergantung pada jalannya tulang-tulang daun; oleh sebab itu
sering disebut toreh yang merdeka. Istilah sinus digunakan untuk torehnya sendiri dan angulus
untuk bagian tepi daun yang menonjol keluar.
b. Bergerigi ganda atau rangkap (biserratus), tepi daun seperti pada tepi
daun bergerigi, tetapi angulus cukup besar, dan tepinya bergerigi lagi.
Karena letak toreh-toreh bergantung pada susunan tulang-tulang daun, untuk mencandra tepi
daun yang bertoreh dalam dan besar ini, selalu merupakan kombinasi antara sifat toreh dengan susunan
tulang daun yang bersangkutan, hingga dapat dibedakan daun-daun dengan tepi sebagai berikut: