PRAOPERASI

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 22

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pendahuluan
Persiapan prabedah penting sekali unuk memperkecil risiko operasi karena
hasil akhir suatu pembedahan sangat bergantung pada penilaian keadaan penderita
dan persiapan prabedah. Dalam persiapan inilah ditentukan adanya indikasi atau
kontraindikasi operasi, toleransi penerita terhadap tindak bedah, dan ditetapkan
waktu yang tepat untuk melaksanankan pembedahan.
Tindakan umum yang dilakukan setelah diputuskan melakukan
pembedahan adalah untuk mempersiapkan penderita agar penyulit pascabedah
dapat dicegah sebanyak mungkin. Sebagian tindakan tersebut dilakukan secara
rutin, seperti pembersihan kulit, sedangkan yang lain dipilih berdasarkan
keterangan yang diperoleh pada anamnesis, pemeriksaan prabedah, dan rencana
pengelolaan. Toleransi pasien terhadap pembedahan mencakup toleransi fisik
maupun mental.

2.2 Persiapan mental

Pasien yang akan di operasi biasanya menjadi agak gelisah dan takut.
Perasaan gelisah dan takut kadang-kadang tidak tampak jelas. Tetapi kadang-
kadang pula, kecemasan itu dapat terlihat dalam bentuk lain. Pasien yang gelisah
dan takut sering bertanya terus-menerus dan berulang-ulang walaupun
pertanyaannya telah dijawab. Ia tidak mau berbicara dan memperhatikan keadaan
sekitarnya, tetapi berusaha mengalihkan perhatiannya pada buku. Atau sebaliknya,
ia bergerak terus-menerus dan tidak bisa tidur.

Perawat mempunyai tugas untuk menjelaskan apa yang akan dihadapi


pasien jika ia akan di operasi. Pasien sebaiknya diberitahu bahwa selama operasi
ia tidak akan merasakan sakit karena ahli bius akan selalu menemaninya dan
berusaha agar selama operasi berlangsung, penderita tidak akan merasakan apa-
apa. Perawat harus mau mendengarkan semua keluhan dan sekaligus
memperhatikan semua keperluan pribadi pasien. Perlu menjelaskan kepada pasien
bahwa semua operasi besar memerlukan transfuse darah untuk mengganti darah
yang hilang selama operasi dan transfuse darah bukanlah berarti keadaan pasien
sangat gawat. Perlu pula dijelaskan bahwa besok pagi pasien akan dibawa ke
kamar operasi dan di letakkan di meja operasi, yang berada tepat di bawah lampu
yang sagat terang, agar dokter bedah dapat melihat segala sesuatu dengan jelas.
Beri tahu pula bahwa sebelum operasi dimulai, pasien akan di anestesi umum,
lumbal, atau lokal.

2.3 Persiapan fisik


2.3.1 Berbagai organ dan sistem

Sebelum pembedahan dimulai (dengan anesthesia umum) lambung harus


kosong. Refluks esophagus mudah terjadi terutama pada permulaan anesthesia
sehingga dapat terjadi aspirasi isi lambung yang merupakan suatu penyulit
berbahaya karena menimbulkan pneumonia yang tidak mudah diatasi. Oleh
karena itu pasien dipuasakan 6 jam sebelum pembedahan.

Suhu badan sebaiknya dipertahankan kurang lebih normal. Penderita yang


demam, metabolismenya meningkat dan memerlukan lebih banyak zat asam
sehingga iritabilitas miokard meningkat dan keadaan syok tidak dapat
dikompensasi seperti biasa. Suhu harus diturunkan dahulu dengan sediaaan
salisilat. Bila demam disertai menggigil, dapat diberikan klorpromazin.
Hipotermia dibawah 34,5 derajat celcius juga membawa risiko karena metabolism
berlangsung terlalu lambat, sehingga misalnya pembekuan darah melambat.
Iritabilitas miokard pun meningkat. Terutama bila penderita syok sehingga
terancam fibrilasi ventrikel. Penderita harus dihangatkan dahulu dengan selimut
hangat atau dimandikan air hangat suhu 40 derajat celcius.

Syok umumnya disertai dengan peredaran darah yang buruk dan gangguan
perfusi organ vital seperti jantung dan otak. Oleh karena itu sedapat mungkin
keadaan syok harus diatasi sebelum pembedahan. Dan hipertensi pun harus
dikoreksi sebelum pembedahan dalam artian tekanan diastolic diusahakan di
bawah 100 mmHg, jika mungkin di bawah 90 mmHg.

2.3.2 Kebersihan Mulut


Mulut harus dibersihkan dan gigi harus disikat untuk mencegah terjadinya
infeksi terutama bagi paru-paru dan kelenjar ludah. Gigi palsu yang bisa
dilepaskan harus dilepas dan disimpan.
2.3.3 Mandi

Sebelum di operasi, pasien harus mandi atau dimandikan. Kuku disikat dan
cat kuku harus dibuang agar ahli bius dapat melihat perubahan warna kuku
dengan jelas. Rambut harus dicuci dengan sampo karena setelah operasi pasien
dalam keadaan kesakitan sehingga tidak dapat mencuci rambut dalam beberapa
hari. Pasien dalam keadaan syok, yang akan dioperasi darurat tidak boleh
dimandikan atau dicuci rambutnya.

2.3.4 Daerah yang Akan Dioperasi

Tempat dan luasnya daerah yang harus dicukur tergantung dari jenis
operasi yang akan dilakukan. Pada operasi laparatomi atau histerektomi yang akan
membuka dinding perut, kulit perut harus dibersihkan. Bulu kemaluan dan bulu
kulit perut dicukur bersih. Pada operasi di kepala, diusahakan mencukur rambut
seperlunya dan alis mata tidak boleh dicukur karena tumbuhnya lama. Rambut
yang tidak dicukur, dicuci dengan sampo dan antiseptic. Pusar harus dibersihkan
dengan kapas yang dicelupkan ke dalam bensin untuk melarutkan lemak di
dalamnya.

2.4 Persiapan Diet

Pasien yang akan di operasi akan diberi makanan yang berkadar lemak
rendah, tetapi tinggi karbohidrat, protein, vitamin, dan kalori. Pasien yang kadar
protein darahnya rendah, biasanya akan mengalami syok bila dibius dan dioperasi.
Untuk mempertahankan masuknya makanan di dalam tubuh sampai saat
operasi tiba dan segera setelah operasi, pasien perlu diberi makanan secara
parenteral atau sering pula disebut diinfus. Ini perlu dilakukan karena sewaktu
pasien dibawa ke kamar bedah, perutnya dalam keadaan kosong. Keadaan perut
kosong diperlukan bila operasi dilakukan dengan pembiusan umum memakai gas
yang diisap. Gas yang dipakai bisa merangsang batuk, sehingga pasien bisa
tercekik dan muntah. Muntahan isi lambung ini bisa masuk ke paru-paru.
Tercekik isi lambung (aspirasi) ini dapat menyebabkan kematian di meja operasi.

Pasien harus puasa 12-18 jam sebelum operasi dimulai. Jika operasi
dilakukan secara darurat dan pasien tak sempat puasa terlebih dahulu, harus
diusahakan agar pasien dapat memuntahkan isi perutnya. Pasien yang dipuasakan
selama 18 jam akan mengalami dehidrasi bila tidak diberi cairan dan makanan
secara parenteral. Untuk itu, turutilah perintah ahli bedah, infus apa yang harus
diberikan.

Sebelum dibedah pasien diberi suntikan urus-urus (enema), sehingga ia


tidak buang air. Enema ini mencegah kemungkinan terjadinya beser (incontinentia)
selama berlangsungnya pembedahan akibat kendornya otot karena anesthesia.
Suntikan urus-urus sebelum pembedahan juga membuat pasien tidak ingin buang
air selama beberapa hari setelah pembedahan. Enema yang diberikan itu
hendaklah yang benar-benar ampuh. Kalau setelah disuntik enema pasien ternyata
masih buang air, segeralah beritahu dokter, dan suntikan enema sekali lagi bisa
diberikan. Kalau enama itu akan diberikan sampai hasilnya jelas diketahui, maka
perawat hendaklah menanyakan kepada dokter berapa kali enema yang ingin
diberikannya kepada pasien. Enema yang berlebih-lebihan melelahkan pasien,
mengacaukan keseimbangan elektrolit, dan mengganggu selaput lendir rectum
dan pencernaan makanan. Adanya kesempatan beristirahat di antara saat-saat
pasien menerima enema (urus-urus), akan sangat bermanfaat bagi pasien; dan
enema yang diberikan perlahan-lahan akan memberikan hasil yang lebih baik dan
dengan demikian tak perlu diberikan banyak urus-urus.

Klisma dilakukan untuk mengosongkan usus besar agar tidak


mengeluarkan feses di meja operasi.
2.5 Istirahat dan Tidur

Malam sebelum operasi, diusahakan agar pasien dapat istirahat dan tidur nyenyak.
Perasaan nyeri dapat menggangu tidur pasien. Bila perlu, diberi satu tablet
parasetamol dan pasien yang tidak bisa tidur diberi satu tablet luminal.

2.6 Persiapan Sebelum Masuk Kamar Bedah

Kiranya setiap rumah sakit mempunyai peraturan masing-masing tentang


persiapan fisik sebelum operasi bagi pasien dan di bawah ini diuraikan, dengan
mempehatikan langkah-langkah untuk pertolongan dalam pengobatan dan
mengenai hal-hal yang bersifat umum; (satu hari sebelumnya).

1. Bahan yang diinstruksikan untuk diperiksa agar diajukan terlebih dahulu dan
dipastikan apakah laporan-laporan telah disediakan.
2. Banyaknya darah yang dibutuhkan agar diminta kepada bank darah untuk
disediakan lebih dahulu. (cara untuk mengajukan permintaan darah yang
tersedia agar disesuaikan dengan ketentuan masing-masing rumah sakit).
3. Menjaga kebersihan rongga mulut bila akan diadakan anesthesia saluran
pernafasan. Kebersihan dalam rongga mulut sangat penting khususnya dalam
hal pasien menderita inflamasi dalam cavum nasi dan atau alveolar pyorrhea.
Ini berguna untuk mencegah infeksi suppurasi paru-paru.
4. Mencukur bulu
Mencukur bulu bagian yang akan dioperasi bertujuan agar dapat mengdesinfeksi
kulit di bagian yang akan dioperasi dengan menghilangkan bakteri dan sekresi
lemak yang berada di akar (rambut-rambut) sehingga dapat mencegah infeksi
sekunder.
5. Perban menempel dengan baik pada derah yang dicukur bulunya. Berhati-hati
agar tidak melukai kulit waktu mencukur bulu.
Untuk bagian istimewa seperti kepala ada kalanya dilakukan pencukuran pada
hari operasi atau sehari sebelum operasi karena diharapkan keadaan bakteri
yang minimal jumlahnya. Bila pasien wanita akan dicukur rambutnya, perlu
mendapatkan persetujuan dulu dari pasien sendiri dan keluarganya. Penting
juga disiapkan topi atau tuutp kepala untuk mengurangi rasa malu. Jika
ditemukan kelainan pada kulit seperti jerawat atau eksim waktu mencukur bulu
di belakang badan, perlu diberi perawatan / pengobatan seperlunya. Untuk
mencukur bagian perut, anus dan daerah lipat paha sebaiknya diserahkan
kepada yang berpengalaman.
6. Mandi atau menyeka seluruh tubuh
Rambut dicuci jika perlu. Jika operasi diadakan di bagian perut, kotoran pusar
yang telah mengeras dilembekkan dulu dengan cold cream, vaselin atau
minyak oil untuk dibersihkan sedok harinya. Berhati-hati agar jangan melukai
kulit.
7. Gunting kuku. Hapuskan lipstick dan kutex dengan aceton. Ini penting agar
nyata kelihatan keadaan waktu dan sesudah operasi serta adanya cyanosis.
8. Makan dan minum perlu diatur sesuai dengan petunjuk dokter mulai sehari
sebelum operasi.
9. Perlu diatur agar pasien dapat tidur cukup pada malam hari karena sangat
penting untuk istirahat fisik dan mental.
10. Clysma (sesuai dengan petunjuk dokter menurut type operasi)
Ini diadakan untuk mencegah eliminasi waktu operasi karena otot sphincter ani
menjadi leas, menghindarkan luka pada usus serta mencegah pengeluaran
karena terjadinya gas dan dilatasi setelah operasi. Dalam hal operasi usus
diadakan pembersihan usus. Hasilnya perlu dilaporkan kepada petugas di
kamar operasi.
11. Urine
Sama dengan usus, urine harus dikeluarkan dulu untuk memudahkan operasi
dan mecegah luka pada vesica urinaria atau kandung kemih. Khususnya dalam
hal operasi alat dalam panggul, bagian yang disekitarnya pun ikut ditangani
maka penting untuk mengosongkan kandung kemih.

Persiapan fisik pada hari operasi, seperti biasa harus diambil catatan suhu, tensi,
nadi, dan pernapasan. Bila suhunya meningkat, perawat harus melaporkan kepada
dokter melalui kepala bangsal. Sewaktu mengukur suhu, perhatikan pula apakah
pasien kedinginan, sakit perut, atau sesak napas. Operasi yang bukan darurat, bila
ada demam, penyakit tenggorokan, atau sedang haid,
Pasien yang akan dioperasi harus dibawa tepat pada waktunya. Jangan dibawa
ke kamar tunggu terlalu cepat, sebab terlalu lama menunggu tibanya waktu
operasi, akan menyebabkan pasien gelisah dan takut.

Pagi-pagi pasien disuruh mandi. Rambut diikat dan rambut wanita yang
panjang dikucir dan diperiksa apakah ada kutunya. Tidak boleh memakai jepit
rambut. Setelah rambut dirapikan, ditutup dengan kain bersih atau topi bedah.
Baju pasien diganti dengan baju khusus untuk operasi. Barang berharga seperti
uang, jam tangan, cincin, giwang, gelang, dan anting-anting harus dilepaskan dan
disimpan dengan baik atau diserahkan kepada keluarganya.

Sebelum dibawa ke kamar bedah, pasien disuruh buang air kecil (kencing)
agar tidak membasahi meja operasi atau tersayat kandung kencingnya sewaktu
membuka dinding perut. Bila pasien tidak bisa kencing karena ketakutan, maka
perlu dikateter.

Sebelum pembiusan dimulai, gigi palsu harus dilepaskan agar tidak tertelan.
Kacamata harus dibuka sebelum operasi dimulai.

Pencatatan sebelum operasi

Semua tindakan penting yang dilakukan pada pasien harus dicatat,


misalnya sudah dilakukan lavemen pukul berapa, jumlah kencingnya berapa
milliliter. Premedikasi obat apa dan pukul berapa diberikan. Catat juga bila
penderita mempunyai gigi palsu dan lain-lain yang dianggap perlu.

Perawatan Pasien pada Hari Pembedahan


Kegiatan perawat pada pagi hari pembedahan dilakukan berpusat pada
pasien dan kebutuhannya yang mendesak. Perawat terutama memperhatikan
keadaan emosi pasien, memeriksa kondisi fisiknya, menjaga barang-barang
bawaannya, dan mempersiapkannya secara fisik untuk menerima anesthesis. Ia
harus paling dulu menemui pasien dan memperoleh kepastian tentang keadaan
emosionil dan fisiknya. Meskipun rata-rata pasien tidak mengemukakan perasaan
takutnya, tetapi mungkin saja mereka merasakan hal itu. Rasa takut ini dapat
ditenteramkan dengan menjelaskan semua prosedur kepada pasien, dan
seandainya pembedahan itu harus ditunda meskipun hanya selama setengah jam,
maka pasien dan keluarganya haruslah diberitahu. Para anggota keluarga
hendaklah diizinkan melihat pasien sebelum pembedahan dan berada bersama
pasien jika mereka menginginkannya. Jika pasien sangat cemas mengenai
pembedahannya dan menyatakan rasa takut tentang kesudahannya, perawat
hendaklah memberitahukan kepada dokter. Pasien yang sangat ketakutan akan
mempersulit pelaksanaan pembedahan, dan mungkin saja pembedahan itu ditunda
atau dibatalkan.
Suhu badan pasien diukur, dan perawat memeriksanya apakah suhunya
dalam batas-batas yang normal. Jika kenaikan suhunya cukup menyolok, perawat
harus memberitahukannya kepada dokter bedah. Perawat mengamati pernapasan
pasien, memeriksa kulitnya dan warnanya, dan menanyakan tentang kesehatan
pasien. Adanya tanda-tanda dan gejala-gejala infeksi pernapasan dan ekspresi rasa
sakit yang baru atau berbeda hendaklah dilaporkan kepada dokter. Anesthesi dan
pembedahan memperburuk kondisi seperti itu dan menimbulkan komplikasi
setelah pembedahan.
Pasien hendaklah diberi cukup waktu untuk mandi, menggosok giginya,
dan mengganti pakaiannya dengan gaun rumah sakit sebelum ia dibawa ke kamar
bedah. Pasien wanita dianjurkan agar memegang rambutnya jika panjang dan bisa
ditutup dengan penutup kepala atau handuk atau melindunginya dari bahan-bahan
anesthesi dan dari muntah. Jepit rambut dicabut karena bisa melukai kulit kepala
pasien dan bisa menimbulkan percikan api pada waktu diberikan anesthesi.
Karena daging tempat tumbuh kuku sangat peka kalau kekurangan zat asam dan
kadang-kadang ahli anesthesi memeriksanya untuk mengetahui apakah pasien
menderita anoxia atau tidak, maka sebaiknya pasien diminta membersihkan cat
kukunya. Semua perhiasan dan uang harus disingkirkan dari tempat tidur dan
diletakkan di tempat yang terkunci. Pasien diperkenankan memakai cincin kawin,
tetapi hendaklah diplester atau terpasang erat di tangan.
Ahli anesthesi umumnya lebih suka agar gigi palsu dan pegangan gigi
palsu yang bisa dicabut, dicanut saja sebelum pasien dibawa ke kamar bedah,
karena, dengan mengendornya otot karena anesthesi, gigi palsu ini bisa copot dari
gusi dan tertelan ke dalam hulu kerongkongan, menyebabkan terhambatnya
pernapasan. Dicopotnya gigi palsu mencegah gigi tersebut dari kemungkinan
pecah pada waktu dilakukan intubasi. Gigi palsu yang dicopot dari pasien
hendaklah secara dimasukkan ke dalam suatu tempat dan disimpan secara aman.
Jika pasien diperkenankan tetap memakai gigi palsunya sampai saat ia masuk ke
kamar bedah (karena kalau dicopot mungkin rupa pasien itu akan tambah jelek),
maka perawat yang mengawalnya harus jangan lupa mencopotnya setelah tiba di
kamar bedah. Perawat bertanggungjawab, baik terhadap pasien maupun terhadap
ahli anesthesi, bahwa gigi palsu itu dicopot dan disimpan di tempat yang aman.
Alat-alat buatan lainnya, seperti misalnya kaki palsu atau bola mata palsu, juga
harus dicopot dan disimpan dengan aman.
Pasien hendaklah mengosongkan perutnya beberapa saat sebelum dibawa
ke kamar bedah untuk mencegah kencingnya beser karena mengendornya otot
selama pembedahan. Kandung kemih yang kosong memungkinkan terlukanya
kandung kemih karena kurang hati-hati. Karena terbatasnya cairan menyebabkan
dehidrasi, pasien mungkin tak perlu mengosongkan perutnya beberapa saat dekat
sebelum pembedahan. Pengosongan perut pasien pada malam sebelum
pembedahan hendaklah dicatat, karena ini bisa membantu perawat menentukan
apakah pasien, yang tak bisa buang air atau kencing pada saat-saat sebelum
pembedahan, mungkin perlu dikateter. Kateterrisasi mungkin diperlukan jika
pasien tidak buang air. Jika kandung kemihnya harus tetap kempes selama
berlangsungnya pembedahan, maka ke dalamnya dimasukkan sebuah kateter yang
disambung dengan pipa ke sebuah botol penampung.

Tanda Persetujuan Secara Tertulis


Sang penderita dan keluarganya harus diberikan mengenai semua
kemungkinan yang dapat terjadi dalam terapi itu. Sifat dari pembedahan dan
resikonya harus dijelaskan dengan sebaik-baiknya dan tanda tangan si penderita
atau walinya yang resmi yang menyatakan bahwa pembedahan itu disetujui
haruslah diperoleh. Dalam keadaan darurat, dimana si penderita tidak sadar dan
keluarganya tidak hadir maka pembedahan itu dapat dilakukan tanpa persetujuan.
Ahli bedahnya haruslah mengetahui dan mengikuti syarat-syarat resmi setempat.
1. Catatan Sebelum Pembedahan
Ahli bedah harus meninggalkan suatu catatan pada status sang
penderita dengan menuliskan latar belakang, penemuan-penemuan,
dan indikasi untuk operasi itu. Pernyataan-pernyataan itu harus
mencakup bukti persetujuan tertulis yang telah diperoleh.
Pembuatan catatan sebelum pembedahan hendaklah dilakukan
dengan teliti dan lengkap. Perawat perlu mencatat saatnya obat
diberikan, suhu badan, denyut dan pernapasan, saat terakhir pasien
buang air, apakah gigi palsunya sudah dicabut, dan apakah ada
perawatan lain yang diberikan. Izin pembedahan hendaklah
dilampirkan pada status pasien. Semua pemeriksaan laboratorium
hendaklah dilaporkan, dan sudah tersedia pula gambar rontgen dan
catatan lain tentang penyakit pasien di waktu sebelumnya.
2. Pesan-pesan Sebelum Pembedahan
Pesan-pesan ditulis sehari sebelum operasi untuk melengkapi
persiapan-persiapan si penderita.
a. Persiapan kulit
Daerah yang akan dicukur ditentukan. Lebih baik kalau
pencukuran itu langsung dilakukan sebelum pembedahan, tidak
sehari sebelumnya. Penderita harus dimandikan dengan bersih
malam sebelum pembedahan. Umbilikus merupakan tempat
bersarangnya lapisan epitel yang terkelupas dan debu; itu harus
dibersihkan oleh penderita atau juru rawat. Penggunaan
heksaklorofen satu kali dalam detergen tidak merugikan.
b. Diet
Penderita tak boleh makan makanan padat selama 12 jam dan
minum cairan selama 8 jam sebelum pembedahan. Bayi yang
menjalani pembedahan paling awal harus puasa minum yang
biasanya diberikan jam 4 pagi.
c. Cairan intravena
Pertimbangan yang masak harus dilakukan bilamana ingin
memberikan cairan intravena sebelum pembedahan. Pemberian
cairan IV tidak diperlukan pada berbagai kasus, tetapi pada
penderita lanjut usia atau penderita yang lemah, penderita yang
diberi pencahar berat, penderita yang dibedah siang hari, penderita
dengan gangguan vaskuler yang berat, dan sebagainya, bermanfaat
diberikan cairan penguat yang diberikan pada malam sebelum
pembedahan.
d. Pengurangan isi perut
Pencahar dan enema tidak perlu diberikan secara rutin kepada
semua penderita bedah. Suatu pengurangan yang teliti secara
mekanis (dan antibakteri) perlu dilakukan bila akan dilakukan
pembedahan kolorektal. Indikasi lain pemberian pencahar dan
enema sebelum pembedahan meliputi; konstipasi kronis,
pemeriksaan barium pada saluran gastrointestinal, pemberian
antasida yang mengandung aluminium atau kalsium; pembedahan
yagn seringkali diikuti oleh fungsi pencernaan yang tidak berjalan
dengan lancar (pada kebanyakan pembedahan perut). Pengosongan
sebagian dari usus dilakukan dengan pemberian 2-3tablet
biksakodil (Dulcolax) per oral atau bisakodil (10mg) melalui
supositoria. Pengurasan yang lebih sempurna dilakukan dengan
enema memakai garam fisiologis atau air ledeng yang hangat-
hangat kuku (500-1500 ml). Garam lebih disukai, kecuali pada
penderita yang cenderung mengalami dekompensasi jantung yang
ditimbulkan oleh absorpsi garam.
e. Pemberian obat-obatan
Obat-obatan yang baru diminum oleh penderita dapat atau tidak
dapat diteruskan hingga saat pembedahan. Tak ada peraturan yang
dapat mencakup semua kemungkinan yang mungkin terjadi dan
setiap obat harus dipertimbangkan satu per satu. Insulin,
kortikosteroida, digitalis dan obat antihipertensi perlu
pertimbangan yang teliti.
Antibiotika harus mulai diberikan sebelum pembedahan bilamana
itu digunakan sebagai profilaksis melawan peradangan.
Heparin dosis rendah harus diberikan sebelum pembedahan kepada
beberapa penderita.
f. Tes laboratorium
Darah harus diambil untuk ditest pada pagi hari sebelum
pembedahan pada beberapa penderita. Contoh-contoh ang meliputi
glukosa darah pada penderita diabetes, kalium serum pada
penderita payah ginjal, hematokrit bila dikuatirkan terjadinya
kehilangan darah yang hebat.
g. Transfusi darah
Darah harus dicocokkan dengan penderita bilamana diperkirakan
akan dilakukan transfusi. Komponen darah (misal trombosit) harus
disiapkan terlebih dahulu bilamana akan diperlukan.
h. Aktivitas
Penderita yang dapat berjalan harus dibangunkan dan disuruh
berjalan sebelum diberikan sedatif preoperatif.
i. Kandung kemih
Bilamana kateter untuk mengeluarkan air kemih tidak akan
digunakan, penderita harus buang air kecil sebelum diberi
pembiusan. Kateter Foley digunakan pada pembedahan pelvis;
pembedahan yang lama, pembedahan yang mengakibatkan
hilangnya banyak darah dsb.nya, maka lebih baik memasang
kateter sesudah penderita dibedah daripada sebelumnya.
j. Pernapasan
Penderita dengan penyakit paru harus diberi rangsangan agar batuk
dan mengambil napas dalam dengan menggunakan spirometer
insensitip sebelum pemiusan untuk membersihkan sekret yang
dihasilkan waktu malam sebelumnya.
k. Tabung nasogastrik
Kecuali kalau sang penderita mengalami gangguan gastrointestinal,
perut yang penuh, atau beberapa alasan istimewa lainnya, dapat
dipasang tabung nasogatrik sesudah pembiusan bilamana tabung
itu dibutuhkan.
l. Kateter vena dan arteri
Suatu infus vena dipasang pada malam hari sebelum pembedahan
bila cairan IV sebelum pembedahan dibutuhkan. Kateter vena yang
besar dapat dipasang melalui kulit atau sayatan, diruang tunggu
atau dikamar bedah, bilamana diperkirakan akan terjadi kehilangan
darah yang banyak atau bila kompensasi jantung penderita
menguatirkan. Mungkin lebih aman untuk menempatkan infus
subklavia dibawah kulit di ruang tunggu, sehingga suatu foto dada
dapat diperoleh untuk mendeteksi pneumotoraks. Kateter arteri
bertambah penggunaanya ada penderita sakit berat, atau mereka
yang menjalani pembedahan luas; hal ini dengan sendirinya dapat
dilakukan di ruang bedah.

Pengangkutan ke kamar bedah


Pasien dibawa ke kamar bedah dengan membaringkannya di tempat
tidurnya atau di atas tandu (brandcar). Ia harus dibuat merasa senyaman mungkin
dan terlindung dari gangguan angin. Hendaknya dikapai selimut terbuat dari kain.
Selimut wol haruslah disingkirkan karena merupakan sumber listrik statis.
Sebelumnya tempat tidur atau usungan itu hendaklah diperiksa dulu, bahwa alat
tersebut memang bisa dipindahkan. Di tempat tidur itu harus ada tali pengikat
badan pasien untuk mencegahnya terjatuh. Jika digunakan tempat tidur, maka
harus ditempelkan nama pasien sehingga setelah selesai pembedahan ia akan
dikembalikan ke tempat tidurnya sendiri.

2.7 Persiapan di Kamar Operasi

Pasien yang datang dari bangsal untuk di operasi, sebaiknya dibawa langsug
ke kamar bius dan disambut ramah dengan menyebut nama pasien, sehingga
pasien merasa diperhatikan secara khusus.

Kamar tunggu pasien sebelum dioperasi haruslah tenang dan tidak boleh
terdengar suara suara dentungan instrument, alat bedah, atau percakapan pasien
lain yang bersifat menakutkan. Bila memungkinkan, di kamar tunggu pasien
dimainkan music yang berirama tenang.

Air muka perawat yang bekerja di kamar bedah hendaklah cerah. Jangan
dibuat sikap yang tegang atau menyeramkan walaupun mengetahui operasi yang
dilakkan itu berbahaya. Sedapat mungkin, di kamar tunggu selalu ada seorang
perawat yang menjaga pasien-pasien.

Bila ada sesuatu yang mau dibicarakan dengan pasien, lakukanlah dengan
tenang dan perlahan agar pasien lain tidak mendengarkannya.

a. Premedikasi

Pre medikasi adalah pemberian obat untuk menjamin agar anesthesia dapat
berjalan dengan baik dan lancer, dan bertujuan sbb :

1. Menghilangkan perasaan gelisah, dan perasaan takut dari pasien


sebelum operasi.
2. Menurunkan metabolisme basal untuk mengurangi pemakaian oksigen
dalam tubuh.
3. Melemahkan gerak refleks pada system saraf otonom untuk menahan
keluarrnya air liur dan skresi dibagian atas tenggorokan untuk
mencegah konvulasi tenggorokan dan muntah-muntah.
4. Menggurangi pemakaian obat anesthesia utama
5. Menolong menghilangkan rasa sakit (analgesia)
jika sudah diambil keputusan untuk diadakan oprasi maka dokter ahli
bedah memnita anasthesi kepada dokter ahli anasthesi.
dokter ahli anesthesia, setelah menghadapi pasien,memeriksa dan
memutuskan banyaknya obat menurut umur pasien, jenis operasi dan
keadaan umum pasien. Pada waktu itu perawat melaporkan tentang
kebiasaan pasien dan masalah masing-masing pasien umpamanya
adanya bronchitis kronis,pulmonary emphysema,asma
bronchitis,inflamasi accessory nasal cavity,alergi terhadap
obat,kebiasaan merokok 30 batang atau lebih setiap hari,kebiasaan
minum alcohol,tension dan lain-lain.
Jenis obat anasthesi ditetapkan oleh dokter ahli anasthesi dan perawat
yang melaksanakan pemberianya,sesuai dengan petunjuk. Dalam hal penggunan
obat anasthesi, penting sekali bagi perawat untuuk memmiliki kemampuan dan
pengetahuan yang cukup tentang bekerjanya dan memberi obat dengan aman
dengan dosis yang tepat pada waktu yang ditentukan. Sekret perlu dikeluarkan
hati-hati dengan alat suction.selalu harus disediakan alat insisi untuk “air way”
atau treacheotomy.

Premedikasi yang sering dipakai adalah morfin atropine yaitu 10 mg


morfin ¼ mg atropine. Morfin gunanya untuk mengurangi rasa sakit, sedangkan
atropine digunakan untuk mengurangi sekresi dari mulut dan saluran pernapasan.
Kerugian morfin adalah menyebabkan mual, muntah, dan menghilangkan nafsu
makan. Suntikan morfin atropine biasanya diberikan 30 menit sebelum operasi
dimulai. Obat premedikasi lain adalah BPD (antimuntah) 2½ mg, petidin atau
valium (penenang). Sehabis suntikan premedikasi, biasanya pasien merasa pusing
sehingga sewaktu dibawa ke kamar bedah ada kemungkinan terbentur dinding
gang (koridor). Oleh karena itu, harus dijaga. Penting agar pasien beristirahat pada
malam sebelum pembedahan. Obat tidur seperti Seconal, Nembutal, Amytal, dan
Phenobarbital biasanya diminta untuk keperluan ini dan biasanya efektif. Obat-
obatan ini diberikan setelah semua perawatan lain sebelum pembedahan selesai
diberikan. Obat tidur kadang-kadang menyebabkan pasien menjadi bingung, dan
karena itu dianjurkan agar diberi penghalang di samping tempat tidur pasien,
terutama jika pasien itu sudah berumur. Chloral hydrate kadang-kadang diberikan
kepada pasien yang sudah berumur untuk mencegah kebingungannya yang
disebabkan oleh barbiturat. Perawat hendaklah menyuruh pasien agar
memanggilnya saja jika memerlukan apa-apa malam harinya, dan jangan bangkit
sendiri dari tempat tidur. Perawat hendaklah seringkali menengok pasien di
malam hari, dan jika pasien tak bisa tidur, perawat hendaklah berusaha
membuatnya merasa nyaman dan mendampinginya selama mungkin, jika
diperlukan obat bius kedua atau obat penghilang rasa sakit lainnya, maka haruslah
diberikan paling sedikit empat jam sebelum diberikan obat sebelum pembedahan
(preoperative medication). Ini akan mencegah sesak napas yang disebabkan
karena efek kumulatif dari obat-obatan ini. Jika sudah terlambat untuk
memberikan obat dengan cara yang aman kepada pasien dan jika pasien merasa
gelisah atau merasa sakit, maka dokter haruslah dikonsul, kecuali jika pasien
direncanakan akan menjalani pembedahan pagi-pagi sekali, maka ia hendaklah
dibiarkan tidur dan jangan diganggu oleh prosedur-prosedur yang rutin.

b. Persiapan instrumen

Jenis instrument yang akan dipakai tergantung jenis operasi yang akan
dilakukan. Di rumah sakit besar yang banyak melakukan operasi terdapat
beberapa kamr operasi.

Alat-alat bedah yang dipakai dibungkus dengan kain dan disterilkan dalam
bungkusan. Misalnya untuk laparatomi, untuk seksiosesaria, untuk operasi mata,
atau operasi mastoid mempunyai bungkusan tersendiri yang telah diberi nama tiap
bungkusnya. Penyediaan jenis benang dan kat gut disesuaikan pula dengan jenis
operasi.

Baju steril untuk dokter bedah dan pembatunya harus sudah siap di meja
tersendiri. Juga disiapkan cairan antiseptic untuk membersihkan kulit yang akan
disayat.

Tanganilah Gangguan yang Mempengaruhi Resiko Pembedahan Sebanyak


Mungkin
Persoalan-persoalan ini akan dibicarakan secara lebih mendalam dibawah ini.
Syok, hipovolemia, anemia, ketidak seimbangan elektrolit, fungsi ginjal yang
tidak sempurna dan hipertermia harus dirawat (atau pembedahan ditangguhkan).
Dalam keadaan darurat, pentingnya pembedahan dengan segera mungkin
menuntut agar penanganan yang sempurna tak usah dilakukan.

Mencegah shock

Shock yang mungkin terjadi karena anesthesia atau oprasi penting sekali
untuk dicegah dan ditentukan seawall mungkin. Terjadinya shock dapat diketahui
jika diadakan pengecekan berkala atas tanda penting. Kecuali pada oprasi
dibagaian kepala,otak,jantung dan paru-paru. Ada baiknya kepala pasien
diturunkan kurang lebih 20cm, agar darah kembali ke jantung dan paru-paru
dengan mudah sehingga terjamin supplai oksigen untuk jaringan-jaringan penting.

Jika badan pasien digerakkan secara sembarangan, ada kalanya


menurunkan tekanan darah, maka pemindahan perlu dilakukan dengan hati-hati.
atur suhu ruangan dan penutup tubuh pasien untuk mempertahankan tubuh pasien
tetap hangat. Segala sesuatu dimaksudkan untuk tidak menyebabkan terjadinya
shock. Transfusi darah dan infus cairan dilakukan sesuai dengan petunjuk tetapi
bagi pasien yang berusia lanjut, yang mempunyai gangguan system sirkulasi dan
pernafasaa, banyaknya tetesan per menit perlu diperhatikan supaya tidak menjadi
beban bagi jantung. Jika terjadi gejala-gejala seperti :

1. Tekanan darah menurun kurang dari 80mm Hg


2. Suhu badan menurun dan tangan serta tungkai menjadi dingin..
3. Bernafas dangkal dan cepat
4. Wajah menjadi berwarna keabu-abuan

Harus segera dilaporkan kepada dokter untuk diambil tindakan yang tepat. Obat –
obat yang dipakai antara lain :

a. Morphine: menenangkan pasien, mengurangi rasa gelisah, menurunkan


metabolisme dan meningkatkan threshold value terhadap rasa sakit. Ada juga
efek tidur karena ada efek untuk menekan pusat pernafasan, harus diperhatikan
frekwensi pernafasan. Pada orang yang berusia lanjut, anak-anak dan pasien
yang lemah perlu perhatian lebih besar. Kadang – kadang menimbulkan mual
dan muntah.
b. Demeroll: obat penganti morphine, efek analgesi dikatakan 1/10 dari morphine
dan efek untuk menekan pernafasan juga kurang dari morphine.
c. Atropine: menekan bagian ujung saraf para sympatikus sehingga mengurangi
sekresi saluran pernafasaan dan air liur serta menekan keluarnya keringat.
Dengan bertambahnya denyutan nadi, wajah menjadi kemerah-merahan dan
pupil melebar. Pusat pernafasn dirangsang ssedikit sehingga pernafasn agak
bertambah.
d. Scopolamine: sama dengan atropine, menekan saraf para sympatikus efek
menekan sekresi lebih kuat dari pada atropine. Jika dipakai khususnya untuk
orang yang berusia lanjut , ada kalanya keadaan pasien menjadi seperti
melayang. Perlu hati – hati dalam pemakainya.
e. Golongan barbital: Menghilangkan rasa tegang dan gelisa pasien ada efek tidur,
dan efek analgesi yang baik.

Demikianlah obat-obat dasar dalam pre medikasi anasthesi. Selain itu,


tranqulizer seperti chlorpromazine dari golongan fenotiazin diazepam juga dipakai
sebagai obat pre medikasi anasthesi bagi orang yang berusia tua dan khususnya
bagi pasien yang poor risk untuk menghilangkan rasa gelisah dan rasa takut.

Waktu memberi obat-obat tsb diatas sudah harus selesai persiapan yang
berturut-turut diuraikan tadi, yaitu desinfekasi kulit dibagian operasi, pengukuran
suhu tubuh,denyut nadi,pernafasan dan tekanan darah. Setelah diberi obat, pasien
jangan berjalan. Selesai pertemuan dengan keluarga,rapikan ruangan,dan turunkan
horden agar ruanganya gelap dan tenang untuk sedapat mungkin menghindarkan
rangsangan.

Mengukur denyut nadi,pernafasan dan tekanan darah setiap 15 menit.jika


ada kelainan harus dilaporkan segera kepada dokter. Bila pasien akan diangkut ke
atas kereta dorong, perlu dipindahkan dengan tenang dengan memakai sprei.

Waktu pasien diangkut, perlu berhati-hati untuk mempertahankan suhu


badan karena akan terdapat peubahan suhu waktu melalui ruangan, corridor dan
ruang operasi.

2.8 Penilaian
Tujuan utama untuk mengadakan penilaian sebelum pembedahan adalah
untuk mengenali persoalan-persoalan yang menyangkut resiko pembedahan.
Sebagai tambahan, perawatan di rumah sakit memberi kesempatan untuk
mengenali persoalan-persoalan lain mengenai kesehatan yang perlu diperhatikan,
kalau-kalau menimbulkan akibat yang tak dikehendaki pada pembedahan yang
disarankan itu.
a. Riwayat
Suatu catatan yang lengkap mengenai latar belakang kesehatan
haruslah dapat diperoleh, termasuk penyakit yang sedang diderita,
penyakit-penyakit yang pernah diderita dan penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan itu.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik secara menyeluruh harus mutlak dilakukan. Sistem
jantung dan pernapasan harus mendapat perhatian yang seksama. Jangan
mengabaikan denyut nadi perifer, pemeriksaan rektal, dan pelvis (kecuali
kalau terhalang oleh usia, status perkawinan seseorang atau alasan lainnya).
c. Tes Laboratorium
Sampai dewasa ini, praktek standar pada pembedahan mengharuskan agar
beberapa tes laboratorium (hitung jumlah darah lengkap, analisa air kemih,
serologi, analisa darah), elektrokardiogram dan penyinaran sinar X pada
dada dilakukan pada semua penderita dewasa sebelum pembedahan
dilakukan. Walaupun ada beberapa rumah sakit yang masih
mempertahankan syarat-syarat semacam ini, penelitian menunjukkan
bahwa pada penderita dewasa, beaya dan resiko lebih besar daripada
manfaat dari sebagian tes-tes tersebut harus dipilih dengan seksama dan
bukannya dilakukan seacara rutin. Pemeriksaan pada feses untuk melihat
kalau ada bercak darah dan tes Papanicolaou pada serviks masih dianggap
sebagai suatu tes penelitian yang bermanfaat.
d. Penyinaran dengan Sinar X
Penyinaran dengan sinar X pada dada hanya dilakukan kalau pada
anamnesa dan gambaran klinik yang ditemukan mencurigakan.
e. Pemeriksaan Lainnya
Elektrokardiogram (EKG) tidak dibutuhkan secara rutin pada orang muda
yang harus menjalani prosedur pembedahan yang tidak berat.

2.9 Keluarga Pasien


Jika keluarga pasien menginginkan, dan jika memang ada tempat, mereka
bisa menunggu pasien di rumah sakit sampai saat ia keluar dari kamar bedah. Jika
mereka tidak menunggu di rumah sakit, akan lebih baik kalau mereka diminta
meninggalkan nomor teleponnya, karena dokter biasanya ingin berbicara dengan
anggota keluarga pasien setelah pembedahan. Jika pasien setelah pembedahan
akan dibawa dulu ke ruang pemulihan (recovery room), maka keluarganya
haruslah diberitahu. Dalam hal ini kepada mereka sebaiknya diberikan gambaran
kapan kira-kira mereka akan diberitahu mengenai keadaan pasien atau diizinkan
mengunjungi pasien. Mereka biasanya tak akan begitu kaget ketika menengok
pasien setelah pembedahan jika kepada mereka sudah dikatakan, bahwa pasien
masih dalam keadaan agak payah, dan apabila kepada mereka diberitahukan pula,
bahwa mungkin setelah pembedahan pasien harus mengenakan perlengkapan
seperti tenda zat asam, slang nasogatrik atau diberi infus. Perawat hendaklah
menegaskan, bahwa hanya boleh satu orang anggota keluarga pasien yang
menengoknya pada hari pembedahan.

2.10 Hal-hal yang perlu diperhatikan waktu operasi


1. Mengadakan persiapan tubuh untuk mencegah kecelakaan atau bahaya yang
mungkin timbul pada waktu dan sesudah operasi
Diantara pasien yang masuk ke rumah sakit untuk menjalani operasi ada
yang tidak perlu dipersoalkan keadaan makanan sampai waktu operasi tetapi
dilain pihak banyak juga yang sebelum masuk ke rumah sakit tidak dapat makan,
malahan ada yang airpun tidak dapat masuk karena mual atau diare.
Jika keadaan gizi kurang baik, badan tidak kuat menahan pemberian
anesthesia atau operasi. Di samping itu kekurangan cairan dan electrolyte
berpengaruh pada sulit atau mudahnya operasi.
Turunnya nilai protein serum, eritrosit, hemoglobin, vitamin B dan C
memperlambat penyembuhan dari luka operasi dan mengurangi daya tahan
terhadap infeksi.
2. Untuk menilai keadaan gizi dari segi perawatan, macam makanan dan
banyaknya cairan yang masuk merupakan bahan penilaian.
Perubahan berat badanpun dapat digunakan sebagai pengukur dan penting
juga untuk mengamati keadaan selaput lender kulit, kekeringan, adanya oedema,
tonus otot. Dari hasil pemeriksaan yang diadakan sesuai dengan petunjuk,
misalnya dari hasil pemeriksaan tentang zat kimia dalam darah akan diketahui
keadaan kekurangan cairan, electrolyte, protein serum dan kekurangan darah dari
banyaknya eritrosit dan hemoglobin.
Keadaan gizi pasien dapat dinilai dari hal-hal tersebut diatas. Perawatan
dan pengobatan untuk masing-masing pasien diberikan berdasarkan petunjuk
untuk masing-masing, tetapi umumnya hal yang penting dalam perawatan ialah
untuk mengatur makanan pasien yang seimbang dari segi gizi, isi dan banyaknya.
Terhadap pasien yang tidak dapat makan, kita harus mengetahui penyebabnya,
apakah tidak ada nafsu makan atau makanannya yang tidak disukai.
3. Pasien mungkin mulai makan sedikit-sedikit. Umpamanya, makanan yang
disukainya diantar dari rumah.
Jika makanan susah masuk karena sifat makanannya, the dapat diganti dengan
susu atau juice buah-buahan dicampur dengan protein atau susu ditambah kuning
telur dan gula, dan sebagainya, segala sesuatu untuk menambah zat protein dan
kalori.
4. Pasien yang tidak menyukai susu, jika diganti dengan kopi atau teh lemon,
mungkin dapat meminumnya.
Pokoknya sediakanlah makanan yang bergizi yang diperlukan untuk pasien
dengan rasa lezat untuk memperbaiki keadaan tubuh secara keseluruhan sebagai
persiapan untuk menghadapi operasi.
5. Eliminasi
Hal ini sangat penting, sama dengan makanan. Mengamati keadaan miksi atau
keseimbangan antara banyaknya intaks dengan banyaknya output. Eliminasi
merupakan suatu alat pengukur untuk mengetahui fungsi ginjal, yang merupakan
pedoman dalam perbandingan setelah operasi. Ada yang baru diketahui menderita
diabetes setelah masuk ke rumah sakit. Keadaan buang air besarpun perlu diatur
sebaik-baiknya.
6. Pemeriksaan sebagai fungsi
Jenis pemeriksaan sebelum operasi berbeda menurut jenis operasi yang dilakukan
tetapi umumnya diadakan pemeriksaan fungsi pada alat pernafasan, peredaran
darah, sistem urinarius dan hati. Pemeriksaan-pemeriksaan ini tidak hanya dipakai
sebagai pedoman bagi anaesthetist dalam penetapan obat anaesthesi dan jenis
serta banyaknya obat pelengkap tetapi penting juga untuk mencegah terjadinya
kecelakaan pada waktu dan setelah operasi, maka perlu diberikan penjelasan
secukupnya agar pasien dapat menjalani pemeriksaan-pemeriksaan ini dengan hati
tenang.
7. Masalah penderita masing-masing
Karena pada dewasa ini terdapat banyak kasus operasi dalam kalangan
orang yang berusia lanjut maka tidak jarang timbul masalah-masalah yang
menyangkut penderita masing-masing.
Misalnya, kepada pasien yang khususnya menderita bronchitis kronis atau
pulmonary emphysema, perlu diajarkan cara batuk dan bernafas panjang serta
perlunya bergerak badan untuk mendorong keluarnya lender.
Jika tidak ada kerjasama dari pihak pasien untuk berusaha membersihkan
saluran pernafasan, mungkin terjadi pneumonia yang diawali dari atelectasis.
Pecandu rokok sebanyak 30 batang sehari atau lebih, sebaiknya dilarang
merokok mulai beberapa hari sebelumnya karena mungkin ada inflamasi ringan
yang kronis sehingga mengeluarkan banyak secret dibagian saluran pernafasan.
Bila diketahui pasien yang bersangkutan telah menderita asma bronchialis, harus
dilaporkan kepada dokter.
8. Hal ini dapat menimbulkan kontraksi di bagian bronchus waktu operasi atau
komplikasi sesudah operasi.
Jika sedang menderita inflamasi dalam cavum nasi atau alveolar pyorrhea
harus dijaga kebersihan mulut sebelum operasi. Tidak sedikit penderita yang
alergi terhadap obat atau perban. Sebelum operasi ada baiknya diadakan
percobaan alergi terhadap isogin dan perban (perban ditempelkan pada lengan
bagian dalam dan reaksinya dapat dilihat esok harinya). Bagi pasien yang
terlampau gemuk atau yang menderita diabetes perlu diberikan pengawasan yang
ketat setelah operasi.

You might also like