BAB I Proposal Sri

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecoa merupakan salah satu hama pemukiman yang dapat berperan sebagai

vektor penyakit yang paling umum ditemukan di tempat tinggal di seluruh dunia.

Kecoa dianggap sebagai pengganggu kesehatan karena kedekatannya dengan manusia

dan umumnya berkembang biak mencari makan di daerah yang kotor, seperti tempat

sampah, saluran pembuangan dan septitank. Makanan kecoa dari makanan yang

masih dimakan manusia sampai dengan kotoran manusia.Kecoa mempunyai perilaku

mengeluarkan makanan yang baru dikunyah atau memuntahkan makanan dari

lambungnya, karena sifat inilah mereka mudah menularkan penyakit pada

manusia.Tinja kecoa dilaporkan mengandung asam kynurenat, asam xanturenat, dan

8- hydroxyquinaldat acids senyawa ini dilaporkan bersifat mutagenik dan

karsinogenik (Singgih, 2006).

Kecoa merupakan salah satu indikator dalam baik atau buruknya sanitasi di

Indonesia karena menurut Permenkes No 48 standar keselamatan dan kesehatan kerja

perkantoran dalam pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit kriteria

indeks kecoa maksimal 2 ekor/plate (20x20m) dalam pengukuran 24 jam (Kemenkes,

2016). Menurut Permenkes No 60 standar dan persyaratan kesehatan lingkungan

kerja industri kriteria angka rata-rata indeks populasi kecoa (Periplaneta americana)

tiap malam yang ditangkap menggunakan sticky trap paling rendah ≤ 1 dan paling

1
tinggi > 1 (Kemenkes, 2016).

Kecoa kebanyakan terdapat di daerah tropika yang kemudian menyebar ke

daerah sub tropika atau sampai kedaerah dingin. Pada umumnya tinggal didalam

rumah-rumah makan segala macam bahan, mengotori makanan manusia, berbau tidak

sedap. Kebanyakan kecoa dapat terbang, tetapi mereka tergolong pelari cepat (“

cursorial“), dapat bergerak cepat, aktif pada malam hari, metamorfosa tidak lengkap,

Kerusakan yang ditimbulkan oleh kecoa relatif sedikit, tetapi adanya kecoa

menunjukkan bahwa sanitasi didalam rumah bersangkutan kurang baik.

Kecoa Amerika (Periplaneta americana(L.) merupakan jenis kecoa yang

paling banyak ditemukan pada lingkungan pemukiman Indonesia. Di kota Bogor,

kecoa merupakan hama yang paling sering terlihat di perumahan kumuh dan sedang,

di kamar mandi, di dapur, tempat sampah dan selokan dibandingkan hama

pemukiman lainnya seperti tikus, lalat dan nyamuk (Herma, 2010), (Nafiz, 2009).

Kecoa merupakan salah sattu vector penyebab penyakit dan mereka hidup berdekatan

dengan manusia.keberadaan kecoa ini sangat tidak diinginkan karena dapat

menimbulkan dampak gangguan estetika, rasa takur,memberi kesan kotor, juga

berindak sebagai penyebar penyakit, karena kecoa lebih menyukaitempat-tempat

lembab, gekap, kotor. Dari kebiasaaan hidup ditempat kotor itulah kecoa dapat

memabwah kuman penyakit yang menempel pada tubuhnya yang dibawah dari

tempat-tempat yang kotor akan tertinggal atau menempel di tempat jorok yang dia

hinggapi.

2
Banyak spesies kecoa di seluruh dunia, beberapa diantaranya berada di dalam

rumah dan sering didapatkan di restoran, hotel, rumah sakit, gudang, kantor,

perpustakaan dan pasar.Pasar merupakan salah satu tempat umum bagi orang banyak

untuk melakukan kegiatan jual - beli yang dapat menyebabkan timbulnya atau

menularnya penyakit (Khoiruz,2010).

Pasar tradisional masihmerupakan tempat berbelanja bahan makananyang

digemari masyarakat kita walau sudahbanyak pusat-pusat perbelanjaan modern yang

menjual bahan makanan yangdiperlukan sehari-hari. Banyak pedagangyang berusaha

untuk membuat penampilanmakanan jajanan lebih menarik sering kalidengan cara

menambahkan bahan tambahanpewarna buatan dan bahan kimia termasukRhodamin-

B dan Methanil Yellow. Selain ituagar makanan lebih awet sering bahanmakanan

atau makanan jajanan diberitambahan bahan kimia termasuk borax danformalin

(Wirasto K, 2008).

Palu merupakan ibu kota Sulawesi Tengah, dipalu terdapat beberapa pasar

tradisonal. Salah satunya adalah pasar Inpres. Pasar sangat berguna untuk

kelangsungan hidup manusia, perkembangan pasar akan menignkatkann penghasilan,

akan tetapi perkembangan dan pengelolaan kebersihan lingkungan pasat tersebut

bukanlah hal yang mudah. Dipasar Inpres ini untuk pengelolaan sampah sudah

berjalan dengan baik, namun ketersediaan tempat sampah sangat minim. Sementara

itu pedagang biasanya membuang sampah hanya pada tempat dia berjualan saja dan

masih banyak terdapat tumpukan sampah yang msih bertebaran ditempat para

3
pedagang berjualan, terutama pedagang sayur dan pedagang kaki lima, sementara itu

petugas kebersihan pasar mengambil sampah setelah aktivitas diapsar selesai yakni

dilakukan pada malam harinya.

Keberadaan keteraturan tempat penjual ikan, daging dan ayam sudah teratur

letaknya dengan baik begitupun penjualan yang lain misalnyan pakaian perabot,

kosmotik semua sudah teratur dengan rapih. Namun pengelolaan kebersihhannya

kurang bersih dan menimbulkan bau yang tidak sedap.Apalagi saat terjadi hujan,

tempat ini becek, kotor dan sangat berbau. Sehingga akan banyak serangga yang

suka dengan lingkungan yang kotor seperti keoca. Dipasar ini pula banyak hewan-

hewan pembawah vektor penyakit seperti tikus, lalat dan juga kecoa. Selain itu

pedagang kurang menyadari akan keikutsertaannya dalam mengelolah sampah.

Berangkat dari fakta tersebut sehingga penelitian ini akan berfokus kepada salah satu

serangga pembawa vektor penyakit patogen yakni kecoa. Karena minimnya

informasi tentang adanya bakteri pada kaki kecoa, sehingga penelitian ini akan

mengidentifikasi bakteri pada kaki kecoa.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dikaji dalam peneltian ini adalah :

1. Bagaimana identifikasi bakteri pada kaki kecoa di lingkungan pasar Inpres

Kota Palu ?

2. Bagaimana pemanfaatannya dari penelitian bakteri sebagai media

pembelajaran ?

4
3. Bagaimana kelayakan media pembelajaran berupa poster mengenai

1.3 Tujuan

Tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Mengisolasi dan mendekteksi adanya bakteri pada kaki kecoa yang ditangkap

di berbagai titik pasar tradisional Inpres Kota Palu.

2. Mengidentifikasi jenis bakteri pada kaki kecoa yang ditangkap di berbagai

titik pasarr tradisional Inpres Kota Palu.

3. Menghitung jumlah bakteri pada kaki kecoa yang ditangkap di berbagai titik

pasarr tradisional Inpres Kota Palu.

4. Membuat media pembelajaran dalam bentuk poster yang layak mengenai

identifikasi bakteri pada kaki kecoa di lingkungan pasar Inpres palu dan

pemanfaatannya sebagai media pembelajaran

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini dalam bidang teoritis

maupun praktis yaitu sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Memberikan informasi pencemaran bakteri pada kaki kecoa yang

ditangkap di pasar tradisionaal inpres kota palu.

5
2. Memberikan nilai tambah bagi peneliti dalam pengetahuan dan

keterampilaaan mengembangbiakan dan mengidentifikasi bakteri.

3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian

lebih lanjut tetang adanya bakteri pada kaki kecoa.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Sebagai syarat bagin peneliti dalam menyelesaikan studi di Fakultas

Keguruan dan Ilmu pendidikan serta pengembangan ilmu selanjutnya dalam

masyarakat.

2. Sebagai sumbangsih ilmiahh untuk universitasTadulako guna

mmmengembangkannnn pola ilmiah sebagai manifestasi dari pelaksanaan

Tri dharma Perguruan Tinggi.

3. Sebagai informasi kesehatan bahaya adanya bakteri pada kaki kecoa yang

ada dipasaran.

1.5 Batasan Istilah

Menghindari keasalah persepsi, beberapa istilah dijelaskan secara operasional

sebagai berikut :

1. Identifikasi adalah kegiatan yang mencari, menemukan, mengumpulkan,

meneliti, mendaftarkan, mencatat data dan informasi dari “kebutuhan”

lapangan. Secara intensitas kebutuhan dapat dikategorikan (dua) macam yakni

kebutuhan terasa yang sifatnya mendesak dan kebutuhan terduga yang

sifatnya tidak mendesak.

6
2. Kecoa adalah hewan nocturnal (hewan yang aktif pada malam hari) sehingga

sulit terdeteksi oleh manusia dan berkembang dengan cepat. Bahkan secara

cepat Kecoa membagi koloni mereka dan berpisah untuk mencari habitat baru.

Kecoa merupakan salah satu vektor penyebaran penyakit, sehingga wajib

menjadi perhatian kita. Kecoa juga termasuk jenis serangga pengganggu

karena kebiasaan hidup mereka di tempat kotor, serta dapat mengeluarkan

cairan berbau.

3. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta

ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan

biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios

atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu

pengelola pasar.

4. Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok

organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke

dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta

memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi.

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini

sebagai berikut :

Dari hasi penelitian Dewi Susanna dkk. (2010) Hasil pemeriksaan pada

makanan yang dijual olehPKL di Jalan Margonda menunjukkan bahwa

hampirseparuh (41%) sampel makanan terkontaminasi oleh E.coli. Distribusi

karakteristik responden ditampilkan padaTabel 1 yang berisi status responden, jenis

kelamin, umur,dan pendidikan.Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa ada

hubunganyang bermakna antara tidak tersedianya tempatsampah di tempat penjualan

dengan kontaminasi E. colipada makanan (nilai p < 0,05). Secara umum, sumber

airuntuk memasak, minum, dan mencuci peralatan makanantidak berhubungan

dengan kontaminasi E. coli padamakanan. Sebagian besar PKL menggunakan air

sumursebagai sumber air bersih. Terlihat sarana pembuanganair limbah tidak

berhubungan dengan tingkat kontaminasiE. coli pada makanan.

Berdasarkan penelitian Riskawati (2016) yang telah dilakukan maka di

dapatkan bahwa jenis-jenis bakteri tanah di lingkungan Tempat Pembuangan Akhir

Sampah Kota Makassar yaitu Bacillus subtilis, Bacillus cereus, Staphylococcus

8
aureus, Streptococcus pyogenes, Klebsiella penumonia, Clostridium botulinum, dan

Clostridium perferingest tergolong sebagai spesies penyebab penyakit patogen.

Monaliza Sekar Rini1 dkk (2016) dari peneliatiannya di temukan bahwa

Hasil isolasi dari pupa S. litura yangditemukan mati di kebun kedelai didaerah

Cibinong, Bogor Provinsi JawaBarat diperoleh sebanyak 122 isolatbakteri dan dipilih

dua isolat, yaitu isolatbakteri entomopatogen SP3 dan SP4untuk diujikan pada kecoa.

Dilakukan ujikarakter pewarnaan gram untukmengetahui karakteristik isolat

bakteri.Sementara B. thuringiensis didapatkandari koleksi IPBCC.

Dalam penelitian Fitriana Dwi F dkk ((2017) Pemeriksaan ALT padakecoa

rata-rata sebesar 3,7x106koloni/gr, berkisar antara 90 –2,9x107 koloni/gr. Sebanyak

3,3%kecoa di kapal domestik telahterkontaminasi Salmonellaenteritidis. ABK harus

selalumenjaga hygiene perorangan dan sanitasi untuk mengurangi populasikecoa

pada kapal dan menghindariadanya kontaminasi silang bakteriSalmonella sp. dengan

selalumencuci tangan sebelum mengolahmakanan.

Ryan Falamy dkk (2010) meneliti dan di dapatkan Pada11 sampel cincau

hitam yang dijual di pasar tradisional dan swalayankota Bandar Lampung didapatkan

hasil bahwa terdapat 4 sampel tidak ditemukanbakteri dan7 sampel yang ditemukan

bakteri coliform.

Aqso Ampri Harahap (2015) Berdasarkan hasil penelitian maka di dapatkan

bahwa tidak dilengkapi tempatsampah dari bahan kedap air dan berpenutuppada

beberapa bagian di atas kapal, rendahnyapersonal hygiene penjamah makanan,

sebagiankapal motor memiliki tingkat risiko gangguan kesehatan tinggi, sebagian

9
kapal motor ditemukankecoa dengan kategori tinggi atau padat, danterdapat

hubungan sanitasi kapal dengankepadatan kecoa.

2.2 Kajian Pustaka

2.2.1 Kecoa

Kecoa merupakan hama permukiman yang seringkali mengganggu

kenyamanan hidup manusia dengan meninggalkan bau yang tidak sedap,

menyebarkan berbagai patogen penyakit, menimbulkan alergi, serta mengotori

dinding, buku, dan perkakas rumah tangga. Jenis kecoa yang sering ditemukan di

lingkungan permukiman adalah kecoa amerika Periplaneta americana (L.), kecoa

jerman Blatella germanica (L.), dan kecoa australia Periplaneta australasiae (F.). Jenis

kecoa yang banyak ditemukan di lingkungan permukiman Indonesia adalah kecoa

amerika P. americana. (Preferensi Kecoa Amerika Periplaneta americana (L.)

(Blattaria: Blattidae) terhadap Berbagai Kombinasi Umpan

Kecoa merupakan makhluk yang hidup pada malam hari serta dapat ditemui

di reruntuhan daun atau dibawah kulit kayu, atau dibalik kayu gelondongan yang

jatuh. Kebanyakan jenis kecoa merupakan hama rumah tangga dan bersarang

ditempat yang gelap dan tersembunyi. (Penampilan Kecoa Madagaskar

(Gromphadorlzina Portentosa) Pada Masa Pertumbuhan)

Kecoa Periplaneta americana merupakan jenis kecoa yang paling banyak

terdapat di lingkungan pemukiman di Indonesia. Perkembangbiakan Periplaneta

10
americana relatif tinggi, dihasilkan rata-rata satu ooteka perminggu sampai kira-kira

yang dihasilkan sejumlah 15-90 ooteka. Setiap ooteka berisi sekitar 15 butir telur.

Preferensi Kecoak Amerika Periplaneta americana (L.) (Blattaria : Blattidae)

terhadap Baiting Gel

Kecoa amerika merupakan serangga omnivora, yang mengkonsumsi makanan

asal tumbuhan maupun hewan. Pada dasarnya kecoa sangat membutuhkan nutrisi

untuk pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi. Hal inilah yang memungkinkan

adanya preferensi dalam memilih makanan. Faktor nutrisi juga memberikan efek

jangka pendek dan jangka panjang pada perkembangan dan reproduksi serangga.

Sekalipun keperluan nutrisi sebagian besar serangga hampir sama tetapi tipe dan

proporsi nutrisi yang optimal berbeda tergantung spesies dan tahap reproduksi.

Preferensi Kecoa Amerika Periplaneta americana (L.) (Blattaria: Blattidae) terhadap

Berbagai Kombinasi Umpan

2.2.2 Pasar

Dalam pengertian luas pasar diartikan sebagai tempat bertemunya penjual

yang memiliki kemampuan untuk menjual barang/jasa dan pembeli yang

menggunakan uang untuk membeli barang/jasa dengan harga tertentu. Pasar adalah

suatu tempat tertentu, bertemunya antara penjual dengan pembeli termasuk

fasilitasnya dimana penjual dapat memperagakan barang dagangannya dengan

membayar retribusi. Pasar juga adalah suatu tempat pertemuan penjual dan pembeli

untuk melakukan transaksi jual beli dan jasa. (Tinjauan Sanitasi Pasar Kota

Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2017)

11
Pasar secara fisik adalah tempat pemusatan beberapa pedagang tetap dan tidak

tetap yang terdapat pada suatu ruangan terbuka atau tertutup atau sebagian badan

jalan. Selanjutnya penglompokan para pedagang eceran tersebut menempati

bangunan-bangunan dengan kondisi bangunan temporer, semi permanen ataupun

permanen. Pasar mempunyai 5 faktor utama yaitu:

1. Pasar merupakan nilai (Sets value). Dalam ekonomi pasar, harga merupakan

ukuran nilai.

2. Pasar mengorgnisir produksi. Dengan adanya harga-harga factor produksi di pasar,

maka akan mendorong produsen (Entrepreneur) memilih metode produksi yang

efesien.

3. Pasar mendistribusikan barang. Kemampuan seseorang untuk membeli barang

tergntung dari penghasilannya.

4. Pasar berfungsi menyelenggarakan penjatahan (Rationing). Penjatahan adalah inti

dari adanya harga.

5. Pasar mempertahankan dan mempersiapkan keperluan di masa yang akan datang.

(Tingkat Cemaran Bakteri Salmonella Sp Pada Daging Ayam Yang Dijual Di Pasar

Tradisional Makassar)

Pasar tradisional adalah pasar yang pelaksanaannya bersifat tradisional tempat

bertemunya penjual pembeli, terjadinya kesepakatan harga dan terjadinya transaksi

setelah melalui proses tawar-menawar harga. Biasanya pasar tradisional umumnya

menyediakan berbagai macam bahan pokok keperluan rumah tangga, dan pasar ini

biasanya berlokasi di tempat yang terbuka. Berikut ini ciri-ciri dari pasar tradisional :

12
 Proses jual beli barang dll. melalui proses tawar menawar harga.

 Barang yang dijual umumnya keperluan memasak, dapur, dan rumah tangga.

 Harga barang yang diperjual belikan relatif murah dan terjangkau.

 Area pasar tradisional biasanya ditempat yang terbuka (skripsi KTI).

2.2.3 Pengertian Bakteri

Bakeri adalah mikroba prokariotik yang uniseluler dan berkembangbiak dengan

cara aseksual dengan pembelahan sel. Bakteri tidak berklorofil namun ada yang

bersifat fotosintetik, kemudian bakteri hidup secara bebas, parasit, saprofit, sebagai

patogen pada manusia, hewan dan tumbuhan. Habitatnya terdapat dimana-mana

misalnya di alam, tanah, laut, atmosfer dan di dalam lumpur. Bentuk tubuhnya ada

yang bulat, spiral dan batang. Selain itu bakteri merupakan struktur sel yang tidak

mempunyai membran inti sedangkan komponen genetiknya terdapat di dalam

molekul DNA tunggal yang terdapat di dalam sitoplasma. Ukuran sel-sel bakteri

sangat bervariasi tergantung masing-masing spesiesnya, namun pada umumnya 0,5-

1,0 x 2,0-5 μm. Hal tersebut sama halnya dengan 10.000 bakteri yang panjang selnya

1 μm dari satu ujung ke ujung lainnya (Alimuddin, 2005).

Ciri-ciri Morfologi Bakteri

 Berdasarkan sumber makanannya, bakteri tanah dibagi menjadi (Kusmiati,

2003):

a. Bakteri autotrof atau bakteri lithotrofik, yaitu bakteri yang dapat

menghasilkan makanan sendiri, contohnya bakteri nitrifikasi, bakteri

13
denitrifikasi, bakteri pengoksidasi belerang, bakteri pereduksi sulfat. Bakteri

ini dibedakan lagi menjadi bakteri photoautotroph dan bakteri kemoautotrof.

Bakteri photoautotroph adalah bakteri yang dapat menghasilkan makanan

sendiri dengan sumber energi berasal dari sinar matahari. Sedangkan bakteri

kemoautotrof adalah bakteri yang dapat menghasilkan makanan sendiri

dengan sumber energi berasal dari oksidasi bahan organik.

b. Bakteri heterotrof atau bakteri organotropik, yaitu bakteri yang

mendapatkan makanan dari bahan organik atau sisa-sisa dari makhluk hidup

lain, baik fauna maupun flora, dan baik makro maupun mikro. Bakteri ini

dikelompokkan menjadi bakteri photoautotroph dan bakteri kemoautotrof.

Bakteri photoautotroph adalah bakteri yang mendapatkan makanan dari bahan

organik atau sisa-sisa makhluk hidup lain dengan sumber energi berasal dari

sinar matahari. Bakteri kemoautotrof adalah bakteri yang mendapatkan

makanan dari bahan organik dengan sumber energi yang digunakan berasal

dari hasil oksidasi bahan organik

Jasad renik heterotrof membutuhkan nutrien untuk kehidupan dan

pertumbuhannya yaitu sebagai sumber karbon, sumber nitrogen, sumber energi, dan

faktor pertumbuhan yaitu mineral dan vitamin. Nutrien tersebut di butuhkan untuk

membentuk energi dan menyusun komponen sel. Setiap jasad renik bervariasi dalam

kebutuhannya akan zat-zat nutrisi tersebut (Fardiaz S,1992).

14
Jasad renik yang tumbuh pada makanan umumnya bersifat heterotrof yaitu yang

menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi dan karbon, walaupun komponen

organik lainnya yang mengandung karbon mungkin juga dapat di gunakan.

Kebanyakan organisme heterotrof menggunakan komponen organik yang

mengandung nitrogen sebagai sumber N, tetapi beberapa dapat pula menggunakan

sumber nitrogen anorganik (Fardiaz S,1992).

Keberadaan pasar sangat dibutuhkanoleh masyarakat untuk memperoleh

danmencukupi kebutuhan hidupnya (Herminza,2008). Pasar sebagai salah satu

tempatberaktifitas umum harus memperhatikanaspek higyene dan sanitasi tempat-

tempat umum (public places sanitation). Pasar Pasaradalah suatu. tempat tertentu,

bertemunyaantara penjual dengan pembeli termasukfasilitasnya dimana penjual dapat

memperagakan barang dagangannya denganmembayar restribusi . (Depkes RI, 1993).

Sebagaimana diketahui pasarmerupakan salah satu fasilitas ekonomi dikota

maupun desa yang menjual kebutuhanmasyarakat. Munculnya pasar modern ataumal

yang berkembang semakin subur hampirdi seluruh kota, pasar tradisional

menghadapitantangan agar tidak ditinggalkan olehpenjual dan pembeli, sebagai

akibat kondisipasar tradisional yang kotor, semerawut dankumuh (Marthen , 2010).

Hal ini dapat terjadiakibat bercampurnya penjualan unggas danternak hingga

makanan di sejumlah pasartradisional yang mencerminkan masihrendahnya perhatian

pemerintah daerahmaupun masyarakat terhadap kesehatan. Inijuga menjadikan salah

satu penyebabrentannya terhadap penyebaran penyakit.

15
(Kompas, 2008).

Hasil penelitian EddySukmana Winata tahun 2009 diketahuiadanya

Salmonella pada daging sapi 54.2%sampel dan daging ayam 66.7% sampel yang

dijual di pasar-pasar di Provinsi Jawa Barat.Menurut Environmental Performance

Index(EPI) yang berkaitan dengan penyediaan airbersih dan sanitasi Indonesia

mendudukirangking ke 134 dari 163 negara dengan skor44.6 di bawah Sudan dan

Tanzania (YaleUniversity and Columbia University, 2010) .Sanitasi pasar sebagai

salah satu tempatumum merupakan bagian sanitasi lingkungansuatu perkotaan di

samping sanitasiperumahan. Sehubungan dengan itu padatahun 2010 telah dilakukan

penelitian sanitasipasar di beberapa kota kabupaten diIndonesia yaitu Kabupaten

Sragen JawaTengah danKabupaten Gianyar Bali. Bahanmakanan dan makanan

jajanan banyakdiperdagangkan di pasar tradisional diIndonesia. Pasar tradisional

masihmerupakan tempat berbelanja bahan makananyang digemari masyarakat kita

walau sudahbanyak pusat-pusat perbelanjaan moderenyang menjual bahan makanan

yangdiperlukan sehari-hari. Banyak pedagangyang berusaha untuk membuat

penampilanmakanan jajanan lebih menarik sering kalidengan cara menambahkan

bahan tambahan pewarna buatan dan bahan kimia termasukRhodamin-B danMethanil

Yellow. Selain ituagar makanan lebih awet sering bahanmakanan atau makanan

jajanan diberitambahan bahan kimia termasuk borax danformalin (Wirasto K, 2008).

Bakteri ini mudah menyebar dengan cara mencemari air danmengkontaminasi

bahan-bahan yang bersentuhan dengannya. Pada proses

16
pengolahan makanan biasanya bakteri ini mengontaminasi alat-alat yangdigunakan

dalam pengolahan. Jika didapatkan kontaminasi bakteri ini pada suatu makanan maka

merupakan suatu indikasi bahwa makanan tersebut pernah tercemar oleh kotoran

manusia (Dewanti dan Haryadi, 2005).

Melihat ancaman penyakit global diatas, maka Badan Kesehatan Dunia

(WHO)\mengantisipasi terjadinya penyakit yangmenimbulkan masalah kedaruratan

kesehatanyang meresahkan dunia (public health emergencyof international concern)

dengan membentukInternational Health Regulation (IHR) yang berlakubagi seluruh

negara, di mana setiap negarawajib melindungi rakyatnya dengan

mencegahterjadinya penyakit yang masuk dan keluar darinegaranya. Vektor yang

terdapat di atas kapalsalah satunya adalah kecoa. Kecoa merupakansalah satu vektor

mekanik, yang berperanmenghantarkan penyakit yang disebabkan olehvirus, bakteri,

protozoa, cacing, dan fungi dapatmenimbulkan penyakit diare, disentri, kolera,

dandemam tifoid. Kecoa dapat pula menyebabkanalergi, dengan efek dermatitis kulit,

edema kelopakmata, gatal, dan reaksi alergi lainnya (Yudhastuti,2011).

Pengendalian vektor merupakan kegiatanatau tindakan yang ditujukan untuk

menurunkanpopulasi vektor serendah mungkin, sehinggakeberadaannya tidak lagi

berisiko untuk terjadinyapenularan penyakit di suatu wilayah. Carapengendalian

vektor antara lain usaha pencegahan(prevention), usaha penekanan (suppression),dan

usaha pembasmian (eradication). Upayapengendalian vektor perlu ditingkatkan

karenapenyakit yang ditularkan melalui vektor merupakanpenyakit endemis yang

dapat menimbulkangangguan kesehatan masyarakat bahkan wabahatau Kejadian Luar

17
Biasa (KLB). Masalah dihadapi dalam pengendalian vektor di Indonesiaantara lain

kondisi geografi dan demografi , belumteridentifikasinya spesies vektor pada

semuawilayah endemis, peningkatan populasi vektoryang resisten terhadap

insektisida tertentu,keterbatasan sumber daya serta kurangnyaketerpaduan dalam

pengendalian vektor(Kemenkes, 2010).

Pengendalian vektor yang tidak efektif dapatmenimbulkan dampak negatif

terhadap kondisikesehatan masyarakat karena vektor dapatmenularkan penyakit

kepada manusia. Salah satucara untuk mencegah penularan penyakit yaitudengan

upaya pengendalian faktor risiko, yaknidengan meningkatkan sanitasi yang

dipengaruhioleh perilaku manusia. Pengendalian vektor yangdilakukan oleh suatu

negara guna mengantisipasiancaman penyakit global seperti penyakit newemerging

diseases dan re-emerging diseases(penyakit karantina), serta masalah

kesehatanlainnya yang merupakan masalah darurat yangmenjadi perhatian dunia

disebabkan oleh lalulintas alat angkut yang masuk melalui pelabuhan.Kondisi

tersebut menuntut Kantor KesehatanPelabuhan untuk mampu menangkal

risikokesehatan yang masuk melalui orang, barang,dan alat angkut dengan melakukan

tindakanpencegahan (Hidayatsyah, 2012).

Bakteri Patogen

Bakteri patogen adalah bakteri yang mampu menyebabkan penyakit. Bakteri

patogen dapat menyebar melalui populasi manusia dalam berbagai cara. Pengobatan

infeksi yang disebabkan bakteri patogen melibatkan penggunaan antibiotik, obat yang

telah diformulasikan khusus untuk membunuh bakteri (Pelczar dan Chan, 1988).

18
Kemampuan mikroorganisme patogen untuk menyebabkan penyakit tidak hanya

dipengaruhi oleh komponen yang ada pada mikroorganisme, tapi juga oleh

kemampuan inang untuk melawan infeksi. Saat ini, peningkatan jumlah infeksi

meningkat disebabkan oleh mikroorganisme yang sebelumnya dianggap tidak

patogen; terutama anggota flora normal. Infeksi ini berkembang dalam tubuh manusia

yang factor kekebalan tubuhnya dirusak oleh penyakit lain atau karena terapi

antibiotik dan terapi immunosupresif yang berkepanjangan. Mikroorganisme

demikian disebut patogen oportunistik. Patogen tersebut dapat menimbulkan penyakit

pada individu yang sehat (Pelczar dan Chan, 1988).

Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak bahaya dan kerusakan. Hal itu

nampak dari kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, serta tanaman,

menimbulkan penyakit yang berkisar dari infeksi ringan sampai kepada kematian.

Mikroorganisme pun dapat mencemari makanan dan menimbulkan perubahan-

perubahan kimiawi di dalamnya, membuat makanan tersebut tidak dapat dimakan

atau bahkan beracun. Kerusakan yang ditimbulkan juga dapat terjadi pada berbagai

bahan seperti kain (tekstil), kulit; struktur berkayu seperti pilar jembatan, rumah-

rumah, instalasi listrik yang terbuat dari plastik serta bahan-bahan organik lainnya

bahkan pula bahan bakar jet (Pelczar dan Chan, 1988).

Untuk mengetahui jenis-jenis bakteri patogen pada suatu tempat merupakan

hal yang sulit karena banyak jenis-jenis bakteri patogen yang mempunyai ciri-ciri

morfologi yang hampir sama. Penggunaan bakteri indikator lebih mudah dan efektif

untuk mengetahui adanya bakteri patogen. Bakteri indikator adalah sekumpulan jenis

19
bakteri yang ditemukan dalam suatu sampel tertentu dan dapat digunakan untuk

mendeteksi atau mengindikasikan keberadaan bakteri patogen di sekitarnya (Smittle,

1992).

2.3 Kerangka Pemikiran

Kecoa adalah hewan pembawah penyakit patogen

Kecoa dapat memindahkan beberapa mikroorganisme patogen dan


sehingga menimbulkan penyakit antara lain, disentri, diare,
cholera, virus hepatitis A, polio pada anak-anak

Pasar Tradisional merupakan pasar yang banyak di datangi


oleh masyarakat. Selain itu juga banyak di temukab beberapa
hewan vektor yakni tikus, lalat dan kecoa.

Pasar tradisional terkadang menjadi tempat yang kotor, berbau dan kumuh. Sehingga
sangat mudah untuk di datangi oleh hewan yang suka dengan kotoran yakni kecoa

Informasi tentang adanya bakteri pada kaki kecoa masih sangat


kurang di dapatkan. Sehingga dilakukan penelitian.

Mengitung jumlah dan jenis yang bakteri yang di dapatkan pada kaki kecoa.

Data yang diperoleh diolah dan dianalisi

Hasil Analisis Data

20
Mengubah Hasil Penelitian Uji Kelayakan
Validasi oleh Ahli
menjadi Media Pembelajaran oleh Ahli

Poster

2.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0 : Terdapat bakteri pada kaki kecoa (Periplaneta americana) di lingkungan

pasar Inpres Kota Palu

H1 : Tidak terdapat bakteri pada kaki kecoa (Periplaneta americana) di

lingkungan pasar Inpres Kota Palu

21
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan merupakan jenis penelitian deskriptif

eksploratif yang dilakukan di laboratorium dengan menggunakan pemeriksaan

kuantitatif. Dilakukan survei lapangan untuk pengambilan spesies kecoa sebagai

sampel penelitian.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2018 sampai dengan selesai.

Sampel didapatkan dari air bilasan kaki kecoa yang diambil dari Pasar Masomba

Kota Palu dengan tiga titik yang berbeda yaitu dipenjualan ikan, dipenjualan sayur,

dan dipenjualan pakaian. Kemudian sampel yang diperoleh akan diisolasi dan

identifikasi di Laboratorium Pendidikan Biologi Universitas Tadulako.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi (hewan percobaan) adalah kecoa (Periplaneta americana) yang

didapatkan dari 3 lokasi yang berbeda (dipenjualan ikan, dipenjualan sayur, dan

dipenjualan pakaian) pada lingkungan Pasar Inpres Kota Palu.

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak 2 ekor kecoa

(Periplaneta americana) setiap kali perlakuan pada masing – masing media SSA

(Salmonella Shigella Agar Plate), EMBA (Eosin Methyllen Blue), TSIA (Triple

22
Sugar Iron Agar Plate), dan MCA (Macconkey Agar Pate). Sehingga jumlah sampel

yang digunakan yakni 6 ekor kecoa (Periplaneta americana

3.4 Alat dan Bahan Penelitian

3.4.1 Alat

Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis, bunsen, hot plate,
kulkas, kamera, inkubator, LAF, oven, masker, mikroskop binokuler, mikropipet, rak
tabung reaksi, gelas kimia, cawan petri, erlenmeyar, tabung reaksi, jarum ose, objek
glass, spidol, dan sarung tangan.

3.4.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel bakteri hasil

pembilasan dari kaki kecoa, medium Na (Nutrien Agar), SSA (Salmonella Shigella

Agar Plate), EMBA (Eosin Methyllen Blue), TSIA (Triple Sugar Iron Agar), MCA

(Macconkey Agar Pate), NaCl Fisiologis, tissue,

3.5 Variabel Penelitian

Penelitian ini hanya terdiri dari satu variabel, sehingga disebut dengan variabel

tunggal. Adapun variabel yang akan diamati yaitu bakteri patogen pada kaki kecoa.

3.6 Jenis dan Sumber Data

Jenis data pada penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif berupa data
primer yang diperoleh dari hasil pengidentifikasian dan perhitungan jumlah koloni

bakteri pada kaki kecoa (Periplaneta americana) yang berada dilingkungan pasar

Masomba Kota Palu. Data sekunder diperoleh dari seluruh sumber yang mendukung

23
data primer, yaitu melalui studi kepustakaan, penelusuran media internet dan hasil
penelitian sebelumnya.
3.6.1 Jenis Data
Jenis data penelitian adalah data kualitatif dan kuantitatif, diperoleh dari hasil

identifikasian dan perhitungan jumlah koloni bakteri pada kaki kecoa (Periplaneta

americana) yang berada dilingkungan pasar Inpres Kota Palu.

3.6.2 Sumber Data

Dalam penelitian ini menggunakan data primer yang di dapatkan secara loleh

peneliti dari hasil identifikasian dan perhitungan jumlah koloni bakteri pada kaki

kecoa (Periplaneta americana) yang berada dilingkungan pasar Inpres Kota Palu.

Sedangkan data sekunder adalah data pendukung yang diperoleh melalui studi

kepustakaan, penelusuran media internet dan hasil penelitian sebelumnya.

3.7 Rancangan Percobaan

Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif yang dikerjakan melalui dua

tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan yang dimulai dari pengambilan

sampel dilapangan dan pemeriksaan di Laboratorium Pendidikan Biologi

3.7.1 Tahap Persiapan

Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu melakukan observasi untuk

menentukan pengambilan sampel.

24
3.7.2 Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dilakukan dengan cara menangkap 6 ekor kecoa.

Dimana penangkapan kecoa dilakukan dengan menentukan 3 titik yang berbeda yaitu

penjualan ikan, penjualan sayur, dan penjualan pakaian. Masing-masing titik akan

diambil sebanyak 2 ekor kecoa.

3.7.3 Prosedur Untuk Mengidentifikasi Bakteri Salmonella sp.

1) Sterilisasi Alat

Proses sterilisasi dilakukan dengan cara semua alat yang terbuat dari kaca

dibungkus menggunakan kertas kuarto kemudian disterilisasi dalam oven pada suhu

160oC-170oC selama 2 jam. Untuk medium yang akan digunakan sebagai tempat

pertumbuhan mikroba, disterilisasi dalam autoklaf pada suhu 121oC dengan tekanan 2

atm selama 15 menit.

2) Pembuatan Medium

Pembuatan medium dilakukan dengan mengambil sebanyak 1 gram sampel

yang telah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml

aquadest kemudian di homogenkan menggunakan vortex. Kemudian mengambil 1 ml

larutan dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml aquadest, sehingga

didapat pengenceran 10-1 , untuk mendapatkan pengenceran 10-2 dilakukan dengan

mengambil 1 ml dari pengenceran 10-1 dimasukkan ke dalam tabung

25
reaksi yang berisi 9 ml Aquadest, demikian seterusnya sampai di dapatkan

pengenceran 10-

3) Pengenceran sampel

Mencabut semua kaki kecoa sebanyak 6 kaki setiap 1 ekor kecoa kemudian

dihaluskan dan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi 9 ml larutan NaCl

fisiologis. Menyiapkan 6 tabung reaksi yang berisi 9 ml larutan NaCl fisiologis,

kemudian masukkan 1 ml sampel air pembilasan kaki kecoa pada tabung pertama dan

dianggap sebagai pengenceran 10-1. Tabung pertama dihomogenkan kemudian

diambil 1 ml dan dimasukkan kedalam tabung reaksi kedua sehingga pengenceran

menjadi 10-2 hingga pada pengenceran10-5. Melakukan perlakuan yang sama pada

masing-masing sampel larutan hasil pembilasan kaki kecoa.

4) Membiakan Bakteri Salmonella sp.yang diperoleh dari bilasan kaki kecoa

pada medium Salmonella Shigella Agar (SSA)

Sampel yang telah ditumbuhkan pada medium Nutrient Agar (NA) diambil

sebanyak 1 ose, lalu diisolasi dengan cara digoreskan pada permukaan medium

Salmonella Shigella Agar (SSA) dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35oC.

Koloni yang tumbuh tampak keruh atau bening dengan bagian tengah berwarna

hitam.

5) Membiakan bakteri pada medium Triple Sugar Iron Agar (TSIA) untuk uji

biokimia dan Microbact System

26
Uji Biokimia dilakukan untuk melihat karakteristik bakteri melalui reaksi

biokimia dengan cara menimbang medium TSIA sebanyak yang diperlukan dan

dilarutkan dengan menggunakan auades steril, lalu dipanaskan hingga larut dan

dihomogenkan. Diambil sebagian kecil koloni pada medium spesifik dengan

menggunakan ose dan diinokulasikan dimedium TSIA, kemudian ditusuk pada

bagian butt (dasar tabung) dan cara zigzag pada bagian slant (miring), diinkubasi

selama 24 jam pada suhu 37oC kemudian diamati perubahan warna pada lerengan dan

dasar tabung serta ada tidaknya produksi gas CO2 dan H2S. Apabila bagian slant

berwarna merah dan butt berwarna kuning maka bakteri mampu memfermentasi

glukosa, sedangkan apabila bagian slant dan butt keduanya berwarna kuning maka

bakteri mampu memfermentasi sukrosa dan laktosa. Selanjutnya dilakukan uji lanjut

dengan menggunakan Microbact system.

Mengambil sampel sebanyak 1 ose dari medium SSA dan diencerkan dalam

auades sebanyak 1 ml, kemudian menyiapkan papan Microbact system. mengambil

0,5 ml sampel menggunakan mikro pipet dan meneteskan sampel pada setiap lubang

papan Microbact system. Melakukan hal yang sama terhadap semua sampel. Inkubasi

papan Microbact system dengan suhu 35oC selama 24 jam. Menetesi Microbact

system reagen. Mengamati perubahan warna yang terjadi dan memasukkan nilai

perubahan pada papan Microbact system. Kemudian memasukkan nilai dalam

program Microbact 2000 untuk melihat tingkat kebenaran keberadaan Salmonella sp.

6) Teknik Pewarnaan Gram

27
Gelas objek dibersihkan dengan alkohol, dipanaskan di atas nyala lampu

bunsen, kemudian ambil 1 ose bakteri secara aseptik dan digoreskan pada gelas objek

dengan cara apusan dan diflem diatas api bunsen. Selanjutnya, ditetesi dengan larutan

kristal violet lalu didiamkan selama 1 menit, dicuci dengan air mengalir dan dikering

anginkan. Isolat bakteri kemudian ditetesi lagi dengan larutan iodine dan dibiarkan

selama 1 menit, dicuci dengan air mengalir dan dikering anginkan. Tahap selanjutnya

yaitu isolat bakteri ditetesi alkohol 95% selama 30 detik, lalu dibilas dengan air

mengalir dan dikering anginkan. Kemudian ditetesi larutan safranin selama 45 detik,

dibilas dengan air serta dikeringkan dengan kertas serap. Setelah itu diambil dibawah

mikroskop. Indikatornya yaitu jika bakteri Gram positif ditandai dengan warna ungu

yang menunjukkan bahwa bakteri tersebut mampu mengikat warna kristal violet,

sedangkan bakteri gram negatif ditandai dengan warna merah yang menunjukkan

bahwa bakteri tersebut tidak mampu mengikat warna kristal violet dan hanya

terwarnai safranin.

28

You might also like