Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 39

I.

TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan identifikasi beberapa senyawa organik berdasarkan sifat-sifat
kimiawi senyawa yang dimiliki.

II. DASAR TEORI / TINJAUAN PUSTAKA


1. Senyawa Organik
Kimia organik adalah studi ilmiah mengenai struktur, sifat, komposisi,
reaksi, dan sintesis senyawa organik. Senyawa organik dibangun oleh
karbon dan hidrogen,dan dapat mengandung unsur-unsur lain seperti
nitrogen, oksigen, fosfor, dan belerang. Senyawa organik adalah senyawa
kimia yang molekulnya mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat, dan
oksida karbon. Beberapa senyawa organik seperti karbohidrat, protein, dan
lemak merupakan komponen penting dalam biokimia. Senyawa organik
dibangun terutama oleh karbon dan hidrogen, dan dapat mengandung unsur-
unsur lain seperti nitrogen, oksigen, fosfor, halogen dan belerang. Sebutan
kimia organik ini berasal dari kesalah pahaman bahwa semua senyawa
organik pasti berasal dari organisme hidup, namun telah dibuktikan bahwa
ada beberapa perkecualian. Bahkan sebenarnya, kehidupan juga sangat
bergantung pada kimia anorganik; sebagai contoh, banyak enzim yang
mendasarkan kerjanya pada logam transisi seperti besi dan tembaga, juga
gigi dan tulang yang komposisinya merupakan campuran dari senyawa
organik maupun anorganik. [1]
2. Klasifikasi Senyawa Organik dan Penjelasan
Penggolongan senyawa organik didasarkan pada jenis gugus fungsi
yang dimiliki oleh suatu senyawa.Gugus fungsi adalah sekelompok atom
yang menyebabkan perilaku kimia molekul induk. Semua senyawa organik
merupakan turunan dari golongan senyawa yang dikenal sebagai
hidrokarbon, sebab senyawa tersebut terbuat hanya dari hydrogen dan
karbon. Berdasarkan strukturnya, hidrokarbon dibagi menjadi dua golongan
utama, yaitu terbuka dan tertutup. Hidrokarbonalifatik tidak mengandung
gugus benzena, atau cincin benzena, sedangkan hidrokarbon aromatik
mengandung satu atau lebih cincin benzena.[2] Adapun penjelasannya adalah
sebagai berikut: [3]
1. Senyawa Rantai Terbuka
Senyawa ini mengandung sistem rantai terbuka dari atom
karbon. Rantai berupa rantai lurus tidak bercabang atau rantai
bercabang. Senyawa rantai terbuka juga disebut senyawa alifatik.
2. Senyawa Rantai Tertutup
Senyawa ini mengandung satu atau lebih rantai tertutup dan
dikenal sebagai senyawa siklik atau cincin. Senyawa rantai terbuka
dibagi menjadi: [3]
a. Homosiklik
-Alisiklik
Sebuah cincin beranggota tiga atau lebih atom karbon
menyerupai senyawa alifatik seperti dalam senyawa
homosiklik disebut senyawa alisiklik.
-Aromatik
Senyawa ini mengandung cincin benzene yaitu sebuah
cincin dari enam karbon dengan ikatan ganda dan tunggal
yang berselang-seling. Disebut senyawa aromatik karena
kebanyakan memiliki bau harum.
b. Heterosiklik
Ketika lebih dari satu jenis atom berada dalam satu senyawa
cincin, dikenal sebagai senyawa heterosiklik. Dalam senyawa ini
umumnya satu atau lebih atom unsur seperti Nitrogen, Oksigen
dan Sulfur ada dalam cincin.
Penggolongan senyawa organik juga didasarkan pada jenis gugus
fungsi yang dimiliki oleh suatu senyawa. Gugus fungsi akan menentukan
kereaktifan kimia dalam molekul.
-Hidrokarbon : terdiri dari ikatan karbon (C) dan hidrogen (H)
a. Jenuh : Alkana (ikatan tunggal)
b. Tak Jenuh : Alkena (ikatan rangkap), Alkuna (ikatan rangkap 3)
-Haloalkana : mengandung halogen (F, Cl, Br, I)
-Alkohol : mengandung gugus hidroksil (-OH)
-Eter : mengandung gugus alkoksil (-OR)
-Keton : mengandung gugus karbonil (-C=O)
-Aldehid : mengandung gugus aldehid (-CHO)
-Asam Karboksilat : mengandung gugus karboksilat (-COOH)
-Ester : mengandung gugus ester (-COOR’)
-Amina : mengandung gugus amino (-NH2)

3. Identifikasi Senyawa Organik


A. Aldehida
Aldehid adalah senyawa organik dengan gugus fungsi karbonil (-C=O)
pada ujung rantai. Penamaan untuk aldehid disesuaikan dengan alkana
dimana akhiran –a diganti dengan –al. Karena gugus fungsi aldehid terletak
pada karbon ujung makagugus aldehid dianggap karbon 1. Aldehid yang
paling sederhana adalah formaldehida (H 2C=O) atau metanal
yangmempunyai nama dagang formalin. Formaldehida banyak digunakan
sebagai bahan pengawet karena formaldehida mempunyai kemampuan
untuk membunuh bakteri. Karenasifatnya bakterisid ini maka formaldehid
banyak disalahgunakan sebagai pengawet makanan dalam baso, tahu, dan
lain-lain. Formaldehid juga digunakan dalam industri kayu lapis atau triplek
karena formaldehid merupakan bahan baku pembuatan resin untuk lem
permanen. [4]
B. Ester
Ester merupakan senyawa yang mempunyai bau khas yang digunakan
sebagai pemberi aroma pada makanan atau parfum. Ester tidak mampu
membentuk ikatan hidrogen antar molekulnya sehingga titik didih dan titik
leleh ester rendah dibandingkan asam karboksilat padanannya. Reaksi yang
dapat terjadi pada ester adalah hidrolisis, transesterifikasi dan reaksi dengan
reagensia grignard. Ester dibuat dengan reaksiesterifikasi dari asam
karboksilat dengan alkohol.
Ester bersuku rendah berwujud cair encer, ester bersuku tengah berwujud
cair kental, ester bersuku tinggi berwujud padat. Ester tidak mampu
membentuk ikatan hidrogen antar molekulnya sehingga titik didih dan titik
leleh ester rendah dibandingkan asam karboksilat padanannya. [4]
C. Keton
Keton adalah suatu senyawa organik dengan gugus fungsi keto, yaitu
gugus karbonil terletak bukan pada karbon ujung. [4]
Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus
karbonil terikat pada dua gugus alkil, dua gugus alkil, atau sebuah alkil.
Keton juga dapat dikatakan senyawa organik yang karbon karbonilnya
dihubungkan dengan dua karbon lainnya. Keton tidak mengandung atom
hidrogen yangterikat pada gugus karbonil. Pengantar Kimia Organik dan
Hayati. Bandung; penerbit ITB).Pembuatan keton ynag paling umum adalah
oksidasi dari alkohol sekunder. Hampir semua oksidator dapat dipakai.
Pereaksi yang khas antara lain kromium oksida (CrO3), phiridinium khlor
kromat, natrium bikromat (Na2Cr2O7) dan kalium permanganat
(KMnO4). [5]
D. Senyawa benzene
Bila senyawa benzena sebagai induk maka penamaannya dimulai dari
substituennya dan diikuti dengan nama benzena. Tetapi bila cincin benzen
terikat pada rantai alkana yang memiliki suatu gugus fungsi atau pada suatu
rantai alkana yang terdiri dari 7 atom ataulebih, maka benzen dianggap
sebagai substituen dengan nama fenil. [4]
E. Asam karboksilat
Asam karboksilat adalah senyawa organik dengan gugus karboksil.
Gugus ini mengandung gugus karbonil dan gugus hidroksil. Senyawa
karboksilat cukup penting sebagaibahan dasar sintesis golongan senyawa
lain seperti ester, klorida asam, amida, anhidrida asam, dan nitril. Senyawa-
senyawa ini disebut sebagai derivat atau turunan asam karboksilat yaitu
suatu senyawa yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan asam
karboksilat. [4]
F. Asam askorbat
Vitamin C atau asam askorbat merupakan senyawa organik derivat
heksosa yang mempunyai berat molekul 178 dengan rumus molekul
C6H8O6, titik cairnya 190-192 0C, bersifat larut dalam air, sedikit larut
dalam asetone dan alcohol yang mempunyai berat molekul rendah, dengan
logam akan membentuk garam, mudah teroksidasi dalam keadaan larutan
terutama pada kondisi basa, katalisator Fe dan Cu, enzim askorbat oksidase,
sinar serta suhu tinggi, peka terhadap panas, stabil dalam kondisi asam (pH
rendah) dan kondisi kristal kering terbentuk kristal warna putih, reduktor
kuat, rasanya masam, mudah teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat
tetapi mudah tereduksi menjadi asam askorbat kembali dan tidak berbau. [6]
G. Gliserol
Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon.
Jadi tiap karbon mempunyai gugus –OH. Gliserol yang diperoleh dari hasil
penyabunan lemak atau minyak adalah suatu zat cair yang tidak berwarna
dan mempunyai rasa yang agak manis, larut dalam air dan tidak larut dalam
eter. [7]
H. Fenol
Fenol berbentuk solid, berbau aromatik dan tajam, tidak berwarna.
Memiliki titik didih 182°C dan titik leleh 42°C. Fenol berfungsi sebagai zat
antiseptik, zat disinfektan, Pembuatan pewarna, resin. Sifat kimia yang
paling penting dari fenol adalah bahwa tidak seperti alkohol, mereka bersifat
asam. Fenol memiliki nilai Ka sekitar 10-10 (pKa = 10), yang membuat
mereka asam lemah, jauh lebih kuat dari air tetapi jauh lebih lemah dari
asam karboksilat (pKa sekitar 5). [8]
4. Analisa Bahan
a. Formalin
Formalin (formol) adalah formaldehid yang dilarutkan dalam air,
tidak berwarna dengan kadar 37-40 %. Formalin biasanya mengandung
metanol 10-15%, yang berfungsi sebagai stabilisator untuk mencegah
polimerisasi formaldehid menjadi para formaldehid yang bersifat sangat
beracun. [9]
b. Glukosa
Glukosa, dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur, terdapat luas di
alam dalam jumlah sedikit, yaitu di dalam sayur, buah, sirup jagung, sari
pohon, dan bersamaan dengan fruktosa dalam madu. Glukosa merupakan
hasil akhir pencernaan pati, sukrosa, maltosa, dan laktosa pada hewan
dan manusia. Dalam proses metabolisme, glukosa merupakan bentuk
karbohidrat yang beredar di dalam tubuh dan di dalam sel merupakan
sumber energi. [10]
c. Pereaksi Schiff
Pereaksi Schiff merupakan pereaksi yang relatif paling memuaskan
dengan selektivitas dan sensitivitas pereaksi hingga10 ppm. [9]
d. Pereaksi Tollens
Pereaksi tollens adalah larutan perak nitrat dalam amonia. Pereaksi
ini dibuat dengan cara menetesi larutan perak nitrat dengan larutan
amonia sedikit demi sedikit hingga endapan yang mula-mula terbentuk
larut kembali. Pereaksi Tollens dapat dianggap sebagailarutan perak
oksida (Ag2O). Aldehida dapat mereduksi pereaksi Tollens sehingga
[11]
membebaskan unsur perak (Ag).
e. Pereaksi Fehling
Perekasi Fehling adalah oksidator lemah yang merupakan pereaksi
khusus untuk mengenali aldehida. Pereaksi Fehling terdiri dari dua
bagian, yaitu Fehling A dan Fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO4,
sedangkan Fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium
natrium tartrat. Pereksi Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua
larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua.
Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks.
Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO. Dalam pereaksi
ini ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan
[12]
diendapkan sebagai Cu2O.
f. Pereaksi Benedict
Reagen Benedict adalah reagen kimia yang biasa digunakan untuk
mendeteksi adanya gula pereduksi, tapi bahan pereduksi lainnya juga
dapat memberikan hasil positif. Gula pereduksi mencakup monosakarida
dan beberapa disakarida, termasuk laktosa dan maltosa. Larutan Benedict
dapat digunakan untuk menguji adanya glukosa dalam urine. Beberapa
gula seperti glukosa disebut gula pereduksi karena mereka mampu
mentransfer hidrogen (elektron) ke senyawa lain, proses yang disebut
reduksi. Ketika gula pereduksi dicampur dengan reagen benedicts dan
dipanaskan maka akan menyebabkan reagen benedicts berubah warna.
Warna ini bervariasi dari hijau sampai merah bata, tergantung pada
jumlah dan jenis gula.
g. Gliserol
Gliserol merupakan senyawa kimia yang banyak digunakan pada
industri farmasi dan kosmetik. Pembuatan gliserol dapat dilakukan
dengan beberapa metode diantaranya melalui reaksi transesterifikasi,
[13]
saponifikasi dan hidrolisis minyak.
h. Kuprisulfat
Kupri Sulfat Tembaga(II) sulfat, juga dikenal dengan cupri sulfat,
adalah sebuah senyawa kimia dengan rumus molekul CuSO4. Senyawa
garam ini eksis di bumi dengan kederajatan hidrasi yang berbeda-beda.
Bentuk anhidratnya berbentuk bubuk hijau pucat atau abu-abu putih,
sedangkan bentuk pentahidratnya (CuSO4·5H2O), berwarna biru terang.
Tembaga(II) sulfat diproduksi dalam skala besar dengan cara
mencampurkan logam tembaga dengan asam sulfat panas atau oksidanya
dengan asam sulfat. Untuk penggunaan di laboratorium, tembaga (II)
sulfat biasanya dibeli (tidak dibuat manual). Bentuk anhidratnya
ditemukan dalam bentuk mineral langka yang disebut kalkosianit.
Tembaga sulfat terhidrasi eksis di alam dalam bentuk kalkantit
(pentahidrat) dan 2 mineral lain yang lebih langka: bonatit (trihidrat)
[14]
dan bootit (heptahidrat).
i. NaOH
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau
sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium
Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam
air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika
dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan
digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas,
tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa
[15]
yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.
j. Vitamin C
Vitamin C atau asam askorbat merupakan vitamin yang larut dalam
air. Vitamin C bekerja sebagai suatu koenzim dan pada keadaan tertentu
merupakan reduktor dan antioksidan. Vitamin ini dapat secara langsung
atau tidak langsung memberikan elektron ke enzim yang membutuhkan
ion-ion logam tereduksi dan bekerja sebagai kofaktor untuk prolil dan
lisil hidroksilase dalam biosintesis kolagen. Zat ini berbentuk kristal dan
[16]
bubuk putih kekuningan, stabil pada keadaan kering.
k. Metilen Biru
Metilen biru dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan jika
tertelan, menimbulkan sianosis jika terhirup, dan iritasi pada kulit jika
tersentuh oleh kulit. Berdasarkan bahaya yang ditimbulkan maka metilen
[17]
biru yang diperbolehkan di lingkungan relatif rendah.
l. Asam Sulfat
Beberapa asam yang umum digunakan untuk hidrolisis asam antara
lain adalah asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat merupakan asam yang
paling banyak diteliti dan dimanfaatkan untuk hidrolisis asam, baik pekat
[18]
maupun encer. Asam sulfat juga biasa digunakan sebagai katalisator.
m. Asam Benzoat
Asam benzoat merupakan salah satu pengawet sintetik yang bekerja
efektif pada pH 2,5-4,0 sehingga banyak digunakan pada makanan atau
[19]
minuman yang bersifat asam.
n. Etanol
Komponen aktif dari bir, anggur dan wisky. Dihasilkan dari peragian
[20]
karbohidrat.
o. Sabun
Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan
mengemulsi, terdiri dari dua komponen utama yaitu asam lemak dengan
rantai karbon C16 dan sodium atau potasium. Sabun merupakan
pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara kalium atau natrium
dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun yang
dibuat dengan NaOH dikenal dengan sabun keras (hard soap), sedangkan
sabun yang dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun lunak (soft soap).
Sabun dibuat dengan dua cara yaitu proses saponifikasi dan proses
netralisasi minyak. Proses saponifikasi minyak akan memperoleh produk
sampingan yaitu gliserol, sedangkan proses netralisasi tidak akan
memperoleh gliserol. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara
trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena
[21]
reaksi asam lemak bebas dengan alkali.
p. Fenolftalein
Fenolftalein
atau 3,3-Bis (4-hidroksifenil)-1-(3H)-isobenzofuranon merupakan
senyawa kimia yang sering digunakan sebagai indikator dalam titrasi
alkalimetri. Pada abad 20, fenolftalein merupakan obat yang populer
digunakan sebagai pencahar. Pada bulan Agustus 1999, US Food and
Drug Administration (FDA) mengumumkan bahwa fenolftalein
merupakan obat yang secara umum tidak aman dan efektif serta tidak
[22]
dapat digunakan sebagai obat over the counter (OTC).
q. Aquadest
Aquades disebut juga Aqua Purificata (air murni) H2O.Air murni
adalah air yang dimurnikan dari destilasi.Satu molekul air memiliki dua
hidrogen atom kovalen terikat untuk satu oksigen.Aquades merupakan
cairan yang jernih, tidak berwarna dan tidak berbau. Aquades memiliki
berat molekul sebesar 18,0 g/mol dan PH antara 5-7. Rumus kimia dari
aquades yaitu H2O.Aquades ini memiliki allotrop berupa es dan uap.
Aquades merupakan elektrolit lemah. Air dihasilkan dari pengoksidasian
hidrogen dan banyak digunakan sebagai bahan pelarut bagi kebanyakan
[23]
senyawa.
r. Asam Asetat
Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti
air dan etanol dengan sifat kelarutan dan kemudahannya bercampur ini
membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia.Asam asetat
juga biasa digunakan dalam modifikasi bahan makanan yang bertujuan
untuk membuat bahan makanan mempunyai karakteristik yang sesuai
untuk aplikasi tertentu. Modifikasi secara kimia tersebut dilakukan
dengan cara mengganti gugus hidroksil (OH-) pada makanan, yang bisa
[24]
dilakukan dengan asam asetat.
s. Kalsium Klorida
Larutan CaCl2 (kalsium klorida) merupakan senyawa ionik yang
tersusun atas molekul kalsium atau logam alkali tanah serta klorin. CaCl2
tidak memiliki warna, tidak memiliki bau, solusi tak mengandung racun,
dengan ion khalida yang memiliki ciri tersendiri serta padat dalam suhu
ruang.
Kalsium klorida memiliki fungsi diantaranya untuk meleburkan es di
jalanan di waktu musim dingin, bisa menjadikan turunnya titik beku
mesin pendingin, sebagai bahan untuk mengenyalkan serta menjadi bahan
untuk mengawetkan makanan. Kalsium klorida dipakai untuk de-icing
serta menjadi bahan pengering pada industri seperti kaca, baja, serta
semen.Sebagian besar CaCl2 dipakai untuk mengontrol debu di jalanan
pada musim kemarau atau panas serta bisa digunakan sebagai pelebur es
di musim dingin. Dalam mengontrol debu memakai persentase yang
meliputi sejumlah bagi penstabilan dasar jalan. CaCl2 minim korosif akan
[25]
beton dibanding natrium klorida.
t. Pb-Asetat
Timbal (II) asetat (Pb(CH3COO)2), juga dikenal sebagai timbal
asetat, timbal diasetat, asetat plumbous, gula timah, gula timah, garam
Saturnus, atau bubuk Goulard, adalah senyawa kimia kristal putih dengan
rasa manis. Hal ini dilakukan dengan cara mengolah timbal (II) oksida
dengan asam asetat. Seperti senyawa timbal lainnya, ini bersifat racun.
Timbal asetat larut dalam air dan gliserin. Dengan air membentuk
trihidrat, Pb(CH3COO)2.3H2O, zat kristal monoklinik tanpa warna atau
putih.
Timbal (II) asetat juga digunakan sebagai penyamaran dalam
pencetakan dan pencelupan tekstil, seperti pengering pada cat dan pernis,
dan dalam pembuatan senyawa timah lainnya. Itu secara historis
[26]
digunakan sebagai pemanis dan untuk kosmetik.
u. Aseton
Aseton adalah senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan
mudah terbakar. Aseton merupakan keton yang paling sederhana. Dalam
laboratorium, aseton digunakan sebagai pelarut aportik polar dalam
kebanyakan reaksi organik, seperti reaksi SN 2. Oleh karena polaritas
aseton yang me nengah, maka dapat melarutkan berbagai macam
[27]
senyawa.
v. Natrium Nitroprussid
Natrium nitroprusid merupakan jenis vasoilator yaitu obat yang
berfungsi menurunkan tekanan darah. Selain itu, dapat meningkatkan
curah jantung lebih besar dan menenkan resistensi perifer lebih banyak
daripada penggunaan sendiri-sendiri.
w. Ammonium Klorida
Ammonium Klorida (NH4Cl) adalah salah satu bahan kimia yang
cukup banyak digunakan di dalam industri kimia. Ammonium Klorida
digunakan sebagai bahan baku pembuatan batu baterai, pembersih solder
untuk industri elektronika, obat batuk (expectorant), lem triplek, pengeras
salju, pupuk, bahan reduksi nitroparaffin menjadi alkylhydroxylamine,
dan bahan perasa vodka. Kebutuhan Ammonium Klorida di Indonesia
[28]
saat ini sekitar 7590,584 ton/tahun.
x. Ammonia
Amonia adalah senyawa nitrogen anorganik yang bersifat gas dan
cair yang tak berwarna dan memiliki bau yang khas. Amonia merupakan
kontaminan yang terdapat di tanah maupun air limbah yang memiliki
[29]
konsentrasi 5–10 mg/L.
y. Fenol
Fenol (C6H6OH) merupakan senyawa organik yang mempunyai
gugus hidroksil yang terikat pada cincin benzena. Senyawa fenol
memiliki beberapa nama lain seperti asam karbolik, fenat
monohidroksibenzena, asam fenat, asam fenilat, fenil hidroksida,
oksibenzena, benzenol, monofenol, fenil hidrat, fenilat alkohol, dan fenol
[30]
alkohol.

III. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
- Tabung reaksi
- Pipet paseur
- Penjepit
- Pengaduk gelas
- Corong
- Gelas ukur
- Gelas beker
-
2. Bahan
- Formalin - Sabun
- Glukosa - Fenolfltalein
- Pereaksi Schiff - Akuades
- Pereaksi Tollens - Asam Asetat
- Pereaksi Fehling - Kalsium Klorida
- Pereaksi Benedict - Pb-asetat
- Gliserol - Aseton
- Kuprisulfat - Natrium Nitroprussid
- NaOH - Ammonium Klorida
- KHSO4 - Ammonia
- Vitamin C - Asam Salisilat
- Metilen Blue - Fenol
- Asam sulfat - Anilin
- Asam benzoat - Akuabromata
- Etanol

IV. CARA KERJA


1. Identifikasi Aldehid Alifatis
a. Tes Schiff
a) Menyediakan 2 tabung reaksi yang bersih
b) Mengisi tabung pertama dengan 5 tetes formalin dan tabung kedua
dengan 5 tetes glukosa
c) Menambahkan 3 tetes pereaksi Schiff di masing-masing tabung
d) Mengocok masing-masing tabung
e) Mengamati perubahan yang terjadi
b. Tes Tollens
a) Menyiapkan 1 tabung reaksi bersih
b) Mengisi tabung tersebut dengan 10 tetes formalin
c) Meneteskan 5 tetes Tollens A dan 5 tetes Tollens B
d) Mengocok tabung dan mengamati warna sebelum dipanaskan
e) Memanaskan tabung dan mengamati warna setelah dipanaskan
c. Tes Fehling
a) Menyiapkan 1 tabung reaksi bersih
b) Mengisi tabung tersebut dengan 10 tetes formalin
c) Meneteskan 5 tetes Fehling A dan 5 tetes Fehling B
d) Mengocok tabung dan mengamati warna sebelum dipanaskan
e) Memanaskan tabung dan mengamati warna setelah dipanaskan
d. Tes Benedict
a) Menyediakan 2 tabung reaksi yang bersih
b) Mengisi kedua tabung dengan 5 tetes formalin
c) Meneteskan 5 tetes Benedict ke tabung pertama dan 10 tetes
Benedict ke tabung kedua kemudian kocok
d) Mengamati warna sebelum dipanaskan
e) Memanaskan kedua tabung dan amati perubahannya setelah
dipanaskan
2. Identifikasi Keton Alifatis
a. Tes Rothera
a) Menyediakan 2 tabung reaksi yang bersih
b) Mengisi tabung pertama dengan 5 tetes aseton dan tabung kedua
dengan 5 tetes formalin
c) Menambahkan 5 tetes natrium nitroprusid, 5 tetes amonium
klorida, dan 5 tetes amonia di masing masing tabung
d) Mengocok kedua tabung dan mengamati perubahan yang terjadi
3. Identifikasi Ester Alifatis
a) Menyediakan 2 tabung reaksi yang bersih
b) Mengisi tabung pertama dengan 5 tetes asam asetat dan tabung
kedua dengan 5 tetes asam benzoat
c) Menambahkan 5 tetes etanol dan 5 tetes H2SO4 di masing masing
tabung
d) Mengocok dan mengamati bau sebelum dipanaskan
e) Memanaskan kedua tabung dan mengamati perubahan bau yang
terjadi di masing-masing tabung
4. Identifikasi Gliserol
Pembentukan persenyawaan Cu-Kompleks
a) Menyiapkan 1 tabung reaksi
b) Mengisi tabung dengan 5 tetes gliserol
c) Menambahkan 5 tetes kuprisulfat dan 5 tetes NaOH
d) Mengocok dan mengamati perubahan yang terjadi
5. Identifikasi Garam dan Asam Lemak
Terlebih dahulu menyiapkan larutan sabun dengan cara melarutkan sabun
krim dengan akuades
a. Hidrolisa sabun
a) Menyiapkan 1 tabung reaksi yang bersih
b) Mengisi tabung dengan 5 tetes sabun encer
c) Menambahkan 5 tetes fenolftalein dalam alkohol
d) Mengamati perubahan warna sebelum dan sesudah di tetesi
indikator fenolftalein dalam alkohol
b. Garam-garam Ca dan Pb dari asam-asam lemak suku tinggi
a) Menyediakan 2 tabung reaksi yang bersih
b) Mengisi tabung dengan 5 tetes sabun encer ke tabung pertama dan
10 tetes sabun encer ke dalam tabung kedua masing-masing tabung
c) Menambahkan 5 tetes asam asetat ke masing-masing tabung
d) Menambahkan 5 tetes kalsium klorida ke tabung pertama dan 5
tetes Pb-asetat ke tabung kedua
e) Mengamati perubahan yang terjadi
6. Vitamin C Sebagai Reduktor
a. Melunturkan zat warna metilen
a) Menyiapkan 1 tabung reaksi yang bersih
b) Mengisi tabung dengan 10 tetes vitamin C
c) Menambahkan 3 tetes metilen biru
d) Mengamati warna sebelum dipanaskan
e) Memanaskan tabung dan mengamati perubahan yang terjadi
b. Tes Benedict
a) Menyediakan 2 tabung reaksi yang bersih
b) Mengisi tabung pertama dengan 5 tetes vitamin C dan 5 tetes
Benedict
c) Mengisi tabung kedua dengan 2 tetes vitamin C dan 7 tetes
Benedict
d) Mengamati warna pada kedua tabung sebelum dipanaskan
e) Memanaskan kedua tabung dan mengamati perubahan yang terjadi
c. Tes Fehling
a) Menyediakan 2 tabung reaksi yang bersih
b) Mengisi tabung pertama dengan 6 tetes vitamin C, 3 tetes Fehling
A dan 3 tetes Fehling B
c) Mengisi tabung kedua dengan 10 tetes vitamin C, 6 tetes Fehling A
dan 6 tetes Fehling B
d) Mengamati warna pada kedua tabung sebelum dipanaskan
e) Memanaskan kedua tabung dan mengamati perubahan yang terjadi

V. HASIL PENGAMATAN
1. Identifikasi Aldehid Alifatis
HASIL
NO PERLAKUAN
Sebelum Sesudah
1. Pereaksi Schiff
a. Tabung I
 5 Tetes Formalin + 3 Tetes Tidak
Pereaksi Schiff, dikocok Keunguan
berwarna
b. Tabung II
 Tetes Glukosa + 3 Tetes Pereaksi Tidak
Schiff, dikocok berwarna Kekuningan

2. Pereaksi Tollens
 10 Tetes Formalin + 5 Tetes Terdapat
Tidak
Tollens A dikocok, lalu dipanaskan lapisan cermin
berwarna
perak
3. Pereaksi Fehling
 10 Tetes Formalin+ 5 Tetes Fehling Kehijauan,
A + 5 Tetes Fehling B, dikocok, sedikit
Biru muda
lalu dipanaskan endapan
kuning
4. Pereaksi Benedict
a. Tabung I Biru muda,
 5 Tetes Formalin + 5 Tetes Biru muda endapan coklat
Benedict, dikocok, lalu dipanaskan
b. Tabung II
 5 Tetes Formalin + 10 Tetes Biru tua,
Biru tua
Benedict, dikocok lalu dipanaskan endapan coklat

2. Identifikasi keton alifatis


HASIL
NO PERLAKUAN
Sebelum Sesudah
1. Tes Rothera
a. Tabung I
 5 Tetes Formalin + 5 Tetes Kuning Putih
Natrium Nitroprusid+ 5 Tetes kekuningan
Amonium klorida + 5 tetes amonia
b. Tabung II
 Tetes Aseton +5 Tetes Natrium
Putih kebiruan Keunguan
Nitroprusid + 5 Tetes Amonium
Klorida + 5 Tetes Amonia

3. Identifikasi Ester Alifatis


HASIL
NO PERLAKUAN
Sebelum Sesudah
1 a. Tabung I
 5 Tetes Asam Asetat + 5 Tetes Tidak berwarna,
Etanol + 3 Tetes Asam Sulfat. Lalu Tidak berwarna khas ester lebih
dipanaskan menyengat
b. Tabung II
 5 Tetes Asam Benzoat + 5 Tetes Tidak berwarna,
Etanol + 2 Tetes Asam Sulfat Lalu Tidak berwarna aroma khas
dipanaskan ester
4. Identifikasi Gliserol
HASIL
NO PERLAKUAN
Sebelum Sesudah
1. Tes Pembentukan Senyawa Cu-kompleks
Kuning endapan
 5 Tetes Gliserol + 5 Tetes CuSO4 Biru
oranye
+ 5 Tetes NaOH, dikocok

5. Identifikasi Garam Dari Asam Lemak


HASIL
NO PERLAKUAN
Sebelum Sesudah
1. Tes Hidrolisa Sabun
 5 Tetes Sabun Cair + 3 Tetes -
fenolftalein dalam alcohol Ungu

2 Garam Ca dan Pb dari asam asam lemak


suku tinggi
a. Tabung I
 10 Tetes Sabun Cair + 5 Tetes Keruh
Endapan sedikit
Asam Asetat+ 5 Tetes Kalsium
Klorida
b. Tabung II
Putih keruh,
 10 Tetes sabun cair + 5
Keruh Endapan lebih
tetesAsam Asetat+ 5 Tetes Pb
banyak
Asetat

6. Identifikasi Vitamin C Sebagai Reduktor


HASIL
NO PERLAKUAN
Sebelum Sesudah
1. Melunturkan zat Warna Metilen
10 Tetes Vitamin C + 3 Tetes metilen
Biru keunguan Biru
biru, lalu dipanaskan
2. Tes Fehling
a. Tabung I
 6 tetes vitamin C + 3 tetes
Hijau keruh,
Fehling A dan Fehling B, Hijau muda
endapan kuning
dipanaskan
b. Tabung II
 6 tetes vitamin C + 6 tetes Hijau keruh,
Hijau tua
Fehling A dan Fehling B, endapan kuning
dipanaskan
3. Tes Benedict
a. Tabung I Hijau
 5 tetes vitamin C + 5 tetes kekuningan,
Hijau muda
benedict, panaskan endapan merah
bata
b. Tabung II
Hijau, endapan
 5 tetes vitamin C + 7 tetes Hijau muda
merah bata
benedict, panaskan

VI. PEMBAHASAN
1. Identifikasi Aldehid Alifatis
Pada identifikasi aldehid alifatis, dilakukan empat macam uji atau tes
dengan hasil sebagai berikut:
a. Tes Schiff
Pada tes Schiff dilakukan dengan dua reaktan yang berbeda yaitu
formalin dan glukosa. Percobaan dilakukan dengan menyiapkan dua
tabung reaksi, pada tabung 1 diisi dengan 5 tetes glukosa dan tabung
2 diisi dengan 5 tetes formalin. Masing-masing tabung ditambahkan
dengan 3 tetes pereaksi Schiff kemudian dikocok.
Hasil tes Schiff pada tabung 1 yang berisi larutan formalin tidak
berwarna setelah ditambah dengan pereaksi Schiff berubah menjadi
ungu. Sedangkan pada tabung dua yang berisi glukosa tidak berwarna
setelah ditambah pereaksi Schif menjadi bening kekuningan. Hal ini
menunjukkan bahwa pada glukosa tidak terdapat gugus aldehid
alifatis, sedangkan pada formalin terdapap gugus aldehid alifatis.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
O O SO3 H Cl

H C H + H S N C N H
H

O H

H O Cl

H 3C C S C N

OH O
b. Tes Tollens
Pada tes Tollens dilakukan dengan memasukkan 10 tetes formalin ke
dalam sebuah tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan 5 tetes
Tollens A. Kemudian dilakuka pengocokan yang berfungsi untuk
menimbulkan tumbukan antar partikel yang dapat mempercepat
terjadinya reaksi antara formalin dengan pereaksi Tollens. Larutan
yang telah dikocok dipanaskan. Pemanasan berfungsi untuk
mempercepat reaksi (mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai energi aktivasi). Hasil yang diperoleh dari tes tollens yaitu
terjadi perubahan warna yang semula tidak berwarna menjadi
terbentuk lapisan cermin perak di permukaan dinding tabung. Dalam
reaksi ini terjadi oksidasi aldehid sehingga terbentuk gugus karboksil
(COO-) dan reduksi ion Ag+ yang terkandung dalam pereaksi Tollens
menjadi logam perak. Reaksinya:

H C O
+ Ag(NH3)OH  H-COONH4 + Ag + H2O
H

c. Tes Fehling
Pada tes fehling digunakan larutan formalin sebanyak 10 tetes yang
dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan
pereaksi Fehling A dan Fehling B masing-masing sebanyak 5 tetes.
Lalu dipanaskan, maka akan terjadi perubahan warna dari yang
semula berwarna biru muda menjadi kehijauan dengan sedikit
endapan kuning. Perubahan warna terjadi karena senyawa aldehid
dioksidasi menjadi asam karboksilat dan pereaksi Fehling tereduksi
menjadi endapan Cu2O berwarna coklat. Reaksi yang terjadi adalah:
H2CO + Cu2+ + NaOH  H-COONa + Cu2O + 2H+
d. Tes Benedict
Pada tes Benedict digunakan dua tabung reaksi, tabung 1 diisi dengan
5 tetes larutan ditambah dengan 5 tetes pereaksi Benedict kemudian
dipanaskan. Maka diperoleh hasil yang semula warna biru muda
menjadi biru muda dengan endapan coklat. Akibat dari pemanasan,
senyawa aldehid teroksidasi menjadi asam karboksilat, sedangkan
pereaksi Benedict akan mengalami reduksi Cu2O yang mengendap
pada bagian bawah tabung reaksi. Pada tabung reaksi 2 dicampurkan 5
tetes larutan formalin dengan 10 tetes pereaksi Benedict dengan warna
larutan biru tua lalu dipanaskan, warna larutan berubah menjadi biru
tua dan ada endapan coklat. Hal ini disebabkan pereaksi berlebih
Cu2O cenderung menjadi senyawa kompleks karena adanya ion OH-
berlebih. Tes ini juga membuktikan bahwa pada larutan formalin
terdapat gugus aldehida. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

H C O + Cu2+ + H2O + Na+  H-COONa + Cu2O + 2H+

H
2. Identifikasi Keton Alifatis
Salah satu uji yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi gugus
keton alifatis adalah tes Rothera. Uji ini dilakukan dengan menyiapkan dua
tabung reaksi. Pada tabung 1 diisi dengan 5 tetes larutan formalin yang
kemudian dicampur dengan 5 tetes natrium-Nitroprussid, 5 tetes
ammonium klorida dan 5 tetes ammonia, setelah itu campuran didiamkan
selama beberapa saat. Langkah serupa juga dilakukan pada tabung 2, yaitu
mencampurkan 5 tetes larutan aseton dengan 5 tetes natrium-Nitroprussid,
5 tetes ammonium klorida dan 5 tetes ammonia, kemudian didiamkan
beberapa saat. Hal ini dilakukan agar larutan yang bercampur dapat
menjadi stabil. Hasil yang didapatkan yaitu terjadi perubahan warna dari
putih kebiruan menjadi ungu pada tabung 2, tetapi tidak terjadi perubahan
pada tabung 1. Perubahan warna menjadi ungu pada tabung 2 karena
terbentuk senyawa kompleks. Hal ini dikarenakan adanya donor e- dari
atom pusat yaitu Fe, dan yang berperan menjadi ligan adalah aseton.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
CH 3

O + Fe (CN)5 NO + OH- (NC)5Fe N C C CH 2


4
C + H2O
H

CH 3 O

3. Identifikasi Ester Alifatis


Esterifikasi merupakan salah satu reaksi yang digunakan untuk
mengidentifikasi gugus karboksilat. Esterifikasi termasuk dalam jenis
reaksi kondensasi yaitu penggabungan 2 molekul dengan melepaskan
molekul kecil lain. Dalam percobaan ini, cara yang dilakukan adalah
esterifikasi menurut Fischer, yaitu dengan mereaksikan asam dan alkohol
memakai katalis asam sulfat.
Pada reaksi 1, dicampurkan 5 tetes asam asetat dengan 5 tetes etanol,
kemudian diasamkan dengan 3 tetes asam sulfat. Lalu campuran
dipanaskan. Hasil yang diperoleh yaitu muncul bau tajam dan menyengat .
Hal ini terjadi karena pada reaksi esterifikasi asam asetat (asam
karboksilat) dengan etanol (alkohol), dihasilkan gugus ester yang
terbentuk dari kedua reaktan, yaitu etil asetat yang dikenal memiliki aroma
yeng tajam dan menyengat.
Pada reaksi 2, dicampurkan 5 tetes asam benzoat dengan 5 tetes
etanol, kemudian diasamkan dengan 3 tetes asam sulfat. Lalu campuran
dipanaskan. Hasil yang diperoleh yaitu bau yang tidak tajam dan kurang
menyengat. Bau yang dihasilkan tidak setajam seperti pada reaksi 1. Hal
ini terjadi karena pada reaksi esterifikasi asam benzoat (asam karboksilat)
dengan etanol (alkohol), dihasilkan gugus ester yang terbentuk dari kedua
reaktan, yaitu etil benzoat yang dikenal memiliki bau yang kurang
menyengat. dengan reaksi sebagai berikut:
4. Identifikasi Gliserol
Pada percobaan identifikasi gliserol dilakukan dengan
mencampurkan 5 tetes gliserol dengan aquades, 5 tetes larutan kuprisulfat
encer dan 5 tetes NaOH encer menyebabkan larutan berwarna biru, tidak
lama kemudian larutan berubah menjadi warna kuning dengan endapan
oranye. Terbentuknya endapan dikarenakan CuSO4 merupakan padatan
putih, jika terkena air akan terbentuk garam hidratnya akan berubah
menjadi biru. Jadi jika alkohol mengandung air akan diketahui dengan
terjadinya perubahan warna biru. Hal tersebut menunjukkan adanya air
dalam setiap sampel alkohol. Reaksi yang terjadi adalah :
C-H8O3 + CuSO4 + NaOH ( C3H5O3CuNa)2
Tidak terjadi endapan biru dari Cu hidroksida karena ada gliserol
CuSO4 encer. Larutan ini tidak bereaksi dengan NaOH, ion Cu dan ion Na
mensubstitusi 2 atom H dan Gliserol. Selain itu warna biru pada larutan
cepat berubah.
5. Identifikasi Garam dari Asam Lemak
A. Hidrolisa Sabun
Pada percobaan ini dibuat dari campuran 5 tetes sabun yang dicairkan
dengan5 tetes larutan fenolftalein dalam alkohol dan diencerkan dengan
air. Lalu akan terbentuk warna ungu tanpa endapan. Reaksi:
C17H35COOK + H2O C17H35COOK + KOH
Timbul warna ungu disebabkan larutan fenoftalein dalam basa akan
menunjukkan warna merah. Fenolftalein biasa digunakan sebagai
indikator asam, ketika pH larutan dibawah 8.5 maka akan tidak
berwarna, namun ketika pH diatas 10 maka larutan akan berwarna
merah. Pada percobaan ini sabun merupakan garam alkali sehingga
dalam air akan dihidrolisa parsial yang menyebabkan larutan air
menjadi basa.
B. Garam-garam Ca dan Pb dari Asam-asam Lemak Suku Tinggi
Sebelum melakukan reaksi garam Ca dan Pb terlebih dahulu
menetralkan 10 tetes sabun cair dengan 5 tetes asam asetat. Kemudian
sabun cair yang telah dinetralkan pada tabung 1 ditambahkan sebanyak
5 tetes CaCl2 sehingga menghasilkan larutan kuning keruh dan terdapat
sedikit endapan berwana putih.
Sedangkan pada tabung 2 yang berisi 10 tetes sabun cair yang telah
dinetralkan dengan 5 tetes asam asetat, ditambahkan 5 tetes Pb-asetat
menghasilkan larutan yang berwarna keruh serta terdapat endapan
lebih banyak. Endapan putih pada tabung 2 lebih banyak dari tabung 1
karena pada ion Pb endapannya amorf/menyatu dan tak beraturan.
Pengendapan tersebut terjadi karena adanya endapan Pb pada garam
Pb-asetat, dan endapan ion Ca pada garam CaCl2. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa larutan Pb asetat lebih sadah dibanding dengan
larutan Ca. Reaksi percobaan :
O

C17H35-C-O
\
2C17H35-COONa + CaCl2 → Ca + 2 NaCl
/
C17H35-C-O

O
O

C17H35-C-O
\
2C17H35-COONa + Pb (CH3COO)2 → Pb + 2CH3COONa
/
C17H35-C-O

O
Reaksi percobaan apabila sabun yang dipakai adalah potassium oleata
tau sodium oleat:
C17H35-C-O
\
2C17H35-COOK + CaCl2 → Ca + 2 KCl
/
C17H35-C-O

O
6. Vitamin C sebagai Reduktor
a. Melunturkan Zat Warna Metilen
Dalam percobaan ini, dicampurkan 10 tetes Vitamin C dan 3 tetes
metilen biru dalam sebuah tabung reaksi, kemudian dipanaskan.
Diperoleh hasil larutan yang semula berwarna biru keunguan menjadi
biru lebih pudar. Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki sifat
reduktor yang kuat, maka akan terjadi reaksi di mana asam askorbat
(Vitamin C) dioksidasi menjadi asam dehidroaskorbat dan metilen
biru akan tereduksi menjadi leukometilen blue yang mengakibatkan
warna biru menjadi pudar, dengan reaksi sebagai berikut:


+

Asam askorbat Metilen blue

+
Asam dehidroaskorbat Leukometilen blue
b. Uji Fehling
Dalam percobaan ini, disiapkan dua tabung reaksi. Pada tabung 1
dicampurkan 6 tetes Vitamin C dengan Fehling A dan Fehling B
masing-masing 3 tetes, kemudian dipanaskan. Sedangkan pada tabung
2 dicampurkan 10 tetes Vitamin C dengan Fehling A dan Fehling B
masing-masing 6 tetes, kemudian dipanaskan.
Hasil yang didapatkan yaitu terdapat perubahan warna dari hijau muda
menjadi hijau keruh dan timbul sedikit endapan kuning pada tabung
1, sedangkan pada tabung 2 terdapat perubahan warna dari hijau tua
menjadi hijau keruh dan timbul endapan warna kuning. Seperti yang
terjadi pada uji Fehling dalam identifikasi aldehid, maka ion Cu2+
yang terdapat dalam peraksi Fehling tereduksi oleh agen pereduksi
Vitamin C menjadi Cu2O.
Warna hijau keruh pada tabung 2 lebih pekat dan lebih banyak
terbentuk endapan dibandingkan tabung 1. Hal ini disebabkan
semakin banyak pereaksi yang diberikan, semakin cepat reaksi
berjalan. Berikut reaksi yang terjadi:

+ Cu2+ + H2O

+ Cu2O
+ 2H+

c. Uji Benedict
Dalam percobaan ini, disiapkan dua tabung reaksi.Pada tabung 1
dicampurkan 5 tetes Vitamin C dengan 5 tetes Benedict, kemudian
dipanaskan.Sedangkan pada tabung 2 dicampurkan 2 tetes Vitamin C
dengan 7 tetes Benedict, kemudian dipanaskan.
Hasil yang didapatkan yaitu terdapat perubahan warna dari hijau muda
menjadi hijau kekuningan dan timbul endapan merah bata pada tabung
1, sedangkan pada tabung 2 terdapat perubahan warna dari hijau muda
menjadi hijau dengan endapan merah bata. Seperti yang terjadi pada
uji Benedict dalam identifikasi aldehid, maka ion Cu2+ yang terdapat
dalam peraksi Benedict tereduksi oleh agen pereduksi Vitamin C
menjadi Cu2O.
Berikut reaksi yang terjadi:

+ Cu2+ + NaOH + H2O 

+ Cu2O + 2H+

VII. KESIMPULAN
 Senyawa dapat dikelompokan berdasarkan gugus fungsinya, diantaranya
alkohol (memiliki gugus hidroksil), eter, aldehid, keton (memiliki gugus
karbonil), asam karboksilat (memiliki gugus karboksil), amina dan ester.
 Senyawa dengan gugus fungsi tertentu reaktif terhadap reaksi tertentu.
Senyawa aldehid reaktif dengan pereaksi Schiff, Tollens, Benedict dan
Fehling. Keton bereaksi dengan Natrium-nitroprusid, amonium klorida,
dan amonia sesuai dengan uji Rothera.Senyawa alkohol dan karboksilat
bereaksi membentuk ester melalui reaksi esterifikasi. Gliserol dapat
membentuk persenyawaan Cu-kompleks dengan CuSO4 dan NaOH karena
melarutkan endapan Cu(OH)2. Garam dari asam lemak dapat diidentifikasi
dengan hidrolisa sabun dan pembentukan endapan garam-garam Ca dan
Pb. Vitamin C bersifat sebagai agen pereduksi, dengan dapat melunturkan
zat warna metilen blue, dan mereduksi pereaksi Fehling dan Benedict
sehingga terbentuk endapan.
 Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dalam
mengidentifikasi senyawa organik dapat dilakukan melalui beberapa
pengujian yaitu Tes Schiff, Tes Fehling, Tes Benedict, Tes Tollens dan
Tes Rothera. Pada masing-masing tes diperlukan pereaksi yang berbeda.
Salah satu sifat senyawa organik adalah reaksinya berjalan antar molekul
sehingga reaksinya lambat, karena itu dalam beberapa tes kami melakukan
pemanasan terhadap campuran zat organik dan pereaksinya.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
1. Prof. Dr. Sri Atun. 2013. Modul 5. Kimia Organik. Fakultas MIPA
Universitas Islam Malang, Malang.
2. Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti. Jilid 1. Edisi
Ketiga. Erlangga, Jakarta.
3. Winarto D. Ilmu Kimia. Yogyakarta : ilmukimia.org [ diakses pada 29
September 2017 : 19.02] ; 2012
4. Wardiyah. 2016. Kimia Organik. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
5. Respati. 1986. Pengantar Kimia Jilid I. Jakarta: Aksara Baru.
6. Thamrin, Husni, dkk. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Pangan. Poltekkes
kemenkes Padang.: Jurusan Gizi
7. Poedjiadi, Anna,. 2006. Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia
PRESS, Jakarta.
8. Bettelheim, 2005. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. ITB ; Bandung.
9. Syafitri, Windari. Firmansyah, Adang. Hamdani, Syarif. Skrinning Pereaksi
Spot Test Untuk Deteksi Kandungan Formalin Pada Bahan Pangan.
Bandung:Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia. 2012
10. Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama. 2010.
11. Putrianti, Dian Eka. Pemanfaatan Polianilin dan Berbagai Modifikasinya
Dengan H2SO4 Pekat Untuk Uji Formalin. Depok:Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Departemen Kimia. Universitas Indonesia. 2009.
12. Puspita, Fika. Uji Kualitatif Untuk Karbohidat. Purwokerto: Universitas
Jenderal Soedirman. 2013
13. Rahayu, S.S., Bendiyasa I.M., Muhandis & Purwandaru, U. 2005. Hidrolisis
Minyak Sawit : Katalitik dan Non Katalitik. Forum Teknik. 29:182-189
14. Sanjayacopperindo. Apakah Copper Sulfate Itu ?. 2015 Diposting Pada 22
Mei 2015. Diambil Dari : Sanjayacopperindo.Wordpress.Com. Diakses 1
November 2017 (20.05).
15. Widyastari, Rizky. Sintesis NaOH. Jakarta:Program Studi Kima Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 2012
16. Sari, Ratih Kumala. Vitamin dan Mineral. Surabaya:Universitas
Airlangga.2011
17. Hamdaoui, O., and Chiha, M., 2006, Removal Of Methylene Blue From
Aqueous Solution By Wheat Bran, Acta Chimica Slovenia, 54(2), 407-418.
18. Nilna Minah, Faidliyah. Potensi Ganyong (Canna Edulis Kerr) dari Malang
Selatan sebagai Bahan Baku Bioethanol dengan Proses Hidrolisa Asam.
Malang : Dosen Teknik Kimia FTI ITN.2012
19. Wati, Wahyu Irna. Guntarti, Any. Penetepan Kadar Asam Benzoat Dalam Be
berapa Merk Dagang Minuman Ringan Secara Spektrofotometri Ultravolet.
Yogyakarta:Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan. 2012
20. Keenan and Kleinfelter, Wood, 1980, Kimia Universitas, Jakarta:Erlangga.
21. Qisti, R. Sifat Kimia Sabun Transparan Dengan Penambahan Madu Pada
Konsetrasi Yang Berbeda. Bogor:Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor. 2009
22. Rina Anugrah, Mira Andam Dewi, Agung Subekti. Analisis kandungan \
fenolftalein pada jamu pelangsing. Cimahi: Universitas Jenderal Achmad
Yani.2016
23. Lubis, Ardian. Laporan Praktikum Kimia Fisik Volum Molal Parsial. Jember:
Universitas Jember.2014
24. Anjar Triyani P., Dwi Ishartani, Dimas Rahadian A.M. Kajian Karakteristik
Fisikokimia Tepung Labu Kuning (Cucurbita Moschata) Termodifikasi
dengan Variasi Lama Perendaman Dan Konsentrasi Asam Asetat. 2013
25. Hisham. Kegunaan Kalsium Klorida dalam Kehidupan. Dipost pada 30
April 2017. Diambil dari: hisham.id. diakses tanggal 2 November 2017
(14.34).
26. Pradyot, Patnaik. Handbook of Inorganic Chemicals. The McGraw-Hill
Companies, Inc. ISBN 0-07-049439-8 ; 2003
27. Nugraheni, Enri. Efektivitas Penggunaan Jenis Asam Dalam Proses Ekstraksi
Pigmen Antosianin Kulit Manggis (Garcinia Mangostana L.) Dengan
Penambahan Aseton 60%. Surakarta:Universitas Negeri Surakarta.2010
28. Cahya Setiawan dan M. Nashirudin Hasan. Prarancangan Pabrik
Ammonium Klorida dari Ammonium Sulfat dan Natrium Klorida
Kapasitas 32.000 Ton/Tahun. Yogyakarta:Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Gadjah Mada. 2013
29. Suparno. Penentuan Kadar Amonia Di Perairan Teluk Lampung Dengan
Spektrofotometer Uv-Vis. Bandar Lampung:Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Lampung. 2016
30. Nair, I. C. et al (2008). Biodegradation of Phenol. African Journal of
Biotechnology. Vol. 7, (25). Dalam jurnal
http://erepo.unud.ac.id/11136/3/211018634dd5e222455b501e45ed49ce.pdf
JAWABAN SOAL

1. Identifikasi Aldehid Alifatis


A. Tes Schiff
a. Warna yang timbul apabila kedua larutan ditetesi Pereaksi Schiff
adalah:
 Larutan formalin akan berubah warna dari tak berwarna menjadi
warna ungu bening.
 Larutan glukosa akan berubah warna dari tak berwarna menjadi
tetap bening.

b.

c. Formalin atau dikenal juga dengan nama metanal merupakan senyawa


kimia yang termasuk dalam kategori aldehida dengan rumus kimia
CH2O yang biasanya berwujud gas atau cairan.
Fungsi formalin dalam:
 Kedokteran: digunakan sebagai pengawetan mayat manusia
 Peternakan: digunakan untuk footbath sapi yang telah diperah,
pembersihan kandang pasca panen sebuah ternak
 Teknik: sangat berperan terutama pada teknik industri yang
perannya meliputi sebagai anti bakteria sehingga sering
dimanfaatkan sebagai pembersih lantai, kapal, gudang, dan
pakaian; dalam bidang fotografi digunakan sebagai pengeras
gelatin dan kertas foto; pembuatan pupuk urea, pembuatan
produk parfum, pengawet kosmetika; pencegah korosi pada
sumur minyak; dan perekat kayu lapis
d. Lima buah senyawa aldehid alifatis:
a) Formalin
Memiliki struktur kimia:

Nama trivial: Formalin, formaldehida,formol


Nama rasional: Metanal
b) Asetaldehida
Memiliki struktur kimia:

Nama trivial: Asetaldehida


Nama rasional: Etanal
c) Propional dehida
Memiliki struktur kimia:

Nama trivial: Propinal dehida


Nama rasional: Propanal
d) Butiraldehida
Memiliki struktur kimia:

Nama trivial: Butiraldehida


Nama rasional: Butanal
e) Valeraldehida
Memiliki struktur kimia:

Nama trivial: Valeraldehida


Nama rasional: Pentanal
e. Cara membedakan asetaldehida dan glukosa
Dapat dibedakan dari bau atau aroma, jika larutan asetaldehida layaknya
larutan aldehid lainnya memilki aroma yang khas seperti wangi dan
menyengat. Untuk glukosa juga memilki aroma manis namun tidak terlalu
menyengat.
Dari segi warna larutan warna larutan asetaldehida bening, sedangkan
untuk glukosa berwarna bening yang kekuning-kuningan.
B. Tes Tollens
a) Reaksi lengkap antara Pereaksi Tollens dengan formalin

b) Dalam pereaksi Tollens di dalamnya terkandung ion kompleks


perak berupa
perak amoniakal [Ag(NH3)2]OH. Pembuatan pereaksi Tollens dengan cara
mereaksikan perak nitrat AgNO3 dengan basa kuat NaOH kemudian
endapan coklat Ag2O dilarutkan dengan amonia sehingga terbentuk
kompleks perak amoniakal [Ag(NH3)2]OH.
C. Tes Fehling
a) Dalam pereaksi Fehling di dalamnya terkadung :
 Fehling A adalah larutan Tembaga Sulfat CuSO4.
 Fehling B adalah larutan yang didapat dari campuran NaOH serta
Kalium-Natrium Tartrat.
Fehling A dan Fehling B baru dicampur setelah akan dipanaskan
dikarenakan jika sudah dicampur sejak awal dan dibiarkan lama maka
akan terjadi reduksi sendiri antara larutan Fehling A dan Fehling B.
b) Reaksi percobaan yang dilakukan
R ─ C = O + 2Cu2+ + NaOH +H2O t ºC R ─ COONa + Cu2O ↓ + 4H+

H
D. Tes Benedict
1. Reaksi dari percobaan :
R – C = O + 2Cu2+ + H2O to C R-COOH + Cu2O + 2H+
H
2. Pereaksi Benedict berisi kuprisulfat, Na-karbonat, dan Na-sitrat.
Setelah dilakukan pemanasan warna reaksi berubah warna menjadi
hijau keruh dan terjadi oksidasi dari aldehid menjadi asam karboksilat.
Benedict mengalami reduksi menjadi Cu2O dan mengendap di bagian
bawah tabung reaksi.
E. Tes Rothera
Jelaskan dengan percobaan apa asetaldehid dapat dibedakan dengan
propanon!
Jawab:
Asetaldehid dan propanon dapat dibedakan menggunakan tes rothera, tes
benedict, tes Fehling, dan tes Tollens. Pada tes benedict, Fehling dan
Tollens hanya asetaldehid yang akan menghasilkan perubahan karena
asetaldehid memiliki sifat yang lebih reaktif dan lebih mudah teroksidasi
jika dibandingkan dengan propanon.
F. Gliserol (Cu-Kompleks)
Mengapa tidak terjadi endapan biru dari Cu-hidroksida?Jelaskan dengan
singkat.
Jawab:
Dalam percobaan ini Cu tidak berikatan dengan OH melainkan Cu
membentuk ion kompleks bersama C3H5O3 dan Na. Hal ini dikarenakan
ion kompleks tersebut lebih stabil apabila dibandingkan dengan Cu(OH)2.
G. Garam dari Asam Lemak
Hidrolisa Sabun
1. Tuliskan reaksi – reaksi dari percobaan yang dilakukan.
Jawab: C17H35COOK + H2O C17H35COOH + KOH
2. Jelaskan mengapa timbul warna merah?
Indikator PP dalam alkohol memiliki rentang pH 8,3-10. Hal ini berarti
pada larutan yang pH-nya < 8,3 maka indikator PP dalam alkohol akan
tidak berwarna atau tidak mengubah warna larutan. Sedangkan pada pH
sekitar 10, maka indikator PPakan berubah warna menjadi warna merah
keunguan.Bahan dasar pembuatan sabun cair adalah minyak atau lemak
dan basa KOH. Karena dalam sabun terdapat KOH yang merupakan basa
dan memiliki pH sekitar 10, maka penambahan indikator PP dalam
alkohol ke dalam larutan sabun akan mengubah warna larutan sabun
menjadi warna merah keunguan. Pada pH 8 ke bawah, struktur fenolftalein
dapat disingkat H2P. Dalam rentangan pH 8 – 10, proton-proton asam akan
diambil oleh ion OH- dari NaOH, sehingga memberikan ion P2- yang
berwarna merah muda.
Garam-garam Ca dan Pb dari Asam-asam Lemak Suku Tinggi
1. Tulis reaksi dari apa yang saudara kerjakan!
2. Tulis reaksi jika sabun yang digunakan adalah potassium oleat atau
sodium oleat!

H. Vitamin C Sebagai Reduktor


a) Tes Fehling
1. Apakah isi masing-masing pereaksi Fehling?
- Fehling A
CuSO4.5H2O = 34,64 g
H2SO4 P = 0,5 ml
Aquadest = 500 ml

- Fehling B
KNaC4H4O6.4H2O = 176 g
NaOH murni = 77 g
Aquadest = 500 ml

2. Mengapa pada percobaan dengan vitamin C yang lebih sedikit


warna biru tetap ada?
Vitamin C dan larutan metil biru yang dicampur akan mengalami
proses reduksi dan oksidasi dimana vitamin C akan mengalami
oksidasi dan metil biru akan mengalami reduksi menjadi leukometilen
biru yang tidak berwarna. Proses ini juga dikenal sebagai titrasi
redoks dimana reduktor akan menangkap elektron dari oksidator. Jadi
bila jumlah vitamin C sedikit maka tidak semua metilen biru
mengalami reaksi oksidasi sehingga warna metilen biru tetap ada dan
lebih pekat dari yang menggunakan vitamin C dengan jumlah lebih
banyak.
b) Tes Benedict
1. Apakah isi pereaksi benedict?
- Larutan A
Na. Sitrat = 86,5 g
Na2Co3 = 50 g
Aquadest = 400 ml
- Larutan B
CuSO4.5H2O = 8,65 g
Aquades = 50 ml
2. Untuk apa sajakah pereaksi Benedict digunakan? (terutama dalam
bidang klinis)
1) Reagen Benedict digunakan untuk mendeteksi adanya gula
perduksi (monosakarida dan beberapa disakarida, termasuk laktosa
dan maltosa) dalam suatu makanan.
2) Reagen Benedict digunakan untuk menguji adanya glukosa
dalam urine. Mendeteksi penderita diabetes melitus.

You might also like