Professional Documents
Culture Documents
Referat Impacted Cerumen: Oleh: Fitrani Umi Hasanah 201310330311047
Referat Impacted Cerumen: Oleh: Fitrani Umi Hasanah 201310330311047
IMPACTED CERUMEN
Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
Salah satu masalah dalam bidang telinga, hidung dan tenggorok adalah masalah
penurunan pendengaran. Penyebab penurunan pendengaran salah satunya adalah
adanya serumen yang memenuhi canal auditori eksternal. Serumen atau earwax adalah
campuran kelenjar sebasea dengan seruminosa dan terkadang terdapat bulu halus dan
partikel lain yang tercampur menjadi satu didalamnya. Pada jumlah yang normal,
serumen berfungsi sebagai lubrikan, antibakteri dan penangkal serangga dengan bau
khas yang dihasilkan. Serumen dalam telinga dibagi menjadi dua, yaitu serumen
lembek dan keras. Serumen keras banyak ditemukan di Asia Timur.
2.1 Serumen
Serumen biasanya ditemukan di kanalis akustikus eksternus yang
merupakan pertahanan penting dalam upaya mencegah terjadinya infeksi.
Meskipun demikian, orang terkadang mengabaikan pentingnya kebersihan telinga.
Keadaan ini akan terus berlanjut dan menyebabkan hilangnya pertahanan terhadap
infeksi dan kemudian dapat pula mengakibatkan sumbatan oleh serumen, yang
menunjukkan gejala berupa gangguan pendengaran.
Gambar 2.1. Serumen pada cotton bud, tipe basah dan tipe kering
Serumen dibagi menjadi tipe basah dan tipe kering. Serumen tipe
kering dapat dibagi lagi menjadi tipe lunak dan tipe keras.
A. Serumen tipe basah dan tipe kering
Pada ras Oriental memiliki lebih banyak tipe serumen dibandingkan
dengan orang ras non-Oriental. Serumen pada ras Oriental, dan hanya pada ras
Oriental, memilki karakteristik kering, berkeping-keping, berwarna kuning
emas dan berkeratin skuamosa yang disebut rice-brawn wax. Serumen pada ras
non-Oriental berwarna coklat dan basah, dan juga dapat menjadi lunak ataupun
keras (Gambar 3.1). Perkembangan serumen dipengaruhi oleh mekanisme
herediter, alel serumen kering bersifat resesif terhadap alel serumen basah.
Yang cukup menjadi perhatian adalah bahwa rice-bran wax berhubungan
dengan rendahnya insidensi kanker payudara. Namun, ini bukanlah suatu hal
yang mengejutkan karena kelenjar seruminosa dan kelenjar pada payudara
sama-sama merupakan kelenjar eksokrin.
Warna serumen bervariasi dari kuning emas, putih, sampai hitam, dan
konsistensinya dapat tipis dan berminyak sampai hitam dan keras. Serumen yang
berwarna hitam biasanya tidak ditemukan pada anak-anak, namun bila dijumpai
maka dapat menjadi tanda awal terjadinya aklaptonuria.
Warna sebenarnya dari serumen tidak dapat diketahui hanya melalui mata
telanjang namun harus dilakukan apusan setipis-tipisnya dari sampel. Pigmen yang
menjadi zat pemberi warna pada semen masih belum dapat teridentifikasi.
Kanalis akstikus eksternus memiliki banyak struktur yang berperan dalam
produksi serumen. Yang terpenting adalah kelenjar seruminosa yang berjumlah
1000-2000 buah, kelenjar keringat apokrin tubular yang mirip dengan kelenjar
keringat apokrin yang terdapat pada ketiak. Kelenjar ini memproduksi peptide,
padahal kelenjar sebasea terbuka ke folikel rambut pada kanalis akustikus
eksternus yang mensekresi asam lemak rantai panjang tersaturasi dan tidak
tersaturasi, alkohol, skualan, dan kolesterol.
Sel epidermal terdapat sepanjang telinga luar yang identik pada permukaan
kulit. Sehingga kita dapat memprediksi proses generasi dari kulit tersebut, dari
migrasi hingga pengeluarannya. Bila hal ini terjadi di kulit luar sel-sel dapat
dengan mudah jatuh. Namun pada telinga, kecil kemungkinannya untuk tidak
menumpuk. Sel-sel yang mengalami deskuamasi ini terkumpul pada kanalis
akustikus eksternus dalam bentuk lapisan, dan menjadi 60% dari berat total
serumen. Serumen juga terdiri atas lisosim, suatu enzim anti bakteri yang dapat
merusak sel dinding bakteri. Genetik mempengaruhi tipe serumen secara
signifikan. Ras kaukasia dan afrika-amerika memiliki serumen dengan warna
terang sampai coklat gelap lengket dan basah. Ras asia dan ras amerika latin
memiliki serumen abu-abu atau coklat muda, mudah patah dan kering yang
berhubungan dengan jumlah lemak yang sedikit dan granula pigmen.
Serumen diproduksi di sepertiga luar bagian kartilaginosa kanalis
akustikus eksternus. Komponen utama dari serumen merupakan hasil akhir dari
siklus HMG-KoA reduktase, bernama skualan, lanosterol. Tipe serumen telah
digunakan oleh antropologis untuk melihat pola migrasi manusia. Perbedaan tipe
serumen berkaitan dengan perubahan dasar tunggal (suatu polimorfisme
nukleotida tunggal/ single nucleotide poly morphism) pada gen yang dikenal gen
C-11 rantai yang berikatan dengan ATP (“ATP- binding cassette C-11 gene”).
Selain mempengaruhi tipe serumen, mutasi ini dapat juga menurunkan produksi
keringat. Penelitian ini bermanfaat pada ras Asia Timur dan Amerika Latin yang
tinggal di daerah beriklim dingin.
2. 1. 3. Fisiologi Serumen
Serumen memiliki banyak manfaat untuk telinga. Serumen menjaga
kanalis akustikus eksternus dengan barier proteksi yang akan melapisi dan
mambasahi kanalis. Sifat lengketnya yang alami dapat menangkap benda asing,
menjaga secara langsung kontak dengan bermacam-macam organisme, polutan,
dan serangga. Serumen juga mempunyai pH asam (sekitar 4-5). pH ini tidak dapat
ditumbuhi oleh organisme sehingga dapat membantu menurunkan resiko infeksi
pada kanalis akustikus eksternus.
Proses fisiologis meliputi kulit kanalis akustikus eksternus yang berbeda
dari kulit pada tempat lain. Pada tempat lain, sel epitel yang sudah mati dan
keratin dilepaskan dengan gesekan. Karena hal ini tidak mugkin terjadi dalam
kanalis akustikus eksternus migrasi epitel squamosa merupakan cara utama untuk
kulit mati dan debris dilepaskan dari dalam. Sel stratum korneum dalam membran
timpani bergerak secara radial dari arah area anular membran timpani secara
lateral sepanjang permukaan dalam kanalis akustikus eksternus. Sel berpindah
terus ke lateral sampai mereka berhubungan dengan bagian kartilaginosa dan
akhirnya dilepaskan, ketiadaan rete pegs dan kelenjar sub epitelial serta
keberadaan membran basal halus memfasilitasi pergerakan epidermis dari meatus
ke lubang lateral pergerakan pengeluaran epitel dari dalam kanal memberikan
mekanisme pembersihan alami dalam kanalis akustikus eksternus, dan bila terjadi
disfungsi akan menyebabkan infeksi.
Sejumlah kecil serumen ditemukan pada kanalis akustikus eksternus, bila
tidak ditemukan maka menjadi tanda patologis terjadinya otitis eksterna kronis.
Serumen dapat dikeluarkan dengan suction, kuret, dan dengan membersihkan
seluruh canal profunda dan seluruh membran timpani.
Beberapa pasien mungkin mengeluh tidak nyaman pada telinganya ketika
ada sejumlah serumen dan mungkin dibutuhkan pembersihan. Pembersihan
dengan penyemprotan sebaiknya dihindari pada pasien perforasi membran
timpani, pasien dengan riwayat perforasi yang sudah lama sembuh, karena akan
menyebabkan daerah perforasi menjadi lebih lemah dan mudah rusak.
Serumen dapat membantu menurunkan resiko otitis eksterna akut difusa.
Pada keadaan ini pasien mengalami kerusakan epidermis pada kanalis akustikus
eksternus, sering disebabkan oleh cara pembersihan telinga yang tidak tepat
seperti menggunakan tusuk gigi, pensil, dan sebagainya. Bila tidak ada serumen
yang menjaga dan melapisi robeknya epidermis organisme dapat menginfeksi
daerah tersebut. Organisme yang sering menginfeksi antara lain Pseudomonas
aeruginosa dan Staphylococci. Bila suhu dan kondisi tubuh kondusif untuk
pertumbuhan, kerusakan epidermis ini akan berkembang menjadi otitis eksterna
akut, yang juga disebut “swimmwer’s ear”. (ms) bakteri lain yang dapat
menginfeksi antara Candida albicans, Tturicella otitidis, dan Alloiococcus otitis
namun jumlahnya tidak banyak.
Fungsi Serumen
Membersihkan
Pembersihan kanalis akustikus eksternus terjadi sebagai hasil dari proses yang
disebut “conveyor belt” process, hasil dari migrasi epitel ditambah dengan gerakan
seperti rahang (jaw movement). Sel-sel terbentuk ditengah membran timpani yang
bermigrasi kearah luar dari umbo ke dinding kanalis akustikus eksternus dan
bergerak keluar dari kanalis akustikus eksternus. Serumen pada kanalis akustikus
eksternus juga membawa kotoran, debu, dan partikel-pertikel yang dapat ikut
keluar. Jaw movement membantu proses ini dengan menempatkan kotoran yang
menempel pada dinding kanalis akustikus eksternus dan meningkatkan harapan
pengeluaran kotoran.
Lubrikasi
Lubrikasi mensegah terjadinya desikasi, gatal, dan terbakarnya kulit kanalis
akustikus eksternus yang disebut asteatosis. Zat lubrikasi diperoleh dari
kandungan lipid yang tinggi dari produksi sebum oleh kelenjar sebasea. Pada
serumen tipe basah, lipid ini juga mengandung kolesterol, skualan, dan asam
lemak rantai panjang dalam jumlah yang banyak, dan alcohol.
Fungsi sebagai Antibakteri dan Antifungal
Fungsi antibacterial telah dipelajari sejak tahun 1960-an, dan banyak studi yang
menemukan bahwa serumen bersifat bakterisidal terhadap beberapa strain bakteri.
Serumen ditemukan efektif menurunkan kemampuan hidup bakteri antara lain
haemophilus influenzae, staphylococcus aureus dan escherichia colli. Pertumbuhan
jamur yang biasa menyebabkan otomikosis juga dapat dihambat dengan signifikan
oleh serumen manusia. Kemampuan anti mikroba ini dikarenakan adanya asam
lemak tersaturasi lisosim dan khususnya pH yang relatif rendah pada serumen
(biasanya 6 pada manusia normal).
Dulu dikatakan bahwa serumen juga melindungi telinga tengah dari infeksi
bakteri dan fungi. Beberapa penulis mengatakan bahwa serumen yang tertahan dapat
menjadi barier untuk membantu pertahanan tubuh melawan infeksi telinga namun
secara klinik dan biologi fungsi ini tampak cukup lemah.
Diduga serumen memainkan peranan penting dalam meningkatkan sistem
pertahanan tubuh dalam merespon infeksi. Mungkin paparan bakteri dapat
menginduksi peningkatan regulasi komponen anti bacterial pada serumen.
Meskipun demikian serumen pasien dengan otitis eksterna tampak tidak memiliki
asam lemak poli unsaturated anti bacterial. Namun alasan dari pernyataan ini tidak
jelas. Secara empiris serumen hanya berfungsi mengeluarkan keratin.
Studi imunohistokimia menduga terdapat reaksi imun yang dimediasi oleh
antibodi yang ada pada serumen dan menjaga kanalis akustikus eksternus dari
infeksi. Epidermis dan dermis memiliki kelenjar seruminosa dan sebasea dengan
pilar folikel yang dengan cepat dapat mengaktivasi reaksi imun lokal termasuk IgA
dan IgG.
Serumen biasanya berkumpul di lantai kanalis akustikus eksternus namun
terkadang dapat berkumpul dan menyumbat meatus. Selama sisa keratin bersifat
hidrofilik masuknya air dapat bercampur dengan serumen dan menyebabkan
sumbatan yang total, yang menyebabkan ketulian atau perasaan penuh. Serumen
yang tidak menyumbat secara sempurna kanalis akustikus eksternus tidak akan
menyebabkan ketulian. Ini dapat terjadi bila serumen benar-benar menyumbat
kanalis akustikus eksternus, sumbatan ini juga tejadi bila pasien mendorong
kumpulan serumen ke bagian dalam kanalis akustikus eksternus. Biasanya
disebabkan oleh cotton bud.
Ketika serumen terperangkap dalam kanalis akustikus eksternus dengan
keadaan hampa udara dapat melalui membran timpani dan pasien merasa telinganya
tersumbat dan terjadi tuli ringan. Jika serumen menekan membran timpani
pergerakan serumen atau membran timpani dapat menimbulkan nyeri. Serumen
harus dikeluarkan dengan hati-hati sehingga tidak menyebabkan trauma pada
kanalis akustikus eksternus atau membran timpani. Jika itu memungkinkan maka
sebaiknya serumen dikeluarkan dengan suction atau kuret. Irigasi dengan air harus
dihindari karena dapat memperburuk situasi jika ada perforasi membran timpani.
Gambar 2.3 Memasang kapas pada ujung aplikator dengan memutar aplikator
2. 2. 1 Zat serumenolisis
Adakalanya pasien dipulangkan dan diinstruksikan memakai tetes
telinga waktu singkat. Tetes telinga yang dapat digunakan antara lain minyak
mineral, hydrogen peroksida, debrox, dan cerumenex. Pemakaian preparat
komersial untuk jangkan panjang atau tidak tepat dapat menimbulkan iritasi
kulit atau bahkan dermatitis kontak.
Pada serumen tipe basah biasanya diperlukan untk melembutkan
serumen sebelum dikeluarkan. Proses ini digantikan oleh zat serumenolisis
dan keadaan ini tercapai dengan mengunakan lautan yang bersifat
serumenolytik agen yang digunakan pada kanalis telinga biasanya dipakai
untuk pengobatan di rumah.
Zat serumenolitik ini biasanya digunakan 2-3 kali selama 3-5 hari
sebelum pengangkatan serumen.
2. 2. 2 Penyemprotan Telinga
2. 3. 1. Serumen Prop
KESIMPULAN
1. Earwax atau serumen adalah suatu campuran dari material sebasea dan sekresi
apokrin dari kelenjar seruminosa yang bersatu dengan epitel deskuamasi dan
rambut. Serumen dibagi menjadi tipe basah dan tipe kering. Serumen tipe
kering dapat dibagi lagi menjadi tipe lunak dan tipe keras.
2. Serumen normal ditemukan di kanalis akustikus eksternus dengan fungsi
diantaranya membersihkan, lubrikasi dan sebagai antibakteri dan antifungi.
3. Diagnosis ditegakkan berdasarkan keluhan yang didapat dari pasien berupa
pendengaran menurun sampai tuli ringan, adanya tekanan di telinga sampai rasa
nyeri telinga dan gambaran dari serumen baik dari konsistensi maupun dari
warna serumen.
4. Penanganan serumen dilakukan dengan menggunakan obat tetes telinga yang
bersifat seruminolisis, penyemprotan telinga, dan metode dengan instrumentasi
seperti kuretase dan penyedotan.
DAFTAR PUSTAKA
Schwartz, S.R., Magit, A.E., Rosenfeld, R.M., et al, 2017, Clinical Practice Guidline (Update)
Earwax (Cerumen Impaction), American Academy Of Otolaryngology, vol. 156, pp.1-
29
Hydri, A.S., and Siddiqui, F., 2016, Hearing Loss Due To Different Types of Impacted
Cerumen, Departement of ENT/Head & Neck Surgery PNS SHIFA Hospital Pakistan,
pp 1-4
Marcelena, R., and Farid, A., 2016, Sumbatan Telinga, Kapita Selekta Kedokteran, Chapter
363, pp. 1025
Bailey B.J., Johnson J. T., Newlands S. D., 2006, Head & Neck Surgery Otolaryngology. 4th
Edition. 2006. Lippincot Williams & Wilkins.
Ballenger J. John, Penyakitt Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. 13 th edition.
Binarupa Aksara
Brian J. G.B., Michael H., Peter K., Atlas of Clinical Otolaryngology. 2001. Mosby Yaer Book.
Canalis F. Rinaldo, The Ear Comprehensive Otology. 1987. Lippincott Williams &Wilkins.
Strom M.D Marshall. Manual of Otolaryngology. Brown and Company Boston Toronto.
Nurbaiti I. Prof, Dr., Sp.THT., Efiaty A.S. Dr., Sp.THT., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung dan Tenggorok. Edisi 5. 2004. Balai Penerbit FKU1, Jakarta.Guest
F., Greener M. J., Robinson A. C., Impacted Cerumen: compotition, production, epidemiology
and management. Available at Retrieved from
http://qjmed.oxfordjournals.org/cgi/content/full/97/8/477
Earwax : Review and Clinical Update March 26, 2008 Available at Retrieved from
http://en.wikipedia.org/wiki/Earwax
Pray W. Steven, Earwax : Shoult It be Removed?. Posted June 6th, 2005. Available at Retrived
from http://www.medscape.com/viewarticle/504788
Hawkw, Michael, Update on Cerumen and Ceruminolytics. Posted January 8th, 2002. Available
at Retrived from http://www.encyclopedia.com/doc/1G1-90869479.html