Bab I Pendahuluan: Geographic Information System (GIS) Atau Dengan Kata Lain Sistem Informasi

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Landasan ilmu penginederaan jauh semakin dikembangkan karena beberapa
faktor, salah satunya adalah karena Indonesia adalah negara kepulauan yang
memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Negara Kanada. Panjang garis
pantai Indonesia berkisar 81.000 km. Kondisi fisik lingkungan Indonesia dengan
garis pantai yang panjang merupakan potensi sumberdaya alam yang harus di
optimalkan. Berbagai macam keuntungan dari negara yang memiliki garis pantai
terpanjang diantaranya dapat dimanfaatkan untuk wisata bahari, peternakan ikan,
dan budidaya biota laut. Keuntungan lain yang dimiliki Indonesia sebagai negara
maritim adalah posisi strategis Indonesia (Roziqin dan Gustin. 2017).
Geographic Information System (GIS) atau dengan kata lain Sistem informasi
Geografis (SIG) yang merupakan suatu proses manajemen informasi yang
berkaitan erat dengan sistem pemetaan dan analisis terhadap peristiwa yang terjadi
di muka bumi. system ini berfungsi untuk menyimpan dan memanipulasi
informasi-informasi geografis dan dirancang untuk mengumpulkan dan
menyimpan serta menganalisis objek-objek dan fenomena-fenomena dimana
lokasi geografis yang merupakan karakteristik yang penting dan kritis untuk di
analisis. Salah satu contoh nya adalah letak Provinsi Sumatera Selatan sebelah
utara berbatasan dengan Provinsi Jambi dan di sebelah selatan dengan Provinsi
Lampung dapat dengan mudah diamati dengan system ini (Kunang et al. 2014).
Dengan system informasi geografi kita juga dapat mengetahui segala
informasi yang terdapat pada suatu wilayah, misalnya. Secara administratif
Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari 11 Kabupaten, 4 Kotamadya, 212
Kecamatan, 354 Kelurahan dan 2.589 Desa. Dimana sistem kelistrikan Provinsi
Sumatera Selatan bersama-sama dengan Provinsi Bengkulu dan Provinsi Jambi
telah terinterkoneksi dengan baik melalui jaringan transmisi 150 KV yang dikenal
dengan Wilayah Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu. Pemetaan gardu induk
menjadi salah satu persoalan tersendiri, dimana saat ini di PT PLN belum
menampilkan informasi tentang kelistrikan pada Provinsi Sumatera Selatan secara
geografis dan terkomputerisasi dalam bentuk data spasial (Kunang et al. 2014).
Georeferencing digunakan sebagai acuan dalam koreksi geometrik serta
bersamaan dengan keakuran Root Mean Square (RMS), semakin akurat penentuan
posisi citra semakin baik juga citra yang akan diolah. Koreksi geometrik pada
citra dilakukan untuk menghilangkan distorsi geometrik pada citra dan juga untuk
mendapatkan hubungan antara sistem koordinat citra (baris, kolom) dengan sistem
koordinat proyeksi (x, y). Distorsi eksternal adalah kesalahan yang disebabkan
oleh bentuk objek dan karakter dari citra akibat adanya kesalahan (Roziqin dan
Gustin. 2017).
Pada saat pengolahan data penginderaan jauh tentunya kadang kala kita
menggunakan suatu teknik georefrencing. Dalam proses georeferencing citra dan
peta ini digunakan empat buah GCPs. Tingkat ketelitian hasil koreksi dapat dilihat
dari besarnya nilai Root Mean Square error di setiap titik kontrol yang dibuat.
Dalam penelitian pada jurnal yang penulis kutip ini nilai RMS error yang dipakai
adalah kurang dari 0,5 piksel (Ahmad et al. 2016).
Setelah proses pengolahan data menggunakan sistem fuzzy dengan metode
Sugeno, proses selanjutnya adalah pengolahan peta tematik menggunakan
ArcGIS. Adapun proses pengolahan data dalam pembuatan peta tematik yaitu
salah satu nya adalah teknik georeferenicng. Dimana Georeferencing merupakan
suatu proses memasukkan koordinat kedalam peta hasil scan agar peta tersebut
memiliki unsur georeference. Untuk hasil yang terbaik dapat dilakukan ground
check dengan mengambil titik koordinat batas alam, misalnya sungai (Purnama et
al. 2013).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum kali ini adalah agar mahasiswa mampu
memahami apa itu georeferencing

1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat setelah melakukan praktikum ini adalah dapat
mengerti bagaimana proses georeferencing
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Informasi Geografis


GIS merupakan gabungan dari tiga unsur pokok sistem, informasi, dan
geografis, yang mana lebih menekankan pada unsur “informasi geografis”. Dari
sisi istilah, maka informasi geografis mengandung pengertian informasi mengenai
tempat-tempat yang terletak di permukaan bumi, pengetahuan mengenai posisi
dimana suatu obyek terletak di permukaan bumi, dan informasi mengenai
keterangan-keterangan atau attribut yang terdapat di permukaan bumi yang
posisinya diberikan atau diketahui. GIS memiliki kemampuan untuk menganalisis
spasial yaitu untuk melakukan indentifikasi unsur peta yang deskripsinya
ditentukan. GIS dapat menemukan lokasi yang memenuhi beberapa syarat atau
kriteria sekaligus (Tanaamah dan Wardoyo. 2008).
Dalam pengertian lain ada yang menyatakan bahwa sistem informasi
geografis merupakan suatu system berbasis komputer yang digunakan untuk
menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografis. SIG dirancang
untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis objekobjek dan fenomena-
fenomena dimana lokasi geografis merupakan karateristik yang penting dan kritis
untuk dianalisis. Sistem informasi geografis adalah sebuah system atau teknologi
berbasis komputer yang dibangun dengan tujuan untuk mengumpulkan,
menyimpan, mengolah dan menganalisa, serta menyajikan data dan informasi dari
suatu objek atau fenomena yang berkaintan dengan letak atau keberadaan di
permukaan bumi (Kunang et al. 2014).
System informasi geografis sering digunakan pada penginderaan jauh,
dimana penginderaan jauh itu sendiri merupakan ilmu, seni, dan teknologi dalam
mengkaji objek atau fenomena di permukaan bum tanpa kontak langsung
melainkan melalui analisis citra objek atau fenomena tersebut, yang direkam
dengan menggunakan gelombang elektromagnetik. Dalam penelitian yang
digunakan ini citra penginderaan jauh digunakan untuk mendapatkan informasi
garis pantai secara cepat. Dimana pada Peta garis pantai yang akan dihasilkan
pada penelitian ini dapat dijadikan dasar pertimbangan pengambil kebijakan
dalam pembangunan di wilayah pantai Pulau Batam (Roziqin dan Gustin. 2017).
Sistem komputer untuk SIG terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak
dan prosedur untuk penyusunan input data, pengolahan, analisis, pemodelan, dan
penayangan data geospatial. Sumber data geospatial adalah peta digital, foto
udara, citra satelit, tabel statistik dan dokumen lain yang berhubungan. Data
geospatial dibedakan menjadi data grafis dan data atribut. Data grafis mempunyai
tiga elemen yaitu titik, garis dan luasan dalam bentuk vector ataupun raster yang
mewakili geometri topologi, ukuran, bentuk, posisi dan arah. Fungsi user adalah
untuk memilih informasi yang diperlukan, membuat standar, membuat jadwal
pemutakhiran yang efisien, menganalisa hasil yang dikeluarkan untuk kegunaan
yang diinginkan dan merencanakan aplikasi (Manongga et al. 2009).
SIG mampu mengakomodasi penyimpanan, pemrosesan, dan penayangan
data spasial digital bahkan integrasi data yang beragam, mulai dari citra satelit,
foto udara, peta bahkan data statistik. Dengan tersedianya komputer dengan
kecepatan dan kapasitas ruang penyimpanan besar seperti saat ini, SIG mampu
memproses data dengan cepat dan akurat serta menampilkannya kembali. SIG
juga mengakomodasi dinamika data, pemutakhiran data yang akan menjadi lebih
mudah Secara umum proses SIG terdiri atas tiga bagian, yaitu subsistem masukan
data, manipulasi dan analisis data, serta menyajikan data. Subsistem masukan data
berperan untuk memasukkan data dan mengubah data asli ke bentuk yang dapat
diterima dan dipakai dalam SIG (Manongga et al. 2009).
Sistem informasi Geografis dapatb juga digunakan pada bidang pemetaan
Gardu Induk. Contohnya nya saja pada kasus pemetaan Gardu Induk PT PLN
(Persero) di wilayah Provinsi Sumatera Selatan memberikan informasi tata letak
Gardu Induk yang ada di wilayah Sumatera Selatan dalam bentuk yang interaktif
sehingga hal ini membantu dan mempermudah pihak PT PLN (Persero) untuk
mendapatkan informasi letak GI serta membantu dalam mengelola dan
memperbaharui data kelistrikan di Provinsi Sumatera Selatan, sehingga
penyampaian informasi menjadi lebih efektif Dengan Sistem informasi GIS yang
berbasis web ini mempermudah kerja admin didalam melakukan update data
informasi yang berkaitan dengan gardu induk PT PLN (Kunang et al. 2014).
2.2 Arcgis
Berbicara tentang software dibidang pemetaan tentu salah satu nya ialah
software ArcGis. ArcGis adalah sebuah solusi software atau perangkat lunak
aplikasi sistem informasi geografis yang integral. didalam ArcGis terdapat
beberapa aplikasi sistem informasi geografis yang memiliki fungsi berbeda-beda.
Di antaranya adalah ArcView, ArcMap, ArcCatalog dan ArcReader ArcCatalog
digunakan untuk mengorganisasikan dan mengelola semua informasi geografis
seperti peta, data-data format file, geodatabases, toolboxes untuk geoprosesing.
metadata, serta services SIG. ArcMap merupakan aplikasi utama dalam ArcGIS,
yang dapat digunakan untuk mapping dan editing, serta untuk query dan analisa
yang berdasarkan pada peta (Kunang et al. 2014).
Perangkat lunak arcgis yang sering digunakan pada bidang pemetaan
merupakan perangkat lunak SIG yang baru dari ESRI, yang memungkinkan kita
untuk memanfaatkan data dari berbagai format data. Dengan arcgis kita
memanfaatkan fungsi desktop dan juga jaringan. Dengan arcgis kita dapat
memakai fungsi pada level arcview, arceditor, arcinfo, dengan fasilitas arcmap,
arccatalog dan toolbox. Proses instalasi ArcGIS akan menginstall beberapa
program seperti ArcMap, ArcCatalog, ArcGlobe dan ArcScene, dimana masing-
masing memiliki fungsi yang berbeda. Selain itu juga terdapat beberapa fungsi
untuk proses programming dengan Phyto, fungsi licence manager, dan beberapa
tools lainnya (Manongga et al. 2009).
ArcToolbox merupakan koleksi dari tools geoprosesing. ArcGlobe
Aplikasi ArcGlobe tercakup dalam ekstensi ArcGIS 3D Analyst, yang mempunyai
kemampuan untuk penayangan informasi geografis dalam bentuk kenampakan 3D
yang dinamis. Bagian ini merupakan suatu kesatuan yang terdapat didalam
perangkat lunak Arcgis yang memiliki kegunaan atau fungsi nya masing masing
yang dapat di maksimalkan ketika perangkat lunak ini digunakan oleh siapapun
yang bergerak dibidang pemetaan (Kunang et al. 2014).
ESRI sebagai pengembang dari perangkat lunak arcgis ini berpusat di
Redlands, California yang merupakan salah satu perusahaan yang mapan dalam
pengembangan perangkat lunak untuk GIS memulai debutnya dengan produk
Arcinfo 2.0 pada awal 1990-an. ESRI terus memperbaiki produknya untuk
mengakomodasi berbagai kebutuhan dalam pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan. Produk yang paling terkenal hingga saat ini masih banyak digunakan
oleh penggunaan GIS adalah Arcinfo 3.51 dan Arcview 3.3. selain itu masih
banyak lagi tools tools yang terdapat pada software arcgis yang sangat
memungkinkan pengguna menampilkan peta yang dibuat menggunakan produk
ArcGIS lainnya (Purnama et al. 2013).
Subsistem dalam perangkat lunak ini berfungsi mengumpulkan data
spasial dan data atribut dari berbagai sumber, sekaligus bertanggung jawab dalam
merubah atau mengkonversi data atau mentranformasikan format data-data
aslinya ke dalam format yang dapat digunakan untuk SIG. Subsistem ini
mengorganisasikan baik data spasial maupun data atribut ke dalam sebuah basis
data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, di-Update, dan diedit. Jadi
subsistem ini dapat menimbun dan menarik kembali dari arsip data dasar, juga
dapat melakukan perbaikan data dengan cara menambah, mengurangi atau
memperbaharui. Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat
dihasilkan oleh SIG (Manongga et al. 2009).
Dalam proses di perangkat lunak Arcgis untuk melakukan registrasi
peta adalah awal dalam membuat peta digital, sebelum peta hasil scan dapat di
digitasi terlebih dahulu kita melakukan registrasi peta biasa disebut koreksi
geometrik. Registrasi peta adalah untuk mendaftarkan koordinat peta hasil
scan atau image hasil citra satelit supaya sesuai dengan koordinat di muka
bumi.Secara detail prosedur regestrai peta diuraikan sebagai berikut. Siapkan peta
yang akan didigitasi. Tentukan, tandai dan catat koordinat geografis beberapa titik
di peta yang nantinya akan digunakan sebagai titik kontrol dalam proses regestrasi
peta. Scan peta tersebut, jangan menggunakan format BMP atau TIF, sebaiknya
gunakan format JPG agar tidak bermasalah kemudian (Roziqin dan Gustin. 2017).
Ada beberapa menu yang dapat digunakan sehubungan dengan registrasi
peta ini. Pada saat Align tool aktif, klik kanan pada sembarang peta. Beberapa
menu tersebut adalah Pan to Next Link digunakan untuk mencari dan menandai
titik kontrol yang berikutnya.Pan to Previous Link yang berarti untuk mencari dan
menandai titik kontrol sebelumnya. Pan to Worst Link yang dipakai untuk
mencari dan menandai titik kontrol yang mempunyai kesalahan tertinggi. Dengan
menemukan titik kontrol yang tingkat kesalahannya paling tinggi, anda dapat
menghapus titik kontrol tersebut dan mengulangi memasukkannya pada posisi dan
nilai yang benar, atau menggunakan titik kontrol lain, atau membiarkan terhapus
apabila titik kontrol yang tersisi sudah cukup. (Roziqin dan Gustin. 2017).

2.3 Pemetaan
Pemetaan bertujuan untuk melakukan analysis setiap kejadian yang
terdaoat di permukaan bumi dengan bantuan system informasi geografis yang
menjadikan alat bantu manajemen informasi yang berhubungan. SIG ini berfungsi
untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografis dan dirancang
untuk mengumpulkan dan menyimpan serta menganalisis objek-objek dan
fenomena-fenomena dimana lokasi geografis yang merupakan karakteristik yang
penting dan kritis untuk di analisis (Kunang et al. 2014).
Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh untuk pemetaan skala besar ini
masih terdapat beberapa kesalahan geometric yang harus dieliminasi. Dalam
penelitian ini, citra Pleiades 1B dilakukan tinjau ulang sampai sejauh mana
ketelitian geometric terhadap kondisi sebenarnya yang akan digunakan sebagai
sumber data untuk pembuatan peta desa dengan skala besar. Pada penelitian
dilakukan proses rektifikasi dengan menggunakan data titik kontrol tanah GCP
dengan menggunakan 2 metode yaitu polinomial orde 1 dan orde 2, selanjutnya
dilakukan uji ketelitian geometric pada citra hasil rektifikasi dengan data
Independent Check Point (Nurwauziyah et al. 2016).
Saat dikaitkan dengan pengertian system informasi geografi, bahwa
WebGIS didasari oleh pemetaan berbasis sistem informasi geografis yang
memanfaatkan medium internet dalam melakukan pemetaan. WebGIS bisa
dikatakan adalah sebuah web mapping yang berarti pemetaan internet, tetapi
bukan memetakan internet, dan tidak berarti hanya menampilkan peta (yang
berupa gambar yang statis ke dalam sebuah situs Internet. Jika hanya
menampilkan peta statis pada sebuah situs maka tidak perbedaan antara web
mapping dengan peta yang ada pada media tradisional lainya (Tanaamah dan
Wardoyo. 2008).
Pemetaan kecerahan air laut di perairan Teluk Lada, Banten. Citra Aqua
MODIS sebelum digunakan harus di koreksi radiometrik berdasarkan Ricards
1986 dan koreksi Geometrik Pemotongan citra, pembuatan citra komposit,
pemisahan laut dan daratan, insert formula untuk mendeteksi kecerahan air laut,
re-klas citra sebaran kecerahan air laut, sehingga dihasilkan peta sebaran
kecerahan air laut dengan menggunakan perangkat lunak Idrisi, ENVI dan
Arc.GIS (Tarigan. 2009).
Dalam pemetaan gempa, wilayah pesisir Indonesia termasuk rawan
terhadap bahaya tsunami. sekitar 89 daerah rawan tsunami yang tersebar di
seluruh Indonesia, mulai dari barat Pulau Sumatera, selatan Pulau Jawa, selatan
Pulau Bali, selatan Sumbawa, selatan dan utara Flores, pulau-pulau di Maluku
Utara, sebagian di selatan Papua, dan utara Pulau Sulawesi, banyak diantara
wilayah pesisir Indonesia menghadapi permasalahan lingkungan yang serius,
seperti banjir, abrasi, dan penyusupan air asin ke arah daratan, berbagai masalah
pencemaran lingkungan akibat kegiatan industri yang tidak mengelola limbahnya
secara baik, selain juga tenggelamnya beberapa pulau kecil, sebagai akibat
naiknya permukaan laut dan dampak berbagai kegiatan (Karminarsih. 2007).
Untuk pengolahan pemetaan substrat dasar perairan seperti terumbu
karang disamping koreksi geometrik dan radiometrik dari data citra digital masih
memerlukan satu langkah lagi pre-processing untuk menggambarkan habitat di
bawah permukaan air. Karena terumbu karang adalah obyek di bawah permukaan
air, maka langkah pre-prosesing ini menjadi langkah yang sangat diperlukan dan
menjadi bagian yang sangat penting. Ketika cahaya melakukan penetrasi ke dalam
kolom air, intensitasnya akan berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya kedalaman (Pigawati. 2005).
Pemetaan dapat mengelompokkan suatu kumpulan wilayah yang berkaitan
dengan beberapa letak geografis wilayah yang meliputi dataran tinggi,
pegunungan, sumber daya dan potensi penduduk yang berpengaruh terhadap
sosial kultural yang memilki ciri khusus dalam penggunaan skala yang tepat.
sebuah tahapan yang harus dilakukan dalam pembuatan peta. Langkah awal yang
dilakukan dalam pembuatan data, dilanjutkan dengan pengolahan data, dan
penyajian dalam bentuk peta (Pigawati. 2005).
BAB III
METODELOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktkum ini dilaksanakan pada tanggal 26 September 2017. Pada pukul
13.00 WIB. Di Laboratorium Penginderaan Jauh, Program Studi Ilmu Kelautan,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam, Universitas Sriwijaya.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan Bahan Fungsi
Laptop Sebagai Alat Percobaan
Software Arcgis Sebagai Alat Percobaan
Mouse Sebagai Alat Percobaan

3.3 Cara Kerja


3.4 Analisa Data
1. Buka software arcgis yang ada pada dekstop

2. Pilih add data untuk memasukan data yang akan kita gunakan, Kemudian pilih
data yg ingin kita masukan

3. Klik kanan pada Layers dan pilih properties, Setelah itu pilih coordinat system
dan pilih Geographic Coordinat System, lalu pilih world, pilih WGS 1984
kemudian OK.
4. Kemudian pilih tools georeferencing dan pilih add control point

5. Klik kiri pada daerah yang diingin kan dan kemudian klik kanan pilih input
DMS of lon and lat

6. Masukan nilai long dan lat nya pada kolom tabel dan lakukan hal yang sama
untuk titik selanjutnya
7. setelah selesai klik georeferencing dan kemudian pilih rectify
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.2 Pembahasan
Dari keempat gambar diatas merupakan hasil dari proses registrasi peta
ataupun georeferencing pada titik yang pertama. Titik pertama ini berada
disebelah kanan atas pada saat kita melihat tampilan peta pada perangkat lunak
arcgis ini. Titik ini berada pada longitude 105° 05’ 00” E dengan latitude 2° 10’
00” S. tujuan dilakukan nya registrasi peta atau georeferencing ini yaitu agar titik
yang terdapat pada peta ini memiliki kesamaan dan tidak terjadi kesalahan
koordinat. Hal ini dapat dilihat pada titik kedua memiliki nilai longitude sebesar
105° 5’ 00”.
Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa longitude merupakan garis lintang
yang membagi bumi belahan utara dengan bumi belahan selatan. Sehingga apabila
suatu wilayah pada peta bergerak dari kiri menuju kanan maka nilai longitude
akan memiliki perbedaan atau dengan kata lain berubah. Sementara apabila suatu
wilayah pada peta bergerak dari atas kebawah maka nilai latitude nya akan
memiliki perbedaan atau dengan kata lain berubah. Hal ini menyatakan bahwa
latitude adalah garis yang membelah bumi belahan barat dengan bumi belahan
timur
Titik kedua ini berada disebelah kanan bawah pada saat kita melihat
tampilan peta pada perangkat lunak arcgis ini. Titik ini berada pada longitude
105° 5’ 00” E dengan latitude 2° 30’ 00” S. tujuan dilakukan nya registrasi peta
atau georeferencing ini yaitu agar titik yang terdapat pada peta ini memiliki
kesamaan dan tidak terjadi kesalahan koordinat. Hal ini dapat dilihat pada titik
pertama memiliki nilai longitude sebesar 105° 05’ 00”.
Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa longitude merupakan garis lintang
yang membagi bumi belahan utara dengan bumi belahan selatan. Sehingga apabila
suatu wilayah pada peta bergerak dari kiri menuju kanan maka nilai longitude
akan memiliki perbedaan atau dengan kata lain berubah. Sementara apabila suatu
wilayah pada peta bergerak dari atas kebawah maka nilai latitude nya akan
memiliki perbedaan atau dengan kata lain berubah. Hal ini menyatakan bahwa
latitude adalah garis yang membelah bumi belahan barat dengan bumi belahan
timur
Titik ketiga ini berada disebelah kiri bawah pada saat kita melihat
tampilan peta pada perangkat lunak arcgis ini. Titik ini berada pada longitude
145° 45’ 00” E dengan latitude 2° 30’ 00” S. tujuan dilakukan nya registrasi peta
atau georeferencing ini yaitu agar titik yang terdapat pada peta ini memiliki
kesamaan dan tidak terjadi kesalahan koordinat. Hal ini dapat dilihat pada titik
kedua memiliki nilai latitude sebesar 2° 30’ 00” S
Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa longitude merupakan garis lintang
yang membagi bumi belahan utara dengan bumi belahan selatan. Sehingga apabila
suatu wilayah pada peta bergerak dari kiri menuju kanan maka nilai longitude
akan memiliki perbedaan atau dengan kata lain berubah. Sementara apabila suatu
wilayah pada peta bergerak dari atas kebawah maka nilai latitude nya akan
memiliki perbedaan atau dengan kata lain berubah. Hal ini menyatakan bahwa
latitude adalah garis yang membelah bumi belahan barat dengan bumi belahan
timur
Titik keempat ini berada disebelah kiri atas pada saat kita melihat tampilan
peta pada perangkat lunak arcgis ini. Titik ini berada pada longitude 104° 45’ 00”
E dengan latitude 2° 10’ 00” S. tujuan dilakukan nya registrasi peta atau
georeferencing ini yaitu agar titik yang terdapat pada peta ini memiliki kesamaan
dan tidak terjadi kesalahan koordinat. Hal ini dapat dilihat pada titik pertama
memiliki nilai latitude sebesar 2° 10’ 00” S
Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa longitude merupakan garis lintang
yang membagi bumi belahan utara dengan bumi belahan selatan. Sehingga apabila
suatu wilayah pada peta bergerak dari kiri menuju kanan maka nilai longitude
akan memiliki perbedaan atau dengan kata lain berubah. Sementara apabila suatu
wilayah pada peta bergerak dari atas kebawah maka nilai latitude nya akan
memiliki perbedaan atau dengan kata lain berubah. Hal ini menyatakan bahwa
latitude adalah garis yang membelah bumi belahan barat dengan bumi belahan
timur
V.KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah:
1. Proses georeferencing merupakan suatu proses registrasi peta yang dilakukan
untuk menyamakan titik koordinat suatu peta.
2. Pemetaan dapat mengelompokkan suatu kumpulan wilayah yang berkaitan
dengan beberapa letak geografis wilayah.
3. Apabila suatu wilayah pada peta bergerak dari atas kebawah maka nilai latitude
nya akan memiliki perbedaan atau dengan kata lain berubah.
4. Longitude merupakan garis lintang yang membagi bumi belahan utara dengan
bumi belahan selatan.
5. Latitude adalah garis yang membelah bumi belahan barat dengan bumi belahan
timur
DAFTAR PUSTAKA

Karminarsih E. 2007. Pemanfaatan Ekosistem Mangrove bagi Minimasi Dampak


Bencana di Wilayah Pesisir. JMHT. Vol 13 (3), 183-187
Kunang SO, Zuhriyadi I, Nugraha A. 2014. Sistem Informasi Geografis Pemetaan
Gardu Induk Listrik PLN Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Elektro. Vol
2 (1), 255-260
Manongga D, Papilaya S, Pandie S. 2009. Sistem Informasi Geografis Untuk
Perjalanan Wisata di Kota Semarang. Jurnal Informatika. Vol 10 (1), 1-9
Nurwauziyah I, Sukojo BM, Hidayat H. 2016. Analisis Ketelitian Geometric Citra
Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa. Jurnal Teknik ITS. Vol 5 (2),
422-426
Pigawati B. 2005. Identifikasi Potensi dan Pemetaan Sumberdaya Pesisir Pulau -
Pulau Kecil dan Laut Kabupaten Natuna - Provinsi Kepulauan Riau.
Jurnal Ilmu Kelautan. Vol 10 (4), 229-236
Purnama, Suhery C, Triyanto D. 2013.Implementasi Logika Fuzzy dalam
Pengolahan Peta Tematik Daerah Rawan Penyakit Demam Berdarah.
Jurnal Coding Sistem Komputer. Vol 1 (2), 11-19
Roziqin A, Gustin O. 2017. Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan
Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam. Jurnal Ilmu Kelautan. Vol
1(1), 11-23
Tanaamah AR, Wardoyo R. 2008. Perancangan dan Implementasi WEBGIS
Pariwisata Kabupaten Sumba Timur. Jurnal Ilmu Kelautan. Vol 9 (2),
150-158
Tarigan MS. 2009. Aplikasi Satelit Aqua MODIS untuk Memprediksi Model
Pemetaan Kecerahan Air Laut di Perairan Teluk Lada, Banten. Jurnal
Ilmu Kelautan. Vol 14 (3), 126-131

You might also like