Professional Documents
Culture Documents
Transmisi Manual 1
Transmisi Manual 1
Berdasarkan cara pemindahan gigi maka transmisi manual dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Tipe Sliding mesh.
2. Tipe Constant mesh.
3. Tipe Sincromesh.
Transmisi Tipe Sliding Mesh.
Transmisi Tipe Sliding Mesh adalah jenis transmisi manual yang cara kerja dalam pemindahan
gigi dengan cara menggeser langsung roda gigi input dan out putnya. Transmsi jenis ini jarang
digunakan, karena mempunyai kekurangan–kekurangan :
1. Perpindahan gigi tidak dapat dilakukan secara langsung/memerlukan waktu beberapa saat
untuk melakukan perpindahan gigi.
2. Hanya dapat menggunakan salah satu jenis roda gigi.
3. Suara yang kasar saat terjadi perpindahan gigi.
1. Pemindahan gigi dapat dilakukan secara langsung tanpa nenunggu waktu yang lama.
2. Suara saat terjadi perpindahan gigi halus.
3. Memungkinkan menggunakan berbagai jenis roda gigi.
1. Clutch hub, berhubungan dengan output shaft melalui splin (alur), sehingga apabila
clutch hub berputar maka output shaft juga ikut berputar.
2. Hub sleeve, dapat bergerak maju mundur pada alur bagian luar clutch hub, sedangkan
hub sleeve berkaitan dengan garpu pemindah (shift fork). Hub sleeve berfungsi untuk
menghubungkan clutch hub dengan gigi percepatan melalui synchronizering dan gigi
konis yang terpasang pada tiap-tiap gigi sikap.
3. Sincromeh , terpasang pada bagian samping clutch hub yang berfungsi untuk
menyamakan putaran gigi percepatan dan hub sleeve dengan jalan mengadakan
pengereman terhadap gigi percepatan saat hub sleeve digeserkan (dihubungkan) oleh
garpu pemindah pada salah satu sikap.
4. Shifting key, dipasang pada tiga buah tempat yang terdapat pada sincromesh dan clutch
hub, seperti terlihat pada gambar. Fungsi shifting key untuk meneruskan gaya tekan dari
hub sleeve selanjutnya ditekan ke sincromesh agar terjadi pengereman pada bagian tirus
gigi percepatan (dudukan sincromesh).
5. Key spring, berfungsi untuk mengunci dan menekan shifting key agar tetap tertekan
kearah hub sleeve.
Posisi Netral.
Saat posisi netral mekanisme sincromesh tidak berhubungan dengan salah satu gigi
tingkat, sehingga tidak terjadi perpindahan tenaga dari gigi tingkat ke mekanisme
sincromesh yang berati poros out put tidak berputar (bebas).
Posisi Pengereman.
Jika hub slevee digeser kearah roda gigi tingkat maka akan terjadi pengereman, sehingga
kecepatan roda gigi tingkat berangsur – angsur menurun dan setelah sesuai (sinkron)
maka akan segera terhubung antara roda gigi tingkat dengan mekanisme sinkromesh .
Namun yang termasuk transmisi manual adalah pada no.I dan II, yaitu Selective and Planetary
Gear Transmission.
Di antara selective gear transmission, tipe sliding mesh inilah yang paling sederhana
konstruksinya. Dikarenakan belum adanya ukuran yang tepat untuk memudahkan perkaitan gigi,
maka cara kopling ganda (double clutching) harus dilakukan agar pemindahan gigi-gigi dapat
berlangsung dengan sempurna. Selain itu gigi-gigi ini cenderung menimbulkan suara berisik.
Karena adanya kesukaran tersebut, dewasa ini tidak dipergunakan lagi. Adapun contoh mobil
yang menggunakan model transmisi sliding mesh adalah sedan Holden, Daihatsu, Tronton,
Suzuki Fronte dan lain-lain.
c. Tipe Synchromesh
Transmisi model ini, mempunyai banyak keuntungan untuk memungkinkan pemindahan gigi
dengan lembut dan cepat tanpa menimbulkan bahaya pada gigi-gigi dan tidak memerlukan
pelayanan dengan kopling ganda (double clutching).
Mobil yang menggunakan tipe sinkromesh adalah : sedan Datsun 120Y, Suzuki Carry 1.6,
Suzuki Carreta 1.0, Toyota Corola, Toyona Corona, Benz 200, Mazda 626, BMW 520i, dll.
1) Prinsip Konstruksi Transmisi Sinkromesh
Melihat pada gambar diatas memindahkan gigi-gigi dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat yang
rendah pada saat mobil berjalan, pertama kopling dibebaskan dan gigi diposisikan pada netral
(bebas). Bagian-bagiannya terdiri dari: gigin susun (counter gear) dan gigi 3 berada pada
kecepatan asli yang tertinggi tetapi kecepatan gigi 3 dalam hubungan dengan clutch hub sleeve
ada lebih rendah dan menjadi lebih lambat dengan perlahan-lahan karena adanya berbagai
macam tahanan.
Sebaliknya, clutch hub sleeve dan out put shaft yang disatukan untuk menggerakan roda
disesuaikan dengan kecepatan kendaraan dan tidak akan menjadi lambat. Karena itu, terjadi
perbedaan putaran yang besar pada clutch hub sleeve dan gigi 3. Dalam hal ini, pada sliding gear
type, putaran gigi ke 3 akan bertambah oleh adanya kopling ganda untuk disesuaikan dengan
putaran clutch hub sleeve. Pada type sinkromes, sebagai ganti mempertinggi putaran mesin
dilakukan dengan hub sleeve. Sebuah kopling dengan bentuk kerucut (conical clutch) disebut
synchronizer ring digunakan untuk menghasilkan gaya gesek antara clutch hub sleeve dan gigi 3
yang berputar pada kecepatan yang sama kemudian gigi (alur-alur) akan berkaitan. Ini adalah
prinsip kerja transmisi sinkromesh.
2) Bagian-bagian utama transmisi sinkromesh
Dalam keadaan netral, gigi-gigi dalam keadaan perkaitan yang tetap dengan gigi susun tetapi
dapat berputar bebas pada output shaft. Output shaft, clutch hub, dan clutch hub sleeve masing-
masing beralur. Dengan demikian, semua dapat berputar sama. Ring-ring sinkromesh berada
dalam keadaan bebas, tetapi ujung-ujung shifting key ditempatkan pada tiga tempat dari tiap
ring-ring.
Apabila gigi-gigi berhubungan (shifting gear) :
a) Apabila tuas pengatur didorong menurut arah panah, clutch hub, dan shifting key agar
berkaitan pada bagian yang menonjol di bagian tengahnya. Dengan demikian, tenaga akan
berpindah ke shifting key. Kemudian, shifting key akan mendorong synchronizer ring pada gigi
tirus (core gear) yang mana gigi-gigi ini mulai cepat putarannya. Dalam waktu yang bersamaan
synchronizer ring akan ditarik oleh gigi. Dengan demikian, clutch hub dan synchronizer ring
akan saling berhadapan dengan bagian-bagian yang menonjol keluar dari jajaran (gambar 1)).
b) Apabila shift lever didorong sedikit keras, clutch digeserkan lebih lanjut, maka clutch tidak
berkaitan dengan shifting key (keras). Synchronizer ring selanjutnya akan diseret dan
mengakibatkan clutch hub synchronizer ring saling mendorong dengan kuat seperti ditunjukkan
pada gambar berikut. Selama tenaga dipindahkan, putaran gigi ke 3 akan bertambah, hingga
akhirnya clutch hub dan gigi ke 3 berada pada kecepatan yang sama (gambar 2)).
c) Apabila tuas pengatur didorong lebih lanjut, dan apabila clutch hub disinkronisasikan
dengan gigi 3, synchronizer ring menjadi bebas dalam arah putarannya. Dengan demikian, clutch
hub telah berkaitan dengan gigi ke 3 (gambar 3)).
a. Kegunaan Overdrive
1) Memungkinkan kendaraan berjalan dengan tenang dan aman.
2) Penggunaan bahan bakar yang lebih hemat.
3) Daya tahan mesin akan bertambah/lebih cepat.
4) Mengurangi putaran motor sekitar 30%.
5) Bagi pengemudi yang ahli dalam menggunakan overdrive dapat menggunakan transmisi 3
speed sebagai 5 speed.
6) Tidak terdapat keluhan.
b. Cara Kerja Overdrive
Jika kecepatan kendaraan mencapai 50 km/jam (31 mph), perlengkapan listrik akan bekerja dan
sekaligus terhubung dengan overdrive. Pada waktu yang bersamaan, lampu tanda (indicator
lamp) yang terdapat pada dashboard akan menyala. Pada kecepatan ini overdrive dapat
dihubungkan. Pada tingkat kecepatan lampu tanda menyala disebut cut in speed.
Sebaliknya, jika putaran mesin menurun, overdrive tidak akan melepas pada kecepatan 50
km/jam (31 mph). Di sini terdapat perbedaan sekitar 8 km/jam (5 mph). Dengan kata lain,
overdrive tidak akan melepaskan (bebas) hingga kecepatan menurun sampai 42 km/jam (26
mph). Pada kecepatan ini overdrive akan terlepas secara otomatis, kondisi ini biasa disebut cut
out speed. Adanya perbedaan 8 km/jam (5 mph) antara cut in speed dan cut out speed ini disebut
histeresis. Tanpa adanya perbedaan ini, kendaraan pada kecepatan 50 km/jam (31 mph) akan
timbul kesukaran pada waktu melakukan pertukaran gigi-gigi, berganti-ganti secara terus
menerus antara overdrive dan kecepatan tinggi yang normal.
Jika tuas pengontrol (control lever) yang terdapat pada bagian depan pengemudi ditarik, sakelar
pengunci (lock-nut switch) akan bekerja dan overdrive akan bebas. Sistem kelistrikan overdrive
akan terputus dan overdrive tidak akan berhubungan sekalipun kecepatan cut in (Cut in speed).
Mobil akan tetap berjalan dalam hubungan langsung dan normal (normal direct drive). Jika
mobil berjalan dengan kecepatan overdrive, mobil memerlukan akselerasi yang cepat. Apabila
kendaraan berjalan mendaki, yang membutuhkan tenaga, tekanlah pedal akselerasi (pedal gas)
dalam-dalam dan overdrive secara otomatis akan bebas dan memungkinkan mobil berjalan pada
tingkat hubungan langsung (direct drive), ini yang biasa disebut kick-down. Jika pedal akselerasi
ditekan dalam-dalam pada waktu mobil berjalan pada kecepatan tinggi (kira-kira 110 km/jam
atau 70 mph), overdrive akan tetap tidak terhubung sebab dilengkapi dengan perlengkapan
overdrive relay yang berfungsi mencegah mesin dari overrunning.
c. Konstruksi Overdrive
Dapat dibagi menjadi : mekanisme free wheeling, mekanisme planetary gear, dan mekanisme
pengontrol (control mechanism).
Perpindahan Daya Overdrive
Perpindahan daya melalui unit overdrive dapat diatur dalam 3 kondisi, yaitu : locked out
(penguncian), direct (langsung) + free wheeling (roda bebas), dan overdrive.
1) Locked Out (Penguncian)
Dalam hal ini, penguncian dilakukan oleh pengemudi dengan memindahkan/menggerakkan tuas
ke kanan sehingga gigi matahari berhubungan dengan sangkar roda gigi (pinion cage). Dengan
demikian output shaft akan memutarkan roda dengan perbandingan putaran 1 : 1.
2) Direct, Free Wheeling (Langsung, Roda Bebas)
Dalam keadaan ini :
- Motor akan memutar roda, dalam hal ini putaran motor akan sama besar dan searah dengan
putaran poros gardan.
- Motor tak memutar roda, set luar dari unit di atas injakan kopling berputar bebas, sehingga
poros gardan berputar lebih cepat dari putaran motor.
3) Overdrive
Pada keadaan ini motor akan memutar roda, patok solenoid masuk pada pelat control, sehingga
pelat control diam, karenanya gigi matahari juga dalam keadaan diam. Putaran poros gardan
berputar lebih cepat dari putaran motor.
Dalam transmisi ini 2 pasang roda gigi dikombinasikan seperti pada gambar di bawah, untuk
memperoleh putaran output shaft searah dengan input shaft.
Mesin tidak dapat berputar pada arah kebalikannya karena terbatas keadaan, roda gigi idle E
dipasang di antara roda gigi C dan D seperti gambar di bawah, untuk menggerakkan kendaraan
ke arah mundur.
Perbandingan roda gigi dalam suatu kombinasi ini dinyatakan sebagai berikut :
Roda gigi E disebut reverse idler gear, dan digunakan untuk mundur dengan merubah arah
putaran. Perbandingan roda gigi akan sama bila ditambah dengan roda gigi idle.
1. Remote Control
Pada model ini tuas pemindah (shift lever) letaknya agak jauh dari transmisi itu sendiri. Dilihat
dari sudut letaknya, tuas pemindah tersebut dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai
berikut :
a. Column shift (tuas pemindah tetap) tetapi letak links di bawah wheel steering (roda kemudi).
Contoh : mobil minibus, Colt-T, dll. Cara kerja column shift :
Control shift terletak pada steering column dan pada ujung bagian atas terdapat shift lever,
sedangkan ujung yang bawah terdapat bracket. Pada bracket terdapat 2 buah lever (tuas).
1) Low speed shift lever (untuk gigi 1 da gigi mundur)
2) High speed lever untuk gigi 2 dan 3 (top gear)
Pada bagian connecting rod terdapat cross shaft dan transmission out shift lever. Apabila shift
lever digerakkan ke atas, maka control shaft, low speed shift lever, connecting rod, serta out shift
lever akan ikut berputar dan akhirnya menggerakkan fork di dalam transmisi yang mengantarkan
gigi pada transmisi bersatu (masuk). Hal ini juga berlaku ketika digerakkan ke arah lain (untuk
gigi mundur, dua, dan tiga).
b. Floor shift (tuas pemindah tetap) tetapi letak links di samping jok pengemudi dan di lantai.
Pengontrol floor shift menggunakan kabel sebagai pemindah gerakan dari tuas persneling.
Contoh : mobil Suzuki Carry ST 100, Toyota FF (Front engine, Front drive). Cara kerja floor
shift :
Pada prinsipnya, bak transmisi dipasang shift lever dilanjutkan ke connecting rod, dari
connecting rod dipasangkan ke tuas pemindah transmisi.
2. Direct Control
Pada direct control letak shift lever langsung pada transmisi. Pada saat ini, kebanyakan pabrik
pembuat kendaraan memilih direct control, hal ini disebabkan :
Ø Posisi mudah dicari/diubah ;
Ø Pemindahan (shifting) lebih mudah ;
Ø Konstruksinya sederhana.
Contoh : Suzuki Escudo. Cara kerja direct control :
Apabila shift lever digerakkan ke arah 1, maka shift dan select lever shaft akan menggerakkan
shift fork shaft, kemudian ke shaft fork sehingga terjadi hubungan gigi 1. Begitu juga masuk gigi
2, 3, 4, 5, dan R (mundur) hanya tergantung dari arah gerakan shift lever di antara shift fork
shaft. Karet pelindung debu untuk mencegah debu masuk ke ujung bawah shift lever.
Cara kerja interlock pin (pena pengunci dalam) :
Pada tipe ini mempunyai shift fork sebanyak 3 buah, shaft yang di tengah mempunyai alur, alur
poros ini akan berhadapan pada alur kedua shaft lainnya (alur ini untuk interlock pin). Pada saat
posisi netral antara pin dengan alur masih terdapat celah sehingga semua shaftnya tidak saling
mengunci. Tetapi, apabila salah satu shaft digerakkan, pin akan terlepas dari shaft tadi dan pin
lain mengunci shaft lainnya.
PG : Pemindahan Gigi
n1 : Putaran/rpm poros pada gigi input
n2 : Putaran/rpm poros pada gigi output
B1 : Momen putar pada gigi input
B2 : Momen putar pada gigi output
G : Randemen/daya guna
Z : Jumlah gigi
Mekanisme pengontrol roda gigi digunakan untuk pemindahan posisi roda gigi pada transmisi
manual.
Ada dua tipe mekanisme pengontrol pemindah roda gigi yaitu :
1. Tipe remote control ( tidak langsung ).
2. Tipe direct control (lansung ).