Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 23

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK

NOMOR KEP - 87/PJ/2017

TENTANG

PENGECUALIAN PENGENAAN SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA ATAS


KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN BAGI
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MENYAMPAIKAN SURAT
PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Menimbang :

a. bahwa batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak


Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi sesuai Pasal 3 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah
paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak;
b. bahwa periode penyampaian Surat Pernyataan Harta untuk Pengampunan Pajak
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang
Pengampunan Pajak adalah sampai dengan tanggal 31 Maret 2017;
c. bahwa pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b di atas
memerlukan alokasi sumber daya yang besar, baik dari sisi sistem informasi dan
teknologi maupun sumber daya manusia Direktorat Jenderal Pajak;
d. bahwa untuk mengantisipasi terjadinya beban puncak terkait dengan pelaksanaan
kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, serta dalam rangka
memberi kesempatan bagi Wajib Pajak untuk menyampaikan Surat Pernyataan Harta
untuk Pengampunan Pajak, perlu adanya kebijakan untuk mengecualikan pengenaan
sanksi administrasi atas keterlambatan penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
huruf c, dan huruf d, serta berdasarkan Pasal 17 ayat (4) Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 243/PMK.03/2014 tentang Surat Pemberitahuan (SPT), perlu menetapkan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Pengecualian Pengenaan Sanksi
Administrasi Berupa Denda atas Keterlambatan Penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi;

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4999);
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014 tentang Surat Pemberitahuan
(SPT);
3. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-01/PJ/2016 tentang Tata Cara
Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG PENGECUALIAN


PENGENAAN SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA ATAS KETERLAMBATAN
PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN BAGI WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI YANG MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI.

PERTAMA :

Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan
Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun Pajak 2016 setelah batas waktu penyampaian SPT
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi, namun tidak melewati tanggal 21
April 2017, dikecualikan dari pengenaan sanksi administrasi berupa denda atas keterlambatan
penyampaian Surat Pemberitahuan.

KEDUA :

Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam DIKTUM PERTAMA adalah sanksi


administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009.

KETIGA :

Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan (SPT)


Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi harus dibayar lunas sebelum Surat
Pemberitahuan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi disampaikan tetapi tidak
melebihi batas waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak.
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR KEP - 103/PJ/2017

TENTANG

PENGECUALIAN PENGENAAN SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA ATAS


KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK
PENGHASILAN BAGI WAJIB PAJAK YANG MENYAMPAIKAN SURAT
PEMBERITAHUAN (SPT) MASA ELEKTRONIK PAJAK PENGHASILAN

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Menimbang :

a. bahwa perkembangan teknologi yang sangat pesat telah menjadi tantangan Direktorat
Jenderal Pajak untuk dapat meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak;
b. bahwa penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Elektronik Pajak Penghasilan
bagi Wajib Pajak merupakan bentuk pemanfaatan sarana teknologi untuk
meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak;
c. bahwa terdapat Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Masa Elektronik Pajak
Penghasilan untuk Masa Pajak Januari 2017 melalui saluran tertentu berupa laman
penyalur SPT Elektronik yang melebihi batas waktu penyampaian SPT akibat adanya
kendala pada sistem informasi Direktorat Jenderal Pajak;
d. bahwa dalam rangka memberikan keadilan kepada Wajib Pajak sebagaimana
dimaksud pada huruf c, perlu diberikan kebijakan pengecualian sanksi administrasi
atas keterlambatan penyampaian SPT Masa Elektronik Pajak Penghasilan;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
huruf c, dan huruf d, serta berdasarkan Pasal 17 ayat (4) Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 243/PMK.03/2014 tentang Surat Pemberitahuan (SPT), perlu menetapkan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Pengecualian Pengenaan Sanksi
Administrasi Berupa Denda atas Keterlambatan Penyampaian Surat Pemberitahuan
bagi Wajib Pajak yang Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Elektronik
Pajak Penghasilan;

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4999);
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014 tentang Surat Pemberitahuan
(SPT);
3. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-01/PJ/2017 tentang Penyampaian
Surat Pemberitahuan Elektronik;
MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG PENGECUALIAN


PENGENAAN SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA ATAS KETERLAMBATAN
PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN BAGI
WAJIB PAJAK YANG MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA
ELEKTRONIK PAJAK PENGHASILAN.

PERTAMA :

Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Elektronik Pajak
Penghasilan untuk Masa Pajak Januari 2017 melalui saluran tertentu berupa laman penyalur
SPT Elektronik setelah batas waktu penyampaian SPT Masa Pajak Penghasilan sampai
dengan tanggal 28 Februari 2017, dikecualikan dari pengenaan sanksi administrasi.

KEDUA :
Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam DIKTUM PERTAMA adalah sanksi
administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009.
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1/PMK.03/2015

TENTANG

PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN


NOMOR 196/PMK.03/2007 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN
PEMBUKUAN DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA ASING DAN SATUAN MATA
UANG SELAIN RUPIAH SERTA KEWAJIBAN PENYAMPAIAN SURAT
PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN
WAJIB PAJAK BADAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

a. bahwa ketentuan mengenai penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan


bahasa asing dan satuan mata uang selain Rupiah telah diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Pembukuan dengan Menggunakan Bahasa Asing dan Satuan Mata Uang Selain
Rupiah serta Kewajiban Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Badan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 24/PMK.011/2012;
b. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan serta memberikan kemudahan dan
kepastian hukum kepada Wajib Pajak yang menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa asing dan satuan mata uang selain Rupiah, perlu melakukan
perubahan terhadap ketentuan mengenai penyelenggaraan pembukuan dengan
menggunakan bahasa asing dan satuan mata uang selain Rupiah sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.03/2007 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Pembukuan dengan Menggunakan Bahasa Asing dan Satuan Mata
Uang Selain Rupiah serta Kewajiban Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 24/PMK.011/2012;
c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 28 ayat (8) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, diatur bahwa
pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat
diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan
huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.03/2007 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Pembukuan dengan Menggunakan Bahasa Asing dan Satuan Mata
Uang Selain Rupiah serta Kewajiban Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan;;

Mengingat :
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Pembukuan dengan Menggunakan Bahasa Asing dan Satuan Mata Uang selain Rupiah serta
Kewajiban Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
Badan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
24/PMK.011/2012;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS


PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 196/PMK.03/2007 TENTANG TATA
CARA PENYELENGGARAAN PEMBUKUAN DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA
ASING DAN SATUAN MATA UANG SELAIN RUPIAH SERTA KEWAJIBAN
PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN
WAJIB PAJAK BADAN.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.03/2007 tentang


Tata Cara Penyelenggaraan Pembukuan dengan Menggunakan Bahasa Asing dan Satuan
Mata Uang selain Rupiah serta Kewajiban Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Badan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 24/PMK.011/2012, diubah sebagai berikut:
1. Di antara Pasal 15 dan Pasal 16 disisipkan 2 (dua) Pasal, yakni Pasal 15A dan Pasal 15B
yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 15A

(1) Dalam hal Wajib Pajak telah memperoleh keputusan izin menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar
Amerika Serikat yang telah diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak atau Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, namun keputusan dimaksud diketahui
rusak, tidak terbaca, hilang atau tidak dapat ditemukan lagi, dan Wajib Pajak tersebut
bermaksud tetap menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris
dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat, Wajib Pajak mengajukan permohonan
penerbitan kembali atas keputusan dimaksud kepada Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.
(2) Atas permohonan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan setelah melakukan
penelitian, dapat menerbitkan kembali keputusan sebagai pengganti keputusan yang
rusak, tidak terbaca, hilang atau tidak dapat ditemukan lagi tersebut.
(3) Keputusan yang diterbitkan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mempunyai kedudukan hukum yang sama dengan keputusan yang telah diterbitkan
sebelumnya.

Pasal 15B
(1) Dalam hal terdapat Wajib Pajak yang terikat perjanjian dengan Pemerintah, yang
dalam perjanjian tersebut mewajibkan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat, dan
perjanjian tersebut telah berakhir, dapat melanjutkan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat,
sepanjang Wajib Pajak dimaksud termasuk cakupan Wajib Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3.
(2) Untuk dapat melanjutkan penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan bahasa
Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat, Wajib Pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), wajib mengajukan permohonan izin dimaksud kepada
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dalam
jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak diundangkannya Peraturan Menteri ini
atau 1 (satu) tahun sejak berakhirnya perjanjian dimaksud.
(3) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) sebelumnya telah memperoleh keputusan mengenai izin untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar
Amerika Serikat, atas keputusan mengenai izin yang diterbitkan berdasarkan
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menggantikan keputusan mengenai
izin yang telah diterbitkan sebelumnya.
2. Ketentuan Pasal 16 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 16

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara permohonan, pemberitahuan, pemberian,


pembatalan serta permohonan dan penerbitan kembali izin menyelenggarakan pembukuan
dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat diatur
dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR : PER - 36/PJ/2015

TENTANG

PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR


PER-34/PJ/2010 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN
TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DAN WAJIB
PAJAK BADAN BESERTA PETUNJUK PENGISIANNYA

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Menimbang :

a. bahwa untuk memberikan kepastian hukum dan meningkatkan pelayanan kepada


Wajib Pajak dalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah
Pajak Penghasilan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a perlu
menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Perubahan Ketiga atas
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-34/PJ/2010 tentang Bentuk Formulir
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dan
Wajib Pajak Badan Beserta Petunjuk Pengisiannya;

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4999);
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4893);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan
Pemenuhan Kewajiban Perpajakan;
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014 tentang Surat Pemberitahuan
(SPT);
5. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-34/PJ/2010 tentang Bentuk Formulir
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dan
Wajib Pajak Badan Beserta Petunjuk Pengisiannya sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2014;
6. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-29/PJ/2014 Peraturan Direktur
Jenderal Pajak tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan
Tahunan;
7. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-214/PJ./2001 tentang Keterangan
dan/atau Dokumen Lain yang Harus Dilampirkan;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG PERUBAHAN KETIGA


ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-34/PJ/2010
TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK
PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DAN WAJIB PAJAK BADAN
BESERTA PETUNJUK PENGISIANNYA.

Pasal I

Mengubah Lampiran II, IV, dan V Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-34/PJ/2010
tentang Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan Beserta Petunjuk Pengisiannya sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2014 sehingga menjadi
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II, IV, dan V yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR : PER - 23/PJ/2015

TENTANG

TATA CARA PERMOHONAN, PEMBERITAHUAN, PEMBERIAN, PEMBATALAN


SERTA PERMOHONAN DAN PENERBITAN KEMBALI IZIN PENYELENGGARAAN
PEMBUKUAN DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA INGGRIS DAN SATUAN
MATA
UANG DOLLAR AMERIKA SERIKAT

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Menimbang :

bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 16 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
196/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pembukuan dengan Menggunakan
Bahasa Asing dan Satuan Mata Uang Selain Rupiah serta Kewajiban Penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PMK.03/2015, perlu
menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Tata Cara Permohonan,
Pemberitahuan, Pemberian, Pembatalan Serta Permohonan Dan Penerbitan Kembali Izin
Penyelenggaraan Pembukuan dengan Menggunakan Bahasa Inggris dan Satuan Mata Uang
Dollar Amerika Serikat;

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4999);
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4893);
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.03/2007 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Pembukuan dengan Menggunakan Bahasa Asing dan Satuan Mata
Uang selain Rupiah serta Kewajiban Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PMK.03/2015;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG TATA CARA
PERMOHONAN, PEMBERITAHUAN, PEMBERIAN, PEMBATALAN SERTA
PERMOHONAN DAN PENERBITAN KEMBALI IZIN PENYELENGGARAAN
PEMBUKUAN DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA INGGRIS DAN SATUAN
MATA UANG DOLLAR AMERIKA SERIKAT.

Pasal 1

Wajib Pajak yang dapat menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris
dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat adalah:

a. Wajib Pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing yang beroperasi berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan Penanaman Modal Asing;
b. Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya yang beroperasi berdasarkan kontrak
dengan Pemerintah Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan pertambangan selain pertambangan minyak dan gas
bumi;
c. Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang beroperasi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan pertambangan minyak dan gas bumi;
d. Bentuk Usaha Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) Undang-Undang
Pajak Penghasilan atau sebagaimana diatur dalam Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda (P3B) terkait;
e. Wajib Pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di
bursa efek luar negeri;
f. Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menerbitkan reksadana dalam denominasi
satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dan telah memperoleh Surat Pemberitahuan
Efektif Pernyataan Pendaftaran dari Otoritas Jasa Keuangan atau lembaga yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan pasar modal;
g. Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri, yaitu
perusahaan anak (subsidiary company) yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh
perusahaan induk (parent company) di luar negeri yang mempunyai hubungan
istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) huruf a dan huruf b Undang-
Undang Pajak Penghasilan; atau
h. Wajib Pajak yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang fungsionalnya
menggunakan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat sesuai Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku di Indonesia.

Pasal 2

(1) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf a, d, e, f, g, dan h yang akan
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata
uang Dollar Amerika Serikat harus terlebih dahulu mendapatkan izin tertulis dari Menteri
Keuangan.
(2) Izin tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperoleh Wajib Pajak dengan
mengajukan surat permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
yang wilayah kerjanya meliputi Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak
terdaftar dengan format sesuai Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Direktur Jenderal ini, paling lambat 3 (tiga) bulan:

a. sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris


dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat tersebut dimulai; atau
b. sejak tanggal pendirian bagi Wajib Pajak baru.

Pasal 3

Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 harus dilampiri dengan:

a. fotokopi akta pendirian perusahaan dan perubahannya atau dokumen lain yang serupa
bagi Wajib Pajak Bentuk Usaha Tetap;
b. fotokopi Surat Persetujuan Penanaman Modal Asing dari Badan Koordinasi
Penanaman Modal bagi Wajib Pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing;
c. fotokopi surat keterangan/penunjukan kantor perwakilan Indonesia dari kantor pusat
bagi Wajib Pajak Bentuk Usaha Tetap;
d. surat keterangan dari bursa efek luar negeri yang menyatakan bahwa emisi saham
Wajib Pajak pemohon didaftarkan di bursa efek tersebut bagi Wajib Pajak yang
mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di bursa efek luar
negeri;
e. fotokopi Surat Pemberitahuan Efektifnya Pernyataan Pendaftaran dari Otoritas Jasa
Keuangan atau lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan pasar modal atas penerbitan reksadana oleh Kontrak Investasi
Kolektif yang bersangkutan bagi Wajib Pajak Kontrak Investasi Kolektif;
f. fotokopi prospektus penawaran atas reksadana yang diterbitkan dalam satuan mata
uang Dollar Amerika Serikat bagi Wajib Pajak Kontrak Investasi Kolektif;
g. surat keterangan/pernyataan dari perusahaan induk (parent company) di luar negeri
dan laporan keuangan konsolidasi (consolidated financial statement) perusahaan
induk (parent company) di luar negeri bagi Wajib Pajak yang berafiliasi langsung
dengan perusahaan induk di luar negeri;
h. fotokopi Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak terakhir
sebelum Tahun Pajak pengajuan izin, kecuali bagi Wajib Pajak baru terdaftar yang
belum wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan;
i. Surat Pernyataan bermeterai bahwa transaksi penjualan dan biaya yang dilakukan
perusahaan didominasi oleh satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dan pembukuan
menggunakan bahasa Inggris serta seluruh aktiva, pasiva, modal, pendapatan, dan
biaya seluruhnya dicatat dalam satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dengan
format sesuai Lampiran II yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini;
j. fotokopi Bukti Penyetoran Modal Awal dalam Dollar Amerika Serikat bagi Wajib
Pajak baru untuk Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak pertama; dan
k. Surat Pernyataan bermeterai dari Wajib Pajak yang menyatakan bahwa mata uang
fungsional yang digunakan Wajib Pajak sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang
berlaku di Indonesia adalah satuan mata uang Dollar Amerika Serikat bagi Wajib
Pajak yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang fungsionalnya
menggunakan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat sesuai Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku di Indonesia dengan menggunakan format sesuai Lampiran
III yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.
Pasal 4

(1) Dalam hal terdapat Wajib Pajak yang terikat perjanjian dengan Pemerintah, yang dalam
perjanjian tersebut mewajibkan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat, dan
perjanjian tersebut telah berakhir, dapat melanjutkan pembukuan dengan menggunakan
bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat, sepanjang Wajib Pajak
dimaksud termasuk cakupan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1.
(2) Untuk dapat melanjutkan penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan bahasa
Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat, wajib Pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), wajib mengajukan permohonan izin dimaksud kepada Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi Kantor
Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)
tahun sejak diundangkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PMK.03/2015 atau 1
(satu) tahun sejak berakhirnya perjanjian dimaksud dengan format sesuai Lampiran I
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilampiri dengan dokumen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan fotokopi dokumen perjanjian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).

Pasal 5

(1) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf b dan huruf c wajib
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib
Pajak terdaftar paling lambat 3 (tiga) bulan:

a. sejak tanggal pendirian apabila sejak pendiriannya menyelenggarakan pembukuan


dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika
Serikat; atau
b. sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris
dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat tersebut dimulai bagi yang akan
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan
mata uang Dollar Amerika Serikat,

dengan format sesuai Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Direktur Jenderal ini.
(2) Pemberitahuan untuk menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus dilampiri dengan:

a. fotokopi Kontrak Karya bagi Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya atau
fotokopi Kontrak Kerja Sama bagi Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama;
dan
b. fotokopi akta pendirian perusahaan dan perubahannya atau dokumen lain yang
serupa bagi Wajib Pajak Bentuk Usaha Tetap.

Pasal 6
(1) Ketentuan penyampaian pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 juga berlaku bagi Kerja Sama Operasi (KSO) sepanjang dipersyaratkan dalam
perjanjian kerjasama/akta pendirian KSO dan semua anggota KSO telah mendapatkan
izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan
bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dengan melampirkan:

a. fotokopi perjanjian kerjasama/akta pendirian KSO; dan


b. fotokopi Surat Keputusan Menteri Keuangan tentang Pemberian Izin
Menyelenggarakan Pembukuan dengan Menggunakan Bahasa Inggris dan Satuan
Mata Uang Dollar Amerika Serikat atas nama anggota-anggota KSO yang telah
mendapatkannya.

(2) Dalam hal tidak semua anggota KSO mendapatkan izin Menteri Keuangan untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata
uang Dollar Amerika Serikat, tetapi dipersyaratkan dalam perjanjian kerjasama/akta
pendirian KSO, maka berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dengan
melampirkan dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 7

(1) Wajib Pajak yang telah memperoleh izin atau menyampaikan pemberitahuan secara
tertulis untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan
satuan mata uang Dollar Amerika Serikat, harus menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat tersebut
dalam jangka waktu paling sedikit 5 (lima) Tahun Pajak sejak diterbitkan izin atau
penyampaian pemberitahuan.
(2) Dalam hal Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan satuan mata uang Rupiah,
terhadap Wajib Pajak tersebut dicabut izinnya secara jabatan oleh Kepala Kantor
Wilayah dengan menerbitkan Keputusan dengan format sesuai dengan Lampiran VI yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini, dan tidak dapat
diberikan izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris
dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat.

Pasal 8

(1) Dalam hal Wajib Pajak telah memperoleh izin untuk menyelenggarakan pembukuan
dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat
namun merencanakan untuk tidak memanfaatkan izin yang dimilikinya, Wajib Pajak
wajib:

a. menyampaikan pemberitahuan secara tertulis dalam hal Tahun Pajak sebagaimana


tercantum dalam surat izin belum dimulai dan pemberitahuan tersebut harus
sudah diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar
sebelum Tahun Pajak tersebut dimulai; atau
b. mengajukan permohonan pembatalan secara tertulis kepada Kepala Kantor
Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar paling lama 3 (tiga) bulan setelah
tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris dan
satuan mata uang Dollar Amerika Serikat tersebut dimulai,

dengan format sesuai Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Direktur Jenderal ini serta melampirkan fotokopi surat izin dimaksud.
(2) Wajib Pajak Kontrak Karya, Kontraktor Kontrak Kerja Sama atau KSO yang telah
memberitahukan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata
uang Dollar Amerika Serikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6 ayat (1)
namun Wajib Pajak tersebut akan menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan
bahasa Indonesia dan satuan mata uang Rupiah, wajib mengajukan permohonan untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan satuan mata
uang Rupiah kepada Kepala Kantor Wilayah paling lama 3 (tiga) bulan sebelum tahun
buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan satuan mata uang
Rupiah tersebut dimulai, dengan format sesuai Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini serta melampirkan fotokopi surat
pemberitahuan.

Pasal 9

Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pencabutan atas izin untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika
Serikat dengan syarat:

a. disampaikan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kepala Kantor
Wilayah paling lama 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat berakhir;
b. mengemukakan alasan permohonan pencabutan sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya; dan
c. permohonan harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(1),

dengan format sesuai Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Direktur Jenderal ini.

Pasal 10

(1) Atas permohonan:

a. izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 4, dan Pasal 6 ayat (2);
b. pembatalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b;
c. izin menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan
satuan mata uang Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2); atau
d. pencabutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9,

Kepala Kantor Wilayah melakukan penelitian atas permohonan Wajib Pajak beserta
lampiran dan dokumen pendukungnya.
(2) Dalam hal berdasarkan penelitian kelengkapan permohonan wajib Pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdapat dokumen persyaratan yang belum disampaikan oleh
Wajib Pajak, Kepala Kantor Wilayah menerbitkan surat permintaan kelengkapan kepada
Wajib Pajak paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak diterimanya permohonan oleh
Kepala Kantor Wilayah.
(3) Permintaan kelengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dipenuhi oleh Wajib
Pajak yang bersangkutan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya surat
permintaan kelengkapan dari Kepala Kantor Wilayah.
(4) Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan melakukan penelitian dan harus
memberikan keputusan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan
dari Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima secara lengkap oleh
Kepala Kantor Wilayah.
(5) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah lewat dan Kepala
Kantor Wilayah belum memberikan keputusan maka permohonan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dianggap diterima dan Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri
Keuangan harus menerbitkan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
(6) Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan:

a. menerbitkan keputusan dengan format sesuai Lampiran IV yang merupakan


bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini dalam hal
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima; atau
b. menyampaikan pemberitahuan penolakan kepada Wajib Pajak dengan format
sesuai dengan Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Direktur Jenderal ini dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditolak.

Pasal 11

Dalam hal pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), Pasal 6 ayat (1) dan
Pasal 8 ayat (1) huruf a yang disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tidak dilengkapi
dengan dokumen yang dipersyaratkan dan/atau melampaui ketentuan batas waktu
penyampaian pemberitahuan, maka pemberitahuan tersebut dianggap tidak disampaikan.

Pasal 12

(1) Dalam hal permohonan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam:

a. Pasal 8 ayat (1) huruf b dan Pasal 8 ayat (2) dikabulkan, Wajib Pajak tersebut
tidak diperbolehkan menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa
Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dalam jangka waktu 5
(lima) tahun sejak izin tersebut dicabut; atau
b. Pasal 9 dikabulkan, Wajib Pajak tersebut wajib menyelenggarakan pembukuan
dengan menggunakan bahasa Indonesia dan satuan mata uang Rupiah pada awal
tahun buku berikutnya, dan tidak dapat mengajukan permohonan untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan
mata uang Dollar Amerika Serikat dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak izin
tersebut dicabut.

(2) Dalam hal Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kemudian bermaksud
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata
uang Dollar Amerika Serikat lagi, Wajib Pajak harus mengajukan surat permohonan
kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar setelah jangka waktu 5 (lima)
tahun terlampaui.
(3) Dalam hal permohonan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikabulkan
namun Wajib Pajak dimaksud telah mendapatkan izin menyelenggarakan pembukuan
dengan menggunakan bahasa Indonesia dan satuan mata uang Rupiah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2), izin menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Indonesia dan satuan mata uang Rupiah dimaksud dicabut secara
jabatan oleh Kepala Kantor Wilayah dengan menerbitkan keputusan sesuai format dalam
Lampiran VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur
Jenderal ini.

Pasal 13

(1) Dalam hal Wajib Pajak telah memperoleh keputusan izin menyelenggarakan pembukuan
dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat yang
telah diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak atau Kepala Kantor Wilayah, namun
keputusan dimaksud diketahui rusak, tidak terbaca, hilang atau tidak dapat ditemukan
lagi, dan Wajib Pajak tersebut bermaksud tetap menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat, Wajib Pajak
mengajukan permohonan penerbitan kembali atas keputusan dimaksud kepada Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi Kantor
Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dengan format sesuai Lampiran I yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilampiri dengan :
a. Surat Pernyataan bermeterai dari Wajib Pajak yang menyatakan bahwa atas
keputusan izin dimaksud :
1) rusak, tidak terbaca, hilang atau tidak dapat ditemukan lagi; dan
2) tidak pernah diterbitkan keputusan pencabutan;
b. Dalam hal :
1) Keputusan dimaksud rusak atau tidak terbaca, asli keputusan izin
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan
mata uang Dollar Amerika Serikat; atau
2) Keputusan izin dimaksud hilang atau tidak dapat ditemukan lagi, surat
keterangan hilang dari kepolisian;
dan
c. Dokumen ketetapan, keputusan dan/atau dokumen perpajakan lainnya yang
menunjukkan bahwa atas Wajib Pajak dimaksud telah diterbitkan Keputusan Izin
Menyelenggarakan Pembukuan dengan Menggunakan Bahasa Inggris dan Satuan
Mata Uang Dollar Amerika Serikat.
(3) Kepala Kantor Wilayah melakukan penelitian atas permohonan Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beserta dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dengan memperhatikan :

a. Keputusan Izin Menyelenggarakan pembukuan dengan Menggunakan Bahasa


Inggris dan Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) telah tercatat atau teradministrasikan di Direktorat Jenderal Pajak;
atau
b. Terdapat ketetapan, keputusan atau dokumen perpajakan lainnya yang
menunjukkan bahwa atas Wajib Pajak dimaksud telah diterbitkan Keputusan Izin
Menyelenggarakan Pembukuan dengan Menggunakan Bahasa Inggris dan Satuan
Mata Uang Dollar Amerika Serikat.

(4) Atas permohonan Wajib pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berdasarkan hasil
penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Kepala Kantor Wilayah atas nama
Menteri Keuangan :

a. menerbitkan keputusan dengan format sesuai Lampiran V yang merupakan


bagian tidak terpisahkan dari peraturan Direktur Jenderal ini dalam hal
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima; atau
b. menyampaikan pemberitahuan penolakan kepada Wajib Pajak dengan format
sesuai Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Direktur Jenderal ini dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditolak,

paling lama 1 (satu) bulan sejak berkas diterima secara lengkap oleh Kepala Kantor
Wilayah.
(5) Keputusan yang diterbitkan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a
mempunyai kedudukan hukum yang sama dengan keputusan yang telah diterbitkan
sebelumnya.

Pasal 14

(1) Atas Keputusan Izin Menyelenggarakan Pembukuan dengan Menggunakan Bahasa


Inggris dan Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat yang telah diterbitkan sebelum
berlakunya Peraturan Direktur Jenderal ini, izin tersebut dinyatakan tetap berlaku.
(2) Dalam hal permohonan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 4, Pasal 6 ayat
(2), Pasal 8 ayat (2) dan Pasal 13 ayat (1) yang diajukan setelah berlakunya Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 1/PMK.03/2015 dan sebelum berlakunya Peraturan Direktur
Jenderal ini belum diterbitkan keputusan, maka berkas permohonan izin tersebut
dianggap diterima dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah berlakunya Peraturan
Direktur Jenderal ini.

Pasal 15

Pada saat Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini berlaku, Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-11/PJ/2010 tentang Tata Cara Permohonan, Pemberitahuan, Pemberian, dan
Pembatalan Izin Menyelenggarakan Pembukuan dengan Menggunakan Bahasa Inggris dan
Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-10/PJ/2012, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER - 12/PJ/2015

TENTANG

PENETAPAN TEMPAT TINGGAL ORANG PRIBADI


DAN TEMPAT KEDUDUKAN BADAN

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Mengingat :

a. bahwa ketentuan mengenai penetapan tempat tinggal orang pribadi dan tempat
kedudukan badan menurut keadaan yang sebenarnya telah diatur dalam Keputusan
Direktur Jenderal Pajak nomor KEP-701/PJ/2001 tentang Penentuan Tempat Tinggal
Orang Pribadi dan Tempat Kedudukan Badan;
b. bahwa berdasarkan hasil evaluasi dan untuk memberikan kepastian hukum terhadap
pelaksanaan penetapan tempat tinggal orang pribadi dan tempat kedudukan badan
menurut keadaan yang sebenarnya sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (6)
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, perlu
mengatur kembali ketentuan mengenai penetapan tempat tinggal orang pribadi dan
tempat kedudukan badan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b,
perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Penetapan Tempat
Tinggal Orang Pribadi dan Tempat Kedudukan Badan;

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4999);
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4893);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG PENETAPAN TEMPAT
TINGGAL ORANG PRIBADI DAN TEMPAT KEDUDUKAN BADAN.

Pasal 1

Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menetapkan tempat tinggal orang pribadi dan
tempat kedudukan badan menurut keadaan yang sebenarnya.

Pasal 2

(1) Tempat tinggal orang pribadi menurut keadaan yang sebenarnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 adalah:

a. rumah tetap orang pribadi beserta keluarganya bertempat tinggal;


b. rumah tetap orang pribadi tempat pusat kepentingan pribadi dan ekonomi
dilakukan, dalam hal orang pribadi mempunyai rumah tetap sebagaimana
dimaksud dalam huruf a di 2 (dua) tempat atau lebih wilayah kerja Kantor
Pelayanan Pajak;
c. tempat orang pribadi lebih lama tinggal, dalam hal rumah tetap tempat pusat
kepentingan pribadi dan ekonomi dilakukan sebagaimana dimaksud dalam huruf b
tidak dapat ditentukan;
d. tempat yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak, dalam hal keadaan
sebagaimana dimaksud dalam huruf c tidak dapat ditentukan.

(2) Penetapan tempat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf d dilaksanakan oleh:

a. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Direktur Jenderal
Pajak, dalam hal tempat tinggal orang pribadi berada dalam 2 (dua) atau lebih
wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak dalam satu wilayah kerja Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak;
b. Direktur Jenderal Pajak, dalam hal tempat tinggal orang pribadi berada dalam 2
(dua) atau lebih wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak.

Pasal 3

(1) Tempat kedudukan badan menurut keadaan yang sebenarnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 adalah:
a. tempat kantor pimpinan, pusat administrasi dan keuangan, dan tempat menjalankan
kegiatan usaha berada sebagaimana tercantum dalam akta pendirian atau dokumen
pendirian dan perubahan, atau surat keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi
Bentuk Usaha Tetap, atau dokumen izin usaha dan/atau kegiatan, atau surat
keterangan tempat kegiatan usaha, atau perjanjian kerjasama bagi bentuk kerjasama
operasi (joint operation);
b. tempat kantor pimpinan berada, dalam hal tempat kantor pimpinan terpisah dari
tempat pusat administrasi dan keuangan dan tempat menjalankan kegiatan usaha;
c. tempat menjalankan kegiatan usaha, bagi Wajib Pajak badan yang bergerak di sektor
usaha tertentu yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak;
d. tempat yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak, dalam hal:
1) tempat kantor pimpinan, pusat administrasi dan keuangan, dan tempat
menjalankan kegiatan usaha yang kenyataannya berbeda dengan yang tercantum
dalam akta pendirian atau dokumen pendirian dan perubahan, atau surat
keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi Bentuk Usaha Tetap, atau
dokumen izin usaha dan/atau kegiatan, atau surat keterangan tempat kegiatan
usaha, atau perjanjian kerjasama bagi bentuk kerjasama operasi (joint operation);
atau
2) keadaan sebagaimana dimaksud dalam huruf b dan huruf c berada di beberapa
tempat.
(2) Penetapan tempat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf d dilaksanakan oleh:

a. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Direktur Jenderal
Pajak, dalam hal tempat kedudukan badan berada dalam 2 (dua) atau lebih
wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak dalam satu wilayah kerja Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak;
b. Direktur Jenderal Pajak, dalam hal tempat kedudukan badan berada dalam 2 (dua)
atau lebih wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak.
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER - 66/PJ/2009

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER -


34/PJ/2009
TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB
PAJAK
ORANG PRIBADI BESERTA PETUNJUK PENGISIANNYA

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Menimbang :

bahwa dalam rangka memberikan kejelasan bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam
penggunaan jenis formulir Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi,
perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Perubahan atas Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 34/PJ/2009 tentang Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi beserta Orang Pribadi beserta Petunjuk
Pengisiannya;

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4999);
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesa Tahun
2008 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4893);
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.03/2007 tentang Bentuk dan Isi Surat
Pemberitahuan, serta Tata Cara Pengembalian, Pengisian, Penandatanganan, dan
Penyampaian Surat Pemberitahuan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 152/PMK.03/2009;
4. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 34/PJ/2009 tentang Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi beserta
Petunjuk Pengisiannya;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG PERUBAHAN ATAS


PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 34/PJ/2009 TENTANG
SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI BESERTA PETUNJUK PENGISIANNYA

Pasal I

Ketentuan Pasal 2 dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 34/PJ/2009 tentang
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi beserta Petunjuk
Pengisiannya, diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

"Pasal 2

(1) Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
Orang Pribadi Sangat Sederhana (Formulir 1770 SS) bagi Wajib Pajak yang mempunyai
penghasilan hanya dari satu pemberi kerja dengan jumlah penghasilan bruto dari
pekerjaan tidak lebih dari Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) setahun dan tidak
mempunyai penghasilan lain kecuali penghasilan bunga bank dan/atau bunga koperasi
adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.
(2) Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan dengan
menggunakan Formulir 1770 SS maka Formulir 1721-A1 dan/atau Formulir 1721-A2
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak Orang Pribadi Sangat Sederhana (Formulir 1770 SS)."

You might also like