Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 OPTIKA GEOMETRI


Optika geometris adalah cabang ilmu pengetahuan tentang cahaya yang
mempelajari sifat-sifat perambatan cahaya seperti pemantulan, pembiasan, serta
prinsip jalannya sinar-sinar. Optika geometris, atau optika sinar, menjelaskan
propagasi cahaya dalam bentuk "sinar". Sinar dibelokkan di antarmuka antara dua
medium yang berbeda, dan dapat berbentuk kurva di dalam medium yang mana
indeks-refraksinya merupakan fungsi dari posisi. "Sinar" dalam optik geometris
merupakan objek abstrak, atau "instrumen", yang sejajar dengan muka gelombang
dari gelombang optis sebenarnya. Optik geometris menyediakan aturan untuk
penyebaran sinar ini melalui sistem optis, yang menunjukkan bagaimana
sebenarnya muka gelombang akan menyebar.

2.1.1 Hukum pemantulan


Dalam membicarakan hukum pemantulan digunakan beberapa pengertian sebagai
berikut:
 sinar datang ialah sinar yang datang lurus pada permukaan benda,
 sinar pantul ialah sinar yang dipantulkan oleh permukaan benda,
 garis normal ialah garis yang dibuat tegak lurus pada permukaan benda,
 sudut datang ialah sudut antara sinar datang dan garis normal,
 sudut pantul ialah sudut antara sinar pantul dan garis normal.

Gambar 2.1 Hukum Pemantulan

1. Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal berpotongan pada satu titik dan
terletak pada satu bidang datar.
2. Sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r).
Secara sistematis dituliskan bahwa
𝑖=𝑟
2.1.2 Mikroskop
Mikroskop merupakan salah satu alat yang penting pada kegiatan laboratorium
sains, khususnya biologi. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan
kita dapat mengamati obyek yang berukuran sangat kecil (mikroskopis). Hal ini
membantu memecahkan persoalan manusia tentang organisme yang berukuran
kecil. Untuk mengetahui mikroskop maka perlu diketahui komponen mikroskop,
macam mikroskop, penggunaan dan pemeliharaannya

A. Komponen Mikroskop

Gambar 2.2 Komponen Mikroskop

a. Kaki
Kaki berfungsi menopang dan memperkokoh kedudukan
mikroskop. Pada kaki melekat lengan dengan semacam engsel, pada
mikroskop sederhana (model student).
b. Lengan
Dengan adanya engsel antara kaki dan lengan, maka lengan dapat
ditegakkan atau direbahkan. Lengan dipergunakan juga untuk
memegang mikroskop pada saat memindah mikroskop.
c. Cermin.
Cermin mempunyai dua sisi, sisi cermin datar dan sisi cermin
cekung, berfungsi untuk memantulkan sinar dan sumber sinar.
Cermin datar digunakan bila sumber sinar cukup terang, dan cermin
cekung digunakan bila sumber sinar kurang. Cermin dapat lepas dan
diganti dengan sumber sinar dari lampu. Pada mikroskop model baru,
sudah tidak lagi dipasang cermin, karena sudah ada sumber cahaya
yang terpasang pada bagian bawah (kaki).
d. Kondensor
Kondensor tersusun dari lensa gabungan yang berfungsi
mengumpulkan sinar.
e. Diafragma
Diafragma berfungsi mengatur banyaknya sinar yang masuk
dengan mengatur bukaan iris. Letak diafragma melekat pada
diafragma di bagian bawah. Pada mikroskop sederhana hanya ada
diafragma tanpa kondensor.
f. Meja preparat
Meja preparat merupakan tempat meletakkan objek (preparat)
yang akan dilihat. Objek diletakkan di meja dengan dijepit dengan
oleh penjepit. Dibagian tengah meja terdapat lengan untuk dilewat
sinar. Pada jenis mikroskop tertentu,kedudukan meja tidak dapat
dinaik atau diturunkan. Pada beberapa mikroskop, terutama model
terbaru, meja preparat dapat dinaik-turunkan.
g. Tabung.
Di bagian atas tabung melekat lensa okuler, dengan perbesaran
tertentu (15X, 10X, dan 15 X). Dibagian bawah tabung terdapat alat
yang disebut revolver. Pada revolver tersebut terdapat lensa objektif.
h. Lensa obyektif
Lensa objektif bekerja dalam pembentukan bayangan pertama. Lensa
ini menentukan struktur dan bagian renik yang akan terlihat pada
bayangan akhir. Ciri penting lensa obyektif adalah memperbesar
bayangan obyek dengan perbesaran beraneka macam sesuai dengan
model dan pabrik pembuatnya, misalnya 10X, 40X, dan 100X dan
mempunyai nilai apertura (NA). Nilai apertura adalah ukuran daya
pisah suatu lensa obyektif yang akan menentukan daya pisah
spesimen, sehingga mampu menunjukkan struktur renik yang
berdekatan sebagai dua benda yang terpisah.
i. Lensa Okuler
Lensa mikroskop yang terdapat di bagian ujung atas tabung,
berdekatan dengan mata pengamat. Lensa ini berfungsi untuk
memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa obyektif.
Perbesaran bayangan yang terbentuk berkisar antara 4 - 25 kali.
j. Pengatur Kasar dan Halus
Komponen ini letaknya pada bagian lengan dan berfungsi untuk
mengatur kedudukan lensa objektif terhadap objek yang akan dilihat.
Pada mikroskop dengan tabung lurus/tegak, pengatur kasar dan halus
untuk menaikturunkan tabung sekaligus lensa onbjektif. Pada
mikroskop dengan tabung miring, pengatur kasar dan halus untuk
menaikturunkan meja preparat.
B. Macam-macam Mikroskop
Ada dua jenis mikroskop berdasarkan pada kenampakan obyek yang
diamati, yaitu mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya) dan
cmikroskop tiga dimensi (mikroskop stereo). Sedangkan berdasarkan
sumber cahayanya, mikroskop dibedakan menjadi mikroskop cahaya
dan mikroskop elektron.

a. Mikroskop Cahaya
Mikroskop cahaya mempunyai perbesaran maksimum 1000
kali. Mikroskop mempunyai kaki yang berat dan kokoh dengan
tujuan agar dapat berdiri dengan stabil. Mikroskop cahaya memiliki
tiga sistem lensa, yaitu lensa obyektif, lensa okuler, dan kondensor.
Lensa obyektif dan lensa okuler terletak pada kedua ujung tabung
mikroskop. Lensa okuler pada mikroskop bisa berbentuk lensa
tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler). Pada ujung bawah
mikroskop terdapat tempat dudukan lensa obyektif yang bisa
dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung mikroskop
terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat preparat. Sistem
lensa yang ketiga adalah kondensor. Kondensor berperan untuk
menerangi obyek dan lensa-lensa mikroskop yang lain Pada
mikroskop konvensional, sumber cahaya masih berasal dari sinar
matahari yang dipantulkan dengan suatu cermin datar ataupun
cekung yang terdapat dibawah kondensor. Cermin ini akan
mengarahkan cahaya dari luar kedalam kondensor. Pada mikroskop
modern sudah dilengkapi lampu sebagai pengganti sumber cahaya
matahari.

b. Mikroskop Stereo
Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya
bisa digunakan untuk benda yang berukuran relatif besar.
Mikroskop stereo mempunyai perbesaran 7 hingga 30 kali. Benda
yang diamati dengan mikroskop ini dapat terlihat secara tiga
dimensi. Komponen utama mikroskop stereo hampir sama dengan
mikroskop cahaya. Lensa terdiri atas lensa okuler dan lensa
obyektif. Beberapa perbedaan dengan mikroskop cahaya adalah:
(1) ruang ketajaman lensa mikroskop stereo jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan mikroskop cahaya sehingga kita dapat
melihat bentuk tiga dimensi benda yang diamati, (2) sumber cahaya
berasal dari atas sehingga obyek yang tebal dapat diamati.
Perbesaran lensa okuler biasanya 10 kali, sedangkan lensa obyektif
menggunakan sistem zoom dengan perbesaran antara 0,7 hingga 3
kali, sehingga perbesaran total obyek maksimal 30 kali. Pada
bagian bawah mikroskop terdapat meja preparat. Pada daerah dekat
lensa obyektif terdapat lampu yang dihubungkan dengan
transformator. Pengatur fokus obyek terletak disamping tangkai
mikroskop, sedangkan pengatur perbesaran terletak diatas pengatur
fokus.

c. Mikroskop Elektron
Sebagai gambaran mengenai mikroskop elektron kita
uraikan sedikit dalam buku ini. Mikroskop elektron mempunyai
perbesaran sampai 100 ribu kali, elektron digunakan sebagai
pengganti cahaya. Mikroskop elektron mempunyai dua tipe, yaitu
mikroskop elektron scanning (SEM) dan mikroskop elektron
transmisi (TEM). SEM digunakan untuk studi detil arsitektur
permukaan sel (atau struktur renik lainnya), dan obyek diamati
secara tiga dimensi. Sedangkan TEM digunakan untuk mengamati
struktur detil internal sel.

C. Penggunaan Mikroskop
Hal-hal yang perlu diperhatikan bila menggunakan mikroskop
a. Selalu membawa mikroskop dengan dua tangan
b. Bila menggunakan preparat basah, tabung mikroskop selalu dalam
keadaan tegak, berarti meja dalam keadaan datar. Ini berlaku bagi
mikroskop dengan tabung tegak, tidak berlaku untuk mikroskop
dengan tabung miring
c. Preparat basah harus selalu ditutup dengan gelas penutup saat dilihat
di bawah mikroskop
d. Selalu menjaga kebersihan lensa-lensa mikroskop termasuk cermin.
e. Bila ada bagian mikroskop yang bekerja kurang baik/hilang segera
laporkan kepada laboran.
f. Tidak dibenarkan melepas lensa-lensa mikroskop dari tempatnya.
g. Setelah selesai menggunakan mikroskop, pasang lensa objektif
dengan perbesaran paling rendah pada kedudukan lurus ke bawah.
Langkah yang dilakukan agar kita dapat mengamati suatu objek atau
preparat dengan menggunakan mikroskop
a. Pastikan meja preparat dalam keadaan datar dan lensa
objektif perbesaran rendah, dipasang pada kedudukan segaris sumbu
dengan lensa okuler.
b. Melihat melalui okuler dengan satu mata (untuk mikroskop
monokuler) dan dua mata (untuk mikroskop binokuler). Sesuaikan
cermin agar sinar cukup tersedia atau nyalakan lampu serta sesuaikan
jumlah sinar yang diperlukan. Sesuaikan lubang diafragma sehingga
sinar yang diterima mata optimal (tidak terlalu terang atau redup).
c. Jauhkan lensa objektif dari meja preparat dengan memutar pengatur
kasar searah jarum jam. Letakkan preparat di bawah objektif.
Dengan melihat dari samping, sesuaikan lensa objektif perbesaran
rendah pada jarak kira-kira 1 cm dari preparat. Lihat lagi melalui
okuler, dan naikkan meja preparat dengan pemutar kasar kemudian
gunakan pengatur halus sampai preparat jelas terlihat.
d. Lihat lagi dr. samping, dengan hati-hati putar objektif dg perbesaran
yg lebih tinggi (misalnya 45x) pada kedudukannya. Perhatikan agar
lensa tidak menyingung preparat, kmd lihat lagi melalui okuler dan
fokuskan preparat dengan memutar pemutar halus secara perlahan ke
arah berlawanan jarum jam. Sesuaikan pencahayaan.
e. Amati preparat, apabila perlu digambar
f. Bila pengamatan telah selesai putar revolver objektif ke
perbesaran rendah, naikkan tabung atau turunkan meja,
setelah itu ambil preparat dari meja preparat.

2.1.3 Spesifikasi Biological Microscope Model XSZ – 107 BN


Mikroskop jenis ini dapat digunakan secara luas dalam penelitian seperti
halnya bakteriologi , biologi, kimia farmasi dan sejenisnya. Instrument jenis ini juga
dapat digunakan dalam mikroskopis klinis atau sebagai instrumen instruksional
pada laboratorium.

Gambar 2.3 Biological Microscope Model XSZ – 107 BN

a. Mechanical tube lenght : 160 mm


b. Conjugate distance : 195 mm
c. Abe type condenser : NA = 1,25 with an adjustable iris diphragm
d. Coarse focusing range : 30 mm with a coarse focusing stopper
e. Fine focusing range : 30 mm fine focusing division interval : 0.002
mm
f. Area of the stage : 124 x 153 mm shifting range of the specimen
g. Shifter transversal : 70 mm
h. Longitudinal : 50 mm
i. Diameter of plan –
Concave reflecting mirror : 50 mm
j. Objective
Working Distance
Objective Numerical Aperture
(mm)
4x 0,1 37,5
10 x 0,25 7,316
40 x 0,65 0,632
100 x (oil) 1,25 0,198

k. Eyepiece
Diametr of the field
Eyepiece Focal Length (mm)
of view (mm)
10 x 24,95 18

2.2 Optika Fisis/ Optika Gelombang


Optika fisis atau optika gelombang adalah cabang studi cahaya yang
mempelajari sifat-sifat cahaya yang tidak terdefinisikan oleh optik geometris
dengan pendekatan sinarnya. Definisi sifat cahaya dalam optik fisis dilakukan
dengan pendekatan frekuensi tinggi Optika gelombang dibangun atas dasar prinsip
Huygen dan model-model perambatan muka gelombang yang kompleks melalui
sistem optik, yang meliputi amplitudo dan fase gelombang. Prinsip dan model
tersebut biasanya diaplikasikan secara numerik pada pemrograman komputer,
sehingga dapat menghitung difraksi, interferensi, polarisasi.
Prinsip Huygens-Fresnel menyatakan bahwa perambatan suatu muka
gelombang dapat dilihat melalui timbulnya gelombang-gelombang sekunder
berbentuk bola, dan amplitudo setiap titik dari muka gelombang tersebut adalah
hasil superposisi gelombang-gelombang sekundernya, gelombang sekunder
tersebut mempunyai fasa π yang mendahului, faktor kemiringan arah cos θ, dan
amplituda mempunyai faktor 1/λ terhadap gelombang asal.

2.2.1 Polarisasi
Polarisasi adalah superposisi dari dua getaran harmonic yang tersusun
vertikal. Polarisasi hanya terjadi pada gelombang transversal. Gelombang
longitudinal tidak mengalami polarisasi. Gelombang elektromagnetik merupakan
gelombang transversal. Cahaya merupakan salah satu bentuk gelombang
elektromagnetik. Ketika gelombang cahaya mengalami proses polarisasi maka
merupakan terjadinya proses osilasi yang terjadi pada medan listrik dengan titik
yang melewati kurva berbentuk sinusoidal, yang terjadi saat gelombang bergerak
Teori Maxwell menyatakan bahwa gelombang elektromagnetik pada
cahaya dapat terpolarisasi karena gelombang elektromagnetik merupakan
gelombang transversal. Arah polarisasi pada gelombang elektromagnetik
ditunjukkan dari arah medan listriknya. Cahaya dapat mengalami polarisasi dan
cahaya juga dapat tidak terpolarisasi. Cahaya yang terpolarisasi berarti jika cahaya
itu bergerak merambat ke arah tertentu. Arah polarisasi gelombang ini dicirikan dari
arah vector bidang medan magnet dan arah vector bidang medan listriknya. Untuk
menganalisis peristiwa polarisasi maka dapat diteliti dengan menggunakan
polarimeter. Untuk mengetahui cahaya yang terpolarisasi dapat dicoba dengan
menggunakan kristal-kristal kepada cahaya yang tidak terpolarisasi atau cahaya
yang rambatanya ke segala arah, atau bisa juga menggunakan lembar Polaroid.
Polaroid berfungsi sebagai serangkaian celah pararel untuk memungkinkan satu
polarisasi untuk lewat hamper tanpa berkurang dan arah tersebut adalah sumbu
polaroid. Jika cahaya tidak terpolarisasi itu jika vector medan listrik bergetar ke
berbagai arah. Sumber cahaya memiliki getaran ke segala arah. Sumber cahaya
memiliki getaran ke segala arah. Polarisasi dapat terjadi pada peristiwa pemantulan
cahaya. Jika cahaya menyinari sebuah permukaan non logam dengan sudut θ bukan
sudut 90 derajat, maka berkas pantulan akan terpolarisasi terlebih dahulu pada
bidang permukaan yang telah diserap atau yang telah ditransmisikan. Besarnya
hasil polarisasi yang dihasilkan pada berkas pantulan bergantung pada sudut dating
cahaya. Sudut tersebut dinamai sudut polarisasi.
Terdapat jenis-jenis polarisasi yaitu polarisasi linear, polarisasi lingkaran
dan polarisasi ellips. Polarisasi linear yakni mempolarisasikan gelombang datar
secara linear, jalan medan listrik vector adalah linear. Polarisasi lingkaran yaitu
ketika dua gelombang elektromagnetik yang tegak lurus yang sama dengan 90
derajat beda fase medan listrik searah jarum jam. Dan polarisasi ellips yaitu
polarisasi yang terjadi ketika 2 plane bidang tidak sefase karena adanya amplitude
atau beda fase lebih dari 90 derajat dan hasil polarisasi bidang ellips
Zat optic aktif adalah zat yang bersifat dapat memutar bidang polarisasi
cahaya. Salah satu zat optic aktif adalah larutan gula. Larutan gula dapat memutar
bidang polarisasi cahaya sehingga terjadi pergeseran sudut polarisasi. Semakin
besar konsentrasi gula dalam larutan semakin besar pula sudut putar sumbu
polarisasi. Salah satu penyebab polarisasi adalah aktivitas optic atau pemutaran
bidang polarisasi . fenomena pemutaran bidag getar atau polarisasi adalah apabila
seberkas cahaya terpolarisasi dan diteruskan melalui jenis Kristal atau larutan
tertentu, maka arah getarnya akan terpolarisasi, arah getar keluarannya tidak akan
sama dengan arah awalnya. Ada dua macam fenomena pemutaran zat optic aktif
yaitu efek yang memutar bidang polarisasi ke kanan atau yang disebut dengan
dextrorotatory dengan symbol (d) atau kadang ditulis dengan symbol (+) searah
jarum jam dan efek yang memutar bidang polarisasi ke kiri disebut dengan
levorotatory dengan simbul (L) atau symbol (-) berlawanan dengan arah jarum jam.
Aktifitas optic bias terjadi karena ketidaksimetrian molekul zat atau karena sifat
senyawa Kristal yang memiliki sudut putar. Besarnya sudutb perputaran cahaya
terpolarisasi dapat diukur dengan polarimeter dan harganya dipengaruhi oleh
konsentrasi zat optic aktif.
Prinsip kerja polarimeter adalah ketika sinar monokromatis yang bersumber
dari cahaya (lampu natrium) akan melewati lensa kolimator, sehingga berkas
cahaya yang dihasilkan akan sejajar dengan arah rambatnya. Lalu cahaya diteruskan
melewati sampel larutan zat optic aktif dan kemudian di teruskan ke prisma
analisator setengah nicol untuk mendapatkan bayangan gelap dan terang.

A. Jenis – jenis polarimeter :


a. Spektropolarimeter
Merupakan satu jenis polarimeter yang dapat digunakan untuk
mengukur aktifitas optik dan besarnya penyerapan. Pada alat ini mula –
mula sinar berada dari lampu akan melalui suatur monokromator dan
melewati suatu polarisator untuk menghasilkan sinar terpolarisir.
Polarisator ini berhubungan langsung dengan modulator yang berguna
untuk menghatur tingkat sinar yang terpolarisasi secara elektris yang
dapat diamati pada servo amplifier. Kemudian sinar melewati sampel dan
analisator sebelum mencapai tabung pengadaan sinar, dan dapat
dilakukan dengan pengamatan pada indikator.

b. Optical rotatory dispersion ( ORD )


Alat ini merupakan modifikasi dari spektropolarimeter, prinsipnya
sama dengan spektropolarimeter, tetapi terdapat perbedaan yaitu pada
ORD ini sinar diatur berdasarkan tingkat polarisasinya, yaitu pada
frekuensi 12 Hz oleh motor driven yang menyebabkan polarisator
bergerak – gerak dan membentuk sudut 1 atau 2 derajat atau lebih. Selain
itu servoamplifiernya hanya dapat merespon pada frekuensi 12 Hz
sehingga servomotor akan mengatur analisator secara kontinu dan
servomotor juga memposisikan penderkorder untuk menghasilkan suatu
grafik.

c. Circular Dichroism Apparatus ( CDA )


CDA ini merupakan modifikasi dari spektrofotometer konfensional
yang digunakan untuk menentukan dua serapan atau absorban. Nilai
polarisasi sekular ini dapat ditentukan dalam 2 langkah, yaitu yang
pertama sinar harus mengalami polarisasi bidang dan kedua yaitu sinar
terpolarisasi tersebut diubah menjadi komponen terpolarisasi sirkular
kanan dan sirkular kiri. Untuk mengubah komponen menjadi
terpolarisasi sekular kanan dan kiri, dapat digunakan tiga tipe alat, yaitu
the Fresnel rhomb, modulator pockets elektro-optik dan modulator
tekanan photo-elastic.
d. Saccarimeter
Alat ini hanya dapat digunakan untuk menentukan kadar gula.

Sinar mempunyai arah getar atau arah rambat kesegala arah dengan variasi
warna dan panjang gelombang yang dikenal dengan sinar polikromatis. Untuk
menghasilkan sinar monokromatis, maka digunakan suatu filter atau sumber sinar
tertentu. Sinar monokromatis ini akan melewati suatu prisma yang terdiri dari suatu
kristal yang mempunyai sifat seperti layar yang dapat menghalangi jalannya sinar,
sehingga dihasilkan sinar yang hanya mempunyai satu arah bidang getar yang
disebut sebagai sinar terpolarisasi. Rotasi spesifik disimbolkan dengan
[α] sehingga dapat dirumuskan :

[α] = α / dc
Dimana :
α = besar sudut yang terpolarisasi oleh suatu larutan dengan konsentrasi c gram
zat terlarut per mL larutan.
d = merupakan panjang lajur larutan ( dm )
c = merupakan konsentrasi ( gram/mL ).

Karena panjang gelombang yang sering digunakan adalah 589,3 nm yaitu garis
D lampu natrium dan suhu standar 20oC, maka [α]T ditulis menjadi [α].

Hal-hal yang dapat mempengaruhi sudut putar suatu larutan adalah sebagai
berikut :
a. Jenis zat.
Masing – masing zat memberikan sudut putaran yang berbeda
terhadap bidang getar sinar terpolarisir.
b. Panjang lajur larutan dan panjang tabung.
Jika lajur larutan diperbesar maka putarannya juga makin besar.
c. Suhu.
Makin tinggi suhu maka sudut putarannya makin kecil, hal ini
disebabkan karena zat akan memuai dengan naiknya suhu
sehingga zat yang berada dalam tabung akan berkurang.
d. Konsentrasi zat
Konsentrasi sebanding dengan sudut putaran, jika konsentrasi
dinaikkan maka putarannya semakin besar.
e. Jenis sinar ( panjang gelombang)
Pada panjang gelombang yang berbeda zat yang sama mempunyai
nilai putaran yang berbeda.
f. Pelarut
Zat yang sama mempunyai nilai putaran yang berbeda dalam pelarut
yang berbeda.
B. Komponen-komponen alat polarimeter
a. Sumber Cahaya monokromatis
Yaitu sinar yang dapat memancarkan sinar monokromatis. Sumber
cahaya yang digunakan biasanya adalah lampu D Natrium dengan
panjang gelombang 589,3 nm. Selain itu juga dapat digunakan
lampu uap raksa dengan panjang gelombang 546 nm.
b. Lensa kolimator
Berfungsi mensejajarkan sinar dari lampu natrium atau dari sumber
cahaya sebelum masuk ke polarisator.
c. Polarisator dan Analisator.
Polarisator berfungsi untuk menghasilkan sinar terpolarisir.
Sedangkan analisator berfungsi untuk menganalisa sudut yang
terpolarisasi. Yang digunakan sebagai polarisator dan analisator
adalah prisma nikol. Prisma setengah nikol merupakan alat untuk
menghasilkan bayangan setengah yaitu bayangan terang gelap dan
gelap terang
d. Skala lingkar.
Merupakan skala yang bentuknya melingkar dan pembacaan
skalanya dilakukan jika telah didapatkan pengamatan tepat baur-
baur.
e. Wadah sampel ( tabung polarimeter )
Wadah sampel ini berbentuk silinder yang terbuat dari kaca yang
tertutup dikedua ujungnya berukuran besar dan yang lain berukuran
kecil, biasanya mempunyai ukuran panjang 0,5 ; 1 ; 2 dm. Wadah
sampel ini harus dibersihkan secara hati-hati dan tidak bileh ada
gelembung udara yang terperangkap didalamnya.
g. Detektor.
Pada polarimeter manual yang digunakan sebagai detektor adalah
mata, sedangkan polarimeter lain dapat digunakan detektor
fotoelektrik.
Sinar monokromatis dari lampu natrium akan melewati lensa
kolimator sehingga berkas sinarnya dibuat paralel. Kemudian
dipolarisasikan oleh prisma kalsit atau prisma nikol polarisator.
Sinar yang terpolarisasi akan diteruskan keprisma setengah nikol
untuk mendapatkan bayangan setengah dan akan melewati sampel
yang terdapat dalam tabung kaca yang tertutup pada kedua ujungnya
yang panjangnya diketahui. Sampel tersebut akan memutar bidang
getar sinar terpolarisasi ke kanan atau ke kiri dan dianalisa oleh
analisator. Besarnya sudut putaran oleh sampel dapat dilihat pada
skala lingkar yang diiamati dengan mata.
2.2.2 Spesifikasi WXG-4 Manual Polarimeter
Sebelum membongkar, pastikan bahwa lingkungan kerja saat ini memenuhi
ketentuan berikut.
• Suhu lingkungan lebih besar dari 0 ° C dan kurang dari 40 ° C.
• Tidak ada gangguan cahaya elektromagnetik dan ambient yang potensial.

A. Sebelum Penggunaan
Sebelum mencolokkan ke stopkontak, pastikan tegangan listrik induk
setempat sesuai dengan persyaratan polarimeter.

a. Tutup (penutup polarimeter). Tekan tombol daya ke posisi ON, lampu


sodium akan menyala secara bertahap.

b. Tunggu sumber cahaya untuk menstabilkan, putar tombol fokus sampai


bidang visual menjadi terbaca.
c. Putar kenop vernier membuat skala vernier mengarah ke posisi nol.

B. Merekam Titik Referensi


a. Tempatkan tabung uji kosong ke dalam ruang sampel.
b. Putar kenop vernier sampai bidang visual tampak kecerahan
seragam. Catat nilai yang terukur.
C. Mengisi Solusi Sampel
a. Keluarkan tabung reaksi dari ruang sampel. Lepaskan tutupnya,
lepaskan cincin segel dan disk kaca.

b. Bilas tabung reaksi secara menyeluruh dengan air suling.


c. Tuang larutan sampel ke dalam tabung reaksi, lalu kencangkan pada
tutup tabung uji. Bersihkan tetesan air pada cakram kaca.
d. Jika perlu kumpulkan semua gelombang udara ke dalam perangkap
gelembung.

D. . Pengukuran
a. Buka tutup polarimeter, letakkan tabung reaksi ke dalam ruang
sampel. Catatan, perangkap gelembung ke atas.

b. Tutup penutup, searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam
memutar kenop sampai bidang visual muncul kecerahan seragam. Catat
nilai yang terukur.
c. Ulangi pengukuran di atas 2 kali dan hitung rata-rata dari nilai yang
terukur.
E. Perhitungan
Jika nilai yang terukur adalah sudut positif (Dextrorotatory substance),
minus nilai titik referensi adalah nilai terukur aktual dari zat. Jika nilai nilai
yang terukur adalah sudut negatif (zat levorotatory), minus 180 derajat akan
menjadi nilai sebenarnya dari substansi

F. Mengganti Lampu Sodium


Sebelum mengganti lampu sodium, pastikan untuk melepaskan steker
listrik dari stopkontak di dinding.
a. Tunggu hingga lampu natrium mendingin, lepaskan penutup lampu
polarimeter.

b. Tarik lampu natrium dari soket.


c. Masukkan lampu baru ke dalam soket.
d. Pasang kembali penutup lampu sedemikian rupa sehingga jendela
mengarah ke arah polarizer.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Giancoli, Douglas C. 2001. ” Fisika Edisi ke lima Jilid 2 “. Jakarta ; Erlangga.
[2] Halpern, Alvin. PhD and Erlbach, Erick. PhD. 1998. “ Theory and Problem of
Beginning Physics II, Waves, Electromagnetic, Optics and Modern Physics “. New
York ; Mc Graw-Hill.
[3] Pain, H.J. 2005. “ The Physics of Vibration and Waves 6th Edition “. London ;
John Willey and Sons-Ltd.
[4] Tipler, Paul A. 2001. “ Fisika untuk Sains dan Teknik “. Jakarta ; Erlangga.
[5] Surya, Yohannes. 2009. “ Listrik dan Magnet “. Serpong-Tangerang ; PT.
Kandar.
[6]Tth. The Compound Light Microscope. Diambil pada tanggal 20 Februari 2008,
dari www.southwestschool.org
[7]Anonim. 2005. Instruction Manual for Home Microscope. Diambil pada tanggal
20 Februari 2009, dari www.homesciencetools.com.
[8]2008. Mikroskop dan Penggunaannya. Diambil pada tanggal 20 Februari 2008,
dari
[9]Koesmadji Wirjosoemarto, dkk. Tth. Teknik Laboratorium. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
[10]http://www.bante-china.com/upfile/EN-WXG
4%20Manual%20Polarimeter.pdf

You might also like