Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

GARAKAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DALAM

MUHAMMADIYAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Al-Islam


Kemuhammadiyah-an III

Disusun oleh :

Zaeny Nuril Rifki ( 201410180311027)

Khusni Alfandi ( 201410180311077 )

Andi M. Fathirul Fajri (201410180311107)

ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

TAHUN AJARAN 2017/2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karenaNya lah sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Al-Islam Kemuhammadiyahan yang berjudul “Gerakan Zakat,
Infaq dan Shodaqah Dalam Muhammadiyah” dengan tepat waktu. Makalah ini kami
gunakan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Al-Islam Kemuhammadiyahan semester
V, jurusan IESP.

Semoga dengan selesainya makalah ini dapat menjadikan ilmu yang barokah serta
mendapat ridho dari Bapak/Ibu Dosen pengajar. Tak lupa kami ucapkan maaf jika ada
suatu kesalahan pada makalah karya tulis ini. Mohon maklum adanya karena kita juga
masih sama-sama belajar sehingga saran dan kritik para pembaca kami butuhkan guna
untuk menyempurnakan makalah Al-Islam Kemuhammadiyahan ini.

Penulis sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,
dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun, guna penulisan
makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Penyusun,

Malang, 13 Desember 2017

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Zakat menurut bahasa bermakna mensucikan, tumbuh atau berkembang,


sedangkan menurut istilah syara, zakat bermakna mengeluarkan sejumlah harta
tertentu untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya (mustahiq)
sesuai denga syarat-syarat yang telah ditentukan oleh syariat islam. Adapun definisi
lain berdasarkan undang-undang No.23 Tahun 2011, zakat adalah harta yang wajib
dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada
merekan yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat islam.

Zakat adalah kewajiban harta yang spesifik, memiliki syarat tertentu,


alokasi tertentu dan waktu tertentu. Zakat memiliki kekhususan yang berbeda
dengan infaq atau shadaqah. Seperti zakat fitrah yang di laksanakan hanya setahun
sekali menjelang hari raya idul fitri. Semua dana zakat, baik itu zakat penghasilan,
zakat perdagangan, zakat pertanian dan zakat yang lainnya, merupakan dana terikat
yang alokasi dan distribusinya hanya diberikan kepada asnaf (golongan) yang
disebutkan dalam ( Qur’an Surat At-Taubah ; 60 ).

Infaq secara bahasa berasal dari kata anfaqa, yang berarti mengeluarkan
sesuatu untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut syara, infaq berarti
mengeluarkan sebagian dari harta pendapatan atau penghasilan untuk sesuatu
kepentingan yang di peruntukan ajaran islam.

Infaq yaitu mengeluarkan atau membelanjakan harta yang mencakup zakat


dan non zakat. Infaq ada yang wajib dan ada yang sunnah. Infaq wajib diantaranya
kafarat, nadzar, zakat dan lain-lain. Infaq sunnah diantaranya infaq kepada fakir
miskin sesama muslim, infaq bencana alam dan lain-lain. Berbedan dengan zakat,
dana infaq dapat diberikan kepada siapapun meskipun tidak termasuk dalam
delapan asnaf.

Shodaqah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Orang yang suka
bersedakah adalah orang yang benar pengakuan imannya, menurut syara’
pengertian shadaqah sama dengan infaq, namum shadaqah memiliki makna yang
lebih luas, tidak hanya terbatas pada pemberian sesuatu yang sifatnya materil
kepada orang-orang miskin, tetapi shadaqah juga mencakup semua perbuatan
kebaikan baik bersifat fisik, maupun non-fisik.

Zakat dapat disebut jua shadaqah, oleh karena itu, semua zakat adalah
shadaqah akan tetapi tidak semua shadaqah adalah zakat. Zakat adalah shadaqah
wajib.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbedaan antara Zakat, infaq dan shadaqah dalam muhammadiyah
?
2. Apa saja konsep, nilai dan tujuan zakat, infaq dan shadaqah dalam
muhammadiyah ?
3. Bagaimana embrio zakat, infaq dan shadaqah dalam muhammadiyah ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui perbedaan zakat, infaq dan shadaqah dalam muhammadiyah
?
2. Untuk mengetahui konsep, nilai serta tujuan zakat, infaq dan shadaqah ?
3. Untuk mengetahui penjelasan embrio tentang zakat, infaq dan shadaqah dalam
muhammadiyah ?
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN
Mengawali tulisan ini, penulis ingin mengemukakan salah satu pandangan
cendekiawan muslim, Hasan Hanafi, sebagaimana dikutip oleh Muslim Abdurrahman
tentang konsep teologi sosialnya dalam memotret realitas sosial masyarakat Islam. Dalam
refleksi teologisnya, ia mengatakan:
"kendati pun menurut ayat-ayat al-Qur'an kita ini merupakan umat yang satu
(ummatan wahidah), namun sesungguhnya dalam kenyataan yang obyektif kita dipisahkan
menjadi dua. Yaitu umat yang "miskin" dan umat yang "kaya". Bagi Muslim, refleksi
keberagamaan seperti ini sangat bermanfaat untuk melakukan otokritik, apakah kesalehan
yang kita cari mempunyai dimensi kesejarahan ataukah hanya secara vertikal
menunjukkan ketaatan ritualistik yang emosional.
Kerapkali, seseorang tidak merasa bahwa mereka mempunyai tanggung jawab
sosial, walaupun ia telah memiliki kelebihan harta kekayaan. Lain halnya dengan ibadah
shalat, puasa dan haji, sebagian umat Islam memiliki kesadaran yang cukup tinggi
dibanding dengan ibadah zakat, infaq dan shadaqah. Karenanya, menu rut Quraish Shihab,
perlu adanya penetapan hak dan kewajiban agar tanggung jawab keadilan sosial dapat
terlaksana dengan baik. Sebagimana ditegaskan Allah swt dalam al-Qur'an.

‫سائِ ِل َحق أ َ ْم َوا ِل ِه ْم َوفِي‬ ِ ‫َوا ْل َم ْح ُر‬


َّ ‫وم ِلل‬
Artinya: "Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta
dan orang miskin yang tidak mendapat bagian" (QS. Dzariyat: 19)

Ayat di atas menjelaskan bahwa di dalam harta kekayaan yang dimiliki oleh
seseorang itu terdapat hak-hak orang lain. Artinya, zakat (infaq dan shadaqah) adalah
persoalan yang penting dalam Islam. Sehingga ketika Abu Bakar diangkat menjadi
khalifah, misi pertamanya adalah memerangi orang-orang Islam yang tidak mau
mengeluarkan zakat hartanya.

Islam sudah memberikan tuntunan bagaimana menyalurkan harta, yakni melalui


zakat, infaq dan shadaqah. Muhammadiyah sebagai organisasi Islam juga memiliki
concern dalam bidang ini. Dalam konteks tersebut, tulisan ini mencoba memotret
bagaimar'la gerakan zakat, infaq dan shadaqah dalam Muhammadiyah?
A. Konsep Dasar Zakat, lnfaq dan Shadaqah
1. Definisi Zakat, lnfaq dan Shadaqah
Zakat adalah bagian hak Allah swt. yang diberikan oleh manusia kepada orang-
orang miskin. Dinamakan zakat, karena mengandung harapan mendapat berkah, penyucian
diri dan tambahan kebaikan. Secara etimologi (lughawi), kata zakat berasal dari bahasa
Arab al-zaka yang mengandung beberapa arti seperti berkembang, suci dan berkah.3
Sedangkan dalam terminologi hukum (syara'), zakat diartikan kadar harta tertentu yang
diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan beberapa syarat.
Selain kata zakat, al-Qur'an juga sering menggunakan kata infaq dan shadaqah.
Infaq yaitu mengeluarkan atau membelanjakan harta yang mencakup zakat dan non zakat.
Infaq ada yang wajib dan ada yang sunnah. lnfaq wajib di antaranya kafarat, nadzar, zakat
dan lain-lain. lnfaq sunnah di antaranya infaq kepada fakir miskin sesama muslim, infaq
bencana alam dan sebagainya. Dalam pengertian yang umum infaq sering juga diartikan
sebagai menafkahkan atau membelanjakan harta di jalan Allah. Ada pun shadaqah
maknanya lebih luas dari zakat dan infak. Shadaqah dapat bermakna infaq, zakat dan
kebaikan non materi. Namun penggunaan ketiga kata tersebut di dalam al-Qur'an
terkadang menjadi satu makna. Karenanya, kesatuan makna ketiga istilah tersebut akan
digunakan dalam tulisan ini.

2. Landasan Kewajiban Zakat dan Hukum Menolaknya


Zakat adalah rukun Islam ketiga yang diwajibkan di Madinah pada bulan Syawal
tahun kedua Hijriyah. Ayat-ayat zakat, shodaqah dan infaq yang tu run di Makkah baru
berupa anjuran dan penyampaiannya menggunakan metodologi pujian bagi yang
melaksanakannya dan cacian atau teguran bagi yang meninggalkannya.
Hukum zakat adalah wajib 'ain dalam arti kewajiban yang ditetapkan untuk diri
pribadi dan tidak mungkin dibebankan kepada orang lain. Banyak sekali perintah Allah
untuk membayarkan zakat dan hampir keseluruhan perintah berzakat itu dirangkaikan
dengan perintah mendirikan shalat. Sebagaimana firman Allah:

‫ص ََل ة َ َو أ َق ِ ي ُم وا‬
َّ ‫ال َّر ا ِك ِع ي َن َم َع َو ا ْر كَ ع ُ وا ال َّز كَا ة َ َو آ ت ُوا ال‬
Artinya: "Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-
orang yang ruku'. (Qs. Al-Baqarah: 43)
Zakat adalah kewajiban yang disepakati oleh seluruh ulama umat Islam dan sangat
dikenal luas, sehingga dikategorikan salah satu masalah pokok (dharuriyat) agama. lni
berarti, apabila seseorang mengingkari kewajibannya, ia dipastikan keluar dari agama
(murtad) dan dihukum bunuh dengan alasan kafir. Kecuali jika dia baru masuk Islam,
maka hal itu dapat dimaklumi karena belum banyak mengerti hukum-hukum agama.

Sedangkan orang yang menolak membayarnya, tapi masih meyakini kewajibannya,


maka dia berdosa, karena penolakannya itu dan tidak dianggap keluar dari agama. Namun
dalam kasus seperti ini, pemerintah harus mengambil zakat orang tersebut secara paksa
dan menghukumnya, tapi tidak boleh mengambil lebih banyak dari kadar zakat harta yang
harus dibayarnya.

3. Harta yang dikenai Zakat

Dalam al-Qur'an disebutkan beberapa macam jenis kekayaan yang dikenai zakat,
yaitu: emas dan perak (QS. al-Taubah: 34 dan al-Baqarah: 267), tanaman dan buah-buahan
(QS. al-An'am: 14), hasil usaha seperti dagang dan sebagainya (QS. al-Baqarah: 276), hasil
perut bumi seperti barang tambang dan sebagainya (QS. al-Baqarah: 276), dan yang lain
disebutkan secara umum dalam kata-kata "ma/" yang berarti harta kekayaan (QS. al-
Taubah: 103 dan al-Dzariyat: 19). Sementara dalam had its Nabi saw disebutkan bahwa
binatang ternak yang dikenai zakat ada tiga macam, yaitu unta, sapi dan kambing.

4. Golongan Penerima Zakat


Kategorisasi golongan yang berhak menerima zakat telah dijelaskan oleh Allah
dalam firman-Nya sebagai berikut:

َّ ‫َو الْ م َؤ ل َّ ف َ ِة عَ ل َ يْ َه ا َو الْ ع َ ا ِم لِ ي َن َو الْ َم سَ ا ِك ي ِن لِ لْ ف ق َ َر ا ِء ال‬


‫ص د َ ق َ ات إ ِ ن َّ َم ا‬
‫الر ق َ ا بِ َو ف ِ ي ق ل وب ه ْم‬ ِ ‫َار ِم ي َن‬ ِ ‫ّللا ِ سَ ب ِ ي ِل َو ف ِ ي َو الْ غ‬ َّ ‫ۖ ال سَّ ب ِ ي ِل َو ا بْ ِن‬
َ ‫ّللا ِ ِم َن ف َ ِر ي‬
‫ضة‬ َّ ۗ ‫ّللا‬
َّ ‫َح ِك يم عَ لِ يم َو‬
Artinya: "Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. "(QS. At-Taubah: 60)
Dari penjelasan ayat di atas, golongan yang berhak menerima zakat terdiri dari
delapan golongan (ashnaf), yaitu:
a. Fakir, orang yang tidak memiliki harta untuk menunjang kehidupan dasarnya.
Kefakiran orang tersebut disebabkan ketidak mampuannya untuk mencari nafkah
karena fisiknya tidak mampu, seperti orang tua jompo dan cacat badan.
b. Miskin, orang yang tidak memiliki harta untuk kehidupan dasarnya, namun ia
mampu berusaha mencari" nafkah, hanya penghasilannya tidak mencukupi bagi
kehidupan dasarnya untuk kehidupannya sendiri dan atau keluarganya.
c. Amil, orang yang ditunjuk oleh penguasa yang sah untuk mengurus zakat, baik
mengumpulkan, memelihara, membagi dan mendayagunakannya serta petugas lain
yang ada hubungannya dengan pengurusan zakat.
d. Muallaf, yaitu orang yang baru masuk Islam dan memerlukan masa pemantapan
dalam agama barunya itu dan untuk itu memerlukan dana.
e. Riqab adalah untuk kepentingan memerdekakan budak, baik dengan membeli
budak-budak untuk kemudian dimerdekakan atau memberi dana untuk kepentingan
menebus dirinya dari perbudakan.
f. Gharim, orang yang dililit hutang dan tidak dapat melepaskan dirinya dari jeratan
hutang kecuali dengan bantuan dari luar.
g. Sabilillah, segala keperluan untuk menegakkan agama Allah. Dalam waktu perang
dapat diartikan biaya pasukan dan perlengkapannya selama dalam peperangan.
Sementara dalam situasi yang bukan perang berarti segala usaha yang bertujuan
untuk menegakkan syiar agama.
h. Ibnu Sabil, orang yang berada dalam perjalanan bukan untuk tujuan maksiat, yang
kehabisan biaya dalam perjalanannya dan tidak 8 mampu meneruskan
perjalanannya kecuali dengan bantuan dari luar.

5. Nilai-Nilai Islam tentang Zakat, lnfaq dan Shadaqah


1. Keutamaan Zakat, lnfaq dan Shadaqah
Setiap syari'at yang ditetapkan Allah untuk manusia tentu memiliki nilai-
nilai kebajikan bagi manusia itu sendiri. Begitu juga syari'at zakat, infaq dan
shadaqah memiliki beberapa keutamaan, di antaranya:
a. Termasuk ciri orang bertaqwa adalah menginfaqkan rizki yang diberikan
Allah.
b. Termasuk mukmin yang beruntung.
c. Orang yang menunaikan zakat hartanya termasuk orang yang mendapatkan
rahmat dari Allah swt.
d. Orang yang menunaikan zakat hartanya, maka akan dihilangka" keburukannya.
e. Harta yang disedekahkan akan berkembang dan dilipatgandakar oleh Allah
swt.
2. Ancaman bagi Orang yang tidak Mengeluarkan ZIS
Selain Allah memberikan janji pahala bagi orang-orang yang mengeluarkan
zakat hartanya, Allah juga memberikan ancaman bag: orang-orang yang enggan
membayar zakat atau mengeluarkan hartanya dalam bentuk infaq dan shadaqah.
Misalnya, bagi orang yang memiliki emas dan perak kemudian tidak mengeluarkan
zakatnya maka Allah akan menyiksanya di Neraka dengan siksaan yang pedih.
Allah swt berfirman dalam surat al-Tau bah ayat 34-35:

‫ار ِمنَ َكثِيرا إِ َّن آ َمنوا الَّذِينَ أَيُّ َها َيا‬ ِ ‫األح َب‬
ْ ُّ ‫اس أ َ ْم َوا َل لَ َيأْكلونَ َو‬
ِ ‫الر ْه َب‬
‫ان‬ ِ َّ‫الن‬
‫اط ِل‬ِ َ‫ع ْن َويَصدُّونَ ِب ْالب‬ َ ‫سبِي ِل‬ َّ َ‫َب يَ ْكنِزونَ َوالَّذِين‬
َ ِ‫ّللا‬ َ ‫ضةَ الذَّه‬ َّ ‫َوال َو ْال ِف‬
‫سبِي ِل فِي ي ْن ِفقونَ َها‬َ ِ‫ّللا‬ َّ ‫) أ َ ِليم بِعَذَاب فَبَ ِش ْره ْم‬٣٤( ‫فِي َعلَ ْي َها ي ْح َمى يَ ْو َم‬
ِ ‫أل ْنفسِك ْم َكن َْزت ْم َما َهذَا َوظهوره ْم َوجنوبه ْم ِج َباهه ْم ِب َها فَت ْك َوى َج َهنَّ َم ن‬
‫َار‬
‫) ت َ ْك ِنزونَ ك ْنت ْم َما َفذوقوا‬٣٥
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagiar. besar dari
orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta
orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan
Allah, dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa
mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu
dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, Lambung dan
punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang
kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa
yang kamu simpan itu”.

Dalam sebuah hadits jug a dijelaskan bahwa Allah swt mengancam orang-
orang yang menyimpan harta dan tidak mengeluarkan zakatnya dengan batu panas
yang dibakar di neraka Jahannam. Batu itu akan diletakkan di atas puting susu
mereka hingga tembus di bagian atas bahunya, dan diletakkan pula di bagian atas
bahunya hingga menembus puting susunya, sehingga mereka meronta
sehebat-hebatnya.

Selain itu, bagi orang yang memiliki harta kemudian tidak mengeluarkan
zakatnya maka kelak pada hari kiamat harta itu akan dikalungkan di lehernya.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali lmran ayat 180:

‫ّللا آ ت َاه م ب ِ َم ا ي َ بْ َخ ل و َن ال َّ ِذ ي َن ي َ ْح سَ ب َ َّن َو َال‬ ْ َ ‫ب َ ْل ۖ ل َ ه ْم َخ يْر ا ه َو ف‬


َّ ‫ض لِ ِه ِم ْن‬
‫ير اث َو ِ َّلِل ِ ۗ الْ قِ ي َ ا َم ِة ي َ ْو َم ب ِ ِه ب َ ِخ ل وا َم ا سَ ي طَ َّو ق و َن ۖ ل َ ه ْم شَر ه َو‬
َ ‫ِم‬
‫ت‬
ِ ‫او ا‬ ِ ‫األ َ ْر‬
َ ‫ض ال سَّ َم‬ ْ ‫ّللا ۗ َو‬
َّ ‫َخ ب ِ ير ت َعْ َم ل و َن ب ِ َم ا َو‬

Artinya: "Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah
berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik
bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang
mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan
kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi, dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Lebih lanjut ayat ini dijelaskan dalam sebuah hadits bahwa harta kekayaan
yang tidak dikeluarkan zakatnya pada hari kiamat akan berwujud ular jantan yang
tidak berbulu dan di atas matanya terdapat dua titik hitam kemudian melilit dan
mencengkeram rahang pemilik harta itu.

Sementara bagi orang yang memiliki harta dalam bentuk hewan ternak
(unta, kambing, dan sapi) kemudian tidak mengeluarkan zakatnya, maka kelak di
akhirat hewan-hewan itu akan melindas, menginjak-injak, serta menanduk
pemiliknya. Bahkan Allah melalui lisan Nabi-Nya memberitakan bahwa jika ada
suatu kaum yang menolak membayar zakat, maka Allah tidak akan menurunkan
hujan kepada mereka.

Demikianlah Allah memberikan ancaman siksa yang mengerikan


menghinakan dan amat pedih bagi orang-orang yang memiliki harta kekayaan tapi
tidak mau mengeluarkan zakatnya.
B. Tujuan dan Hikmah Zakat, lnfaq dan Shadaqah
Tujuan disyariatkannya zakat, infaq dan shadaqah di antaranya adalar. supaya
harta itu tidak hanya beredar di kalangan orang kaya semata. Hal ini sebagaimana
disebutkan Allah dalam surat al-Hasyr ayat 7:

‫ّللا أ َف َ ا َء َم ا‬ َّ ‫لر س و ِل ف َ لِ ل َّ ِه الْ ق َر ى أ َ ْه ِل ِم ْن َر س و لِ ِه عَ ل َ ى‬


َّ ِ‫َو لِ ِذ ي َو ل‬
‫ي ال سَّ ب ِ ي ِل َو ا بْ ِن َو الْ َم سَ ا ِك ي ِن َو الْ ي َ ت َا َم ى الْ ق ْر ب َ ى‬
ْ َ‫د و ل َ ة ي َ ك و َن َال ك‬
ْ َ ‫األ‬
‫غ ن ِ ي َ ا ِء ب َ يْ َن‬ ْ ‫الر س ول آ ت َاك م َو َم ا ۚ ِم نْ ك ْم‬ َّ ‫عَ نْ ه ن َ َه اك ْم َو َم ا ف َ خ ذ وه‬
‫ّللا َ َو ا ت َّق وا ۚ ف َ ا نْ ت َه وا‬ َّ ‫الْ ِع ق َ ا بِ شَ ِد يد‬
َّ ۖ ‫ّللا َ إ ِ َّن‬
Artinya: "Apa saja harta rampasan yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari
harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah,
untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang
yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang
kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah.
dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya".

Firman Allah terse but juga dikuatkan oleh had its Nabi:
"Sesungguhnya Allah telah menfardhukan (mewajibkan) kepada mereka shadaqah
(zakat) atas harta mereka, diambil dari orang-orang kaya dan dikemba!ikan
(diserahkan) untuk orang-orang miskin di antara mereka" (HR. Bukhari Muslim)
Adapun hikmah yang terkandung dalam kewajiban zakat itu di antaranya
adalah untuk membersihkan jiwa orang yang berzakat dari sifat sombong dan kikir
serta membersihkan hartanya dari bercampur baurnya dengan hak orang lain,
sebagaimana dikatakan Allah dalam surat al-Taubah ayat 103:
ْ‫ص د َق َ ة أ َ ْم َو ا لِ ِه ْم ِم ْن خ ذ‬
َ ‫ص ِل ب ِ َه ا َو ت زَ كِ ي ِه ْم ت طَ هِ ر ه ْم‬
َ ‫إ ِ َّن ۖ عَ ل َ يْ ِه ْم َو‬
‫ك‬ َ ‫ّللا ۗ ل َ ه ْم سَ كَ ن‬
َ َ ‫ص ََل ت‬ َّ ‫عَ لِ يم سَ ِم يع َو‬
Artinya: "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoa/ah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka dan Allah
Maha mendengar lagi Maha Mengetahui".
C. Embrio Gerakan Zakat, lnfaq dan Shadaqah dalam Muhammadiyah
Sejarah telah membuktikan bahwa sejak awal berdirinya, Muhammadiyah
memiliki concern terhadap ketimpangan sosial (kemiskinan dan keterbelakangan). Hal
ini tampak bagaimana KH. Ahmad Dahlan memiliki perhatian yang lebih terhadap
surat al-Ma'un. Konon surattersebut dikaji berulang-ulang oleh beliau di pengajiannya,
sampai-sampai salah satu di antara santrinya bertanya mengapa surat tersebut yang
terus dikaji.
Metode dakwah KH. Ahmad Dahlan sangat sederhana, tetapi mengena. la
memberi pengajian Subuh di masjid berulang-ulang mengupas surat al-Ma'un saja.
Dimintanya perhatian hadirin bagaimana melaksanakan ayat-ayat itu. Meski semua
telah hafal, namun belum tentu mengamalkannya. Lalu ia menjelaskan maksud
mendirikan Muhammadiyah yaitu hendak menyusun tenaga kaum muslimin untuk
melaksanakan perintah agama.
KH. Ahmad Dahlan berusaha membangkitkan kesadaran solidaritas kaum
muslim terhadap sesama muslim yang menderita, terutama anak-anak yang fakir
miskin dan yatim piatu. Selanjutnya membentuk Maj el is Penolong Kesengsaraan
Oemoem (MPKO) pada 1336 H/1918 M. untuk mengurus kaum dhu'afa.
Dalam rangka mengamalkan surat al-Ma'un, KH. Ahmad Dahlan mengajak
untuk mencari orang miskin di sekitar tempat tinggal masing-masing. Jika
menemukan orang miskin dan anak yatim agar dibawa pulang ke rumah masing-
masing, dimandikan dengan sabun dan diberi sikat gigi yang baik, diberi pakaian
seperti yang biasa mereka pakai, diberi makan dan minum serta tempat tidur yang
layak. Dari situlah em brio pengelolaan zakat mal dan zakat fitrah untuk dibagikan
kepada fakir miskin. Lalu atas prakarsa KH. Ahmad Dahlan didirikan penampungan
fakir miskin, panti asuhan yatim piatu, dan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah di
Yogyakarta.
"Teologi al-Ma'un" ini tetap menjadi spirit dasar dari gerakan sosial
Muhammadiyah sampai saat ini. Keberpihakan Muhammadiyah kepada kaum dhu'afa
adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar dan harus menjadi kesadaran
komunal bagi segenap warga Muhammadiyah.
D. LAZISMU: Wujud Konsistensi Gerakan Zakat, lnfaq dan Shadaqah dalam
Muhammadiyah
Konsistensi gerakan zakat, infaq dan shadaqah dalam Muhammadiyah masih
nampak sampai saat ini. Misalnya pada tahun 2002 didirikan lembaga zakat nasional
yang diberi nama LAZISMU. LAZISMU adalah lembaga nirlaba tingkat nasional
yang berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan secara
produktif dana zakat, infaq, wakaf dan dana kedermawanan lainnya baik dari
perseorangan, lembaga, perusahaan dan instansi lainnya.
Berdirinya lembaga ini ditandai dengan penandatanganan deklarasi oleh Prof.
Dr. HA. Syafi'i Ma'arif, MA (Buya Syafi'i) dan selanjutnya dikukuhkan oleh Menteri
Agama Republik Indonesia sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional melalui SK No.
457/ 21 November 2002.
Berdirinya LAZISMU dilatarbelakangi atas dua faktor. Pertama, fakta
Indonesia yang berselimut dengan kemiskinan yang masih meluas, kebodohan dan
indeks pembangunan manusia yang sangat rendah. Semuanya berakibat dan sekaligus
disebabkan tatanan keadilan sosial yang lemah. Kedua, zakat diyakini mampu
bersumbangsih dalam mendorong keadilan sosial, pembangunan manusia dan mampu
mengentaskan kemiskinan. Sebagai Negara berpenduduk muslim terbesar di dunia,
Indonesia memiliki potensi zakat, infaq dan wakaf yang terbilang cukup tinggi.
Namun, potensi yang ada belum dapat dikelola dan didayagunakan secara maksimal
sehingga tidak memberi dampak yang signifikan bagi penyelesaian persoalan yang
ada.
Berdirinya LAZISMU dimaksudkan sebagai institusi pengelola zakat dengan
manajemen modern yang dapat menghantarkan zakat menjadi bagian dari penyelesai
masalah (problem solver) kondisi kebangsaan yang terus berkembang.
Program utama LAZISMU difokuskan pada pendayagunaan produktif yang
terdiri atas: Pertama, pemberdayaan ekonomi masyarakat (micro economic
empowerment), Kedua, pemberdayaan pertanian dan peternakan (agriculture and
livestock empowerment), Ketiga, pengembangan pendidikan (education development)
(Lazismu.org).
LAZISMU saat ini sudah tersebar hampir di tiap tingkat kepengurusan
Muhammadiyah seluruh Indonesia. Persoalannya tinggal bagaimana memberdayakan
dana yang dikumpulkan dari perolehan zakat, infaq dan shadaqah itu sehingga tepat
guna dan tepat sasaran.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Zakat adalah persoalan pokok (dharuriyah) agama. Selain memberikan nilai-
nilai kebajikan bagi para pemilik harta itu sendiri, zakat, infaq dan shadaqah memiliki
dimensi sosial (kesalihan sosial). Dalam konteks mikro, zakat (infaq dan shadaqah)
dapat membantu meringankan beban hid up yang dialami oleh saudara-saudara sesama
muslim yang dalam kesusahan (kemiskinan). Sementara dalam konteks makro, zakat
(infaq dan shadaqah) dapat menjadi solusi cerdas (problem solver) bagi ketimpangan
sosial yang terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Gerakan zakat, infaq dan shadaqah dalam Muhammadiyah merupakan salah
satu upaya memberikan kontribusi terhadap penyelesaian persoalan kemiskinan yang
melanda umat ini. Selain hal itu memang merupakan perintah agama. Karenanya,
optimalisasi pengelolaan dana yang dihimpun dari zakat, infaq dan shadaqah adalah
suatu keniscayaan. Dengan demikian dana tersebut akan tepat sasaran dan tepat guna.
Wallahu a'lam bi al-shawab.
Infaq yaitu mengeluarkan atau membelanjakan harta yang mencakup zakat dan
non zakat. Infaq ada yang wajib dan ada yang sunnah. Infaq wajib diantaranya kafarat,
nadzar, zakat dan lain-lain. Infaq sunnah diantaranya infaq kepada fakir miskin
sesama muslim, infaq bencana alam dan lain-lain. Berbedan dengan zakat, dana infaq
dapat diberikan kepada siapapun meskipun tidak termasuk dalam delapan asnaf.
Shodaqah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Orang yang suka
bersedakah adalah orang yang benar pengakuan imannya, menurut syara’ pengertian
shadaqah sama dengan infaq, namum shadaqah memiliki makna yang lebih luas, tidak
hanya terbatas pada pemberian sesuatu yang sifatnya materil kepada orang-orang
miskin, tetapi shadaqah juga mencakup semua perbuatan kebaikan baik bersifat fisik,
maupun non-fisik.
Zakat dapat disebut jua shadaqah, oleh karena itu, semua zakat adalah
shadaqah akan tetapi tidak semua shadaqah adalah zakat. Zakat adalah shadaqah
wajib.

You might also like