Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

ACTIVITY BASED COSTING (ABC)

Semakin derasnya arus teknologi dan informasi, perusahaan dituntut untuk lebih dapat
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tersebut dalam persaingan global.
Kelangsungan hidup suatu perusahaan dapat ditentukan oleh berbagai strategi yang diterapkan
oleh perusahaan. Salah satu strategi yang dapat digunakan perusahaan agar dapat bersaing
dalam bisnis global ini adalah dengan mengurangi biaya, meningkatkan produktivitas,
meningkatkan kualitas produk atau jasa dan meningkatkan kemampuan untuk memberi respon
terhadap berbagai kebutuhan pelanggan.
Bervariasinya sumber daya yang diperlukan untuk memproduksi suatu produk, maka
perusahaan pun harus dapat menggunakan sumber daya tersebut dengan lebih efektif dan
efisien dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis. Perhitungan biaya produksi yang
dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan suatu produk pun haruslah akurat, sehingga
perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif di pasar global ini.
Manajemen sering kali mengabaikan perhitungan biaya produksi secara akurat yang
dapat mengakibatkan perusahaan tersebut tidak mampu bersaing di pasaran. Oleh karena itu,
manajer suatu perusahaan membutuhkan suatu informasi mengenai biaya-biaya yang harus
dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk secara akurat. Pembebanan setiap biaya
produksi yang dikeluarkan untuk satu unit produk dengan suatu metoda dapat membantu
manajemen memperoleh informasi mengenai biaya produksi satu unit produk dengan lebih
akurat. Metoda ini didalam akuntansi manajemen dinamakan sebagai metoda Activity Based
Costing (ABC) System.
Metode Activity Based Costing (ABC) System menghitung setiap biaya pada masing-masing
aktivitas dengan dasar alokasi yang berbeda untuk masing-masing aktivitas. Banyak
perusahaan-perusahaan di Indonesia belum mengadopsi metode ini dalam penghitungan biaya
produksi yang dikeluarkan untuk setiap produk. Umumnya metode yang digunakan oleh
perusahaan yang berada di Indonesia adalah pemerataan biaya secara umum untuk masing-
masing produk. Padahal masing-masing produk tersebut kenyataannya tidak menggunakan
sumber daya dalam jumlah yang sama.
Metode manajemen biaya yang canggih seperti Activity Based Costing (ABC) banyak
diterapkan pada perusahaan – perusahaan dunia. ABC membantu perusahaan mengurangi
distorsi yang disebabkan oleh sistem penentuan harga pokok tradisional, sehingga dengan ABC
dapat diperoleh biaya produk yang lebih akurat. ABC menyediakan pandangan yang jelas
bagaimana perusahaan membedakan produk, jasa dan aktivitas yang memberikan kontribusi
dalam jangka panjang. Sistem ABC telah dikembangkan dan diimplementasikan pada banyak
perusahaan seperti Hewlett-Packard, General Electric, Merck, AT&T, dan American Express.
Activity-Based Costing
Activity-Based Costing (ABC) adalah suatu sistem informasi akuntansi yang mengidentifikasi
berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi dan mengumpulkan biaya dengan
dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari aktivitasnya. ABC memfokuskan pada biaya yang
melekat pada produk berdasarkan aktivitas untuk memproduksi, mendistribusikan atau
menunjang produk yang bersangkutan.
Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi yang
mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan
produk secara akurat. Hal ini didorong oleh:
 Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost effective
 Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya overhead
pabrik dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost.
 Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy.
Kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional:
 Akuntansi biaya tradisional dirancang hanya menyajikan informasi biaya pada tahap
produksi
 Alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan pada jam tenaga kerja langsung atau
hanya dengan volume produksi.
 Ada diversitas produk, dimana masing-masing produk mengkonsumsi biaya overhead
yang berbeda beda.
Dalam sistem kalkulasi biaya tradisional biaya overhead dialokasikan secara arbitrer kepada
harga pokok produk. Hal ini akan menghasilkan harga pokok produk yang tidak akurat atau
terjadinya distorsi penentuan harga pokok produk per unit sehingga tidak bisa diandalkan
dalam mengukur efisiensi dan produktivitas.
Penentuan harga pokok per unit yang lebih akurat penting bagi manajemen sebagai dasar untuk
pembuatan keputusan. Manajemen dapat dipermudah dalam membuat berbagai keputusan,
antara lain:
 menentukan harga jual
 mempertimbangkan menolak atau menerima suatu pesanan
 memantau realisasi biaya
 menghitung laba/rugi tiap pesanan
 menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang akan
disajikan di neraca.
Agar tidak terjadi distorsi penentuan harga pokok per unit, banyak perusahaan yang
mengadopsi penggunaan sistem penentuan harga pokok (costing) berbasis aktivitas (ABC)
dengan harapan manajemen melakukan analisis profitabilitas, mendorong perbaikan proses,
mengembangkan ukuran kinerja yang lebih inovatif, dan dapat berpartisipasi dalam
perencanaan strategis.
Perbandingan Sistem Tradisional dan ABC
Metode ABC memandang bahwa biaya overhead dapat dilacak dengan secara memadai pada
berbagai produk secara individual. Biaya yang ditimbulkan oleh cost driverberdasarkan unit
adalah biaya yang dalam metode tradisional disebut sebagai biaya variabel.
Metode ABC memperbaiki keakuratan perhitungan harga pokok produk dengan mengakui
bahwa banyak dari biaya overhead tetap bervariasi dalam proporsi untuk berubah selain
berdasarkan volume produksi. Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya tersebut
meningkat dan menurun, biaya tersebut dapat ditelusuri ke masing-masing produk. Hubungan
sebab akibat ini memungkinkan manajer untuk memperbaiki ketepatan kalkulasi biaya produk
yang dapat secara signifikan memperbaiki pengambilan keputusan (Hansen dan Mowen, 2004:
157-158).
Digambarkan dalam tabel, perbedaan antara penentuan harga pokok produk tradisional dan
sistem ABC, yaitu:
Perbedaan Metode Activity Based Costing dengan Tradisional

Metode Penentuan Harga Pokok Metode Activity Based


Produk Tradisional Costing

Tujuan Inventory level Product Costing

Lingkup Tahap produksi Tahap desain, produksi,


Tahap pengembangan

Fokus Biaya bahan baku, tenaga kerja Biaya overhead


langsung

Periode Periode akuntansi Daur hidup produk

Teknologi yang Metode manual Komputer telekomunikasi


digunakan

Sumber: (Mulyadi, 1993)

Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional


Hal-hal yang tidak diberitahukan oleh sistem akuntansi biaya tradisional kepada manajemen
banyak sekali. Akuntansi biaya tradisional memberi sedikit ide kepada manajemen pada saat
harus mengurangi pengeluaran pada waktu yang mendesak. Sistem tersebut hanya memberikan
laporan manajemen dengan menunjukkan dimana biaya dikeluarkan dan tidak ada indikasi apa-
apa yang menimbulkan biaya.
Sistem biaya tradisional memang memperhatikan biaya total perusahaan, akan tetapi mereka
mengabaikan “below the line expenses”, seperti penjualan, distribusi, riset, dan pengembangan
serta biaya administrasi. Biaya-biaya ini tidak dibebankan ke pasar, pelanggan, saluran
distribusi, atau bahkan produk yang berbeda. Banyak manajer yang percaya bahwa biaya-biaya
ini adalah tetap. Oleh sebab itu, biaya-biaya “below the line” ini diperlakukan secara sama
dengan mendistribusikannya kepada pelanggan. Padahal, sekarang ini beberapa pelanggan jauh
lebih mahal untuk dilayani dibandingkan dengan yang lain dan sebenarnya beberapa biaya
tersebut adalah biaya variabel. (Amin, 1992: 22).
Dengan berkembangnya dunia teknologi, sistem biaya tradisional mulai dirasakan tidak
mampu menghasilkan produk yang akurat lagi. Hal ini disebabkan karena lingkungan global
menimbulkan banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab sistem akuntansi biaya tradisional,
antara lain:
1. Sistem akuntansi biaya tradisional terlalu menekankan pada tujuan penentuan harga
pokok produk yang dijual. Akibatnya sistem ini hanya menyediakan informasi yang
relatif sangat sedikit untuk mencapai keunggulan dalam persaingan global.
2. Sistem akuntansi biaya tradisional untuk biaya overhead terlalu memusatkan pada
distribusi dan alokasi biaya overhead daripada berusaha keras untuk mengurangi
pemborosan dengan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah.
3. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mencerminkan sebab akibat biaya karena
seringkali beranggapan bahwa biaya ditimbulkan oleh faktor tunggal misalnya volume
produk atau jam kerja langsung.
4. Sistem akuntansi biaya tradisional menghasilkan informasi biaya yang terdistorsi
sehingga mengakibatkan pembuatan keputusan yang menimbulkan konflik dengan
keunggulan perusahaan.
5. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan biaya langsung dan tidak langsung
serta biaya tetap dan variabel hanya mendasarkan faktor penyebab tunggal misalnya
volume produk, padahal dalam lingkungan teknologi maju cara penggolongan tersebut
menjadi kabur karena biaya dipengaruhi oleh berbagai macam aktivitas.
6. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan suatu perusahaan kedalam pusat-
pusat pertanggung jawaban yang kaku dan terlalu menekankan kinerja jangka pendek.
7. Sistem akuntansi biaya tradisional memusatkan perhatian kepada perhitungan selisih
biaya pusat-pusat pertanggungjawaban tertantu dengan menggunakan standar.
8. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak banyak memerlukan alat-alat dan teknik-teknik
yang canggih dalam sistem informasi dibandingkan pada lingkungan teknologi maju.
9. Sistem akuntansi biaya tradisional kurang menekankan pentingnya daur hidup produk.
Hal ini dibuktikan dengan perlakuan akuntansi biaya tradisional terhadap biaya
aktivitas-aktivitas perekayasaan, penelitian dan pengembangan. Biaya-biaya tersebut
diperlakukan sebagai biaya periode sehingga menyebabkan terjadinya distorsi harga
pokok daur hidup produk.
Keunggulan Metode ABC
Amin (1994: 23) mengemukakan tentang keunggulan ABC adalah sebagai berikut:
1. Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus mengambil
sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya mereka dapat
berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan fokus pada mengurangi
biaya. Analisis biaya dapat menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya proses
manufakturing, yang pada akhirnya dapat memicu aktivitas untuk mereorganisasi
proses, memperbaiki mutu dan mengurangi biaya.
2. ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan.
3. Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif
yang lebih wajar.
4. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan analisis yang lebih
akurat mengenai volume, yang dilakukan untuk mencari break even atas produk yang
bervolume rendah.
5. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen dapat mulai
merekayasa kembali proses manufakturing untuk mencapai pola keluaran mutu yang
lebih efisien dan lebih tinggi.
Konsep-Konsep Dasar dan Syarat Penerapan Sistem Activity-Based Costing
Activity Based Costing Sistem adalah suatu sistem akuntansi yang terfokus pada aktivitas-
aktifitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk/jasa. Activity Based
Costingmenyediakan informasi perihal aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan
untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi
yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor penyebab dalam
pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini menjadi titik perhimpunan biaya.
Dalam sistem ABC, biaya ditelusur ke aktivitas dan kemudian ke produk. System ABC
mengasumsikan bahwa aktivitas aktivitaslah, yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya
produk.
Dalam penerapannya, penentuan harga pokok dengan menggunakan sistem ABC menyaratkan
tiga hal:
a. Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi
Sistem ABC mensyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa macam produk atau lini
produk yang diproses dengan menggunakan fasilitas yang sama. Kondisi yang demikian
tentunya akan menimbulkan masalah dalam membebankan biaya ke masing-masing produk.
b. Tingkat persaingan industri yang tinggi
Yaitu terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis. Dalam
persaingan antar perusahaan yang sejenis tersebut maka perusahaan akan semakin
meningkatkan persaingan untuk memperbesar pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan
maka semakin penting peran informasi tentang harga pokok dalam mendukung pengambilan
keputusan manajemen.
c. Biaya pengukuran yang rendah
Yaitu bahwa biaya yang digunakan system ABC untuk menghasilkan informasi biaya yang
akurat harus lebih rendah dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh.
Penerapan ABC sistem akan relevan bila biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling
dominan dan multiproduk. Dalam merancang ABC sistem, aktivitas untuk membuat dan
menjual produk digolongkan dalam 4 kelompok, yaitu:
1. Facility sustaining activity cost: biaya yang berkaitan dengan aktivitas
mempertahankan kapasitas yang dimiliki perusahaan. Misal biaya depresiasi, biaya
asuransi, biaya gaji pegawai kunci
2. Product sustaining activity cost: biaya yang berkaitan dengan aktivitas penelitian dan
pengembangan produk dan biaya untuk mempertahankan produk untuk tetap dapat
dipasarkan. Misal biaya pengujian produk, biaya desain produk
3. Bacth activity cost: biaya yang berkaitan dengan jumlah bacth produk yang diproduksi.
Misalnya biaya set-up mesin
4. Unit level activity cost: biaya yang berkaitan dengan besar kecilnya jumlah unit produk
yang dihasilkan. Misalnya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
5. Penggolongan aktivitas menjadi empat ketegori diatas disebut cost hierarchy (struktur
biaya).
Langkah-langkah ABC sistem:
1. Tahap pertama pengelompokan biaya overhead ke dalam kelompok biaya yang
homogen. Kelompok biaya homogen merupakan kumpulan overhead yang variasinya
dapat dijelaskan oleh satu faktor penyebab (cost driver). Untuk menentukan mana
kelompok biaya yang homogen, dapat melihat biaya yang mempunyai rasio konsumsi
sama untuk seluruh produk.
2. Tahap kedua alokasi biaya overhead pabrik:
Alokasi biaya overhead = Tarif kelompok x Dasar pembebanan yang dikonsumsi
Pembebanan Biaya Overhead pada Activity Based-Costing
Pada Activity Based Costing meskipun pembebanan biaya-biaya overhad pabrik dan produk
juga menggunakan dua tahap seperti pada akuntansi biaya tradisional, tetapi pusat biaya yang
dipakai untuk pengumpulan biaya-biaya pada tahap pertama dan dasar pembebanan dari pusat
biaya kepada produk pada tahap kedua sangat berbeda dengan akuntansi biaya tradisional.
Activity-Based costing menggunakan lebih banyak cost driver bila dibandingkan dengan sistem
pembebanan biaya pada akuntansi biaya tradisional. Sebelum sampai pada prosedure
pembebanan dua tahap dalam Activity-Based Costing perlu dipahami hal-hal sebagai berikut:
1. Cost Driver adalah suatu kejadian yang menimbulkan biaya. Cost Driver merupakan
faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead. Faktor ini
menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktivitas yang akan menyebabkan biaya
dalam aktivitas aktivitas selanjutnya.
2. Rasio konsumsi adalah proporsi masing-masing aktivitas yang dikonsumsi oleh setiap
produk, dihitung dengan cara membagi jumlah aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu
produk dengan jumlah keseluruhan aktivitas tersebut dari semua jenis produk.
3. Homogeneous Cost Pool merupakan kumpulan biaya dari overhead yang variasi
biayanya dapat dikaitkan dengan satu pemicu biaya saja. Atau untuk dapat disebut suatu
kelompok biaya yang homogen, aktivitas-aktivitas overhead secara logis harus
berhubungan dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk.
Cost Driver
Landasan penting untuk menghitung biaya berdasarkan aktivitas adalah dengan
mengidentifikasi pemicu biaya atau cost driver untuk setiap aktivitas. Pemahaman yang tidak
tepat atas pemicu akan mengakibatkan ketidaktepatan pada pengklasifikasian biaya, sehingga
menimbulkan dampak bagi manajemen dalam mengambil keputusan.
Jika perusahaan memiliki beberapa jenis produk maka biaya overhead yang terjadi ditimbulkan
secara bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini menyebabkan jumlah overhead yang
ditimbulkan oleh masingmasing jenis produk harus diidentifikasi melalui cost driver.
Cost driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead.
Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktifitas yang akan menyebabkan biaya
dalam aktifitas.
Ada dua jenis cost driver, yaitu:
Cost Driver berdasarkan unit
Cost Driver berdasarkan unit membebankan biaya overhead pada produk melalui
penggunaan tarif overhead tunggal oleh seluruh departemen.
Cost Driver berdasarkan non-unit
Cost Driver berdasarkan non-unit merupakan factor-faktor penyebab selain unit yang
menjelaskn konsumsi overhead. Contoh cost driver berdasarkan unit pada perusahaan jasa
adalah luas lantai, jumlah pasien, jumlah kamar yang tersedia.
Aktivitas yang ada dalam perusahaan sangat kompleks dan banyak jumlahnya. Oleh karena itu
perlu pertimbangan yang matang dalam menentukan pemicu biayanya atau cost driver.
1. Penentuan jumlah cost driver yang dibutuhkan
Penentuan banyaknya cost driver yang dibutuhkan berdasarkan pada keakuratan
laporan product cost yang diinginkan dan kompleksitas komposisi output perusahaan. Semakin
banyak cost driver yang digunakan, laporan biaya produksi semakin akurat. Dengan kata lain
semakin tinggi tingkat keakuratan yang diinginkan, semakin banyak cost driver yang
dibutuhkan.
2. Pemilihan cost driver yang tepat.
Dalam pemilihan cost driver yang tepat ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan:
- Kemudahan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam pemilihan cost driver (cost of
measurement). Cost driver yang membutuhkan biaya pengukuran lebih rendah akan dipilih.
- Korelasi antara konsumsi aktivitas yang diterangkan oleh cost driver terpilih dengan
konsumsi aktivitas sesungguhnya 20 (degree of correlation). Cost driver yang memiliki
korelasi tinggi akan dipilih.
- Perilaku yang disebabkan oleh cost driver terpilih (behavior effect). Cost driver yang
menyebabkan perilaku yang diinginkan yang akan dipilih.
CONTOH SOAL
PT. Sentosa Jaya Tbk adalah perusahaan yang menghasilkan dan menjual produk dalam 2 jenis
berbeda yaitu Jenis AB dan BC. Data Keuangan yang terhimpun untuk kedua jeniS produk
tersebut adalah sebagai berikut:
Keterangan Produk
AB BC
Volume Produksi (Unit) 5.000 20.000
Harga Jual (Rp) 6.000 3.000
Biaya Utama (Rp) 3.000 1.500
Jam Kerja Langsung 2.500 5.000
Dan akuntan manajemen mengidentifikasikan aktivitas cost pool yang dianggarkan dan
Aktivitas sebagai berikut:
Aktivitas Anggaran Cost Pool Aktivitas
Rekayasa Rp150.000 Jam
Setup 500.000 Jam
Perputaran Mesin 1.500.000 Jam
Pengemasan 100.000 Jumlah
Dan berikut ini aktivitas yang sesungguhnya untuk kedua jenis produk:
Aktivitas Konsumsi / Realisasi Total
AB BC
Rekayasa 6.000 9.000 15.000
Setup 400 600 1.000
Perputaran Mesin 50.000 100.000 150.000
Pengemasan 5.000 20.000 25.000
Diminta:
1. Hitunglah biaya per unit produk AB dan BC dengan sistem konvesional (Tradisional)
2. Hitunglah biaya per unit produk AB dan BC dengan sistem ABC?
Jawab:
1.Sistem Konvesional
Total Jam Kerja Langsung (JKL)= 2.500 + 5.000 = 7.500
Tarif overhead / JKL = Rp2.250.000 / 7.500 = Rp300 / JKL
Biaya Overhead yang dibebankan ke:
Produk Total Unit Overhead / unit
AB Rp300 x 2.500 = Rp750.000 5.000 Rp150
BC Rp300 x 5.000 = Rp1.500.000 20.000 Rp75

2.Sistem ABC (Activity Based Costing)


Aktivitas Total Biaya Konsumsi Aktivitas Tarif Aktivitas
Rekayasa 150.000 15.000 Rp10
Setup 500.000 1.000 Rp500
Perputaran Mesin 1.500.000 150.000 Rp10
Pengemasan 100.000 25.000 Rp4

Biaya Overhead yang dibebankan ke masing – masing produk sebagai berikut:


A. Produk AB
Aktivitas Tarif Jumlah BO Total BO / Unit
Rekayasa Rp10 6.000 60.000 Rp10
Setup Rp500 400 200.000 Rp500
Perputaran Mesin Rp10 50.000 500.000 Rp10
Pengemasan Rp4 5.000 20.000 Rp4
780.000

B. Produk BC
Aktivitas Tarif Jumlah BO Total BO / Unit
Rekayasa Rp10 9.000 90.000 Rp10
Setup Rp500 600 300.000 Rp500
Perputaran Mesin Rp10 100.000 1.000.000 Rp10
Pengemasan Rp4 20.000 80.000 Rp4
1.470.000 Rp524
Menghitung biaya per unit menggunakan metode konvesional:
Keterangan Produk AB Produk BC
Biaya Utama 15.000.000 30.000.000
Biaya Overhead 1.500.000 6.000.000
Total Biaya 16.500.000 36.000.000
Unit diproduksi 5.000 20.000
Biaya / Unit 3.300 1.800

Menghitung biaya per unit menggunakan metode ABC:


Keterangan Produk AB Produk BC
Biaya Utama 15.000.000 30.000.000
Biaya Overhead 2.620.000 10.480.000
Total Biaya 17.620.000 40.480.000
Unit diproduksi 5.000 20.000
Biaya / Unit 3.524 2.024

You might also like