Professional Documents
Culture Documents
KD 3 Selese Ihiq
KD 3 Selese Ihiq
TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan identifikasi beberapa senyawa organik berdasarkan sifat-sifat
kimiawi senyawa yang dimiliki.
V. HASIL PENGAMATAN
1. Identifikasi Aldehid Alifatis
HASIL
NO PERLAKUAN
Sebelum Sesudah
1. Pereaksi Schiff
a. Tabung I
5 Tetes Formalin + 3 Tetes Tidak
Pereaksi Schiff, dikocok Keunguan
berwarna
b. Tabung II
Tetes Glukosa + 3 Tetes Pereaksi Tidak
Schiff, dikocok berwarna Kekuningan
2. Pereaksi Tollens
10 Tetes Formalin + 5 Tetes Terdapat
Tidak
Tollens A dikocok, lalu dipanaskan lapisan cermin
berwarna
perak
3. Pereaksi Fehling
10 Tetes Formalin+ 5 Tetes Fehling Kehijauan,
A + 5 Tetes Fehling B, dikocok, sedikit
Biru muda
lalu dipanaskan endapan
kuning
4. Pereaksi Benedict
a. Tabung I Biru muda,
5 Tetes Formalin + 5 Tetes Biru muda endapan coklat
Benedict, dikocok, lalu dipanaskan
b. Tabung II
5 Tetes Formalin + 10 Tetes Biru tua,
Biru tua
Benedict, dikocok lalu dipanaskan endapan coklat
VI. PEMBAHASAN
1. Identifikasi Aldehid Alifatis
Pada identifikasi aldehid alifatis, dilakukan empat macam uji atau tes
dengan hasil sebagai berikut:
a. Tes Schiff
Pada tes Schiff dilakukan dengan dua reaktan yang berbeda yaitu
formalin dan glukosa. Percobaan dilakukan dengan menyiapkan dua
tabung reaksi, pada tabung 1 diisi dengan 5 tetes glukosa dan tabung
2 diisi dengan 5 tetes formalin. Masing-masing tabung ditambahkan
dengan 3 tetes pereaksi Schiff kemudian dikocok.
Hasil tes Schiff pada tabung 1 yang berisi larutan formalin tidak
berwarna setelah ditambah dengan pereaksi Schiff berubah menjadi
ungu. Sedangkan pada tabung dua yang berisi glukosa tidak berwarna
setelah ditambah pereaksi Schif menjadi bening kekuningan. Hal ini
menunjukkan bahwa pada glukosa tidak terdapat gugus aldehid
alifatis, sedangkan pada formalin terdapap gugus aldehid alifatis.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
O O SO3 H Cl
H C H + H S N C N H
H
O H
H O Cl
H 3C C S C N
OH O
b. Tes Tollens
Pada tes Tollens dilakukan dengan memasukkan 10 tetes formalin ke
dalam sebuah tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan 5 tetes
Tollens A. Kemudian dilakuka pengocokan yang berfungsi untuk
menimbulkan tumbukan antar partikel yang dapat mempercepat
terjadinya reaksi antara formalin dengan pereaksi Tollens. Larutan
yang telah dikocok dipanaskan. Pemanasan berfungsi untuk
mempercepat reaksi (mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai energi aktivasi). Hasil yang diperoleh dari tes tollens yaitu
terjadi perubahan warna yang semula tidak berwarna menjadi
terbentuk lapisan cermin perak di permukaan dinding tabung. Dalam
reaksi ini terjadi oksidasi aldehid sehingga terbentuk gugus karboksil
(COO-) dan reduksi ion Ag+ yang terkandung dalam pereaksi Tollens
menjadi logam perak. Reaksinya:
H C O
+ Ag(NH3)OH H-COONH4 + Ag + H2O
H
c. Tes Fehling
Pada tes fehling digunakan larutan formalin sebanyak 10 tetes yang
dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan
pereaksi Fehling A dan Fehling B masing-masing sebanyak 5 tetes.
Lalu dipanaskan, maka akan terjadi perubahan warna dari yang
semula berwarna biru muda menjadi kehijauan dengan sedikit
endapan kuning. Perubahan warna terjadi karena senyawa aldehid
dioksidasi menjadi asam karboksilat dan pereaksi Fehling tereduksi
menjadi endapan Cu2O berwarna coklat. Reaksi yang terjadi adalah:
H2CO + Cu2+ + NaOH H-COONa + Cu2O + 2H+
d. Tes Benedict
Pada tes Benedict digunakan dua tabung reaksi, tabung 1 diisi dengan
5 tetes larutan ditambah dengan 5 tetes pereaksi Benedict kemudian
dipanaskan. Maka diperoleh hasil yang semula warna biru muda
menjadi biru muda dengan endapan coklat. Akibat dari pemanasan,
senyawa aldehid teroksidasi menjadi asam karboksilat, sedangkan
pereaksi Benedict akan mengalami reduksi Cu2O yang mengendap
pada bagian bawah tabung reaksi. Pada tabung reaksi 2 dicampurkan 5
tetes larutan formalin dengan 10 tetes pereaksi Benedict dengan warna
larutan biru tua lalu dipanaskan, warna larutan berubah menjadi biru
tua dan ada endapan coklat. Hal ini disebabkan pereaksi berlebih
Cu2O cenderung menjadi senyawa kompleks karena adanya ion OH-
berlebih. Tes ini juga membuktikan bahwa pada larutan formalin
terdapat gugus aldehida. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
H
2. Identifikasi Keton Alifatis
Salah satu uji yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi gugus
keton alifatis adalah tes Rothera. Uji ini dilakukan dengan menyiapkan dua
tabung reaksi. Pada tabung 1 diisi dengan 5 tetes larutan formalin yang
kemudian dicampur dengan 5 tetes natrium-Nitroprussid, 5 tetes
ammonium klorida dan 5 tetes ammonia, setelah itu campuran didiamkan
selama beberapa saat. Langkah serupa juga dilakukan pada tabung 2, yaitu
mencampurkan 5 tetes larutan aseton dengan 5 tetes natrium-Nitroprussid,
5 tetes ammonium klorida dan 5 tetes ammonia, kemudian didiamkan
beberapa saat. Hal ini dilakukan agar larutan yang bercampur dapat
menjadi stabil. Hasil yang didapatkan yaitu terjadi perubahan warna dari
putih kebiruan menjadi ungu pada tabung 2, tetapi tidak terjadi perubahan
pada tabung 1. Perubahan warna menjadi ungu pada tabung 2 karena
terbentuk senyawa kompleks. Hal ini dikarenakan adanya donor e- dari
atom pusat yaitu Fe, dan yang berperan menjadi ligan adalah aseton.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
CH 3
CH 3 O
+
+
Asam dehidroaskorbat Leukometilen blue
b. Uji Fehling
Dalam percobaan ini, disiapkan dua tabung reaksi. Pada tabung 1
dicampurkan 6 tetes Vitamin C dengan Fehling A dan Fehling B
masing-masing 3 tetes, kemudian dipanaskan. Sedangkan pada tabung
2 dicampurkan 10 tetes Vitamin C dengan Fehling A dan Fehling B
masing-masing 6 tetes, kemudian dipanaskan.
Hasil yang didapatkan yaitu terdapat perubahan warna dari hijau muda
menjadi hijau keruh dan timbul sedikit endapan kuning pada tabung
1, sedangkan pada tabung 2 terdapat perubahan warna dari hijau tua
menjadi hijau keruh dan timbul endapan warna kuning. Seperti yang
terjadi pada uji Fehling dalam identifikasi aldehid, maka ion Cu2+
yang terdapat dalam peraksi Fehling tereduksi oleh agen pereduksi
Vitamin C menjadi Cu2O.
Warna hijau keruh pada tabung 2 lebih pekat dan lebih banyak
terbentuk endapan dibandingkan tabung 1. Hal ini disebabkan
semakin banyak pereaksi yang diberikan, semakin cepat reaksi
berjalan. Berikut reaksi yang terjadi:
+ Cu2+ + H2O
+ Cu2O
+ 2H+
c. Uji Benedict
Dalam percobaan ini, disiapkan dua tabung reaksi.Pada tabung 1
dicampurkan 5 tetes Vitamin C dengan 5 tetes Benedict, kemudian
dipanaskan.Sedangkan pada tabung 2 dicampurkan 2 tetes Vitamin C
dengan 7 tetes Benedict, kemudian dipanaskan.
Hasil yang didapatkan yaitu terdapat perubahan warna dari hijau muda
menjadi hijau kekuningan dan timbul endapan merah bata pada tabung
1, sedangkan pada tabung 2 terdapat perubahan warna dari hijau muda
menjadi hijau dengan endapan merah bata. Seperti yang terjadi pada
uji Benedict dalam identifikasi aldehid, maka ion Cu2+ yang terdapat
dalam peraksi Benedict tereduksi oleh agen pereduksi Vitamin C
menjadi Cu2O.
Berikut reaksi yang terjadi:
+ Cu2O + 2H+
VII. KESIMPULAN
Senyawa dapat dikelompokan berdasarkan gugus fungsinya, diantaranya
alkohol (memiliki gugus hidroksil), eter, aldehid, keton (memiliki gugus
karbonil), asam karboksilat (memiliki gugus karboksil), amina dan ester.
Senyawa dengan gugus fungsi tertentu reaktif terhadap reaksi tertentu.
Senyawa aldehid reaktif dengan pereaksi Schiff, Tollens, Benedict dan
Fehling. Keton bereaksi dengan Natrium-nitroprusid, amonium klorida,
dan amonia sesuai dengan uji Rothera.Senyawa alkohol dan karboksilat
bereaksi membentuk ester melalui reaksi esterifikasi. Gliserol dapat
membentuk persenyawaan Cu-kompleks dengan CuSO4 dan NaOH karena
melarutkan endapan Cu(OH)2. Garam dari asam lemak dapat diidentifikasi
dengan hidrolisa sabun dan pembentukan endapan garam-garam Ca dan
Pb. Vitamin C bersifat sebagai agen pereduksi, dengan dapat melunturkan
zat warna metilen blue, dan mereduksi pereaksi Fehling dan Benedict
sehingga terbentuk endapan.
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dalam
mengidentifikasi senyawa organik dapat dilakukan melalui beberapa
pengujian yaitu Tes Schiff, Tes Fehling, Tes Benedict, Tes Tollens dan
Tes Rothera. Pada masing-masing tes diperlukan pereaksi yang berbeda.
Salah satu sifat senyawa organik adalah reaksinya berjalan antar molekul
sehingga reaksinya lambat, karena itu dalam beberapa tes kami melakukan
pemanasan terhadap campuran zat organik dan pereaksinya.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
1. Prof. Dr. Sri Atun. 2013. Modul 5. Kimia Organik. Fakultas MIPA
Universitas Islam Malang, Malang.
2. Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti. Jilid 1. Edisi
Ketiga. Erlangga, Jakarta.
3. Winarto D. Ilmu Kimia. Yogyakarta : ilmukimia.org [ diakses pada 29
September 2017 : 19.02] ; 2012
4. Wardiyah. 2016. Kimia Organik. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
5. Respati. 1986. Pengantar Kimia Jilid I. Jakarta: Aksara Baru.
6. Thamrin, Husni, dkk. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Pangan. Poltekkes
kemenkes Padang.: Jurusan Gizi
7. Poedjiadi, Anna,. 2006. Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia
PRESS, Jakarta.
8. Bettelheim, 2005. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. ITB ; Bandung.
9. Syafitri, Windari. Firmansyah, Adang. Hamdani, Syarif. Skrinning Pereaksi
Spot Test Untuk Deteksi Kandungan Formalin Pada Bahan Pangan.
Bandung:Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia. 2012
10. Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama. 2010.
11. Putrianti, Dian Eka. Pemanfaatan Polianilin dan Berbagai Modifikasinya
Dengan H2SO4 Pekat Untuk Uji Formalin. Depok:Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Departemen Kimia. Universitas Indonesia. 2009.
12. Puspita, Fika. Uji Kualitatif Untuk Karbohidat. Purwokerto: Universitas
Jenderal Soedirman. 2013
13. Rahayu, S.S., Bendiyasa I.M., Muhandis & Purwandaru, U. 2005. Hidrolisis
Minyak Sawit : Katalitik dan Non Katalitik. Forum Teknik. 29:182-189
14. Sanjayacopperindo. Apakah Copper Sulfate Itu ?. 2015 Diposting Pada 22
Mei 2015. Diambil Dari : Sanjayacopperindo.Wordpress.Com. Diakses 1
November 2017 (20.05).
15. Widyastari, Rizky. Sintesis NaOH. Jakarta:Program Studi Kima Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 2012
16. Sari, Ratih Kumala. Vitamin dan Mineral. Surabaya:Universitas
Airlangga.2011
17. Hamdaoui, O., and Chiha, M., 2006, Removal Of Methylene Blue From
Aqueous Solution By Wheat Bran, Acta Chimica Slovenia, 54(2), 407-418.
18. Nilna Minah, Faidliyah. Potensi Ganyong (Canna Edulis Kerr) dari Malang
Selatan sebagai Bahan Baku Bioethanol dengan Proses Hidrolisa Asam.
Malang : Dosen Teknik Kimia FTI ITN.2012
19. Wati, Wahyu Irna. Guntarti, Any. Penetepan Kadar Asam Benzoat Dalam Be
berapa Merk Dagang Minuman Ringan Secara Spektrofotometri Ultravolet.
Yogyakarta:Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan. 2012
20. Keenan and Kleinfelter, Wood, 1980, Kimia Universitas, Jakarta:Erlangga.
21. Qisti, R. Sifat Kimia Sabun Transparan Dengan Penambahan Madu Pada
Konsetrasi Yang Berbeda. Bogor:Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor. 2009
22. Rina Anugrah, Mira Andam Dewi, Agung Subekti. Analisis kandungan \
fenolftalein pada jamu pelangsing. Cimahi: Universitas Jenderal Achmad
Yani.2016
23. Lubis, Ardian. Laporan Praktikum Kimia Fisik Volum Molal Parsial. Jember:
Universitas Jember.2014
24. Anjar Triyani P., Dwi Ishartani, Dimas Rahadian A.M. Kajian Karakteristik
Fisikokimia Tepung Labu Kuning (Cucurbita Moschata) Termodifikasi
dengan Variasi Lama Perendaman Dan Konsentrasi Asam Asetat. 2013
25. Hisham. Kegunaan Kalsium Klorida dalam Kehidupan. Dipost pada 30
April 2017. Diambil dari: hisham.id. diakses tanggal 2 November 2017
(14.34).
26. Pradyot, Patnaik. Handbook of Inorganic Chemicals. The McGraw-Hill
Companies, Inc. ISBN 0-07-049439-8 ; 2003
27. Nugraheni, Enri. Efektivitas Penggunaan Jenis Asam Dalam Proses Ekstraksi
Pigmen Antosianin Kulit Manggis (Garcinia Mangostana L.) Dengan
Penambahan Aseton 60%. Surakarta:Universitas Negeri Surakarta.2010
28. Cahya Setiawan dan M. Nashirudin Hasan. Prarancangan Pabrik
Ammonium Klorida dari Ammonium Sulfat dan Natrium Klorida
Kapasitas 32.000 Ton/Tahun. Yogyakarta:Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Gadjah Mada. 2013
29. Suparno. Penentuan Kadar Amonia Di Perairan Teluk Lampung Dengan
Spektrofotometer Uv-Vis. Bandar Lampung:Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Lampung. 2016
30. Nair, I. C. et al (2008). Biodegradation of Phenol. African Journal of
Biotechnology. Vol. 7, (25). Dalam jurnal
http://erepo.unud.ac.id/11136/3/211018634dd5e222455b501e45ed49ce.pdf
JAWABAN SOAL
b.
H
D. Tes Benedict
1. Reaksi dari percobaan :
R – C = O + 2Cu2+ + H2O to C R-COOH + Cu2O + 2H+
H
2. Pereaksi Benedict berisi kuprisulfat, Na-karbonat, dan Na-sitrat.
Setelah dilakukan pemanasan warna reaksi berubah warna menjadi
hijau keruh dan terjadi oksidasi dari aldehid menjadi asam karboksilat.
Benedict mengalami reduksi menjadi Cu2O dan mengendap di bagian
bawah tabung reaksi.
E. Tes Rothera
Jelaskan dengan percobaan apa asetaldehid dapat dibedakan dengan
propanon!
Jawab:
Asetaldehid dan propanon dapat dibedakan menggunakan tes rothera, tes
benedict, tes Fehling, dan tes Tollens. Pada tes benedict, Fehling dan
Tollens hanya asetaldehid yang akan menghasilkan perubahan karena
asetaldehid memiliki sifat yang lebih reaktif dan lebih mudah teroksidasi
jika dibandingkan dengan propanon.
F. Gliserol (Cu-Kompleks)
Mengapa tidak terjadi endapan biru dari Cu-hidroksida?Jelaskan dengan
singkat.
Jawab:
Dalam percobaan ini Cu tidak berikatan dengan OH melainkan Cu
membentuk ion kompleks bersama C3H5O3 dan Na. Hal ini dikarenakan
ion kompleks tersebut lebih stabil apabila dibandingkan dengan Cu(OH)2.
G. Garam dari Asam Lemak
Hidrolisa Sabun
1. Tuliskan reaksi – reaksi dari percobaan yang dilakukan.
Jawab: C17H35COOK + H2O C17H35COOH + KOH
2. Jelaskan mengapa timbul warna merah?
Indikator PP dalam alkohol memiliki rentang pH 8,3-10. Hal ini berarti
pada larutan yang pH-nya < 8,3 maka indikator PP dalam alkohol akan
tidak berwarna atau tidak mengubah warna larutan. Sedangkan pada pH
sekitar 10, maka indikator PPakan berubah warna menjadi warna merah
keunguan.Bahan dasar pembuatan sabun cair adalah minyak atau lemak
dan basa KOH. Karena dalam sabun terdapat KOH yang merupakan basa
dan memiliki pH sekitar 10, maka penambahan indikator PP dalam
alkohol ke dalam larutan sabun akan mengubah warna larutan sabun
menjadi warna merah keunguan. Pada pH 8 ke bawah, struktur fenolftalein
dapat disingkat H2P. Dalam rentangan pH 8 – 10, proton-proton asam akan
diambil oleh ion OH- dari NaOH, sehingga memberikan ion P2- yang
berwarna merah muda.
Garam-garam Ca dan Pb dari Asam-asam Lemak Suku Tinggi
1. Tulis reaksi dari apa yang saudara kerjakan!
2. Tulis reaksi jika sabun yang digunakan adalah potassium oleat atau
sodium oleat!
- Fehling B
KNaC4H4O6.4H2O = 176 g
NaOH murni = 77 g
Aquadest = 500 ml