Patofisiologi Menorrhagia

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 2

PATOFISIOLOGI MENORRHAGIA

Oleh dr. Yelsi Khairani

Patofisiologi menorrhagia secara pasti masih belum diketahui. Beberapa teori


menduga adanya hubungan esensial antara haemostatic plug dengan peningkatan
jumlah darah dan lama menstruasi. Selain dari pada itu, segala keadaan yang dapat
menyebabkan gangguan perdarahan dan pembekuan juga dapat menyebabkan
terjadinya menorrhagia, misalnya pada penggunaan obat antikoagulan atau penyakit
seperti Von Willebrand disease.
Pengetahuan tentang fisiologi menstruasi normal sangatlah penting guna memahami
patofisiologi dari menorrhagia. Empat fase dalam siklus menstruasi normal yakni
fase folikuler, luteal, implantasi, dan menstruasi. Sebagai respon GnRH
(gonadotropin-releasing hormone) dari hipotalamus, kelenjar hipofisis mensintesis
FSH (follicle-stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone) yang menginduksi
produksi estrogen dan progesteron. Selama fase folikuler, stimulasi estrogen
menyebabkan peningkatan ketebalan dinding endometrium. Hal ini juga dikenal
dengan fase proliferatif. Fase luteal terlibat dalam proses ovulasi. Selama fase ini,
yang juga dikenal dengan fase sekretorik, progesteron menyebabkan maturasi
endometrium. Jika fertilisasi terjadi, fase implantasi dipertahankan. Namun, tanpa
fertilisasi, estrogen dan progesteron withdrawalmenyebabkan menstruasi.
Menorrhagia terjadi jika terdapat gangguan dalam mekanisme siklus menstruasi
normal tersebut. Faktor-faktor yang turut berkontribusi dalam mekanisme terjadinya
menorrhagia termasuk faktor organik, endokrin, anatomik, dan iatrogenik. Jika
perdarahan yang terjadi tidak disebabkan satu pun etiologi tersebut, diagnosis yang
sering diberikan adalah perdarahan uterus disfungsional (PUD) / dysfunctional
uterine bleeding(DUB). Kebanyakan kasus PUD ini disebabkan oleh siklus anovulasi
dan umum terjadi pada usia remaja (pubertas) dan perimenopause. Tanpa ada
ovulasi, korpus luteum gagal terbentuk yang menyebabkan tidak adanya sekresi
progesteron. Estrogen yang berlebihan menyebabkan endometrium terus
berproliferasi dan menebal sampai akhirnya berdegenerasi. Hal ini jugalah yang
menyebabkan perdarahan anovulasi lebih berat dari perdarahan menstruasi normal.
Penyebab menorrhagia faktor organik adalah segala keadaan yang menyebabkan
gangguan perdarahan dan pembekuan, seperti pada kasus penyakit Von Willebrand
dan trombositopenia purpura (ITP). Hemostasis endometrium tidak telepas dari
fungsi trombosit dan fibrin. Defisiensi komponen-komponen ini seperti pada pasien
dengan penyakit Von Willebrand atau trombositopenia akan menyebabkan
menorrhagia.
Penggunaan copper-containing intrauterine device (IUD) juga dapat menyebabkan
menorrhagia dengan cara memperpanjang peluruhan endometrium dan
menghambat terbentuknya haemostatic plug.
Kelainan pada uterus seperti pada leimyomata uteri dan adenomyosis dapat
menyebabkan menorrhagia karena menyebabkan pembentukan plug yang
insufisien, pemanjangan waktu vasodilatasi arteri basal, dan pemanjangan waktu
luruh pada pembuluh darah mikro. [6-8]

Referensi
6. Shaw, J.A. Menorrhagia 2017. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/255540
7. Van Eijkerren, M.A., et al. Menorrhagia Current Drug and Treatment Concepts.
Drugs, 1992. 43 (2) : 201-209. https://doi.org/10.2165/00003495-199243020-00006
8. Ferenczy, Alex. Patophysiology of Endometrial Bleeding. Eur Menop J, 2003. 45 :
1-14. doi:10.1016/S0378-5122(03)00068-9

You might also like