Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 22

REFERAT

IMPACTED CERUMEN

Oleh :

Fitrani Umi Hasanah 201310330311047

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2018
BAB 1
PENDAHULUAN

Salah satu masalah dalam bidang telinga, hidung dan tenggorok adalah masalah
penurunan pendengaran. Penyebab penurunan pendengaran salah satunya adalah
adanya serumen yang memenuhi canal auditori eksternal. Serumen atau earwax adalah
campuran kelenjar sebasea dengan seruminosa dan terkadang terdapat bulu halus dan
partikel lain yang tercampur menjadi satu didalamnya. Pada jumlah yang normal,
serumen berfungsi sebagai lubrikan, antibakteri dan penangkal serangga dengan bau
khas yang dihasilkan. Serumen dalam telinga dibagi menjadi dua, yaitu serumen
lembek dan keras. Serumen keras banyak ditemukan di Asia Timur.

Impacted serumen merupakan salah satu penyebab utama pasien mencari


pertolongan medis. Impacted serumen tidak selalu menunjukkan obstruksi komplit dari
canal auditory eksternal. Pada beberapa kasus, gejala cenderung asimptomatis, namun
tidak sedikit gejala simptomatis yang muncul antara lain terdapat keluhan nyeri, gatal,
telinga terasa penuh, tinitus, bau tidak sedap pada canal auditori eksternal, batuk,
pusing, membran timpani yang tidak bisa di evaluasi karena tertutup serumen dan pada
banyak kasus terdapat adanya penurunan pendengaran.

Prevalensi impacted serumen saat ini 1 banding 10 pada anak-anak, 1 banding 20


pada dewasa dan lebih dari sepertiga populasi geriatri. Sekitar hampir lebih dari 12 juta
penduduk United State mencari pertolongan medis dengan kasus serumen, dan
menghasilkan hampir 8 juta prosedur pengambilan serumen dilakukan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Serumen
Serumen biasanya ditemukan di kanalis akustikus eksternus yang
merupakan pertahanan penting dalam upaya mencegah terjadinya infeksi.
Meskipun demikian, orang terkadang mengabaikan pentingnya kebersihan telinga.
Keadaan ini akan terus berlanjut dan menyebabkan hilangnya pertahanan terhadap
infeksi dan kemudian dapat pula mengakibatkan sumbatan oleh serumen, yang
menunjukkan gejala berupa gangguan pendengaran.

2.1.1 Definisi Serumen


Serumen adalah suatu campuran dari material sebasea dan sekresi
apokrin dari kelenjar seruminosa yang bersatu dengan epitel deskuamasi
dan rambut.
Kata serumen umumnya disinonimkan dengan earwax (lilin telinga),
namun ada pendapat yang mengatakan bahwa secara teknis kedua kata ini
berbeda. Serumen ditujukan hanya pada hasil sekresi dari kelenjar
seruminosa pada kanalis akustikus eksternus, dan ini merupakan salah satu
unsur yang membentuk earwax. Komponen lainnya berupa lapisan besar
hasil deskuamasi keratin skuamosa (sel-sel mati, penumpukan sel pada
lapisan luar kulit), keringat, sebum dan bermacam-macam substansi asing.
Subtansi asing ini dapat berupa zat-zat eksogen yang dapat masuk ke
kanalis akustikus eksternus, contohnya spray rambut (hair spray) sampo,
krim untuk mencukur janggut, bath oil, kosmetik, kotoran dan sejenisnya.
Komponen utama earwax adalah keratin.
Namun, karena perbedaan serumen dan keratin tidak merupakan
suatu hal yang mendasar maka keduanya akan disebut sebagai serumen.
2.1.2 Komposisi dan Produksi Serumen
Kelenjar seruminosa terdapat di dinding superior dan bagian
kartilaginosa kanalis akustikus eksternus. Sekresinya bercampur dengan
sekret berminyak kelenjar sebasea dari bagian atas folikel rambut
membentuk serumen. Serumen membentuk lapisan pada kulit kanalis
akustikus eksternus bergabung dengan lapisan keratin yang bermigrasi
untuk membuat lapisan pelindung pada permukaan yang mempunyai sifat
antibakteri. Terdapat perbedaan besar dalam jumlah dan kecepatan migrasi
serumen. Pada beberapa orang mempunyai jumlah serumen sedikit
sedangkan lainnya cenderung terbentuk massa serumen yang secara
periodik menyumbat liang telinga.

Gambar 2.1. Serumen pada cotton bud, tipe basah dan tipe kering

Serumen dibagi menjadi tipe basah dan tipe kering. Serumen tipe
kering dapat dibagi lagi menjadi tipe lunak dan tipe keras.
A. Serumen tipe basah dan tipe kering
Pada ras Oriental memiliki lebih banyak tipe serumen dibandingkan
dengan orang ras non-Oriental. Serumen pada ras Oriental, dan hanya pada ras
Oriental, memilki karakteristik kering, berkeping-keping, berwarna kuning
emas dan berkeratin skuamosa yang disebut rice-brawn wax. Serumen pada ras
non-Oriental berwarna coklat dan basah, dan juga dapat menjadi lunak ataupun
keras (Gambar 3.1). Perkembangan serumen dipengaruhi oleh mekanisme
herediter, alel serumen kering bersifat resesif terhadap alel serumen basah.
Yang cukup menjadi perhatian adalah bahwa rice-bran wax berhubungan
dengan rendahnya insidensi kanker payudara. Namun, ini bukanlah suatu hal
yang mengejutkan karena kelenjar seruminosa dan kelenjar pada payudara
sama-sama merupakan kelenjar eksokrin.

B. Serumen tipe lunak dan tipe keras


Selain dari bentuknya, beberapa faktor dapat membedakan serumen tipe
lunak dan serumen tipe kering :
 Tipe lunak lebih sering terdapat pada anak-anak, dan tipe keras lebih sering
pada orang dewasa.
 Tipe lunak basah dan lengket, sedangkan tipe keras lebih kering dan bersisik.
 Korneosit banyak terdapat dalam serumen namun tidak pada serumen tipe
keras.
 Tipe keras lebih sering menyebabkan sumbatan, dan tipe ini paling sering
kita temukan di tempat praktek.

Warna serumen bervariasi dari kuning emas, putih, sampai hitam, dan
konsistensinya dapat tipis dan berminyak sampai hitam dan keras. Serumen yang
berwarna hitam biasanya tidak ditemukan pada anak-anak, namun bila dijumpai
maka dapat menjadi tanda awal terjadinya aklaptonuria.
Warna sebenarnya dari serumen tidak dapat diketahui hanya melalui mata
telanjang namun harus dilakukan apusan setipis-tipisnya dari sampel. Pigmen yang
menjadi zat pemberi warna pada semen masih belum dapat teridentifikasi.
Kanalis akstikus eksternus memiliki banyak struktur yang berperan dalam
produksi serumen. Yang terpenting adalah kelenjar seruminosa yang berjumlah
1000-2000 buah, kelenjar keringat apokrin tubular yang mirip dengan kelenjar
keringat apokrin yang terdapat pada ketiak. Kelenjar ini memproduksi peptide,
padahal kelenjar sebasea terbuka ke folikel rambut pada kanalis akustikus
eksternus yang mensekresi asam lemak rantai panjang tersaturasi dan tidak
tersaturasi, alkohol, skualan, dan kolesterol.
Sel epidermal terdapat sepanjang telinga luar yang identik pada permukaan
kulit. Sehingga kita dapat memprediksi proses generasi dari kulit tersebut, dari
migrasi hingga pengeluarannya. Bila hal ini terjadi di kulit luar sel-sel dapat
dengan mudah jatuh. Namun pada telinga, kecil kemungkinannya untuk tidak
menumpuk. Sel-sel yang mengalami deskuamasi ini terkumpul pada kanalis
akustikus eksternus dalam bentuk lapisan, dan menjadi 60% dari berat total
serumen. Serumen juga terdiri atas lisosim, suatu enzim anti bakteri yang dapat
merusak sel dinding bakteri. Genetik mempengaruhi tipe serumen secara
signifikan. Ras kaukasia dan afrika-amerika memiliki serumen dengan warna
terang sampai coklat gelap lengket dan basah. Ras asia dan ras amerika latin
memiliki serumen abu-abu atau coklat muda, mudah patah dan kering yang
berhubungan dengan jumlah lemak yang sedikit dan granula pigmen.
Serumen diproduksi di sepertiga luar bagian kartilaginosa kanalis
akustikus eksternus. Komponen utama dari serumen merupakan hasil akhir dari
siklus HMG-KoA reduktase, bernama skualan, lanosterol. Tipe serumen telah
digunakan oleh antropologis untuk melihat pola migrasi manusia. Perbedaan tipe
serumen berkaitan dengan perubahan dasar tunggal (suatu polimorfisme
nukleotida tunggal/ single nucleotide poly morphism) pada gen yang dikenal gen
C-11 rantai yang berikatan dengan ATP (“ATP- binding cassette C-11 gene”).
Selain mempengaruhi tipe serumen, mutasi ini dapat juga menurunkan produksi
keringat. Penelitian ini bermanfaat pada ras Asia Timur dan Amerika Latin yang
tinggal di daerah beriklim dingin.

2. 1. 3. Fisiologi Serumen
Serumen memiliki banyak manfaat untuk telinga. Serumen menjaga
kanalis akustikus eksternus dengan barier proteksi yang akan melapisi dan
mambasahi kanalis. Sifat lengketnya yang alami dapat menangkap benda asing,
menjaga secara langsung kontak dengan bermacam-macam organisme, polutan,
dan serangga. Serumen juga mempunyai pH asam (sekitar 4-5). pH ini tidak dapat
ditumbuhi oleh organisme sehingga dapat membantu menurunkan resiko infeksi
pada kanalis akustikus eksternus.
Proses fisiologis meliputi kulit kanalis akustikus eksternus yang berbeda
dari kulit pada tempat lain. Pada tempat lain, sel epitel yang sudah mati dan
keratin dilepaskan dengan gesekan. Karena hal ini tidak mugkin terjadi dalam
kanalis akustikus eksternus migrasi epitel squamosa merupakan cara utama untuk
kulit mati dan debris dilepaskan dari dalam. Sel stratum korneum dalam membran
timpani bergerak secara radial dari arah area anular membran timpani secara
lateral sepanjang permukaan dalam kanalis akustikus eksternus. Sel berpindah
terus ke lateral sampai mereka berhubungan dengan bagian kartilaginosa dan
akhirnya dilepaskan, ketiadaan rete pegs dan kelenjar sub epitelial serta
keberadaan membran basal halus memfasilitasi pergerakan epidermis dari meatus
ke lubang lateral pergerakan pengeluaran epitel dari dalam kanal memberikan
mekanisme pembersihan alami dalam kanalis akustikus eksternus, dan bila terjadi
disfungsi akan menyebabkan infeksi.
Sejumlah kecil serumen ditemukan pada kanalis akustikus eksternus, bila
tidak ditemukan maka menjadi tanda patologis terjadinya otitis eksterna kronis.
Serumen dapat dikeluarkan dengan suction, kuret, dan dengan membersihkan
seluruh canal profunda dan seluruh membran timpani.
Beberapa pasien mungkin mengeluh tidak nyaman pada telinganya ketika
ada sejumlah serumen dan mungkin dibutuhkan pembersihan. Pembersihan
dengan penyemprotan sebaiknya dihindari pada pasien perforasi membran
timpani, pasien dengan riwayat perforasi yang sudah lama sembuh, karena akan
menyebabkan daerah perforasi menjadi lebih lemah dan mudah rusak.
Serumen dapat membantu menurunkan resiko otitis eksterna akut difusa.
Pada keadaan ini pasien mengalami kerusakan epidermis pada kanalis akustikus
eksternus, sering disebabkan oleh cara pembersihan telinga yang tidak tepat
seperti menggunakan tusuk gigi, pensil, dan sebagainya. Bila tidak ada serumen
yang menjaga dan melapisi robeknya epidermis organisme dapat menginfeksi
daerah tersebut. Organisme yang sering menginfeksi antara lain Pseudomonas
aeruginosa dan Staphylococci. Bila suhu dan kondisi tubuh kondusif untuk
pertumbuhan, kerusakan epidermis ini akan berkembang menjadi otitis eksterna
akut, yang juga disebut “swimmwer’s ear”. (ms) bakteri lain yang dapat
menginfeksi antara Candida albicans, Tturicella otitidis, dan Alloiococcus otitis
namun jumlahnya tidak banyak.

Fungsi Serumen
 Membersihkan
Pembersihan kanalis akustikus eksternus terjadi sebagai hasil dari proses yang
disebut “conveyor belt” process, hasil dari migrasi epitel ditambah dengan gerakan
seperti rahang (jaw movement). Sel-sel terbentuk ditengah membran timpani yang
bermigrasi kearah luar dari umbo ke dinding kanalis akustikus eksternus dan
bergerak keluar dari kanalis akustikus eksternus. Serumen pada kanalis akustikus
eksternus juga membawa kotoran, debu, dan partikel-pertikel yang dapat ikut
keluar. Jaw movement membantu proses ini dengan menempatkan kotoran yang
menempel pada dinding kanalis akustikus eksternus dan meningkatkan harapan
pengeluaran kotoran.
 Lubrikasi
Lubrikasi mensegah terjadinya desikasi, gatal, dan terbakarnya kulit kanalis
akustikus eksternus yang disebut asteatosis. Zat lubrikasi diperoleh dari
kandungan lipid yang tinggi dari produksi sebum oleh kelenjar sebasea. Pada
serumen tipe basah, lipid ini juga mengandung kolesterol, skualan, dan asam
lemak rantai panjang dalam jumlah yang banyak, dan alcohol.
 Fungsi sebagai Antibakteri dan Antifungal
Fungsi antibacterial telah dipelajari sejak tahun 1960-an, dan banyak studi yang
menemukan bahwa serumen bersifat bakterisidal terhadap beberapa strain bakteri.
Serumen ditemukan efektif menurunkan kemampuan hidup bakteri antara lain
haemophilus influenzae, staphylococcus aureus dan escherichia colli. Pertumbuhan
jamur yang biasa menyebabkan otomikosis juga dapat dihambat dengan signifikan
oleh serumen manusia. Kemampuan anti mikroba ini dikarenakan adanya asam
lemak tersaturasi lisosim dan khususnya pH yang relatif rendah pada serumen
(biasanya 6 pada manusia normal).
Dulu dikatakan bahwa serumen juga melindungi telinga tengah dari infeksi
bakteri dan fungi. Beberapa penulis mengatakan bahwa serumen yang tertahan dapat
menjadi barier untuk membantu pertahanan tubuh melawan infeksi telinga namun
secara klinik dan biologi fungsi ini tampak cukup lemah.
Diduga serumen memainkan peranan penting dalam meningkatkan sistem
pertahanan tubuh dalam merespon infeksi. Mungkin paparan bakteri dapat
menginduksi peningkatan regulasi komponen anti bacterial pada serumen.
Meskipun demikian serumen pasien dengan otitis eksterna tampak tidak memiliki
asam lemak poli unsaturated anti bacterial. Namun alasan dari pernyataan ini tidak
jelas. Secara empiris serumen hanya berfungsi mengeluarkan keratin.
Studi imunohistokimia menduga terdapat reaksi imun yang dimediasi oleh
antibodi yang ada pada serumen dan menjaga kanalis akustikus eksternus dari
infeksi. Epidermis dan dermis memiliki kelenjar seruminosa dan sebasea dengan
pilar folikel yang dengan cepat dapat mengaktivasi reaksi imun lokal termasuk IgA
dan IgG.
Serumen biasanya berkumpul di lantai kanalis akustikus eksternus namun
terkadang dapat berkumpul dan menyumbat meatus. Selama sisa keratin bersifat
hidrofilik masuknya air dapat bercampur dengan serumen dan menyebabkan
sumbatan yang total, yang menyebabkan ketulian atau perasaan penuh. Serumen
yang tidak menyumbat secara sempurna kanalis akustikus eksternus tidak akan
menyebabkan ketulian. Ini dapat terjadi bila serumen benar-benar menyumbat
kanalis akustikus eksternus, sumbatan ini juga tejadi bila pasien mendorong
kumpulan serumen ke bagian dalam kanalis akustikus eksternus. Biasanya
disebabkan oleh cotton bud.
Ketika serumen terperangkap dalam kanalis akustikus eksternus dengan
keadaan hampa udara dapat melalui membran timpani dan pasien merasa telinganya
tersumbat dan terjadi tuli ringan. Jika serumen menekan membran timpani
pergerakan serumen atau membran timpani dapat menimbulkan nyeri. Serumen
harus dikeluarkan dengan hati-hati sehingga tidak menyebabkan trauma pada
kanalis akustikus eksternus atau membran timpani. Jika itu memungkinkan maka
sebaiknya serumen dikeluarkan dengan suction atau kuret. Irigasi dengan air harus
dihindari karena dapat memperburuk situasi jika ada perforasi membran timpani.

2.1.4 Penyebab Penumpukan Serumen

Pemumpukan serumen mungkin disebabkan ketidakmampuan


pemisahan korneosit. Dermatologist melihat beberapa kondisi yang mereka
sebut Gangguan Retensi Korneosit yang memunjukkan adanya penumpukan
serumen.

Beberapa pasien mendapati adanya benda yang putih seperti mutiara


pada telinga mereka dan terbentuk dari keratin skuamosa yang terkompresi.
Jenis ini sangat sulit untuk dibersihkan. Bila berlanjut lembar keratin akan
berdeskuamasi sampai ke lumen kanalis akustikus eksternus dan massa akan
bertambah banyak. Tekanan dari massa ini akan menimbulkan erosi pada
tulang kanalis akustikus eksternus.13

Terdapat hipotesis yang menyebutkan bahwa impaksi serumen bukan


karena overproduksi dari kelenjar seruminosa, tetapi karena ketidakmampuan
korneosit di stratum korneum untuk terpisah-pisah. Pada orang normal,
korneosit terpisah satu sama lain sejalan dengan migrasi stratum korneum ke
lateral dari bagian profunda ke jaringan ikat superfisial di kanalis akustikus
eksternus bagian dalam. Bila proses ini gagal, lembara keratin tidak
mengalami migrasi secara normal, sehingga terjadi akumulasi di kanal bagian
dalam.

Ketidakmampuan korneosit ini dikarenakan adanya komponen yang


hilang yaitu “keratinocyte attachment-destroying substance”(KADS).
Menurut teori KADS ini akan membantu sel-sel terpecah dan menjadi bagian
yang kecil dan terdeskuamasi. Bila tidak ada KADS, sel tidak akan terpecah
dan akan mencapai bagian superfisial namun dengan bentuk yang utuh.
Hasilnya akan terbentuk akumulasi dan bersatu dengan serumen yang
membentuk massa sumbatan.

Faktor lain yang mempengaruhi adalah steroid sulfatase yaitu enzim


arylsulfatase-C yang normalnya terdapat di sel epithelial, fibroblast, dan
leukosit. Enzim ini diketahui dapat membantu proses deskuamasi sel
epidermal. Kohesi sel di stratum korneum dijaga oleh kolesterol sulfat yang
berfungsi sebagai perekat intraselular. Steroid sulfat diyakini menghambat
kerja kolesterol sulfat dan melepaskan ikatan antar sel. Pad orang normal,
aktivitas steroid sulfat lebih banyak di epithelium kanalis akustikus eksternus
profunda daripada di kanalis superfisial. Jadi, steroid sulfat bertanggung
jawab terhadap pemisahan keratosit dan migrasinya ke arah luar. Juga tehadap
iktiosis resesif X-linked, keratin menjadi terakumulasi dan berwarna coklat
gelap.

2.2 Penanganan Serumen

Mengeluarkan serumen dapat dilakukan dengan irigasi atau dengan


alat-alat. Irigasi yang merupakan cara yang halus untuk membersihkan kanalis
akustikus eksternus tetapi hanya boleh dilakukan bila membran timpani pernah
diperiksa sebelumnya. Perforasi membran timpani memungkinan masuknya
larutan yang terkontaminasi ke telinga tengah dan dapat menyebabkan otitis
media. Semprotan air yang terlalu keras kearah membran timpani yang atrofi
dapat menyebakan perforasi. Liang telinga dapat diirigasi dengan alat suntik atau
yang lebih mudah dengan botol irigasi yang diberi tekanan. Liang telinga
diluruskan dengan menarik daun telinga keatas dan belakang dengan pandangan
langsung arus air diarahkan sepanjang dinding superior kanalis akustikus
ekstenus sehingga arus yang kembali mendorong serumen dari belakang. Air
yang keluar ditampung dalam wadah yang dipegang erat dibawah telinga dengan
bantuan seorang asisten sangat membantu dalam mengerjakan prosedur ini.

Gambar 2.2 Cara Membersihkan Kanalis Akustikus Eksternus

Alat-alat yang membantu dalam membersihkan kanalis akustikus


eksternus adalah jerat kawat, kuret cincin yang tumpul, cunam Hartmann yang
halus. Yang penting pemeriksaan harus dilakukan dengan sentuhan lembut
karena liang telinga sangat sensitif terhadap alat-alat. Dinding posterior dan
superior kanalis akustikus eksternus kurang sensitif sehingga pelepasan paling
baik dilakukan disini. Kemudian serumen yang lepas dipegang dengan cunam
dan ditarik keluar.

Gambar 2.3 Memasang kapas pada ujung aplikator dengan memutar aplikator

Pemeriksaan gendang telinga mungkin pembersihan lebih lanjut


dengan irigasi. Penghisapan digunakan untuk mengeluarkan serumen yang basah
dan untuk mengeringkan liang ini. Dapat juga digunakan aplikator logam
berujung kapas. Massa serumen yang keras harus lebih dahulu dilunakkan
sebelum pengangkatan untuk menghindari trauma. Zat yang dapat digunakan
adalah gliserit peroksida dan dipakai 2-3 hari sebelum dibersihkan. Obat
pengencer serumen harus digunakan dengan hati-hati, karena enzim atau bahan
kimianya sering dapat mengiritasi liang telinga dan menyebabkan otitis eksterna.

Membersihkan serumen dari lubang telinga tergantung pada


konsistensi serumen itu. Bila serumen cair, maka dibersihkan dengan
mempergunakan kapas yang dililitkan pada peilit kapas. Serumen yang keras
dikeluarkan dengan pengait atau kuret, sedangkan apabila dengan cara in sukar
dikeluarkan, dapat diberikan karbon gliserin 10% dulu selam 3 hari untuk
melunakkannya. Atau dengan melakukan irigasi teinga dengan air yang suhunya
sesuai dengan suhu tubuh. Perlu diperhatikan sebelum melakukan irigasi telinga,
riwayat tentang adanya perforasi membran timpani, oleh karena pada keadaan
demikian irigasi telinga tidak diperbolehkan. Sumbatan lubang telinga oleh
pelepasan kulit sebaiknya dibersihkan secara manual dengan kapas yang
dililitkan pada pelilit kapas daripada dengan irigasi.

2. 2. 1 Zat serumenolisis
Adakalanya pasien dipulangkan dan diinstruksikan memakai tetes
telinga waktu singkat. Tetes telinga yang dapat digunakan antara lain minyak
mineral, hydrogen peroksida, debrox, dan cerumenex. Pemakaian preparat
komersial untuk jangkan panjang atau tidak tepat dapat menimbulkan iritasi
kulit atau bahkan dermatitis kontak.
Pada serumen tipe basah biasanya diperlukan untk melembutkan
serumen sebelum dikeluarkan. Proses ini digantikan oleh zat serumenolisis
dan keadaan ini tercapai dengan mengunakan lautan yang bersifat
serumenolytik agen yang digunakan pada kanalis telinga biasanya dipakai
untuk pengobatan di rumah.

Terdapat 2 tipe seruminolitik yaitu aqueos dan organic.


a. Solutio aqueos tersusun atas air yang dapa dengan baik memperbaiki
masalah sumbatan serumen dengan melunakkannya, diantaranya :
- 10% Sodium bicarbonate B.P.C (sodium bicarbonate dan glycerine)
- 3% hidrogen peroksida
- 2% asam asetat
- Kombinasi 0,5% aluminium asetat dan 0,03% benzetonium chloride.

b. Solusio organic dengan penyusun minyak hanya berfungsi sebagai


lubrikan, dan tidak berefek mengubah intergitas keratin skuamosa,
antara lain :
- Carbamide peroxide (6,5%) dan glycerine
- Various organic liquids (propylene glycerol, almond oil, mineral oil,
baby oil, olive oil)
- Cerumol (arachis oil, turpentine, dan dichlobenzene)
- Cerumenex (Triethanolamine, polypeptides, dan oleate-condensate)
- Docusate, sebagai active ingredient ditentukan pada laxatives

Seruminolitik dalam hal ini khususnya solutio organic dapat


menimbulkan reaksi sensitivitas seperti dermatitis kontak. Dan pembersihan
serumen yang tidak tuntas dapat menyababkan superinfeksi jamur.
Komplikasi lain yang mungkin adalah ototoksisitas yang dapat terjadi bila
terdapat perforasi.

Zat serumenolitik ini biasanya digunakan 2-3 kali selama 3-5 hari
sebelum pengangkatan serumen.
2. 2. 2 Penyemprotan Telinga

Beberapa serumen bisa dilunakkan, ini bisa dikeluarkan dari kanalis


telinga dengan cara irigasi. Larutan irigasi dialirkan di canalis telinga yang
sejajar dengan lantai, mengambil serumen dan debris dengan larutan irigasi
mengunakan air hangat (37oC), larutan sodium bicarbonate atau larutan dan
cuka untuk mencegah sekunder infeksi.11

Gambar 2.4 Cara Penyemprotan Telinga


2. 2. 3. Metode Kuretase

Gambar 3.5 Metode Kuretase untuk mengambil Serumen

Serumen biasanya diangkat dengan sebuah kuret dibawah pengamatan


langsung. Perlu ditekankan disini pentingnya pengamatan dan paparan yang
memadai,. Umumnya kedua faktor tersebut paling baik dicapai dengan
penerangan cermin kepala dan suatu speculum sederhana. Irigasi dengan air
memakai spuit logam khusus juga sering dilakukan. Akhir-akhir ini sebagian
dokter lebih memilih suatu alat irigasi yang biasa digunakan pada kedokteran
gigi. Sementara aurikula ditarik ke atas belakang untuk meluruskan lubang
telinga, air dengan suhu tubuh dialirkan dengan arah posterosuperior agar
dapat lewat diantara massa serumen dengan dinding belakang lubang telinga.
Namun pada sejumlah kasus, sekalipun irigasi telah beberapa kali dilakukan,
pasien masih saja mengeluhkan telinga yang tesumbat dan pada pemeriksaan
masih terdapat sumbat yang besar. Pada kasus demikian, kadang-kadang
dilakukan pengisapan. Forsep alligator tipe Hartmann juga berguna pada
sumbat yag keras. Dalam melakukan irigasi perlu berhati-hati agar tidak
merusak membran timpani. Jika tidak dapat memastikan keutuhan membran
timpani, sebaiknya irigasi tidak dilakukan.
2. 3. Kelainan mengenai Serumen

2. 3. 1. Serumen Prop

Serumen prop merupakan akumulasi abnormal dari serumen.


Penyebabnya dapat karena kerusakan saat memproduksi atau kerusakan
pada saat pembersihan. Hasil produksi serumen mungkin berhubungan
dengan infeksi, walaupun kebanyakan etiolologinya tidak jelas.
Sumbatan yang terjadi pada pasien dengan efek serumen menunjukkan
adanya lapisan keratin berlebihan yang menyerupai stratum korneum
kulit kanalis profunda. Pemisahan keratosit abnormal mungkin karena
aktivitas steroid sulfat rendah pada statum korneum kanalis profunda,
yang dicurigai sebagai penyebab terjadinya akumulasi serumen. Steroid
sulfatase yang memicu terjadinya pemisahan keratisid dengan cara
deaktivasi kolesterol sulfat yang mengikat bersama sel-sel dalam stratum
korneum. Level steroid sulfatase di bagian osseus kanalis akustikus
eksternus menunjukkan lebih tinggi daripada level dibagian kartilagnosa.
Kekurangan steroid sulfat mungkin mencegah pemisahan keratinosit
normal pada stratum korneum bagian osseus dan menyebabkan
akumulasi lapisan keratinosit.

Akumulasi serumen dapat disebabkan obstruksi kanalis akustikus


eksternus. Saluran yang berbelit-belit dan isthmus yang sempit dapat
memblok migrasi alami stratum korneum dan bagian medial kanalis
akustikus eksternus. Pada lansia migrasi cenderung menurun dan aurikula,
kadang dapat menyebabkan oklusi parsial pada meatus eksternus dan
mencegah eliminasi normal serumen. Stenosis kanalis akustikus
eksternus setelah trauma, infeksi kronis, atau pembedahan mungkin akan
menghalangi eliminasi serumen. Penyebab potensial obstruksi adalah
benda asing dan tumor.
Sebelum serumen dikeluarkan pasien perlu ditanya mengenai
riwayat perforasi membran timpani, riwayat operasi, atau riwayat otitis
media akut atau kronis. Tergantung konsistensi serumen, jerat kawat,
kuret cincin yang tumpul, atau suction mungkin digunakan untuk
membersihkan kanalis. Irigasi harus digunakan dengan hati-hati
khususnya ketika kondisi membran timpani tidak diketahui. Struktur ini
mungkin rusak ketika ditipiskan, bagian tengah telinga dalam yang datar
mungkin rusak ketika gendang telinga tidak ada. Penerangan cahaya yang
sesuai dan magnifikasi binocular memfasilitasi pengeluaran serumen dan
meminimalisir trauma pada lapisan dasar epitel. Setelah semua debris
dikeluarkan, hal penting memeriksa kanal untuk beberapa kondisi
patologis yang mungkin menjadi predisposisi serumen prop dan
memeriksa keutuhan membran timpani.
BAB 3

KESIMPULAN

1. Earwax atau serumen adalah suatu campuran dari material sebasea dan sekresi
apokrin dari kelenjar seruminosa yang bersatu dengan epitel deskuamasi dan
rambut. Serumen dibagi menjadi tipe basah dan tipe kering. Serumen tipe
kering dapat dibagi lagi menjadi tipe lunak dan tipe keras.
2. Serumen normal ditemukan di kanalis akustikus eksternus dengan fungsi
diantaranya membersihkan, lubrikasi dan sebagai antibakteri dan antifungi.
3. Diagnosis ditegakkan berdasarkan keluhan yang didapat dari pasien berupa
pendengaran menurun sampai tuli ringan, adanya tekanan di telinga sampai rasa
nyeri telinga dan gambaran dari serumen baik dari konsistensi maupun dari
warna serumen.
4. Penanganan serumen dilakukan dengan menggunakan obat tetes telinga yang
bersifat seruminolisis, penyemprotan telinga, dan metode dengan instrumentasi
seperti kuretase dan penyedotan.
DAFTAR PUSTAKA

Schwartz, S.R., Magit, A.E., Rosenfeld, R.M., et al, 2017, Clinical Practice Guidline (Update)
Earwax (Cerumen Impaction), American Academy Of Otolaryngology, vol. 156, pp.1-
29

Hydri, A.S., and Siddiqui, F., 2016, Hearing Loss Due To Different Types of Impacted
Cerumen, Departement of ENT/Head & Neck Surgery PNS SHIFA Hospital Pakistan,
pp 1-4

Marcelena, R., and Farid, A., 2016, Sumbatan Telinga, Kapita Selekta Kedokteran, Chapter
363, pp. 1025

Bailey B.J., Johnson J. T., Newlands S. D., 2006, Head & Neck Surgery Otolaryngology. 4th
Edition. 2006. Lippincot Williams & Wilkins.

Ballenger J. John, Penyakitt Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. 13 th edition.
Binarupa Aksara

Blueestune D. Charles, Pediatric Otolaryngology. 3th Edition. 1996.W>B Saunders Company.

Brian J. G.B., Michael H., Peter K., Atlas of Clinical Otolaryngology. 2001. Mosby Yaer Book.

Canalis F. Rinaldo, The Ear Comprehensive Otology. 1987. Lippincott Williams &Wilkins.

Schuknecht F. Harold. Pathology of The Ear. 1974. Harvad University.

Strom M.D Marshall. Manual of Otolaryngology. Brown and Company Boston Toronto.

Nurbaiti I. Prof, Dr., Sp.THT., Efiaty A.S. Dr., Sp.THT., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung dan Tenggorok. Edisi 5. 2004. Balai Penerbit FKU1, Jakarta.Guest

F., Greener M. J., Robinson A. C., Impacted Cerumen: compotition, production, epidemiology
and management. Available at Retrieved from
http://qjmed.oxfordjournals.org/cgi/content/full/97/8/477
Earwax : Review and Clinical Update March 26, 2008 Available at Retrieved from
http://en.wikipedia.org/wiki/Earwax

Pray W. Steven, Earwax : Shoult It be Removed?. Posted June 6th, 2005. Available at Retrived
from http://www.medscape.com/viewarticle/504788

Hawkw, Michael, Update on Cerumen and Ceruminolytics. Posted January 8th, 2002. Available
at Retrived from http://www.encyclopedia.com/doc/1G1-90869479.html

Hasil Penelusuran Gambar Google untuk http://www.globalrph.com/vocerum.htm available at


http://www.ispub.com/vocerum/index

You might also like