Format Pengkajian Keperawatan

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 2

AIDS/HIV

Jenis diet: tinggi kalori tinggi protein (TKTP)

Penyakit AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) akan menimbulkan keadaan imunodefisiensi


(penurunan kekebalan tubuh). Sementara itu, status gizi dan imunitas atau kekebalan berhubungan
dengan erat. Keadaan malnutrisi akan mengganggu fungsi kekebalan sehingga tubuh tidak dapat
melawan infeksi. Sebaliknya infeksi akan meningkatkan risiko malnutrisi. Karena itulah, status gizi
yang optimal sangat diperlukan kendati hubungan antara malnutrisi dan perkembangan penyakit
AIDS masih belum dipahami sepenuhnya.

Penyakit AIDS merupakan penyakit kekebalan yang bersifat terminal akibat infeksi retrovirus yang
dikenal dengan nama virus HIV (human immunodeficiency virus). Penularan virus ini terjadi lewat
pertukuran cairan tubuh atau darah antara pasien AIDS dengan orang sehat seperti lewat sanggama
atau pemakaian jarum suntik dan transfusi produk darah yang terinfeksi AIDS atau terjadi dari ibu
kepada bayinya saat hamil, melahirkan atau menyusui.

Pada penyakit AIDS akan terjadi peningkatan laju metabolisme akibat demam, infeksi, kanker dan
atau reaksi yang ditimbulkan oleh obat-obat yang diberikan. Sementara itu, gangguan penyerapan
nutrien akan terjadi sekunder karena infeksi usus, pemakaian obat, kadar albumin yang rendah,
kanker saluran cerna dan enteropati AIDS. Semua ini bila tidak ditangani akan dengan cepat
menimbulkan malnutrisi, pelisutan otot dan penurunan kualitas hidup. Keadaan mudah lelah, luka-
luka pada mulut dan kerongkongan, depresi, kecemasan, mual, muntah, gangguan menelan,
gangguan indera pengecap serta sesak napas menambah buruh asupan nutrien. Auspan nutrien
yang tidak adekuat, khususnya protein dan kalori, akan menurunkan berat badan pasien AIDS
dengan cepat. Untuk mencegahnya, upaya berikut ini harus dilakukan:

 Penilaian status gizi yang lengkap setelah diagnosis penyakit AIDS ditegakkan
 Pengkajian terhadap pengetahuan mengenai keamanan makanan
 Pengkajian terhadap kebiasaan diet, termasuk penggunaan terapi diet alternatif dan atau
suplemen nutrien
 Pemantauan berat badan yang ketat
 Terapi nutrisi untuk anemia gizi harus sering dilakukan pada pasien-pasien HIV-positif yang
asimtomatik
 Jika terdapat anemia, atasi defisiensi folat dengan pemberian 400 mcg tablet asam folat/hari
dan atasi defisiensi vitamin B12 dengan 100 mcg B12 yang disuntikkan IM/bulan
 Terapi sumplementasi nutrien dimulai dengan pemberian multivitamin/mineral setiap hari
dengan takaran yang menyamai 100% AKG, yaitu 30 mg beta-karoten dn 250-500 mg
vitamin C
 Suplementasi dengan produk enteral yang “memodulasi kekebalan”

1. Prinsip nutrisi
 Intervensi gizi yang agresif bagi pasien-pasien dengan penurunan berat badan yang
bermakna.
 Jika kadar albumin turun hingga dibawah 2, mg/dL, dukungan preparat suplemen
nutrisi enternal harus dipertimbangkan dengan serius. Pemberian preparat peptida
seperti peptamen dengan asupan kalori yang cukup (35-40 kcal / hari) akan membantu
menaikan kadar albumin atau paling tidak mencegah penurunan lebih lanjut.
 Pasien- pasien yang dirawat dengan infeksi oportunistik harus mendapatkan semua
vitamin dan mineral dengan takaran yang menyampai 100-200% AKG.
 Pasien-pasien diare (Ekresi fesef >500 ml/hari)

You might also like