Bab Ii CMHN

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 17

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi CHMN

Comunity Mental Health Nursing adalah upaya untuk mewujudkan pelayanan


kesehatan jiwa dengan tujuan pasien yang tidak tertangani di masyarakat akan
mendapatkan pelayanan yang lebih baik.

CMHN adalah pelayanan keperawatan yang komprehensif, holistik, dan


paripurna, berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa, rentang terhadap stres dan
dalam tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan.

CMHN merupakan salah satu strategi berupa program peningkatan


pengetahuan dan keterampilan yang diberikan kepada petugas kesehatan melalui
pelatihan dalam rangka upaya membantu masyarakat menyelesaikan masalah
kesehatan jiwa akibat dampak tsunami, gempa maupun bencana lainnya. Pelatihan
yang dilakukan terdiri dari tiga tahapan yaitu Basic, Intermediate dan Advance
Nursing Training.

Sejalan dengan perkembangan ilmu kesehatan jiwa maka perawat CMHN


perlu dibekali pengetahuan dan kemampuan untuk menstimulasi perkembangan
individu di masyarakat maupun mengantisipasi dan mengatasi penyimpangan yang
menyertai perkembangan psikososial individu di masyarakat. Perawat CMHN sebagai
tenaga kesehatan yang bekerja dimasyarakat dan bersama masyarakat harus
mempunyai kemampuan melibatkan peran serta masyarakat terutama tokoh
masyarakat dengan cara melatih para tokoh masyarakat untuk menjadi kader
kesehatan jiwa (Depkes, 2006).

B. Dasar Pembentukan CMHN

Konflik berkepanjangan disertai bencana tsunami dan gempa bumi tanggal 26


desember 2004 di Nangroe Aceh Darussalam ( NAD ) telah berlalu, namun
dampaknya masih sangat dirasakan oleh semua masyarakat dengan berbagai kondisi.
Dampak tersebut dapat berupa kehilangan sanak saudara, kehilangan harta benda,
kerusakan lingkungan, dan sebagainya. Semua ini dapat menimbulkan berbagai
masalah psikososial seperti ketakutan, kehilangan, trauma paska bencana, bahkan
timbul masalah kesehatan jiwa yang lebih berat seperti depresi, perilaku kekerasan
atau gangguan jiwa lainnya. Kondisi-kondisi seperti ini penanganan yang cepat, tepat
dan akurat. Untuk menangani masalah tersebut perlu dipikirkan serta pelayanan,
sumber daya manusia, kompetensi, maupun biayanya.
Saat ini sarana pelayanan keperawatan jiwa yang ada di NAD adalah Badan
Pelayanan Keperawatan Jiwa ( BPKJ ) dengan bed occupation rate ( BOR ) 130%,
sumber daya manusia yang kurang dan anggaran yang juga tidsak memadai. Oleh
karena itu perlu ada strategi lain untuk memberikan pelayanan keperawatan
kesehatan jiwa kepada masyarakat dengan menggunakan pendekatan Comunity
Mental Health Nursing (CMHN ) / Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas ( KKJK
). KKJK merupakan salah satu upaya yang digunakan untuk membantu masyarakat
menyelesaikan masalah-masalah kesehatan jiwa akibat dampak konflik, tsunami,
gempa maupun bencana lainnya.
C. Tujuan CHMN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan kesehatan jiwa bagi masyarakat sehingga tercapai
kesehatan jiwa masyarakat secara optimal.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep keperawatan kesehatan jiwa komunitas

b. Menerapkan komunikasi terapeutik dalam memberikan pelayanan / asuhan


keperawatan jiwa
c. Menjelaskan peran dan fungsi perawat kesehatan jiwa dalam memberikan
pelayanan keperawatan
d. Bekerjasama dengan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan
keperawatan sesuai dengan peran dan fungsinya
e. Menerapkan konsep pengorganisasian masyarakat dalam memberikan
pelayanan keperawatan kesehatan jiwa
f. Memberikan asuhan keperawatan pada anak dan remaja dengan gangguan
jiwa : depresi dan perilaku kekerasan
g. Memberikan asuhan keperawatan pada usia dewasa yang gangguan jiwa
dengan masalah : harga diri rendah, perilaku kekerasan, resiko bunuh diri,
isolasi diri, halusinasi, waham dan defisit perawatan diri
h. Memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan jiwa : depresi
dan demensia
i. Mendokumentasikan asuhan keperawatan jiwa komunitas
D. Fungsi CHMN
Adapun tugas dan fungsi dari perawat/petugas CMHN meliputi :
1. Perencanaan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas
Jenis perencanaan terdiri dari rencana jangka pendek, menengah dan
panjang. Perencanaan jangka panjang disebut juga perencanaan strategis yang
disusun untuk 3 sampai 10 tahun. Perencanaan jangka menengah dibuat dan
berlaku 1 sampai 5 tahun sedangkan perencanaan jangka pendek dibuat 1 jam
sampai dengan satu tahun (Marquia & Houston, 1998 dalam Depkes, 2006).
Kegiatan perencanaan yang akan digunakan dipelayanan keperawatan
kesehatan jiwa komunitas meliputi perumusan visi, misi, filosofi dan kebijakan.
Untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah perencanaan jangka pendek yang
meliputi rencana kegiatan tahunan dan bulanan. Perencanaan di pelayanan
keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah perencanaan kegiatan yang akan
dilakukan oleh perawat supervisor, perawat CMHN di puskesmas dan kader
kesehatan jiwa.
Rencana jangka pendek yang diterapkan pada pelayanan keperawatan
kesehatan jiwa komunitas terdiri dari rencana bulanan dan tahunan (Keliat et.al,
2006).
a. Rencana bulanan perawat CMHN
Rencana bulanan adalah kegiatan yang akan dilaksanankan oleh perawat
CMHN dan kader dalam waktu satu bulan. Rencana bulanan perawat meliputi
dua aspek, yaitu:
1) Kegiatan manajerial
Contoh kegiatan : supervisi kader, rapat/pertemuan

2) Kegiatan asuhan keperawatan

Asuhan keperawatan pada pasien dan keluarga, yang terdiri dari :


a) Pendidikan kesehatan bagi kelompok masyarakat yang sehat,
kelompok yang berisiko masalah psikososial dan kelompok keluarga
pasien gangguan jiwa.
b) Asuhan keperawatan masalah psikososial
c) Asuhan keperawatan risiko masalah psikososial
d) Asuhan keperawatan gangguan jiwa
e) Kegiatan terapi aktifitas kelompok dan rehabilitasi untuk
f) elompok pasien yang mengalami gangguan jiwa.
b. Rencana tahunan perawat CMHN
Setiap akhir tahun perawat melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu
tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan
rencana tahun berikutna. Rencana kegiatan tahunan mencakup :
1) Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja pelayanan
keperawatan kesehatan jiwa komunitas berupa kegiatan yang
dilaksanakan dan hasil evaluasi (wilayah kerja puskesmas dan Desa
Siaga Sehat Jiwa).
2) Penyegaran terkait dengan materi pelayanan keperawatan kesehatan jiwa
komunitas khusus kegiatan yang masih rendah pencapaiannya. Ini
bertujuan untuk memantapkan hal-hal yang masih rendah.
3) Pengembangan SDM (perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa) dalam
bentuk rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal dan informal.
2. Pengorganisasian pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga dalam pelayanan kesehatan jiwa
komunitas menggunakan pendekatan lintas sektoral dan lintas program. Setiap
perawat CMHN di puskesmas bertanggung jawab terhadap sejumlah desa yang
menjadi area binaan. Desa siaga sehat jiwa dipimpin oleh perawat CMHN
puskesmas yang bertanggung jawab terhadap dua desa atau lebih. Tokoh
masyarakat didesa berperan sebagai penasehat atau pelindung kader kesehatan
jiwa. Beberapa kader kesehatan jiwa bertanggung jawab terhadap masing-masing
dusun yang melakukan kegiatan desa siaga sehat jiwa. Mekanisme pelaksanaan
pengorganisasian desa siaga sehat jiwa adalah :
a. Wilayah kerja puskesmas dibagi dua untuk 2 orang perawat CMHN.
Misalnya ada 20 desa maka masing-masing perawat bertanggung jawab pada
10 desa.
b. Perawat CMHN bersama tokoh masyarakat menetapkan satu desa untuk
dikembangkan menjadi desa siaga sehat jiwa.
c. Perawat CMHN bersama tokoh masyarakat pada tingkat desa menetapkan
calon kader kesehatan jiwa pada tingkat dusun. Tiap dusun minimal 2 kader
kesehatan jiwa.
3. Pengarahan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas
Kegiatan pengarahan yang akan dilaksanakan pada pelayanan keperawatan
kesehatan jiwa komunitas adalah menciptakan budaya motivasi, menerapkan
manajemen waktu, melaksanakan pendelegasian, melaksanakan supervisi dan
komunikasi yang efektif, melakukan manajemen konflik.

a. Manajemen Waktu
Manajemen waktu adalah penggunaan secara optimal waktu yang dimiliki. Pada desa
siaga sehat jiwa manajemen waktu diterapkan dalam bentuk penerapan rencana
kegiatan bulanan untuk perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa masyarakat.
Aktivitas manajemen waktu dievaluasi melalui instrumen evaluasi perencanaan.
b. Pendelegasian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam organisasi
pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Pendelegasian dilaksanakan melalui proses :
1) Buat rencana tugas yang perlu diselesaikan

2) Identifikasi kemampuan kader kesehatan jiwa yang akan melaksanakan


tugas

3) Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa tujuannya

4) Jika kader kesehatan jiwa tidak mampu melaksanakan tugas karena


menghadapi masalah tertentu maka perawat CMHN harus bias menjadi
contoh peran dan menjadi nara sumber untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi
5) Evaluasi kinerja setelah tugas selesai
c. Supervisi

Supervisi adalah proses memastikan kegiatan yang dilaksanakan sesuai


dengan tujuan organisasi dengan cara melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan kegiatan tersebut. Kegiatan supervisi dilaksanakan untuk
menjamin kegiatan pelayanan kesehatan jiwa sesuai dengan pedoman yang
telah ditetapkan. Fasilitator nasional, fasilitator provinsi dan dinas kesehatan
melakukan supervise satu kali sebulan terhadap fasilitator lokal, perawat
CMHN dan kader kesehatan jiwa masyarakat, fasilitator lokal dan kepala
puskesmas melakukan supervisi dua kali seminggu terhadap perawat CMHN
dan kader kesehatan jiwa. Sedangkan perawat CMHN melakukan supervisi
satu kali seminggu terhadap kader kesehatan jiwa.
Hal yang di supervisi adalah kemampuan fasilitator local, perawat
CMHN dan kader kesehatan jiwa dalam melaksanakan tugasnya terkait aspek
manajerial dan asuhan keperawatan.

d. Manajemen Konflik

Konflik adalah perbedaan pandangan dan ide antara satu orang dengan
orang yang lain. Dalam organisasi yang dibentuk dari sekumpulan orang
yang memiliki latar belakang yang berbeda konflik mungkin terjadi. Untuk
mengantisipasi terjadinya konflik maka perlu dibudayakan manajemen
konflik.
Cara penanganan konflik ada beberapa macam yaitu bersaing,
berkolaborasi, menghindar, mengakomodasi dan berkompromi. Penanganan
konflik yang diterapkan dalam pelayanan keperawatan kesehatan jiwa
komunitas adalah dengan cara kolaborasi. Cara ini adalah salah satu bentuk
kerja sama berbagai pihak yang terlibat konflik dalam menyelesaikan
masalah yang mereka hadapi dengan jalan mencari dan menemukan
persamaan kepentingan dan bukan perbedaan. Untuk itu pembudayaan
kolaborasi antar pihak-pihak terkait menjadi prioritas utama dalam
menyelenggarakan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas.
E. Prinsip-Prinsip Keperawatan Kesehatan Jiwa
1. Therapeutic Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat
dengan klien).
2. Conceptual models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan jiwa).
3. Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam
keperawatan jiwa).
4. Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam
keperawatan jiwa).
5. Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan psikologis
dalam keperawatan jiwa).
6. Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial budaya
dalam keperawatan jiwa).
7. Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan lingkungan
dalam keperawatan jiwa).
8. Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika
dalam keperawatan jiwa).
9. Implementing the nursing process : standards of care (penatalaksanaan proses
keperawatan: dengan standar- standar perawatan).
10. Actualizing the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance Standards
(aktualisasi peran keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar
professional).

F. Jenis-Jenis CMHN
1. Basic Course (BC) CMHN

Sasaran : perawat keswamas (puskesmas)

Kegiatan :perawat diberikan pelatihan cara memberikan asuhan


keperawatan (7Dx Keperawatan) pada klien dan keluarga pasien gangguan jiwa
dirumah.

2. Intermediate Course (IC) CMHN

Sasaran : Kader Keswa dan Perawat Keswa (Puskesmas)

Kegiatan :

1. Membentuk desa siaga sehat jiwa


2. Merekrut dan melatih kader keswa untuk skreening ggn jiwa di masyarakat,
masalah psikososial dan sehat jiwa.
3. Melatih perawat keswa mengintervensi klien dengan masalah psikososial dan
mengembangkan rehabilitasi pasien gangguan jiwa.
3. Advance Course (AC) CMHN

Sasaran : individu, keluarga, staf puskesmas, kelompok formal dan


informal serta masyarakat luas

Kegiatan :

1. Manajemen keperawatan kesehatan jiwa


2. Kerjasama Lintas sektoral

G. Konseptual Model Keperawatan Jiwa Komunitas


1. Psycoanalytical (Freud, Erickson). Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa
dapt terjadi pada seseorang apabila ego(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id
(kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan
akalnya (ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama(super ego/das
uber ich), akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of
Behavioral). Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya
konflik intrapsikis terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada
masa oral dimana anak tidak mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya
stimulus untuk belajar berkata- kata, dilarang dengan kekerasan untuk
memasukkan benda pada mulutnya pada fase oral dan sebagainya. Hal ini akan
menyebabkan traumatic yang membekas pada masa dewasa. Proses terapi pada
model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa mimpi,
transferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya klien dibuat dalam
keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya pengalaman alam
bawah sadarnya digali dengamn pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatic
masa lalu. Hal ini lebih dikenal dengan metode hypnotic yang memerlukan
keahlian dan latihan yang khusus. Dengan cara demikian, klien akan
mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya, sedangkan therapist berupaya untuk
menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien. Peran perawat adalah berupaya
melakukan assessment atau pengkajian mengenai keadaan-keadaan traumatic atau
stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu misalnya ( pernah disiksa orang
tua, pernah disodomi, diperlakukan secar kasar, diterlantarkan, diasuh dengan
kekerasan, diperkosa pada masa anak), dengan menggunakan pendekatan
komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya).
2. Interpersonal ( Sullivan, peplau). Menurut konsep model ini, kelainan jiwa
seseorang bias muncul akibat adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan
kecemasan (Anxiety). Ansietas timbul dan alami seseorang akibat adanya konflik
saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal). Menurut konsep ini perasaan
takut seseorang didasari adnya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang
sekitarnya. Proses terapi menurut konsep ini adalh Build Feeling Security
(berupaya membangun rasa aman pada klien), Trusting Relationship and
interpersonal Satisfaction (menjalin hubungan yang saling percaya) dan membina
kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan
dihormati. Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya melakukan
sharing mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh
klien saat berhubungan dengan orang lain), therapist use empathy and relationship
( perawat berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan
oleh klien). Perawat memberiakan respon verbal yang mendorong rasa aman klien
dalam berhubungan dengan orang lain.
3. Social ( Caplan, Szasz). Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan
jiwa atau penyimpangan perilaku apabila banyaknya factor social dan factor
lingkungan yang akan memicu munculnya stress pada seseorang ( social and
environmental factors create stress, which cause anxiety and symptom). Prinsip
proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini adalah environment
manipulation and social support ( pentingnya modifikasi lingkungan dan adanya
dukungan sosial) Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini
adalah pasien harus menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di
masyarakat melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan
therapist berupaya : menggali system sosial klien seperti suasana dirumah, di
kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat kerja
4. Existensial ( Ellis, Rogers). Menurut teori model ekistensial gangguan perilaku
atau gangguan jiwa terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan
hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri
dan mengalami gangguan dalam Body imagenya. Prinsip dalam proses terapinya
adalah : mengupayakan individu agar berpengalaman bergaul dengan orang lain,
memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap
sebagai panutan(experience in relationship), memperluas kesadaran diri dengan
cara introspeksi (self assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan
kemanusiaan (conducted in group), mendorong untuk menerima jatidirinya sendiri
dan menerima kritik atau feedback tentang perilakunya dari orang lain (encouraged
to accept self and control behavior). Prinsip keperawatannya adalah : klien
dianjurkan untuk berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk
memperlajari dirinya dan mendapatkan feed back dari orang lain, misalnya melalui
terapi aktivitas kelompok. Terapist berupaya untuk memperluas kesadaran diri
klien melalui feed back, kritik, saran atau reward & punishment.
5. Supportive Therapy ( Wermon, Rockland). Penyebab gangguan jiwa dalam konsep
ini adalah: factor biopsikososial dan respo maladaptive saat ini. Aspek biologisnya
menjadi masalah seperti: sering sakit maag, migraine, batuk-batuk. Aspek
psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti : mudah cemas, kurang percaya
diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah
seperti : susah bergaul, menarik diri,tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu
mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi
penyebab gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmamupan
dalam beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak ada
kaitannya dengan masa lalu. Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon
coping adaptif, individu diupayakan mengenal telebih dahulu kekuatan-kekuatan
apa yang ada pada dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai alternative
pemecahan masalahnya. Perawat harus membantu individu dalam melakukan
identifikasi coping yang dimiliki dan yang biasa digunakan klien. Terapist
berupaya menjalin hubungan yang hangat dan empatik dengan klien untuk
menyiapkan coping klien yang adaptif.
6. Medica ( Meyer, Kraeplin). Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul
akibat multifactor yang kompleks meliputi: aspek fisik, genetic, lingkungan dan
factor sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui
pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologik dan teknik interpersonal.
Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan
prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang, therapist berperan dalam pemberian
terapi, laporan mengenai dampak terapi, menentukan diagnose, dan menentukan
jenis pendekatan terapi yang digunakan.
H. Kompetensi Perawat Kesehatan Jiwa Komunitas
1. Pengkajian biopsikososial yang peka terhadap budaya.
2. Merancang dan implementasi rencana tindakan untuk klien dan keluarga.
3. Peran serta dalam pengelolaan kasus: mengorganisasikan, mengkaji, negosiasi,
koordinasi pelayanan bagi individu dan keluarga.
4. Memberikan pedoman pelayanan bagi individu, keluarga, kelompok, untuk
menggunakan sumber yang tersedia di komunitas kesehatan mental, termasuk
pelayanan terkait, teknologi dan sistem sosial yang paling tepat.
5. Meningkatkan dan memelihara kesehatanmental serta mengatasi pengaruh
penyakit mental melalui penyuluhan dan konseling.
6. Memberikan askep pada penyakit fisik yang mengalami masalah psikologis dan
penyakit jiwa dengan masalah fisik.
7. Mengelola dan mengkoordinasi sistem pelayanan yang mengintegrasikan
kebutuhan klien, keluarga, staf, dan pembuat kebijakan.
I. Bentuk Pelayanan Keperawatan Komprehensif CMHN
Pelayanan keperawatan komprehensif dapat diberikan pada masyarakat pasca
bencana dengan kondisi masyarakat yang sangat beragam dalam rentang sehat-sakit
yang memerlukan pelayanan keperawatan pada tingkat pencegahan primer, sekunder
dan tersier. Pelayanan keperawatan kesehatan jiwa yang komprehensif
mencakup tingkat pencegahan yaitu :
1. Pencegahan primer
Fokus pelayanan keperawatan jiwa pada peningkatan kesehatan dan pencegahan
terjadinya gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mencegah terjadinya
gangguan jiwa, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa. Target
pelayanan yaitu anggota masyarakat yang belum mengalami gangguan sesuai
dengan kelompok umur yaitu anak-anak, remaja, dewasa dan lanjut usia lanjut.
Aktivitas pada pencegahan primer adalah program pendidikan kesehatan ,
program stimulasi perkembangan, program sosialisasi kesehatan jiwa ,
manajemen stress , persiapan menjadi orang tua. Beberapa kegiatan yang
dilakukan adalah :
a. Memberikan pendidikan kesehatan pada orangtua antara lain :

1) Pendidikan menjadi orangtua

2) Pendidikan tentang perkembangan anak sesuai dengan usia.

3) Memantau dan menstimulasi perkembangan

4) Mensosialisasikan anak dengan lingkungan

b. Pendidikan kesehatan mengatasi stress

1) Stress pekerjaan

2) Stress perkawinan

3) Stress sekolah
4) Stress pasca bencana

c. Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu , individu yang
kehilangan pasangan , pekerjaan, kehilangan rumah/ tempat tinggal , yang
semuanya ini mungkin terjadi akibat bencana. Beberapa kegiatan yang
dilakukan adalah :
1) Memberikan informasi tentang cara mengatasi kehilangan
2) Menggerakkan dukunganmasyarakat seperti menjadi orangtua asuhbagi
anak yatim piatu.
3) Melatih keterampilan sesuai dengan keahlian masing-masing untuk
mendapatkan pekerjaan
4) Mnedapatkan dukungan pemerintah dan LSM untuk memperoleh tempat
tinggal.
d. Program pencegahan penyalahgunaan obat. Penyalahgunaan obat sering
digunakan sebagai koping untuk mengtasi masalah. Kegiatan yang
dilakukan:
1) Pendidikan kesehatan melatih koping positif untuk mengatasi stress
2) Latihan asertif yaitu mengungkapkan keinginan dan perasaan tanpa
menyakiti orang lain.
3) Latihan afirmasi dengan menguatkan aspek-aspek positif yang ada pada
diri seseorang.
e. Program pencegahan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu cara
penyelesaian masalah oleh individu yang mengalami keputus asaan. Oleh
karena itu perlu dilakukan program :
1) Memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
tanda-tanda bunuh diri.
2) Menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah bunuh diri.
3) Melatih keterampilan koping yang adaptif.
2. Pencegahan sekunder
Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi dini
masalah psikososial dan gangguan jiwa serta penanganan dengan segera. Tujuan
pelayanan adalah menurunkan kejadian gangguan jiwa. Target pelayanan adalah
anggota masyarakat yang beresiko atau memperlihatkan tanda-tanda masalah dan
gangguan jiwa. Aktivitas pada pencegahan sekunder adalah :
a. Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi dari
berbagai sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lain dan penemuan
langsung.
b. Melakukan penjaringan kasus dengan melakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
1) Melakukan pengkajian 2menit untuk memperoleh data fokus pada semua
pasien yang berobat kepukesmas dengan keluhan fisik.
2) Jika ditemukan tanda-tanda yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi
maka lanjutkan pengkajian dengan menggunakan pengkajian keperawatan
kesehatan jiwa.
3) Mengumumkan kepada masyarakat tentang gejala dini gangguan jiwa (di
tempat– tempat umum)
4) Memberikan pengobatan cepat terhadap kasus baru yang ditemukan sesuai
dengan standar pendelegasian program pengobatan (bekerja sama dengan
dokter) dan memonitor efek samping pemberian obat, gejala, dan
kepatuhan pasien minum obat.
5) Bekerja sama dengan perawat komunitas dalam pemberian obat lain yang
dibutuhkan pasien untuk mengatasi gangguan fisik yang dialami (jika ada
gangguan fisik yang memerlukan pengobatan).
6) Melibatkan keluarga dalam pemberian obat, mengajarkan keluarga agar
melaporkan segera kepada perawat jika ditemukan adanya tanda-tanda
yang tidak biasa, dan menginformasikan jadwal tindak lanjut.
7) Menangani kasus bunuh diri dengan menempatkan pasien ditempat yang
aman, melakukan pengawasan ketat, menguatkan koping, dan melakukan
rujukan jika mengancam keselamatan jiwa.
8) Melakukan terapi modalitas yaitu berbagai terapi keperawatan untuk
membantu pemulihan pasien seperti terapi aktivitas kelompok , terapi
keluarga dan terapi lingkungan.
9) Memfasilitasi self-help group (kelompok pasien, kelompok keluarga, atau
kelompok masyarakat pemerhati) berupa kegiatan kelompok yang
mebahas masalah-masalah yang terkait dengan kesehatan jiwa dan cara
penyelesaiannya.
10) Menyediakan hotline service untuk intervensikrisis yaitu pelayanan dalam
24 pukul melalu telepon berupa pelayan konseling.
11) Melakukan tindakkan lanjut (follow-up) dan rujukan kasus.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah pelayanan keperawatan yang berfokus pelayana
keperawatan adalah : pada peningkatkan fungsi dan sosialisasi serta pencegahan
kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mengurangi
kecacatan atau ketidakmampuan akibat gangguan jiwa. Target pelayanan yaitu
anggota masyarakat mengalami gangguan jiwa pada tahap pemulihan. Aktifitas
pada pencegahan tersier meliputi :
a. Program dukungan sosial dengan menggerakan sumber-sumber dimasyarakat
seperti : sumber pendidikan, dukungan masyrakat (tetangga, teman dekat,
tokoh masyarakat), dan pelayan terdekat yang terjangkau masyarakat.
Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah :
1) Pendidikan kesehatan tentang perilaku dan sikap masyarakat terhadap
penerima pasien gangguan jiwa.
2) Penjelasan tentang pentingnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam
penanganan pasien yang melayani kekambuhan.
b. Program rehabilitas untuk memberdayakan pasien dan keluarga hingga
mandiri berfokus pada kekuatan dan kemampuan pasien dan keluarga dengan
cara :
1) Meningkatkan kemampuan koping yaitu belajar mengungkapkan dan
menyelesaikan masalah dengan cara yang tepat
2) Mengembangkan sistem pendukung dengan memberdayakan keluarga dan
masyarakat.
3) Menyediakan pelatihan dan kemampuan dan potensi yang perlu
dikembangkan oleh pasien, keluarga dan masyarakat agar pasien produktif
kembali.
4) Membantu pasien dan keluarga merencanakan dan mengambil keputusan
untuk dirinya.
c. Program sosialisasi
1) Membuat tempat pertemuan untuk sosialisasi.
2) Mengembangkan keterampilan hidup (aktifitas hidup sehari-hari
[ADL],mengelola rumah tangga, mengembangkan hobi
3) Program rekreasi seperti nonton bersama, jalan santai, pergi ke tempat
rekreasi.
4) Kegiatan sosial dan keagamaan (arisan bersama, pengajian bersama,
majelis taklim, kegiatan adat)
d. Program mencegah stigma. Stigma merupaka anggapan yang keliru dalam
masyarakat terhadap gangguan jiwa, oleh karena itu, perlu diberikan program
mencegah stigma untuk menghindari isolasi dan deskriminasi terhadap
pasien gangguan jiwa. Beberapa kegiatan yang dilakukan, yaitu :
1) Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang kesehatan
jiwa dan gangguan jiwa, serta tentang sikap dan tindakan menghargai
pasien gangguan jiwa.
2) Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat, atau orang yang
berpengaruh dalam rangka mensosialisasikan kesehatan jiwa dan
gangguan jiwa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
CMHN merupakan salah satu strategi berupa program peningkatan pengetahuan
dan keterampilan yang diberikan kepada petugas kesehatan melalui pelatihan dalam
rangka upaya membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan jiwa akibat
dampak tsunami, gempa maupun bencana lainnya. Pelatihan yang dilakukan terdiri dari
tiga tahapan yaitu Basic, Intermediate dan Advance Nursing Training.
Tujuan pembentukan CMHN adalah untuk Meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kesehatan
jiwa bagi masyarakat sehingga tercapai kesehatan jiwa masyarakat secara optimal.
Kegiatan pengarahan yang akan dilaksanakan pada pelayanan keperawatan kesehatan
jiwa komunitas adalah menciptakan budaya motivasi, menerapkan manajemen waktu,
melaksanakan pendelegasian, melaksanakan supervisi dan komunikasi yang efektif, melakukan
manajemen konflik.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga dalam pelayanan kesehatan jiwa komunitas
menggunakan pendekatan lintas sektoral dan lintas program. Setiap perawat CMHN di
puskesmas bertanggung jawab terhadap sejumlah desa yang menjadi area binaan.

B. Saran
CHMN merupakan strategi yang sangat berguna untuk masyarakat, disini penulis
menyaraankan agar kegiatan CMHN di tingkatkan lagi sehingga juga dapat menjangkau
kepelosok yang jauh. Selain itu penulis juga menyarankan kepada masyarakat untuk
mendukung kegiatan dari CHMN sehingga dapat menunjang kinerja oaring-orang yang
ada di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

UI, Fikep dan WHO. Modul basic course Comunity Mental Health Nursing. Jakarta :

Universitas Indonesia

Anonymous. e.d. Hubungan motivasi internal dan eksternal dengan kinerja petugas
CMHN. Universitas SumateraUtara (USU).

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN Basic. Jakarta:
EGC.

You might also like