Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 4

Patogenesis Pneumonia

Paru – paru memiliki mekanisme pertahanan yang cukup kompleks dan bertahap.
Mekanisme pertahanan paru yang sudah diketahui hingga kini, antara lain:1-4

a. Mekanisme pembersihan di saluran napas penghantar


Reepitelisasi saluran napas, flora normal, faktor humoral lokal (IgG dan IgA), sistem
transport mukosilier, refleks bersin dan batuk, aliran lendir.
b. Mekanisme pembersihan di bagian pergantian udara pernapasan
Adanya surfaktan, imunitas humoral lokal IgG, makrofag alveolar dan mediator
inflamasi.
c. Mekanisme pembersihan di saluran udara subglotik
Terdiri dari anatomik, mekanik, humoral, dan seluler. Merupakan pertahanan utama dari
benda asing di orofaring, seperti adanya penutupan dan reflek batuk.

Pneumonia disebabkan oleh adanya proliferasi dari mikroorganisme patogen pada tingkat
alveolar dan bagaimana respon individu terhadap patogen yang berproliferasi tersebut. Hal ini
erat kaitannya dengan 3 faktor yaitu keadaan individu, utamanya imunitas (humoral dan seluler),
jenis mikroorganisme pathogen yang menyerang pasien, dan lingkungan sekitar yang
berinteraksi satu sama lain. Ketiga faktor tersebut akan menentukan klasifikasi dan bentuk
manifestasi dari pneumonia, berat ringannya penyakit, diagnosis empirik, rencana terapi secara
empiris, serta prognosis dari pasien.1,2

Mikroorganisme menyerang traktus respiratorius paling banyak adalah melalui aspirasi


sekret orofaringeal. Aspirasi terjadi sering pada saat tidur, terutama pada lansia, dan pada pasien
dengan tingkat kesadaran yang menurun. Beberapa patogen menyerang melalui inhalasi dalam
bentuk droplet, misal Streptococcus pneumoniae. Pada kasus yang jarang, pneumonia
disebabkan penyebaran infeksi via hematogen, misal tricuspidal endocarditis atau melalui
penyebaran infeksi yang meluas dari infeksi pleura atau infeksi rongga mediastinum.1-3

Patogenenesis pneumonia secara skematis dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:
Gambar 1. Patogenesis Pneumonia

Bakteri yang masuk ke alveoli menyebabkan reaksi radang, sehingga timbulah edema di
seluruh alveoli, infiltrasi sel-sel PMN (polimorfonuclear), dan diapedesis eritrosit. Sel-sel PMN
mendesak bakteri ke permukaan alveoli. Dengan bantuan lekosit yang lain melalui psedopodosis
sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian di fagosit. Terdapat 4 zona pada daerah
reaksi inflamasi, antara lain:3,4

1. Zona luar: alveoli yang terisi bakteri dan cairan edema.


2. Zona permulaan konsolidasi: terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah.
3. Zona konsolidasi luar: daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN
yang banyak.
4. Zona resolusi: daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati, lekosit
dan alveolar makrofag.

Sehingga, terlihat adanya 2 gambaran, yaitu:3,4

1. Red hepatization: daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan


2. Gray hepatization: daerah konsolidasi yang luas

Ketika masuk ke dalam alveoli, bakteri melakukan perjalanan diantara ruang antar sel
dan juga diantara alveoli. Dengan adanya hal tersebut, sistem imun melakukan respon dengan
cara mengirim sel darah putih untuk melindungi paru-paru. Sel darah putih (neutrofil) kemudian
menelan dan membunuh organisme tersebut serta mengeluarkan sitokin yang merupakan hasil
dari aktivitas sistem imun itu. Hal ini yang mengakibatkan terjadinya demam, rasa dingin
(menggigil), lemah yang merupakan gejala umum dari pneumonia yang disebabkan oleh bakteri
ataupun jamur. Neutrofil, bakteri, dan cairan mempengaruhi keadaan sekitarnya dan juga
mempengaruhi transportasi O2.3,4

Perjalanan bakteri dari paru-paru ke dalam peredaran darah mengakibatkan penyakit yang
serius seperti sepsis, yaitu suatu keadaan tekanan darah rendah yang kemudian mempengaruhi
sistem faal otak, ginjal, dan jantung.1-4
Referensi:

1. Fleisher GR, Ludwig S. Textbook of pediatric emergency medicine. 6th ed. Philadelphia:
Wolters Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins Health; 2010.
2. Elena P, Otavio TR, Anthoni T. Community-acquired pneumonia. The Lancet. August
2015;386(9998):1097–108.
3. Ranganathan SC, Sonnappa S. Pneumonia and other respiratory infections. Pediatric
Clinics of North America. February 2009;56(1):135–56.
4. PDPI. Pneumonia komuniti: pedoman diagnosis & penatalaksanaan di indonesia. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2003.

You might also like