BAB 10

PENUTUP

10.1 Kesimpulan
1. Masalah kesehatan yang menjadi prioritas dalam diagnosis komunitas kami adalah
rendahnya angka penemuan kasus TB BTA positif di Kecamatan Kalipare. Hal ini
didasarkan pada penilaian skala prioritas yang kami lakukan.
2. Desa intervensi yang terpilih adalah Desa Kalipare dengan jumlah pasien TB
terbanyak dari tahun ke tahun dan mengalami peningkatan.
3. Rendahnya angka penemuan kasus TB dilatarbelakangi oleh adanya faktor resiko
berupa rendahnya pengetahuan tentang penyakit TB baik pada Kader Kesehatan
maupun warga Desa Kalipare, Kecamatan Kalipare.
4. Telah dilakukan intervensi berupa Program “BATUK” (Berantas Tuberkulosis untuk
Kalipare) yang mencakup pelatihan kepada Kader, pembentukan Kader TB yang
selanjutnya akan dikoordinasi oleh pemegang program TB di puskesmas Kalipare
secara langsung, penyuluhan oleh Kader kepada warga Desa kalipare dan skrining
kepada keluarga dan tetangga penderita TB dengan pemeriksaan dahak SPS
(Sewaktu-Pagi-Sewaktu)
5. Secara umum program “BATUK” (Berantas Tuberkulosis untuk Kalipare) ini telah
berhasil mencapai indikator keberhasilan jangka pendek dan menengah (Process
dan Impact).

10.2 Saran
1. Puskesmas sebaiknya dapat menindaklanjuti program “BATUK” dengan
mengkoordinasi kader-kader yang telah dibentuk sehingga informasi/pengetahuan
mengenai TB dapat tersampaikan tidak hanya pada warga Desa Kalipare namun
kepada seluruh warga Kecamatan Kalipare.
2. Kader TB yang telah terbentuk dapat berbagi pengetahuan dan informasi kepada
kader Kesehatan lain yang belum mengikuti pelatihan dan dapat meneruskan
penyuluhan mengenai TB kepada warga terutama saat kegiatan posyandu.
3. Program ini dapat diteruskan oleh Dokter Muda periode selanjutnya untuk dapat
memberi penyuluhan di setiap dukuh di Desa Kalipare serta mengadakan skrining
bagi warga yang bukan keluarga penderita TB terutama di dukuh Kauman, Pitrang
dan Sumberkombang.

64